Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BIOLOGI PERAIRAN

KEBIASAAN MAKAN DAN CARA MAKAN IKAN

Digunakan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi Perikanan

Dosen Pengampu Erika Saraswati, Dr., Ir., MP.

Oleh :

Mila Savora Qurrota A’yun

42191108

PROGRAM STUDI ILMU PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI

BANYUWANGI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ”Kebiasaan Makan dan Cara Makan Ikan”. Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Biologi Perairan Fakultas
Pertanian dan Perikanan.

Melalui kesempatan yang sangat berharga ini kami menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini,
terutama kepada yang terhormat :

1. Ibu Erika Saraswati, Dr., Ir., MP. selaku dosen pengajar Biologi Perairan sekaligus
membimbing dalam proses pembuatan makalah ini.

2. Teman-teman sekelompok yang telah membantu dalam membuat makalah ini.

3. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini, yang
telah memberikan bantuan moral dan materiil dalam proses penyelesaian makalah ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang setimpal atas segala bantuan
yang telah diberikan.

Banyuwangi, 03 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Tujuan.................................................................................................................................... 5
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 5
BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................................................... 6
2.1. Kebiasaan Makanan (Food Habits)...................................................................................... 6
2.2. Rantai Makanan Pada Ikan ................................................................................................. 10
2.3. Kebiasaan Cara Memakan (Feeding Habits) ...................................................................... 11
2.4. Spesialisasi Kebiasaan Makanan pada Ikan ....................................................................... 14
BAB III. PENUTUP ..................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 16
3.2 Saran .................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 17

iii
BAB I.
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makanan sangat penting untuk pertumbuhan ikan karena makanan berfungsi dalam
pertumbuhan sel organisme. Makanan adalah organisme, bahan, maupun zat yang
dimanfaatkan ikan untuk menunjang kehidupan organ tubuhnya. Pada habitatnya yaitu
perairan bebas sumber makanan yang diperlukan ikan telah tersedia dengan sendirinya pada
kondisi terkait dengan pola rantai makanan yang ada di perairan tersebut.

Dalam daur hidup ikan, selain dari serangan predator, maupun penyakit, perubahan
kebiasaan makanan khususnya pada stadia awal merupakan masa kritis yang bisa
menyebabkan mortalitas alami. Masa kritis tersebut terjadi pada saat sesudah penyerapan
kuning telur selesai, dimana larva ikan mulai mengambil makanan dari luar tubuhnya,
sehingga kemampuan larva ikan untuk mendapatkan makanan sangat dipengaruhi oleh
kemampuan larva ikan untuk mendeteksi keberadaan makanan, cara menangkap serta bukaan
mulut larva ikan yang berkaitan dengan ukuran makanan yang tersedia di perairan. Selain itu
kepadatan dan ketersediaan makanan di alam juga merupakan faktor yang
mempengaruhikeberhasilan hidup. Mortalitas yang tinggi dapat terjadi apabila larva ikan
tidak segera mendapatkan makanan yang sesuai baik jenis maupun jumlahnya (Affiati dan
Lim, 1986).

Adanya ketersediaan pakan di perairan bebas memungkinkan ikan untuk memilih dan
mencari sumber makanan yang dibutuhkannya tanpa terbatas ruang dan waktu, sedangkan
ikan yang dibudidayakan dalam suatu petakan tambak relatif tidak mempunyai alternatif lain
dalam memilih dan mencari sumber makanan karena ruang gerak dan habitatnya dibatasi
oleh petakan tambak. Situasi ini mengarahkan ikan dalam suatu kondisi ketergantungan
pakan yang di suplai dari luar lingkungannya, karena ketersediaan pakan alami yang ada di
dalam perairan tersebut semakin menipis dengan bertambahnya ukuran ikan dan bahkan pada
waktu tertentu akan mengakibatkan habisnya pakan alami tersebut.

Besar kecilnya populasi ikan dalam suatu perairan antara lain ditentukan oleh makanan
yang tersedia. Dari makanan ini ada beberapa faktor yang berhubungan dengan populasi
tersebut yaitu jumlah dan kualitas makanan yang tersedia (food habits), mudahnya tersedia
makanan, lama masa pengambilan dan cara memakan ikan dalam populasi tersebut (feeding
habits). Jadi kebiasan makan dan cara memakan ikan itu secara alami bergantung kepada
lingkungan tempat ikan itu hidup.

Makanan yang dimakan oleh ikan dimanfaatkan langsung dalam siklus metabolisme
hidupnya yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, reproduksi, dan tingkat
keberhasilan hidup ikan di perairan sehingga ketersediaan makanan di suatu perairan

4
merupakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya populasi ikan di perairan tersebut.
Hidup secara bebas diperairan menyebabkan ikan bisa memakan apa saja yang ia temukan.
Makanan tersebut dapat berupa lamun,zooplankton, zoobentos, ataupun ikan kecil
lainnya,(Effendi,2002)

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui kebiasaan makan dan cara
makan ikan seperti kebiasaan makan ikan, rantai makanan, kebiasaan cara makan ikan dan
spesialisasi kebiasaan makan ikan.

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kebiasaan makan ikan

2. Bagaimanakah rantai makanan

3. Bagaimana kebiasaan cara makan ikan

4. Bagaimana spesialisasi kebiasaan makan ikan

5
BAB II.
PEMBAHASAN

2.1. Kebiasaan Makanan (Food Habits)

Kebiasaan makanan (food habits) adalah kualitas dan kuantitas makanan yang
dimakan oleh ikan. Umumnya makanan yang pertama kali datang dari luar untuk semua
ikan dalam mengawali hidupnya ialah plankton yang bersel tunggal yang berukuran kecil.
Jika untuk pertama kali ikan itu menemukan makanan berukuran tepat dengan mulutnya,
diperkirakan akan dapat meneruskan hidupnya. Tetapi apabila dalam waktu relative singkat
ikan tidak dapat menemukan makanan yang cocok dengan ukuran mulutnya akan terjadi
kelaparan dan kehabiasan tenaga yang mengakibatkan kematian. Hal inilah yang antara
lain menyebabkan ikan pada masa larva mempunyai mortalitas besar. Ikan yang berhasil
mendapatkan makanan yang sesuai dengan mulut, setelah bertambah besar ikan itu akan
merubah makanan baik dalam ukuran dan kualitasnya. Apabila telah dewasa ikan itu akan
mengikuti pola kebiasaan induknya.refleksi perubahan makanan pada waktu kecil sebagai
pemakan plankton dan bila dewasa akan mengikuti kebiasaan induknya dapat terlihat pada
sisiknya.

Untuk mengetahui kebiasaan makan larva ikan digunakan metode metode jumlah
(numerical method) Effendie (1997), yaitu dengan membedah isi lambung. Selanjutnya isi
lambung diencerkan dengan air sebanyak 2 ml. Isi lambung yang telah diencerkan
diletakkan pada sedwick rafter untuk kemudian diamati di bawah mikroskop perbesaran
100X. Identifikasi jenis makanan dilakukan dengan menggunakan buku identifikasi
plankton dari Sachlan (1981), dan Yamaji (1984) Jenis organisme yang ditemukan di
lambung ikan kemudian dianalisis dengan (Effendie, 1997).

Kebiasaan makanan ikan (food habits) adalah kuantitas dan kualitas makanan yang
dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara memakan (feeding habits) adalah waktu,
tempat dan caranya makanan itu didapatkan oleh ikan. Kebiasaan makanan dan cara
memakan ikan secara alami bergantung pada lingkungan tempat ikan itu hidup (Effendie,
2002).

Kebiasaan makan (feeding habits) suatu jenis ikan mencakup dua hal, yaitu jenis-
jenis makanan dan cara makan dari ikan terkait. Pemahaman mengenai feeding habits
memiliki arti penting untuk memberikan jenis makanan yang cocok dan disukai ikan
sehingga makanan tersebut dapat termakan.

Pengetahuan mengenai jenis-jenis makanan ikan sangat penting karena dengan


pengetahuan ini dapat dibuat makanan yang sesuai dengan sifat-sifat alami ikan yang
bersangkutan. Secara alami, makanan ikan dapat dibedakan menjadi 5 macam golongan,

6
yaitu makanan nabati, makanan hewani, makanan campuran nabati dan hewani, plankton,
serta detritus.

1. Makanan nabati

Makanan nabati adalah makanan yang berupa bahan tumbuh-tumbuhan berukuran


besar (makroskopik) yang mudah dilihat secara kasat mata. Ikan yang makanannya
berupa bahan-bahan nabati ini disebut ikan herbivora atau ikan vegetaris.

Beberapa contoh makanan nabati antara lain adalah ganggang benang atau alga
filamen, seperti Chaetomorpha, Enteromorpha, Cladophora, dan Spirogyra. Beberapa
sayuran, seperti kangkung air (Ipomoea aquatica), eceng gondok (Eichhornia erassipes),
daun talas (Colacasia esculenta), dan daun pepaya (Carica papaya) dapat dijadikan
makanan nabati untuk ikan.

Beberapa contoh jenis-jenis ikan herbivora atau vegetaris antara lain tawes (Puntius
javanicus), nilem (Osteochilus haselti), jelawat (Leptobarbus houeveni), sepat siam
(Trichogaster pectoralis), bandeng (Chanos chanos), gurami besar (Osphronemus
gouramy), dan baronang (Siganus javus).

Ikan-ikan herbivora pada umumnya mudah menerima makanan tambahan maupun


pakan buatan. Beberapa makanan tambahan yang diberikan, misalnya dedak halus,
bungkil kelapa, bungkil kacang, isi perut hewan ternak, dan sisa-sisa sayuran.
Pemberian makanan buatan sebaiknya dicampur bahan hijauan, seperti tepung daun turi,
tepung daun lamtoro, tepung daun singkong, dan tepung fitoplankton yang terbuat dari
Chlorella sp., Spirulina sp., dan Tetraselmis sp.

2. Makanan hewani

Makanan hewani adalah makanan yang berasal dari bagian-bagian hewan


makroskopik atau makanan yang berdaging. Ikan- ikan yang makan bahan hewani
dinamakan ikan karnivora atau ikan pemakan daging. Kelompok ikan tersebut sering
juga dinamakan ikan buas. Daging yang diberikan dapat berupa bangkai maupun hewan
hidup yang berukuran kecil.

Hewan–hewan yang sering menjadi mangsa ikan karnivora antara lain jenis-jenis
ikan kecil, seperti ikan seribu (Lebistes reticulatus), kepala timah, sisik mulik atau ralan
curing (Panchax panchax), teri (Stolephorus commersonii), anakan ikan, siput-siput
kecil, larva serangga, dan cacing tubifek (cacing sutra atau cacing rambut).

Beberapa contoh ikan karnivora antara lain gabus (Ophiocephalus striatus), betutu
(Oxyeleotris marmorata), sidat (Anguilla spp), oskar (Astronotus ocellatus), belut sawah
(Monopterus albus), arwana (Schleropages formosus), kakap putih (Lares calcalifer),

7
kerapu (Ephinephelus sp.), kakap merah (Lutjanus argentimaculatus), dan cucut macan
(Galeocerdo rayneri).

Ikan-ikan karnivora umumnya agak sulit menerima makanan tambahan, terutama


pakan buatan. Jenis ikan ini biasanya menyukai makanan yang tanpa cincangan atau
gilingan daging ikan atau hewan-hewan lainnya yang masih segar. Apabila diberi
makanan buatan, ikan jenis ini membutuhkan latihan yang lama dan biasanya diberikan
dalam keadaan basah. Komposisinya harus banyak mengandung bahan hewani dan
aromanya cukup merangsang (aroma daging).

3. Makanan Campuran (Nabati dan Hewan)

Makanan campuran adalah makanan yang terdiri dari bahan nabati dan hewani. Jenis
bahan makanan ini dapat dimakan selagi masih hidup, seperti ganggang algae, lumut,
larva serangga, dan cacing, maupun dimakan dalam bentuk benda mati, seperti kotoran
hewan, kotoran manusia, limbah industri pertanian, serta bangkai.

Ikan yang suka menyantap makanan campuran disebut ikan omnivora (ikan pemakan
segala atau pemakan campuran). Beberapa contoh ikan omnivora, antara lain ikan mas
tombro (Cyprinus caprio), maskoki (Carassius auratus), mujair (Tillapia mossambica),
dan lele (Clarias batrachus).

Ikan omnivora lebih mudah menerima pakan tambahan maupun pakan buatan
sewaktu masih burayak, benih, atau setelah dewasa. Misalnya lele Selain memangsa
makanan hewani, lele juga melahap makanan nabati, dan tidak akan menolak jika diberi
makanan pelet.

4. Plankton

Plankton adalah organisme yang hidup melayang-layang di dalam air. gerakannya


pasif, dan hanya mengikuti arah arus karena tidak mampu untuk melawan gerakan air.
Secara biologis plankton terdiri dari dua macam golongan yaitu plankton nabati atau
plankton tumbuh-tumbuhan (fitoplankton) dan plankton hewani atau plankton binatang
(zooplankton). Ikan yang makanannya utamanya plankton disebut pemakan plankton
atau plankton feeder.

Beberapa contoh jenis plankton nabati antara lain Chlorella, Tetraselmis,


Skeletonema, Isochrysis, Dunaliella,dan Spirulina. Contoh plankton hewani antara lain
adalah Brachionus, Daphnia, Moina, Cyclops, Calanus, Trigiopus, dan Artemia.

Contoh ikan pemakan plankton antara lain tambakan (Helostoma temminckii) dan
ikan layang (Decapterus russeli). Ikan pemakan plankton, burayak maupun yang
dewasa dapat menerima makanan urn pakan buatan. Akan tetapi, bentuk makanan itu
harus gan bentuk makanan aslinya, yaitu berupa tepung, butiran-mpun serpihan-

8
serpihan halus (flake). Untuk burayak, pakan biasanya diberikan dalam bentuk suspensi
(butiran-butiran jtkan dalam air).

5. Detritus

Detritus adalah kumpulan bahan organik yang telah hancur dan terdapat Jika di darat,
hancuran bahan organik berasal dari tumbuh – tumbuhan maupun dari hewan, seperti
alga, bakteri, cendawan, protozoa, kotoran hewan, kotoran manusia, limbah industri,
dan limbah pertanian. Ikan yang suka makan detritus disebut pemakan detritus (detritus
feeder). Contoh ikan pemakan detritus antara lain belanak (Mugil cephalus). Belanak
suka mengambil hancuran lumut sutra (Chaetomorpha) dan lumut perut ayam
(Enteromorpha) yang terdapat di dasar perairan.

Ikan pemakan detritus dapat menerima makanan tambahan dan pakan buatan dalam
bentuk hancuran sehingga mempunyai sifat-sifat fisik yang mirip dengan detritus. Hal
tersebut dikarenakan ikan-ikan pemakan detritus suka mengambil makanan yang
mengendap di dasar perairan.

Berdasarkan kepada jumlah variasi dan macam-macam makanan tadi, ikan dapat
dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Monophagic

Monophagic adalah ikan pemakan makanannya terdiri dari satu macam makanan.

b. Stenophagic

Stenophagic adalah ikan pemakan makanan yang macamnya sedikit atau sempit.

c. Euryphagic

Euryphagic adalah ikan pemakan bermacam-macam makanan.

Seperti telah diketemukan bahwa berdasarkan makanannya secari garis besar ikan
dapat digolongkan menjadi herbivor, karnivor, predator dan sebagainya. Akan tetapi
dalam kenyataanya banyak sekali “overlap” disebabkan oleh keadaan habitat
sekelilingnya dimana ikan itu hidup. Oleh karena itu dalam pemeriksaan untuk
menggolongkan ikan berdasarkan kesukaan makanannya memerlukan contoh yang
besar diambil dari berbagai macam lokasi. Apabila satu spesies ikan telah di ketahui
secara umum kebiasaan makanannya, tetapi ketika diambil dari suatu perairan tertentu
terdapat kelainan dalam lambungnya, hal ini menunjukkan bahwa habitat itu secara
alami tidak sesuai dengan ikan itu.

Banyak sekali penelitian yang menunjukkan walaupun ikan itu sama spesiesnya dan
ukurannya, tetapi apabila habitat perairannya sedikit berbeda hasilnya tidak sama.

9
Dengan demikian penilaian kesukaan ikan terhadap makanannya menjadi sangat relatif.
Beberapa faftor yang harus diperhatikan dalam hubungan ini ialah faktor penyebaran
organism sebagai makanan ikan, factor ketersediaan makanan, faktor pilihan dari ikan
itu sendiri serta faktor-faktor yang mempengaruhi perairan.

Berdasarkan penelitian yang diambil dari bermacam habitat yang berbeda, hasilnya
menunjukkan bahwa ikan menduduki posisi rantai makanan yang berbeda untuk tiap
habitat. Penyebaran organisme makanan ikan di dalam suatu komuniti umumnya akan
didapatkan bahwa beberapa persen spesies organisme mempunyai jumlah individu
banyak. Sedang spesies sisanya berjumlah banyak dengan masing-masing jumlah
individu sedikit atau jarang. Penyebaran organisme makanan yang dominan
menyebabkan pengambilan makanan itu akan bertambah sedangkan pengambilan
osganisme yang lain oleh ikan itu akan menurun. Ketersediaan makanan yang terdapat
di perairan dapat diketahui apabila kita menganalisa makanan ikan itu dan
membandingkannya dengan makanan yang terdapat dalam perairan.

2.2. Rantai Makanan Pada Ikan


Rantai makanan adalah proses makan-
dimakan sehingga tebentuk suatu ikatan antara
mangsa dan pemangsa (food chaints). Plankton
tumbuh-tumbuhan pada waktu mengadakan
fotosintesa, menggunakan CO2 dan air dengan
bantuan utama cahaya membuat hidrat arang dan
menghasilkan zat asam yang berguna untuk ikan.
Dengan demikian plankton dapat memproduksi
zat organic dari zat anorganik, maka plankton
tersebut dinamakan “penghasil awal”. Organisme
yang memakan penghasil awal dinamakan Gambar 1. Rantai Makanan
“pemakan awal”. Organisme yang memakan
pemakan awal dinamakan “pemakan kedua”. Pemakan kedua akan dimakan pemakan
ketiga dan seterusnya. Susunan demikian itu yang dimaksud dengan rantai makanan.
Panjang pendeknya rantai makanan bergantung kepada macam, ukuran atau umur ikan.
Ikan buas yang besar merupakan pemakan yang tertinggi, akan tetapi akan lebih rendah
dari pada organisme pemakan ikan buas tersebut.
Kolam ikan merupakan contoh yang baik untuk mengetahui rantai makanan dalam
keadaan sangat disederhanakan. Disini akan terlihat pola pengelolaan yang direncanakan
untuk menyalurkan energi melalui rantai makanan yang diusahakan sependek mungkin.
Bila rantai makanan itu semakin panjang maka produksi terakhir yang di capai tidak
secepat pada ikan dengan rantai yang pendek.
Kebanyakan para ahli biologi aquatik menyetujui bahwa bakteria dan algae
merupakan dasar bagi rantai makanan. Bakteri mengunakan material sisa yang komplek

10
menjadi bentuk yang lebih sederhana. Algae sanggup menggunakan garam-garam
anorganik yaitu zat asam arang dan air dengan adanya sinar matahari membentuk zat
organik. Akan tetapi rantai makanan dari bakteria ke ikan bukan meruapakan rantai
makanan satu seri rantai makanan melainkan bentuknya lebih komplek shingga akan tepat
apabila disebut jaring makanan karena terdiri dari berbagai rantai makanan yang saling
bertautan.
Menurut Odum dalam Stele (1970) konsep klasik dalam rantai makanan aquatik,
bahwa zooplankton dianggap sebagai rantai pertama yang penting untuk pengahasil kedua.
Konsep ini berdasarkan penelitian rantai makanan di laut daerah utara dimana tiap tahap
tropiknya dapat dengan mudah diikuti. Kedudukan zooplankton bila makin dekat ke daerah
pantai makin kurang peranannya. Bahkan di daerah eustuarin, kepentingan phytoplankton
menjadi nomor dua. Di daerah pantai yang mempunyai peranan dalam rantai makanan
sebagai rantai pertama diantaranya rumput laut daerah pantai (spartina), rumput laut
(Thalassia, dsb), makro algae, mangrove dan mikroflora benthik. Ikan sebagai pemakan
detritus dari organisme tersebut sebagi energi menggantikan zooplankton sebagai rantai
pada herbivore. Beberapa spesies ikan yang telah hidup sebagai pemakan detritus materual
tanaman mikro dan makro benthic di daerah pantai adalah ikan bandeng, dan belanak. Ikan
pemakan detritus yang biasa hidup di air tawar diantaranya adalah ikan mas, ikan mujair,
ikan nila.
a. Rantai Makanan di Danau : Diatom – Kutu air – larva capung – ikan kecil – ikan besar –
bangau – pengurai (kembali ke) – diatom
b. Rantai Makanan di Laut : Fitoplankton – Zooplankton – Hewan laut kecil – Hewan laut
besar – Predator – Dekomposer -(Kembali ke) Fitoplankton
Jaring-jaring makanan adalah kumpulan dari rantai makanan yang saling
berhubungan dan membentuk skema mirip jaring. Kelangsungan hidup organisme
membutuhkan energi dari bahan organik yang dimakan. Bahan organik yang mengandung
energi dan unsur-unsur kimia transfer dari satu organisme ke organisme lain berlangsung
melalui interaksi makan dan dimakan. Peristiwa makan dan dimakan antar organisme
dalam suatu ekosistem membentuk struktur trofik yang bertingkat-tingkat.
2.3. Kebiasaan Cara Memakan (Feeding Habits)
Kebiasaan cara makan adalah kapan waktu, tempat dan cara ikan mendapatkan
makanannya. Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan menggunakan mata.
Pembauan dan persentuhan digunakan juga untuk mencari makanan terutama oleh ikan
pemakan dasar dalam perairan yang kekurangan cahaya atau dalam peraira keruh. Ikan
yang menggunakan mata dalam mencari makanan akan mengukur apakah makanan itu
cocok atau tidak untuk ukuran mulutnya. Tetapi ikan yang menggunakan pembauan dan
persentuhan tidak melakukan pengukuran, melainkan kalau makanan sudah masuk mulut
akan diterima atau ditolak.
Oleh karena itu kebiasaan makan dan cara makan menentukan golongan ikan, misalnya
saja ikan yang sering mencari makan di dasar perairan, baik itu perairan tawar, ataupun

11
laut dimasukan pada golongan ikan demersal. Adapun kebiasaan makan ikan lebih
detailnya sebagai berikut:
a. Kebiasaan Makan Ikan Berdasarkan Tempat
Ikan dasar perairan (demersal) adalah jenis yang banyak menghabiskan
aktivitasnya di dasar perairan, termasuk kebiasaan mencari makannya karena itulah
kebiasaan makannya yang deperti itu menyebabkan ikan tersebut dimasukan dalam
golongan ini. Contohnya: lele dumbo dan patin.
Ikan lapisan tengah perairan, yakni ikan yang mencari makanan yang mengapung di
tengah perairan. Ikan jenis ini hanya sewaktu-waktu muncul ke permukaan air atau
berenang di dasar perairan. Ikan mas dan bawal termasuk kedalam jenis ini. Ikan
permukaan perairan, yakni ikan yang mencari makanan di permukaan air. Umumnya,
ikan jenis ini menghabiskan waktunya lebih lama berada di lapisan atas perairan. Ikan
dengan kebiasaan seperti ini disebut dengan pelagis atau ikan permukaan. Gurami, nila
dan mujair termasuk dalam kategori ini. Ikan menempel, yakni ikan pemakan bahan
organik yang menempel pada subtrat (benda yang terdapat di dalam air), baik yang
berada di dalam kolam air (lapisan tengah) maupun yang berada di dasar perairan. Ikan
nilem dan sapu-sapu termasuk dalam golongan ikan dengan kebiasaan makan
menempel.
b. Kebiasaan Makan Ikan Berdasarkan Waktu
Penggolongan kebiasaan makan ikan tidak hanya berdasarkan tempat saja, tapi saat
kebisaan makan ikan juga digolongkan berdasarkan kapan (waktu) ikan manecari
makan. Penggolongannya adalah sebagai berikut:
Jenis ikan yang aktif mencari makan pada siang hari. Jenis ikan ini memiliki aktivitas
makan yang banyak dilakukan pada siang hari. Pada malam hari, mereka lebih banyak
beristirahat. Jenis ikan dengan aktivitas seperti itu disebut ikan diurnal. Contohnya:
ikan mas, nila, bawal, dan gurami.
Jenis ikan yang aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal). Ikan yang masuk
dalam kategori ini jarang mencari makanan pada siang hari, tetapi aktif mencari makan
di malam hari. Jenis ikan yang aktif mencari makanan pada malam adalah lele dumbo,
lele lokal, dan patin (jambal).
Selain itu, perbedaan kualitas air dapat menyebabkan perbedaan variasi lingkungan,
karena pengaruh pencemaran air lebih besar pada ikan dibandingkan dengam hewan
darat. Suhu dan kualitas air mempengaruhi karakter seperti pertumbuhan dan daya tahan
terhadap penyakit dan juga perkembangan karakter, karena suhu dan perubahan kualitas
air dapat memacu terbentuknya larva yang cacat. Proses biologi dan fisiologi juga
bertanggung jawab terhadap pengaruh lingkungan. Sebagai contoh, pada ikan yang
sedang tumbuh, perbandingan permukaan insang dengan volume badan nilainya
menjadi lebih kecil. Biasanya ikan besar mempunyai toleransi yang rendah terhadap
oksigen dibandingkan ikan kecil. Pada evaluasi genetik melalui uji tantang terhadap
suhu rendah, ikan kecil mempunyai keuntungan dibandingkan dengan ikan besar

12
dengan demikian hubungan antara ukuran toleransi terhadap oksigen rendah dapat
ditentukan dengan menggunakan standar data genotif terhadap suatu ukuran tertentu
percobaan. Ikan yang lebih besar mempunyai kepala yang besar dan panjang. Oleh
karena itu, pengukuran secara morfometrik harus distandarisasikan. Salah satu teknik
untuk menstandarisasi adalah dengan perbandingan. Akan tetapi, hal ini terkendala
dengan perubahan bentuk badan relatif jika ikan bertambah besar. Pada ikan muda,
badan ikan tumbuh besar dibandingkan dengan kepala, dengan demikian perbandingan
ukuran kepala terhadap panjang total lebih kecil daripada ikan yang besar. Pada ikan
yang tumbuh mendekati matang gonad, hubungan tersbut berubah, kepala mulai tumbuh
lebih cepat daripada badan, dengan demikian ukuran tubuh melalui pengukuran
morfometrik harus diperbaiki untuk mengoreksi data yang diperoleh nilai yang sah.
Untuk larva ikan, mata merupakan indera yang penting untuk mencari dan
menangkap makanannya. Bila larva menemukan mangsa didepan tubuhnya akan beraksi
dengan menggerakkan mata sehingga berposisi simetris tertuju ke depan. Kemudian
ikan menggerakkan tubuh berupa loncatan-loncatan kecil. Bila mangsa sudah dekat
yaitu kira-kira 1–2 mm didepan mulutnya, larva akan mendorong tubuhnya dari posisi
badan berbentuk huruf S kemudian menangkap mangsanya. Biasanya mangsa seperti
Copepoda tidak akan tingal diam, tetapi mengadakan reaksi. Pergerakan larva
merupakan perangsang mangsa mengadakan pergerakan bila mana larva suda mendekat
kira-kiar 2–3 mm mangsa akan meloncat sebelum ditangkap.
Ikan pemakan plankton mempunyai mulut relative kecil dan umumnya tidak
ditonjolkan ke luar. Rongga mulut bagian dalam dilengkapi dengan jari-jari tapis insang
yang panjang dan lemas untuk menyaring plankton yang di makan. Plankton yang
masuk ke dalam mulut bersama-sama air. Plankton akan tinggal dalam mulut sedangkan
airnya akan melalui celah insang. Umumnya mulut ikan pemakan plankton tidak
dilengkapi dengan gigi. Alat pencernaan tidak mempunyai lambung seperti pada ikan
buas dan usus pemakan plankton relative panjang tetapi tidak dilengkapi dengan
perlengkapan sempurna untuk mencerna. Ikan pemakan plankton kalu makan ada yang
suka membentuk suatu kelompok dan mencari kelompok plankton yang padat. Bila
mereka menemukan yang dapat mereka makan dengan intensif dan lebih cepat dari pada
makan ikan yang makannya terisolir. Sebaliknya ikan pemakan benthos dan ikan buas
makanannya kurang intensif kalua mereka berkelompok tetapi makan lebih intensif
kalau terisolir.
Ikan pemakan dasar pada waktu mencari makanan mengunakan sungut untuk meraba
dasar perairan. Persentuhan sungut dengan mangsa atau makanannya akan
menggerakkan mulut untuk mengambil mangsa. Kebanyakan makanan yang diambil
terdiri dari invertebrata. Mulut pemakan dasar ada yang dilengkapi dengan gigi halus
yang memenuhi ruang atas dan bawah, tetapi ada pula yang tidak dilengkapi dengan
gigi seperti yang terdapat pada ikan. Ikan mas yang sudah tua dan besar akan merubah
kebiasaan makanannya dari pemakan dasar menjadi pemakan rumput.

13
Umumnya ikan buas mencari mangsa mengunakan mata. Ikan buas aktif mencari
makanan dengan berenang kian kemari, tetapi ikan yang tidak aktif akan menunggu
mangsa di suatu tempat yang terlindung. Bila mangsa mendekat akan disergap. Ikan
buas yang suka berkelompok jika telah dapat melokalisir mangsanya akan mengambil
mangsa tersebut secara intensif dan cepat jika dibandingkan dengan ikan yang terisolir.
Tetapi hal ini bergantung pada distribusi dan konsentrasi makanan tadi. Kadang-kadang
ikan buas mengalami kesukaran menghadapi mangsa yang bergerombol karena mangsa
tersebut bergerombolnya sedemikian rupa sehingga tidak ada satupun yang terlepas.
Kalau kelompok ikan tadi dalam keadaan terpencar maka ikan predator akan makan
secara intensif.
Sehubungan dengan kebiasaan ikan mencari makanannya, pada ikan terdapat apa
yang dinamakan Feeding Periodicity masa aktif ikan untuk mencari makanan selama 24
jam. Bergantung kepada ikannya feeding periodicity ada yang satu ada yang dua kali.
Lamanya ada yang satu jam atau dua jam bahkan ada yang terus menerus. Pada ikan
buas yang memakan mangsa yang ukuran besar interval pengambilan makanannya
mungkin lebih dari satu hari. Feeding periodicity ikan nocturnal aktif pada malam hari
dimulai dari matahari terbenam sampai pagi dan untuk ikan diurnal pada siang hari.
Feeding periodicity ini berhubungan dengan suplay makanan juga dengan musim.
Kalau kondisi lingkungan menjadi buruk feeding periodicity dapat berubah, bahkan
dapat menyebabkan terhentinya pengambilan makanan.
2.4. Spesialisasi Kebiasaan Makanan pada Ikan
Aktifitas mencari makan pada ikan pada alam bebas merupakan pekerjaan harian
yang rutin dimana makanan tadi diketahui oleh ikan dengan cara penglihatan, perabaan,
pembauan. Makanan yang tersedia di alam dimanfaatkan oleh ikan biasanya dapat
diketahui dengan mengambil contoh makanan yang ada pada lambungnya dan dilengkapi
dengan daftar diet harian yang diambil ikan berbagai umur dan ukuran. Dalam mempelajari
tentang kebiasaan, kesukaan dan macam-macam makanan ikan harus menyertakan
pertimbangan terhadap morfologi fungsional dari tengkorak, rahang dan alat pencernaan
ikan tersebut. Dengan memperhitungkan hal-hal tersebut dapat diketahui gizi alami dan
pembatas-pembatas kebiasaan makanan yang mungkin timbul. Ikan tanpa struktur mulut
untuk menghisap lumpur tidak akan mendapatkan makanan di bawah batu-batu besar
padahal makanan disitu cukup banyak.
Mengenai feeding habits yaitu kebiasaan cara memakan pada ikan sering kali di
hubungkan dengan bentuk tubuh yang khusus dan fungsional morfologi dari tengkoraknya,
rahang dan alat pencernaan makanannya. Jadi ikan herbivore secara sederhana dapat
dinyatakan bahwa ikan tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk memakan dan
mencerna material lain selain tumbuhan, oleh karena itu ikan pemakan tumbuhan
cenderung memakan material tumbuhan yang lambat dicerna. Ikan herbivore ini harus
dapat mengekstraksi nutrient melalui ususnya yang panjang. Jadi usus ini berfungsi sebagai
penahan makanan dalam jumlah besar dalam waktu yang lama untuk mendapat

14
kesempatan penggunaan penuh material makanan yang sudah dicerna. Secara kontras ikan
karnivor mempunyai usus yang lebih pendek khusus. Salah satu contoh ikan yang
mempunyai keistimewaan khusus dalam kebiasaan makanannya dan mencari makanan
terdapat pada ikan mas. Ikan ini mencari makan dengan cara menghisap dengan mulut
yang dapat dijulurkan dengan mudah. Mulutnya terminal dan tidak mempunyai gigi.
Sebagai ganti gigi dan lambung ikan ini mempunyai gigi pharynx untuk mengerus. Dilihat
dari segi spesialisasi makanannya, maka ikan ini adalah ikan omnivore euryphagus dan
sebagai pemakan yang oportunistik di dalam suatu daerah ekologi yang bermacam-macam.
Di daerah musim empat, pada waktu musim dingin makanan bagian terbesarnya adalah
makanan yang pada waktu musim panas terbawa dengan makanan lainnya.

15
BAB III.
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari latar belakang dan pembahasan tersebut di atas, dapat disimpulkan
sebagai berikut :

1. Kebiasaan makanan (food habits) adalah kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan
oleh ikan. Umumnya makanan yang pertama kali datang dari luar untuk semua ikan
dalam mengawali hidupnya ialah plankton yang bersel tunggal yang berukuran kecil.

2. Rantai makanan adalah proses makan-dimakan sehingga tebentuk suatu ikatan antara
mangsa dan pemangsa (food chaints). Plankton tumbuh-tumbuhan pada waktu
mengadakan fotosintesa, menggunakan CO2 dan air dengan bantuan utama cahaya
membuat hidrat arang dan menghasilkan zat asam yang berguna untuk ikan.

3. Kebiasaan cara makan adalah kapan waktu, tempat dan cara ikan mendapatkan
makanannya. Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan menggunakan mata.
Pembauan dan persentuhan digunakan juga untuk mencari makanan terutama oleh ikan
pemakan dasar dalam perairan yang kekurangan cahaya atau dalam peraira keruh.

4. Spesialisasi makanan pada ikan berhubungan dengan morfologi dari masing-masing ikan
tersebut sehingga ikan terbagi menjadi tiga jenis yaitu herbivora, karnivora dan
omnivora. Ikan-ikan tersebut memiliki spesialisasi tersendiri sesuai dengan fungsi
morfologinya.

3.2 Saran
Saran yang dapat kami ajukan dalam pembuatan makalah ini yaitu Dengan
kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pihak
manapun demi perbaikan makalah ini. Dan untuk teman-teman yang diberi tugas harus
dikerjakan sebaik mungkin dan saling kerja samanya sehingga dalam pembuatan
makalah dapat diselesaikan dengan tepat serta sesuai yang diharapkan. Untuk menambah
ilmu pengetahuan penulis mengarapkan tugas ini bisa dibaca atau mencari referensi lain
untuk melengkapi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Yeni Anisa. dkk. Jurnal. 2015. Kebiasaan Makanan Ikan Tamban ( Sardinella Fimbriata )
Di Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Maritim Raja Ali Haji Riau.

Subiyanto. dkk. Jurnal. 2007. Analisis Kebiasaan Makan (Food Habits) Larva
Hypoatherina sp. Di Pelewangan Timur Segara Anakan Cilacap. Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan Jurusan Perikanan Jurusan Perikanan
Universitas Diponegoro. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 3, No. 2, 2008 : 82 – 86.

Andi Mulyadi. dkk. Makalah. 2015. Kebiasaan Makan Dan Cara Makan Ikan. Universitas
Padjadjaran Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Jurusan Perikanan

17

Anda mungkin juga menyukai