Anda di halaman 1dari 18

CTENOPHORA DAN RHYNCOCOELA

Mata Kuliah:
Avertebrata Air

Disusun oleh:
230110190008 - Ana Muslimah
230110190011 - Rizka Zahra Utami
230110190032 - Sakti Azzahra Eka Putri

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan


Perikanan A

UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jl. Raya Bandung Sumedang KM. 21, Hegarmanah, Kecamatan Jatinangor,
Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 45363
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr.Wb.
Keanugerahan milyaran nikmat dari Sang Maha Pemberi menjadi faktor X yang
mendorong penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Maka, tiada kata yang pantas terucap
selain kata syukur tak terhingga karena atas karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan
makalah berjudul ”Ctenonphora dan Rhyncocoela” tepat pada waktunya. Shalawat serta
salam tak lupa tercurah limpah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Makalah ini disusun dengan tujuan memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Asep
sahidin, S.Pi., M.Si. dalam mata kuliah Avertebrata Air. Pun besar harapan penulis, makalah
ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua tentang “Ctenophora dan Rhyncocoela”, juga
bisa menjadi referensi untuk pembuatan makalah tahun-tahun kedepannya. Semoga, makalah
ini bisa menjadi pengingat bahwa masih banyak kreasi Tuhan yang belum kita kenali secara
lebih dalam.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Jatinangor, 17 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 1

D. Manfaat Penulisan ..................................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN ....................................................................................................... 3


A. Seputar Ctenophora ................................................................................................... 3

1. Ctenophora ................................................................................................................ 3

2. Anatomi dan Morfologi ............................................................................................. 3

3. Phylogeni ................................................................................................................... 4

4. Klasifikasi.................................................................................................................. 5

5. Fisiologi ..................................................................................................................... 5

6. Ekologi ...................................................................................................................... 7

7. Manfaat...................................................................................................................... 7

B. Seputar Rhyncocoela ................................................................................................. 8

1. Morfologi .................................................................................................................. 8

2. Fisiologi ..................................................................................................................... 9

3. Klasifikasi.................................................................................................................. 9

4. Sistem Fisiologi ....................................................................................................... 10

5. Manfaat dan Kerugian ............................................................................................. 11

BAB III. PENUTUP ............................................................................................................. 12


1. Simpulan.................................................................................................................. 12

2. Saran ........................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 13

ii
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Avertebrata air adalah hewan yang tidak memiliki tulang belakang yang sebagian atau
seluruhnya hidup di perairan dan terbagi menjadi beberapa macam filum yang di antaranya
adalah Ctenophora dan Rhyncocoela. Ctenophora atau lebih familiar dengan sebutan ubur-ubur
sisir merupakan filum dengan hewan terbesar yang berenang menggunakan silia. Filum ini
tadinya merupakan bagian dari filum Coelenterata, namun sejalan dengan banyaknya
penelitian yang dilakukan oleh para ahli, perbedaan di antara Ctenophora dan Coelenterata
semakin jelas terlihat. Oleh karena perbedaan-perbedaan tersebut, maka para ahli memutuskan
untuk melepas Ctenophora dari filum Coelenterata.
Rhyncocoela, Nemertea, atau biasa disebut dengan cacing pita merupakan sebagian besar
hewan Benthos yang hidup bebas di perairan. Hewan pada filum ini merupakan bioindikator
air bersih yang sangat baik karena sebagian besar hewan ini hanya hidup pada kawasan air
bersih. Beberapa segmentasi tertentu dari filum ini akan hancur apabila di masukkan ke dalam
larutan alkohol. Filum ini juga tidak bersegmen, namun ada spesies khusus yang bisa mengerut
sehingga akan tampak segmentasi sejati dari filum ini.
Pada makalah kali ini, kami penulis akan membahas filum Ctenophora dan Rhyncocoela
lebih dalam terkait dengan morfologi, anatomi, fisiologi, ekologi, dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam tulisan ini adalah :
a. Apa itu filum Ctenophora dan Rhyncocoela?
b. Bagaimana klasifikasi dari filum Ctenophora dan Rhyncocoela?
c. Apa manfaat dan kerugian dari filum Ctenophora dan Rhyncocoela?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan penulisan
makalah ini adalah :
a. Mengetahui apa itu filum Ctenophora dan Rhyncocoela
b. Mengetahui klasifikasi dari filum Ctenophora dan Rhyncocoela
c. Mengetahui manfaat dan kerugian dari keberadaan filum Ctenophora dan
Rhyncocoela nagi lingkungan sekitar.

1
D. Manfaat Penulisan
Besar harapan kami sebagai penulis, makalah ini bisa menjadi acuan bagi angkatan-
angkatan selanjutnya dalam membuat makalah tentang Ctenophora dan Rhyncocoela, serta
menyempurnakan segala kekurangan yang masih ada di dalam makala ini.

2
BAB II. PEMBAHASAN

A. Seputar Ctenophora
1. Ctenophora
Ctenophora atau lebih dikenal dengan sebutan “ubur-ubur sisir” adalah salah satu
filum dalam avertebrata air yang hidup di seluruh perairan laut di dunia. Anggota filum
ini disebut mirip hewan ubur-ubur karena delapan baris sisirnya yang sebenarnya
merupakan kumpulan silia yang mereka gunakan untuk berenang. Mereka juga dikenal
sebagai kelompok hewan terbesar yang menggunakan silia sebagai alat berenang,
ukurannya berkisar antara beberapa milimeter saja hingga 1,5 m. Sama seperti Cnidaria,
tubuh mereka tersusun atas jeli dengan satu lapisan sel di luar dan lapisan lainnya
melapisi rongga internal. Pada awalnya, filum Ctenophora dan Cnidaria dimasukkan ke
dalam satu filum yaitu Coelenterata, karena mereka sama-sama bernapas dan
mendapatkan makanan menggunakan aliran air lewat tubuh mereka. Namun, karena
kemudian ditemukan beberapa perbedaan seperti perbedaan pada tahap polip dan
medusa, Ctenophora hanya memiliki tahap medusa, sedangkan Cnidaria memiliki
keduanya, juga bahwa Cnidaria merupakan hewan yang sangat terdisverivikasi
sedangkan Ctenophora memiliki perbedaan yang lebih sedikit, juga banyak perbedaan
lainnya, maka diputuskan bahwa Ctenophora dan Cnidaria bukan lagi kelas pada filum
Coelenterata. Ctenophora hanya memiliki sedikit spesies yaitu sekitar 100 – 150 spesies
dan hanya terbagi menjadi dua kelas, yaitu Tentacula dan Nuda. Hampir semua
Ctenophora merupakan predator, makanannya adalah larva mikroskopis hingga
Crustacea kecil bahkan Ctenophora lainnya, cara Ctenophora menangkap mangsa juga
beragam dan hal itulah yang membuat Ctenophora sangat beragam meskipun spesiesnya
hanya sedikit.

2. Anatomi dan Morfologi


Ctenophora memiliki bentuk tubuh bulat, lonjong, lunak, dan simetris radial, juga
memiliki mulut sebagai tempat masuknya makanan serta dua anus untuk keluarnya air
dan makanan dari tubuh Ctenophora. Lapisan tubuh Ctenophora terdiri atas mesoglea
tebal mirip jeli yang terapit oleh dua buah jaringan epitel. Jaringan epitel pada
Ctenophora terbagi menjadi dua, yaitu lapisan luar dan dalam epidermis. Lapisan luar
epidermis terdiri atas sel indra, sel yang mensekresikan mukus untuk melindungi tubuh,
dan sel interstisial yang dapat berubah menjadi bentuk lain. Pada tentakelnya, terdapat

3
sel lengket bernama koloblas yang berfungsi untuk menangkap mangsa, juga sel tempat
silia-silia besar menempel sebagai alat Ctenophora berenang. Sedangkan lapisan dalam
epidermis terdiri atas jaringan saraf yang berfungsi untuk mendeteksi lingkungan, juga
sel mioepitalial yang berfungsi sebagai otot. Ctenophora yang hidup di dekat permukaan
tanah kebanyakan berwarna transparan, sedangkan Ctenophora yang hidup di laut dalam
kebanyakan berwarna cerah seperti spesies Tortuga Red, ada juga jenis spesies yang
warna tubuhnya mengikuti warna inang yang ditempelinya seperti Platyctenida.
Kebanyakan spesies memiliki kemampuan bioluminesen (memancarkan cahaya sendiri),
cahayanya biasanya berwarna hijau atau biru dan hanya dapat dilihat di kegelapan.
Beberapa spesies dapat memproduksi efek pelangi, tetapi bukan karena bioluminesen,
tetapi penghamburan cahaya oleh sisir ctenophora. Ctenophora yang terkenal seperti
platyctenida dan Pleurobrachia, tidak punya kemampuan bioluminesen. Pada
ctenophora, bioluminesen disebabkan oleh aktivasi fotoprotein di sel fotosit, yang sering
ditemukan di dalam kanal meridional di bawah delapan baris sisir. Mnemiopsis
leidyi memiliki sepuluh gen yang mengkode fotoprotein. Gen ini diko-ekspresikan
dengan gen opsin di fotosit Mnemiopsis leidyi, sehingga ilmuawan menduga akan
hubungan kerjasama antara produksi cahaya dengan deteksi cahaya.

3. Phylogeni

Radiata adalah peringkat taksonomi yang digunakan untuk mengklasifikasikan


radial simetris binatang. Pada awal abad ke-19, Georges Cuvier menggabungkan
ctenophore dan cnidaria di radiata. Thomas Cavalier-Smith, pada tahun 1983,
mendefinisikan ulang radiata sebagai subkingdom yang terdiri dari Myxozoa, Placozoa,
Cnidaria dan Ctenophora. Lynn Margulis dan KV Schwartz kemudian mendefinisikan
ulang radiata di dalam Lima Kerajaan klasifikasi, kali ini hanya Cnidaria dan
Ctenophora.
Meskipun simetri radial, biasanya diberikan sebagai ciri khas pada hewan yang telah
diklasifikasikan dalam kelompok ini, ada pengecualian yang jelas dan kualifikasinya.
Echinodermata misalnya, menunjukkan salah satu simetri bilateral sebagai larva.
Ctenophore menunjukkan biradial atau rotasi simetri, yang didefinisikan oleh sumbu
berbentuk sungut dan faring, yang dua kanal terletak di dua kuadran bertentangan.
Beberapa spesies dalam kelas cnidarian Anthozoa adalah bilateral simetris (misalnya,
Nematostella Vectensis). Ia telah mengemukakan bahwa simetri bilateral mungkin telah
berevolusi sebelum perpecahan antara Cnidaria dan Bilateria, dan bahwa cnidaria radial

4
simetris telah berkembang simetri radial, yang berarti bilateral dalam spesies cnidarian
seperti N. Vectensis memiliki asal utama.

4. Klasifikasi
Semua hewan yang tergolong Ctenophora hidup di laut. Ctenophora terdiri dari dua
kelas, yaitu kelas Nuda dan kelas Tentaculata. Kelas Nuda dekelompokkan menjadi 1
ordo yaitu Berioda. Kelas Tentaculata dikelompokkan mejadi 4 ordo yaitu Cestida,
Cydippida, Lobata, dan Platyctenida.
Salah satu ciri khas yang membedakan Tentaculata dan Nuda adalah tentakelnya.
Tentaculata mempunyai tentakel yang dilengkapi sel colloblasts untuk menagkap
mangsanya. Sementara kelas Nuda tidak mempunyai tentakel. Kelas Nuda menangkap
mangsanya dengan membuka rongga mulutnya dengan lebar.

Ctenophora dari kelas Nuda

Ctenophora dari kelas


Tentacula

5. Fisiologi
a. Sistem Pencernaan
Makanan ctenophore biasanya ditangkap oleh lender permukaan pada
ctenophore, untuk membawanya kedalam mulut dilakukan oleh cilia, atau oleh
colloblast dalam tentacle. Colloblast adalah sel yang sangat khusus, tidak cukup
dengan struktur sel normal. Sel ini ditutup oleh bahan yang lengket dan tali dengan
filament lurus. Jika ditarik karena perebutan mangsa, akan ditarik lagi oleh spiral

5
contractile filament. Tentakel adalah perangkap makanan yang efektif, dia
mengkerut dan makanan disapu bersih kemulut. Makanan dicerna dengan cepat di
kerongkongan datar. Sebagian makanan yang sudah dicerna masuk kedalam perut
dan disirkulasikan melalui kanal gastrovascular, dimana dicerna secara intracellular.
Gastrovascular adalah rongga tubuh (coelom) pada coelenterate yang berfungsi
sebagai alat pencernaan dan sirkulasi makanan (pengedar sari makanan dan sisa
makanan yang dikeluarkan) yang berlangsung secara ekstraseluler diluar sel. Sisa
makanan dikeluarkan melalui mulut atau keluar melalui pori-pori anal kecil pada
ujung aboral. Cabang sistem gastrovascular menghubungkan bagian yang paling
penting dari tubuh. letak saluran tentacular pada kaki tentacle, dan letak saluran
meridional di bawah deret delapan balung.
b. Sistem Reproduksi
Hampir semua spesies Ctenophora adalah hermafrodit atau memiliki alat
kelamin ganda. Reproduksi Ctenophora dilakukan secara seksual. Meskipun ada
beberapa spesies yang melakukan reproduksi secara aseksual dengan cara
fragmentasi.
Alat reproduksi Ctenophora terletak di bawah cilia. Sel ovum dan sperma
dilepaskan melalui pori – pori yang ada di epidermis. Sebagian besar spesies
Cnetophoa melakukan pembuahan secara eksternal atau diluar tubuh Cnetophora,
meskipun ada beberapa spesies yang melakukannya secara internal`
c. Sistem Gerak
Bagian permukaan luar Ctenophora mempunyai delapan baris sisir yang disebut
dengan cilia yang dapat digunakan sebagai alat gerak. Oleh karena itu, hewan ini
dikenal sebagai ubur-ubur sisir karena secara vertikal tubuhnya terbagi oleh 8 helai
cilia yang tampak seperti deretan sisir. Memiliki delapan"baris sisir"yang merupakan
gabungan dari silia yang teratur sepanjang sisi tubuh.Silia ini bergerak serempak dan
mendorong ctenophore dalam air. Beberapa spesies bergerak dengan gerakan
mengepak lobus atau gerak undulasi. Banyak ctenophore memilik dua tentakel
panjang dan beberapa tentakel lainnya lebih pendek.
Di luar permukaan biasanya akan ditunjang oleh 8 deretan gigi mirip sisir/comb
rows yang digunakan untuk berenang. Barisan tersebut akan berorientasi untuk
bergerak dari dekat mulut (ujung mulut) untuk berhadapan dengan dasar (ujung
aboral) dan lebih memberikan jarak atau tidak lurus disekitar tubuh. Walaupun
susunan jarak itu bervariasi dibeberapa spesies dan di sebagian besar spesies deretan

6
gigi sisir tersebut (comb rows) memanjang hanya pada sebagian jaraknya dari
aboral ujung aboral terhadap mulut. Combs dikenal dengan ”ctenes atau “ gigi mirip
sisir yang bergerak melewati setiap deretan dan tiap bagian terdiri dari ribuan cilia
yang tidak begitu panjang.sampai 2 milimeter (0.079 inchi).
d. Sistem Indera Dan Saraf
Ctenophora tidak memiliki otak atau system saraf pusat tetapi sebagai gantinya
memiliki sebuah jaringan saraf yang mirip seperti jaring laba-laba yang membentuk
seperti cincin disekitar mulut paling tebal terdapat struktur seperti jajaran gigi yang
menyerupai sisir, faring, tentakel (jika ada) dan sensory (indera yang kompleks yang
berada paling jauh dari mulut).
Indera terbesar dari ctenophora adalah organ aboral (sisi lain dari mulut atau
mulut, dalam hal ini lubang penutup). Komponen utama adalah statosista sebagai
indera keseimbangan dan terdiri dari mineral kalsium karbonat yang disebut statolit,
statolit ini disokong oleh kumpulan silia "penyeimbang ', jika hewan itu bergerak,
statolit akan berpindah tempat dan ganti sinyal agar menyeimbangkan statik kembali
ke tempat asalnya, tetapi Ctenophora tidak selalu sulit untuk menyeimbangkan
seperti kompilasi tentakel ctenophora mendapat mangsa, ctenophora akan
mengarahkan mulutnya ke arah mangsa.
6. Ekologi
Ctenophora dapat ditemukan di berbagai lingkungan perairan laut, dari laut kutub
hingga laut tropis, maupun laut permukaan higga laut lepas. Ctenophora sangat banyak
banyak ditemukan di dekat pantai tertentu saat musim panas. Ketika populasi mereka
sangat banyak, Ctenophora dapat mengontrol populasi zooplankton seperti copepoda,
yang dapat menghabiskan populasi fitoplankton yang penting dalam rantai makanan di
laut. Spesies dekat pantai lebih kuat dibanding spesies laut lepas karena mereka harus
menahan ombak dan partikel dasar laut yang disebar oleh air, sehingga spesies dekat
pantai lebih mudah untuk ditangkap untuk dipelajari dibanding spesies laut lepas rapuh
dan sulit diawetkan. Spesies laut lepas dapat dipelajari lewat foto dan catatan penjelajah.
Oleh karena itu, ctenophora dekat pantai seperti pleurobrachia, beroe, dan nemiopsis
lebih dikenal.
7. Manfaat
Ctenophora mempunyai berbagai peranan diantaranya adalah ikut menjaga
keseimbangan ekosistem di laut. Hal ini disebabkan karena Ctenophora suka memakan

7
fitoplankton (plankton tumbuhan). Ctenophora juga bisa berfungsi sebagi sumber
makanan bagi hewan laut seperti: Salmon, penyu, dan ubur ubur. Namun, Ctenophora
juga memiliki kerugian bagi peternakan tiram karena hewan-hewan ini memakan larva-
larva tiram sehingga merugikan petani tiram. Selain itu, bila terjadi ledakan populasi,
maka dapat membuat ekosistem tidak seimbang. Hal ini pernah terjadi di tahun 1989 di
Laut Hitam saat Ctenophora memkan larva ikan Pelgis. Dan tahun 1999 di Laut Kaspia.
Hasilnya adalah bahwa 75% dari zooplankton sudah habis, sehingga mempengaruhi
seluruh rantai makanan danau.

B. Seputar Rhyncocoela
1. Morfologi
Rhyncocoela, Nemertea, atau biasa disebut cacing pita pada dasarnya merupakan
hewan laut yang muncul di zona litoral laut hingga kedalaman 9000 m. Hewan pada filum
ini bereproduksi secara seksual, juga merupakan hewan hermaphrodit. Kurang lebih ada
sekitar 1200 spesies yang telah ditemukan. Meskipun ada di antara mereka yang
merupakan spesies Pelagik dan Simbiotik, namun kebanyakan dari Rhyncocoela
merupakan hewan Benthos yang hidup bebas. Bentuk tubuh Rhyncocoela sendiri adalah
sismetris bilateral, memanjang seperti serabut dan tidak bersegmen. Beberapa spesimen
tertentu pada Rhyncocoela akan berkerut bahkan hancur menjadi beberapa fragmen jika
diletakkan di dalam alkohol. Spesies pada Genus Annulonemertae memiliki penyempitan
melintang yang dapat memunculkan segmentasi sejati dari filum ini. Panjang hewan pada
filum Rhyncocoela berkisar antar beberapa milimeter saja, hingga 30 m seperti pada
spesies Lineus Longissimus. Ujung anterior hewan pada filum Rhyncocoela biasanya
memiliki celah sefalik lateral dimana sepasang organ otak terbuka ke arah luar. Dinding
tubuh hewan pada filum Rhyncocoela terdiri atas lapisan otot yang melingkar dan
membujur, jaringan epitel bersilia, dan dermis jaringan ikat. Jaringan epitel bersilia dan
dermis inilah yang berkumpul membentuk jaringan epidermis. Spesies Heteronemertean
pada filum ini memiliki lapisan subephitel khusus bernama Cutis, yang mengandung
kelenjar subephitel dan serat otot kulit yang terpisah. Sebagian besar Rhyncocoela
memiliki lapisan otot diagonal di antara bagian luar otot melingkar, dengan bagian dalam
otot membujur, tetapi kebanyakan dari lapisan ini sangat tipis hingga tidak terlihat.
Semua spesies pada filum ini selain spesies Arhynchonemertae axi memiliki belalai
panjang pada rongga khusus yang sering disebut Rhyncocoel. Dinding pada Rhyncocoel

8
pada umumnya memiliki dua lapisan otot, namun ada juga yang memiliki satu atau tiga
lapisan otot. Belalai pada kelas Enopla lebih lengkap sedangkan belalai pada kelas
Anopla lebih sederhana.
2. Fisiologi
Rhyncocoela, Nemertea, atau biasa disebut cacing pita pada dasarnya merupakan
hewan laut yang muncul di zona litoral laut hingga kedalaman 9000 m. Hewan pada filum
ini bereproduksi secara seksual, juga merupakan hewan hermaphrodit. Kurang lebih ada
sekitar 1200 spesies yang telah ditemukan. Meskipun ada di antara mereka yang
merupakan spesies Pelagik dan Simbiotik, namun kebanyakan dari Rhyncocoela
merupakan hewan Benthos yang hidup bebas. Bentuk tubuh Rhyncocoela sendiri adalah
sismetris bilateral, memanjang seperti serabut dan tidak bersegmen. Beberapa spesimen
tertentu pada Rhyncocoela akan berkerut bahkan hancur menjadi beberapa fragmen jika
diletakkan di dalam alkohol. Spesies pada Genus Annulonemertae memiliki penyempitan
melintang yang dapat memunculkan segmentasi sejati dari filum ini. Panjang hewan pada
filum Rhyncocoela berkisar antar beberapa milimeter saja, hingga 30 m seperti pada
spesies Lineus Longissimus. Ujung anterior hewan pada filum Rhyncocoela biasanya
memiliki celah sefalik lateral dimana sepasang organ otak terbuka ke arah luar. Dinding
tubuh hewan pada filum Rhyncocoela terdiri atas lapisan otot yang melingkar dan
membujur, jaringan epitel bersilia, dan dermis jaringan ikat. Jaringan epitel bersilia dan
dermis inilah yang berkumpul membentuk jaringan epidermis. Spesies Heteronemertean
pada filum ini memiliki lapisan subephitel khusus bernama Cutis, yang mengandung
kelenjar subephitel dan serat otot kulit yang terpisah. Sebagian besar Rhyncocoela
memiliki lapisan otot diagonal di antara bagian luar otot melingkar, dengan bagian dalam
otot membujur, tetapi kebanyakan dari lapisan ini sangat tipis hingga tidak terlihat.
Semua spesies pada filum ini selain spesies Arhynchonemertae axi memiliki belalai
panjang pada rongga khusus yang sering disebut Rhyncocoel. Dinding pada Rhyncocoel
pada umumnya memiliki dua lapisan otot, namun ada juga yang memiliki satu atau tiga
lapisan otot. Belalai pada kelas Enopla lebih lengkap sedangkan belalai pada kelas
Anopla lebih sederhana.
3. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Superphylum : Lophotrochozoa

9
Phylum : Nemertea
Rhynchocoela dibagi menjadi dua kelas, yaitu:
1) Anopla
Merupakan Rhynchocoela yang memiliki proboscis yang sederhana,. mulutnya
membuka di depan otak. Conto kelas Anopla:
 Ordo Paleonemertini
 Ordo Heteronemertini (Famili : Lineidae, Genus : Lineus, Spesies : Longissinus).
2) Enopla
Merupakan Rhynchocoela yang memiliki proboscis yang lebih banyak atau komplit.
Mulut terbuka di belakang otak. Conto kelas Enopl:
 Ordo Bdellonemertini
Pada ordo ini hanya satu genus yang tidak memiliki stylet, yaitu Malacobdella yang
mempunyai tiga spesies komensal pada rongga mantel kerang lautndan satu spesies
dalam rongga mantel siput air tawar.
Spesies: Paranemertes, Amphiporus, Emplectonema dan Micrura.

4. Sistem Fisiologi
a. Reproduksi
Reproduksi Rhynchocoela dilakukan dengan aseksual dan seksual, aseksual
yaitu dengan cara fragmentasi atau pembelahan tubuh, bagian tubuh Rhynchocoela
kecil dari induk yang akan tumbuh disebut cyst. Secara seksual dilakukan dengan
cara pembuahan. Perkembangan telur dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung. Perkembangan secara langsung yaitu telur dapat tumbuh langsung
menjadi Rhynchocoela kecil, sedangkan secara tidak langsung dengan cara, telur
akan tumbuh menjadi larva dan perlahan-lahan akan mengalami metamorfosis.
Perkembangan secara tidak langsung ini, telur memiliki tiga macam bentuk larva
yaitu telur akan menjadi larva pilidium, desor atau iwata.
b. Sistem pencernaan makanan
Rhynchocoela memiliki sistem pencernaan yang lengkap terdiri atas mulut di
anterior yang berhubungan dengan usus yang lurus sepanjang badan dan anus
sepanjang posterior. Di belakang mulut terdapat kerongkongan, kemudian perut lalu
usus hingga anus. Pada saat makanan dicerna, proboscis dan sistem pencernaan
berkerja secara bersamaan.

10
c. Sistem Ekskresi
Rhynchocoela memiliki organ nefridium yang disebut sebagai protonefridium.
Protonefridium tersusun dari tabung dengan ujung membesar mengandung silia. Di
dalam protonefridium terdapat sel api yang dilengkapi dengan silia. Tiap sel api
memiliki flagela yang gerakannya seperti gerakan api lilin. Air dan beberapa zat sisa
ditarik ke dalam sel api.
d. Sistem respirasi
Rhynchocoela tidak memiliki organ atau jaringan khusus yang digunakan
untuk berespirasi, mereka berdifusi melalui permukaan tubuh.
e. Pertahanan diri
Rhynchocoela tidak memiliki pertahanan diri, tetapi Rhynchocoela memiliki
daya regenerasi yang sangat tinggi. Selain itu Rhynchocoela juga memiliki probocis
yang dapat mengeluarkan racun.
f. Sistem otot
Rhynchocoela memiliki suatu dinding tubuh yang berotot yang terdiri otot
melingkar dan otot membujur. Otot Rhynchocoela digunakan untuk mengerakkan
tubuhnya.
g. Sistem syaraf
Rhynchocoela memiliki system jaringan syaraf yang sangat baik, dengan simpul
syaraf pusat di kepala dan suatu jaringan syaraf yang menghubungkan berbagai
organ tubuh dengan sensor. Rhynchocoela juga memiliki jaringan syaraf utama yang
menghubungkan dengan organ perasa. Organ perasa ini meliputi organ alir kepala
hingga sensor lubang kecil. Rhynchocoela juga memiliki banyak mata. Mata
Rhynchocoela terletak dekat syaraf pusat.
5. Manfaat dan Kerugian
Rhyncocoela sebagai makhluk hidup air memiliki manfaat dan kerugian tersendiri
bagi lingkungan sekitarnya. Filum ini dapat menjadi bioindikator air bersih karena
kebanyakan spesies Rhyncocoela menyukai hidup di air bersih. Namun, Rhyncocoela
juga bersifat parasit karena mereka hidup di kerapak kepiting dan mampu memakan telur
kepiting dengan jumlah yang sangat benyak sehingga dapat menimbulkan kerugian yang
besar terhadap petani kepiting.

11
BAB III. PENUTUP

1. Simpulan
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa Ctenophora merupakan
bagian dari Kingdom Animalia. Ctenophora disebut ubur-ubur sisir karena silia yang
dimilikinya yang juga merupakan alat bagi hewan dalam filum ini untuk berenamg. Ctenphora
terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas Nuda dan Tentakula. Ctenophora juga memiliki manfaat
juga kerugian bagi keberadaannya dalam ekosistem. Sedangkan Rhynchocoela merupakan
salah satu invertebrate air yang memiliki ciri khusus pada proboscisnya. Reproduksi
Rhynchocoela dilakukan dengan aseksual dan seksual, aseksual yaitu dengan cara fragmentasi
atau pembelahan tubuh, dan Secara seksual dilakukan dengan cara pembuahan. Rhynchocoela
memiliki sistem pencernaan yang terdiri atas mulut di anterior yang berhubungan dengan usus
yang lurus sepanjang badan dan anus sepanjang posterior. Rhynchocoela berdifusi melalui
permukaan tubuh. Rhynchocoela tidak memiliki pertahanan diri, namun memiliki probocis
yang dapat mengeluarkan racun.

2. Saran
Pembuatan makalah ini tidak luput dari banyaknya kesalahan. Dengan itu, kami berharap
bahwa kedepannya akan ada penyempurnaan-penyempuraan lainnya, sehingga kedepannya,
kualitas pembuatan makalah tentang Ctenophora dan Rhyncocoela akan lenih baik lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Brusca, R.C. and G.J. Brusca. 2003. Invertebrates. Sinauer Associates ; 2nd edition.
Chernychev, Alexei V and Svetlana Maslakova. 2011. Phylum Nemertea.
https://www.researchgate.net/publication/289317274_Phylum_Nemertea. 17
September.
Mizz nha. 2010. Avertebrata. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Sirenko, B.I. 2011. Illustrated Keys to Free-Living Invertebrates of Eurasian Arctic Seas
and Adjacent Deep Waters, Vol. 2. Alaska Sea Grant, University of Alaska Fairbanks,
Fairbanks.
Subekti, S., Kismiyati, Rosmanida, Sapto A. dan Kustiawan T. P. 2016. Buku Ajar Avertebrata
Air. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Surabaya.
Thiel, et al. 1998. Biologi nemertea. Kluwer Academic. Netherland.
Yulianus. 2010. Geologi laut. Jakarta: Erlangga.

13
14
15

Anda mungkin juga menyukai