Anda di halaman 1dari 23

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekosistem Konservasi Laut


Laut merupakan ekosistem yang paling besar dan stabil. Laut diperkirakan
merupakan ekosistem pertama karena menurut sebuah teori, semua kehidupan di alam
ini berasal dari laut. Seperti yang telah dijelaskan pada pendahuluan di atas, sebagian
besar permukaan bumi ditutupi oleh laut sehingga laut adalah tempat yang paling
banyak ditempati oleh organism baik itu hewan maupun tumbuhan.
Pada awalnya laut memberikan andil yang cukup besar pada kehidupan. Namun
karena adanya eksploitasi secara besar-besaran, fungsi laut menjadi semakin berkurang.
Oleh sebab itu perlu diadakan pelestarian terhadap ekosistem laut seperti melakukan
konservasi. Konservasi dalam bahasa inggris disebut conservation yang artinya
pengawetan atau perlindungan alam. Konservasi adalah upaya yang dilakukan untuk
pemeliharaan dan pengembangan alam menurut status aslinya. Dengan kata lain dalam
konservasi laut diharapkan agar mampu untuk melindungi dan mengembangkan
sumberdaya yang ada dilaut baik berupa hewan, tumbuhan, dan lain-lain sehingga
tercipta alam laut yang alami tanpa diusik oleh tangan-tangan usil manusia.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia konservasi adalah pemeliharaan dan
perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dng
jalan mengawetkan; pengawetan; pelestarian; proses menyaput bagian dalam badan
mobil, kapal, dsb untuk mencegah karat
Sedangkan menurut ilmu lingkungan, Konservasi adalah :
1. Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi, atau distribusi yang
berakibat pada pengurangan konsumsi energi di lain pihak menyediakan jasa yang
sama tingkatannya.
2. Upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan dan
sumber daya alam
3. (fisik) Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil sepanjang reaksi kiamia
atau transformasi fisik.
4. Upaya suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan.
Suatu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilayah dapat dikelola, sementara
keaneka-ragaman genetik dari spesies dapat berlangsung dengan mempertahankan
lingkungan alaminya.
Kawasan konservasi mempunyai karakteristik sebagaimana berikut:
1. Karakteristik, keaslian atau keunikan ekosistem (hutan hujan tropis/tropical rain
forest yang meliputi pegunungan, dataran rendah, rawa gambut, pantai)
2. Habitat penting/ruang hidup bagi satu atau beberapa spesies (flora dan fauna)
khusus: endemik (hanya terdapat di suatu tempat di seluruh muka bumi), langka,
atau terancam punah (seperti harimau, orangutan, badak, gajah, beberapa jenis
burung seperti elang garuda/elang jawa, serta beberapa jenis tumbuhan seperti
ramin). Jenis-jenis ini biasanya dilindungi oleh peraturan perundang-undangan.
3. Tempat yang memiliki keanekaragaman plasma nutfah alami.
4. Lansekap (bentang alam) atau ciri geofisik yang bernilai estetik/scientik.
5. Fungsi perlindungan hidro-orologi: tanah, air, dan iklim global.
6. Pengusahaan wisata alam yang alami (danau, pantai, keberadaan satwa liar yang
menarik).
Dalam menentukan kawasan konservasi, ada hal-hal yang harus diperhatikan
kriterianya(MacKinon,1990) yaitu:
1. Karakteristik keunikan ekosistem, seperti misalnya penyu,
2. Spesies yang diminati, nilai kelangkaan atw terancam.
3. Tempat yang memiliki keanekaragaman spesies
4. Ciri geofisik yang bernilai sumber pengetahuan atau estetis.
5. Fungsi perlindungan hidrologi, oseonografi,
Jadi konservasi ekosistem laut merupakan upaya untuk melindungi dan
mengembangkan potensi ekosistem yang ada di laut dan factor-faktor yang
mempengaruhinya sehingga tercipta kelestarian ekosistem.
1. Konservasi Ekositem Pantai
Pantai merupakan ekosistem yang terletak antar garis air surut terendah dengan
air pasang tertinggi. Ekosistem ini berkisar dari daerah rendah yang substratnya berbatu
dan berkerikil (yang mengandung flora dan fauna dalam jumlah terbatas) hingga
daerah berpasir aktif (dimana populasi bakteri, protozoa, dan metozoa ditemukan) serta
daerah yang bersubstrat liat dan lumpur (dimana ditemukan sejumlah besar komunitas
binatang yang jarang muncul ke permukaan).
Banyak diantara pantai-pantai di Indonesia yang mengalami abrasi, mulai dari yang
tingkat abrasinya rendah, sedang, sampai yang tingkat abrasinya parah/tinggi. Dalam
upaya mengatasi abrasi ini sudah saatnya bagi kita untuk memikirkan cara-cara dan
melakukan tindakan yang berwawasan konservasi, tidak lagi hanya dengan melakukan
upaya yang sifatnya sementara saja. Pencegahan ataupun penanggulangan abrasi
dengan berwawasan konservasi ini tentunya akan memberikan berbagai keuntungan
bagi lingkungan (alam) yang akan membawa banyak imbas positif dalam kehidupan
manusia. Salah satu cara mencegah ataupun mengatasi abrasi yaitu dengan cara
penanaman bakau. Sebenarnya telah banyak orang yang mengetahui fungsi dan
kegunaan hutan bakau bagi lingkungan. Namun dalam prakteknya di lapangan, masih
banyak pula yang belum memanfaatkan hutan bakau sebagai sarana untuk mencegah
atau mengatasi abrasi.
Yang sering terlihat, dalam usaha mengatasi abrasi di daerah pantai, pemerintah di
beberapa daerah melakukan kebijakan pencegahan abrasi dengan membangun pemecah
gelombang buatan di sekitar pantai dengan maksud untuk mengurangi abrasi yang
terjadi tanpa dibarengi dengan usaha konservasi ekosistem pantai (seperti penanaman
bakau dan/atau konservasi terumbu karang). Akibatnya dalam beberapa tahun kemudian
abrasi kembali terjadi karena pemecah gelombang buatan tersebut tidak mampu terus-
menerus menahan terjangan gelombang laut. Namun payahnya, seringkali pengalaman
tersebut tidak dijadikan pelajaran dalam menetapkan kebijakan selanjutnya dalam upaya
mencegah ataupun mengatasi abrasi. Yang sering terjadi di lapangan, ketika pemecah
gelombang telah rusak, lagi-lagi pemerintah setempat membangun pemecah geombang
buatan dan lagi-lagi tanpa dibarengi dengan penanaman bakau atau konservasi terumbu
karang yang rusak. Hal tersebut seakan-akan menjadi suatu rutinitas yang bila difikir
lebih jauh, tetunya hal tersebut akan berimbas terhadap dana yang harus dikeluarkan
daerah setempat.
Seandainya, dalam mengatasi abrasi tersebut kebijakan yang diambil pemerintah
yaitu dengan membangun pemecah gelombang buatan (pada awal usaha mengatasi
abrasi atau jika kondisi abrasi benar-benar parah dan diperlukan tindakan super cepat)
dengan dibarengi penanaman bakau di sekitar daerah yang terkena abrasi atau bahkan
bila memungkinkan dibarengi pula dengan konservasi terumbu karang, tentunya
pemerintah setempat tidak perlu secara berkala terus menerus membangun pemecah
gelombang yang menghabiskan dana yang tidak sedikit. Hal ini dikarenakan dalam
beberapa tahun sejak penanaman, tanaman-tanaman bakau tersebut sudah cukup untuk
mengatasi atau mengurangi abrasi yang terjadi.
2. Konservasi ekosistem estuari
Estuari merupakan suatu perairan semi tertutup yang berada di bagian hilir sungai
dan masih berhubungan dengan laut, sehingga memungkinkan terjadinya percampuran
antara air tawar dan air laut.
Salah satu bagian wilayah pesisir yang memiliki tingkat kesuburan cukup tinggi
adalah estuaria (muara sungai). Daerah ini merupakan ekosistem produktif yang setara
dengan hutan hujan tropik dan terumbu karang, karena perannya adalah sebagai sumber
zat hara, memiliki komposisi tumbuhan yang beragam sehingga proses fotosintesis dapat
berlangsung sepanjang tahun, serta sebagai tempat terjadinya fluktuasi permukaan air
akibat aksi pasang surut. Kondisi ekosistem yang produktif ini kemudian menjadikannya
sebagai salah satu wilayah yang memiliki tingkat produktifitas tinggi. Produktifitas
merupakan suatu proses produksi yang menghasilkan bahan organik yang meliputi
produktifftas primer ataupun sekunder. Produktifitas primer pada wilayah estuaria dapat
di artikan sebagai banyaknya energi yang diikat atau tersimpan dalam aktifltas
fotosintesis dari organisme produser, terutama tanaman yang berklorofil dalam bentuk-
bentuk substansi organik yang dapat digunakan sebagai bahan makanan. Produktifftas ini
dilakukan oleh organisme outotroph seperti juga semua tumbuhan hijau mengkonversi
energi cahaya ke dalam energi biologi dengan fiksasi karbondioksida, memisahkan
molekuler air dan memproduksi karbohidrat dan oksigen.
Estuari merupakan wilayah yang sangat dinamis (dynamics area), rentan terhadap
perubahan dan kerusakan lingkungan baik fisik maupun biologi (ekosistem) dari dampak
aktifitas manusia di darat ataupun pemanfaatan sumberdaya perairan laut secara
berlebihan (over-exploited). Beberapa hal yang dimungkinkan menjadi sumber
kerusakan dan perubahan fisik lingkungan wilayah estuaria antara lain:
a. Semakin meningkatnya penebangan hutan dan jeleknya pengelolaan lahan di darat,
dapat meningkatkan sedimentasi di wilayah estuaria. Llaju sedimentasi di wilayah pesisir
yang melalui aliran sungai bisa dijadikan sebagai salah satu indikator kecepatan proses
kerusakan pada wilayah lahan atas, sehingga dapat menggambarkan kondisi pada
wilayah lahan atas. Sedimen yang tersuspensi masuk perairan pantai dapat
membahayakan biota laut, karena dapat menutupi tubuh biota laut terutama bentos
yang hidup di dasar perairan seperti rumput laut, terumbu karang dan organisme
lainnya. Meningkatnya kekeruhan akan menghalangi penetrasi cahaya yang digunakan
oleh orgnisme untuk pemapasan atau berfotosintesis. Banyak-nya sedimen yang
akhirnya terhenti atau terendapkan di muara sungai dapat mengubah luas wilayah
pesisir secara keseluruhan, seperti terjadinya perubahan garis pantai, berubahnya mulut
muara sungai, terbentuknya delta baru atau tanah timbul, menurunnya kualitas perairan
dan biota-biota di muara sungai.
b. Pola pemanfaatan sumberdaya hayati laut yang tidak memperhatikan daya dukung
produktifitas pada suatu kawasan estuaria, seperti sumberdaya perikanan, sehingga
kawasan muara sungai tersebut terus mendapat tekanan dan menyebabkan
menurunnya produktifitasnya
c. Meningkatnya pembangunan di lahan atas (up-land) menjadi kawasan Industri,
pemukiman, pertanian menjadikan sumber limbah yang bersama-sama dengan aliran
sungai akan memperburuk kondisi wilayah estuaria. Lebih dan 80% bahan pencemar
yang ditemukan di wilayah pesisir dan laut berasal dari kegiatan manusia di darat UNEP
(1990).
d. Kegiatan-kegiatan kontruksi yang berkaitan dengan usaha pertanian, seperti
pembuatan saluran irigasi, drainase dan penebangan hutan akan mengganggu pola aliran
alami daerah tersebut. Gangguan ini meliputi aspek kualitas, volume, dan debit air.
Pengurangan debit air yang di alirkan bagi irigasi, dapat mengubah salinitas dan pola
sirkulasi air di daerah estuaria danmenyebabkan jangkauan intrusi garam semakin jauh
ke hulu sungai. Hal ini akan mengakibatkan perubahan pada sebagian ekosistem perairan
pantai itu sendiri, juga pada ekosistem daratan di sekitar perairan tersebut sehingga
berakibat intrusi air laut pada air tanah.
Ancaman terhadap ekosistem estuaria memilki dampak yangsangat besar terhadap kehidupan
organisme yang berada pada daerahtersebut. Ancaman ekosistem estuaria di antaranya adalah
ancamanpendangkalan, pencemaran, dan ancaman Eutrofikasi. Setiap ancamanmemiliki solusi dan
penaggulangan masing-masing. Sepertipenanggulangan Pendangkalan di lakukan dengan cara reboisasi
gunungtandus agar tidak terjadi erosisi yang dapat mempercepat laju sedimentasidan mengakibatkan
pendangkalan. Ancaman pencemaran di tanggulangidenga beberapa cara di antaranya sosialasi kepada
masyarakat akanpentingnya ekosisitem estuaria sehingga masyarakat tidak membuangsampah di daerah
estuaria. Penanggulangan Eutrofikasi di negara-negaramaju masyarakat yang sudah memiliki kesadaran
lingkungan ( green consumers ) hanya membeli produk kebutuhan rumah sehari -hari yang
mencantumkan label"phosphate free" atau "environmentally friendly". Cara lain yang harus
ditempuh adalah:
1. Memperbaiki Daerah Lahan Atas (up-land)
Upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi dampak kerusakan pada ekosistem
perairan wilayah estuaria yaitu dengan menata kembali sistem pengelolaan daerah atas.
Khususnya penggunaan lahan pada wilayah daratan yang memiliki sungai. Jeleknya
pengelolaan lahan atas sudah dapat dipastikan akan merusak ekosistem yang ada di
perairan pantai. Oleh karena itu, pembangunan lahan atas harus memperhitungkan dan
mempertimbangkan penggunaan lahan yang ada di wilayah pesisir. Jika penggunaan
lahan wilayah pesisir sebagai lahan perikanan tangkap, budidaya atau konservasi maka
penggunaan lahan atas harus bersifat konservatif. Perairan pesisir yang penggunaan
lahannya sebagai lahan budidaya yang memerlukan kualitas perairan yang baik maka
penggunaan lahan atas tidak diperkenankan adanya industri yang memproduksi bahan
yang dapat menimbulkan pencemaran atau limbah. Limbah sebelum dibuang ke sungai
harus melalui pengolahan terlebih dahulu sesuai dengan baku mutu yang telah
ditetapkan.
2. Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Secara Optimal
Wilayah estuaria yang berfungsi sebagai penyedia habitat sejumlah spesies untuk
berlindung dan mencari makan serta tempat reproduksi dan tumbuh, oleh karenanya di
dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan khususnya di wilayah estuaria diperlukan
tindakan-tindakan yang bijaksana yang berorientasi pemanfaatan secara optimal dan
lestari. Pola pemanfatan sebaiknya memperhatikan daya dukung lingkungan (carrying
capacity).
3. Konsenvasi Hutan Mangrove
Perlindungan hutan mangrove pada wilayah estuaria sangat penting, karena selain
mempunyai fungsi ekologis juga ekonomis. Secara ekologis hutan mangrove
adalahsebagai penghasil sejumlah besar detritus dari serasah, daerah asuhan (nursery
ground), mencari makan (feeding ground) dan sebagai tempat pemijahan (spawning
ground). Secara fisik, hutan mangrove dapat berperan sebagai filter sedimen yang
berasal dari daratan melalui sistem perakarannya dan mampu meredam terpaan angin
badai. Secara ekonomis, dalam konser-vasi hutan mangrove juga akan diperoleh nilai
ekonomis sangat tinggi. Nilai ekonomi total rata-rata sekitar Rp 37,4 juta/ha/tahun yang
meliputi manfaat langsung (kayu mangrove), manfaat tidak langsung (serasah daun,
kepiting bakau, nener bandeng ikan tangkap dan ikan umpan), option value dan
existence value. Upaya konservasi tersebut juga mempunyai nilai dampak positip
terhadap sosial-ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah estuaria, yaitu
mampu memberikan beberapa alternatif jenis mata pencaharian dan pendapatan.
3. Konservasi mangrove dan bakau
Mangrove/bakau merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang khas tumbuh
dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur, berpasir, atau muara
sungai, seperti pohon api-api (Avicennia spp), bakau (Rhizophora spp), pedada
(Sonneratia), tanjang (Bruguiera),nyirih (Xylocarpus), tengar (Ceriops) dan buta buta
(Exoecaria)
Ekosistem mangrove sebagai ekosistem peralihan antara darat dan laut telah
diketahui mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai penghasil bahan organik, tempat
berlindung berbagai jenis binatang, tempat memijah berbagai jenis ikan dan udang,
sebagai pelindung pantai, mempercepat pembentukan lahan baru, penghasil kayu
bangunan, kayu bakar, kayu arang, dan tanin (Soedjarwo, 1979). Masing-masing kawasan
pantai dan ekosistem mangrove memiliki historis perkembangan yang berbeda-beda.
Perubahan keadaan kawasan pantai dan ekosistem mangrove sangat dipengaruhi oleh
faktor alamiah dan faktor campur tangan manusia.
Hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan. Ekosistem ini
mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain :
pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat (tempat tinggal), tempat
mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground),
tempat pemijahan (spawning ground) bagi aneka biota perairan, serta sebagai pengatur
iklim mikro. Sedangkan fungsi ekonominya antara lain : penghasil keperluan rumah
tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit.
Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau
secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak
terpengaruh oleh iklim. Sedangkan daerah pantai adalah daratan yang terletak di bagian
hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut dan masih dipengaruhi
oleh pasang surut, dengan kelerengan kurang dari 8% (Departemen Kehutanan, 1994
dalam Santoso, 2000).
Menurut Nybakken (1992), hutan mangrove adalah sebutan umum yang
digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang
didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang
mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Hutan mangrove meliputi
pohon- pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 genera
tumbuhan berbunga : Avicennie, Sonneratia, Rhyzophora, Bruguiera, Ceriops,
Xylocarpus, Lummitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus
(Bengen, 2000).
Kata mangrove mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas, yaitu komunitas
atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar garam/salinitas
(pasang surut air laut); dan kedua sebagai individu spesies (Macnae, 1968 dalam
Supriharyono, 2000). Supaya tidak rancu, Macnae menggunakan istilah mangal apabila
berkaitan dengan komunitas hutan dan mangrove untuk individu tumbuhan. Hutan
mangrove oleh masyarakat sering disebut pula dengan hutan bakau atau hutan payau.
Namun menurut Khazali (1998), penyebutan mangrove sebagai bakau nampaknya
kurang tepat karena bakau merupakan salah satu nama kelompok jenis tumbuhan yang
ada di mangrove.
Ciri dan Karakteristik Ekosistem Mangrove
Ekosistem mangrove hanya didapati di daerah tropik dan sub-tropik. Ekosistem
mangrove dapat berkembang dengan baik pada lingkungan dengan ciri-ciri ekologik
sebagai berikut:
a) Jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir dengan bahan-bahan yang
berasal dari lumpur, pasir atau pecahan karang;
b) Lahannya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun hanya tergenang
pada saat pasang purnama. Frekuensi genangan ini akan menentukan komposisi
vegetasi ekosistem mangrove itu sendiri;
c) Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat (sungai, mata air atau air tanah)
yang berfungsi untuk menurunkan salinitas, menambah pasokan unsur hara dan
lumpur;
d) Suhu udara dengan fluktuasi musiman tidak lebih dari 5C dan suhu rata-rata di bulan
terdingin lebih dari 20C;
e) Airnya payau dengan salinitas 2-22 ppt atau asin dengan salinitas mencapai 38 ppt;
f) Arus laut tidak terlalu deras;
g) Tempat-tempat yang terlindung dari angin kencang dan gempuran ombak yang kuat;
h) Topografi pantai yang datar/landai.
Habitat dengan ciri-ciri ekologik tersebut umumnya dapat ditemukan di daerah-
daerah pantai yang dangkal, muara-muara sungai dan pulau-pulau yang terletak pada
teluk. Ekosistem mangrove dikategorikan sebagai ekosistem yang tinggi produktivitasnya
(Snedaker, 1978) yang memberikan kontribusi terhadap produktivitas ekosistem pesisi
(Harger, 1982). Dalam hal ini beberapa fungsi ekosistem mangrove adalah sebagai
berikut:
a Ekosistem mangrove sebagai tempat asuhan (nursery ground), tempat mencari
makan (feeding ground), tempat berkembang biak berbagai jenis krustasea, ikan,
burung biawak, ular, serta sebagai tempat tumpangan tumbuhan epifit dan parasit
seperti anggrek, paku pakis dan tumbuhan semut, dan berbagai hidupan lainnya;
b) Ekosistem mangrove sebagai penghalang terhadap erosi pantai, tiupan angin kencang
dan gempuran ombak yang kuat serta pencegahan intrusi air laut;
c) Ekosistem mangrove dapat membantu kesuburan tanah, sehingga segala macam
biota perairan dapat tumbuh dengan subur sebagai makanan alami ikan dan binatang
laut lainnya;
d) Ekosistem mangrove dapat membantu perluasan daratan ke laut dan pengolahan
limbah organik;
e) Ekosistem mangrove dapat dimanfaatkan bagi tujuan budidaya ikan, udang dan
kepiting mangrove dalam keramba dan budidaya tiram karena adanya aliran sungai
atau perairan yang melalui ekosistem mangrove;
f) Ekosistem mangrove sebagai penghasil kayu dan non kayu;
g) Ekosistem mangrove berpotensi untuk fungsi pendidikan dan rekreasi .
Karena fungsi dari ekosistem mangrove ini yang demikian kompleks maka sebagai
agent of change diatas bumi ini, manusia perlu untuk melakukan konservasi. Melihat
betapa pentingnya ekosistem mangrove bagi kehidupan manusia dibutuhkan kesadran
dalam menjaga keseimbangan kelestarian ekosistem mangrove. Untuk itu dibutuhkan
strategi yang efektif dalam rangka perencanaan dan pengelolaan pembangunan
ekosistem hutan mangrove. Hal ini sudah menjadi konsekuensi terhadap responsibility
pemerintah dan masyarakat untuk melestarikan potensi kekayaan laut. Lahirnya
kebijakan yang sentralistik dianggap telah menghasilkan paradigma pembangunan yang
reaktif merupakan semangat untuk mewujudkan tatanan masyarakat partisipatif di era
otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan kemampuan menyediakan ruang publik
yang lebar bagi munculnya partisipasi masyarakat di dalamnya, tidak hanya secara pasif
dimana partisipasi tersebut ditentukan oleh struktur kekuasaan di atasnya juga secara
aktif dimana masyarakat memahami sepenuhnya atas kebutuhan-kebutuhannya,
kemudian memilih, merumuskan dan mengupayakan agar dapat tercapai. Adapun
strategi konservasi yang ditawarkan yaitu dengan menggunakan metode "6R". Di bawah
ini adalah tahap atau perencanaan pembangunankonservasi ekosistem mangrove terdiri
dari:
1. Restorasi, dimaksudkan sebagai upaya untuk menata kembali kawasan mangrove
sekaligus melakukan aktivitas penghijuan. untuk melakukan restorasi perlu
memperhatikan pemahaman pola hidrologi, perubahan arus laut, tipe tanah, dan
pemilihan spesies
2. Reorientasi, dimaksudkan sebagai sebuah perencanaan pembangunan yang
berparadigma berkelanjutan sekaligus berwawasan lingkungan. Sehingga motif
ekonomi yang cenderung merusak akan mampu diminimalisasi
3. Responsivitas, dimaksudkan sebagai sebuah upaya dari pemerintah yang peka dan
tanggap terhadap problematika kerusakan ekosistem mangrove. Hal ini dapat
ditempuh melalui gerakan kesadaran pendidikan dini, maupun advokasi dan riset
dengan berbagai lintas disiplin keilmuan
4. Rehabilitasi, gerakan rehabilitasi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengembalikan
peran ekosistem mangrove sebagai penyangga kehidupan biota laut. Salah satu wujud
kongkrit pelaksanaan rehabilitasi yaitu dengan menjadikan kawasan mangrove
sebagai area konservasi yang berbasis pada pendidikan (riset) dan ekowisata
5. Responsibility, dimaksudkan sebagai upaya untuk menggalang kesadaran bersama
sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat. Wujud kongkritnya yaitu
mengoptimalkan Kelompok Tani Mangrove. Contoh Kelompok Tani Mangrove
"Sidodadi Maju" (KTMSM).
6. Regulasi, Kabupaten Rembang memiliki Perda No 8 tahun 2007 tentang pengelolaan
wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Rembang. Akan tetapi
implementasi Perda tersebut tidak berjalan secara efektif masih banyak pengambilan
terumbu karang maupun perusakan kawasan mangrove yang diperuntukkan bagi
pembangunan pemukiman. Oleh sebab itu dalam kerangka pembuatan kebijakan
hendaknya memperhatikan efektifitas keberlakuan hukum antara lain substansi,
kultur, dan aparatur.

A. EKOSISTEM LAUT
Ekosistem laut sebagai salah satu ekosistem di dunia, merupakan
suatu dunia sendiri, di mana ada di dalamnya terdapat proses dan
komponen-kompenen kehidupan yang serupa dengan proses yang terjadi
pada ekosistem daratan. Ekosistem air laut luasnya lebih dari 2/3
permukaan bumi ( + 70 % ), karena luasnya dan potensinya yang sangat
besar, ekosistem laut menjadi perhatian banyak orang. Ekosistem laut
disebut juga ekosistem bahari yang merupakan ekosistem yang terdapat
di perairan laut, terdiri atas ekosistem perairan dalam, ekosistem pantai
pasir dangkal/bitarol, dan ekosistem pasang surut.
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang
tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena
suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar
25C.Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi.Di daerah dingin,
suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah
permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan.Gerakan air
dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan
sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang
berlangsung balk.Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan
kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal.

B. CIRI-CIRI EKOSISTEM AIR LAUT

Ciri-ciri lingkungan ekosistem air laut- Adanya hempasan gelombang


air laut maka di daerah pasang surut yang merupakan perbatasan darat
dan laut terbentuk gundukan pasir, dan jika menuju ke darat terdapat
hutan pantai yang terbagi menjadi beberapa wilayah, yaitu sebagai
berikut.

Formasi pescaprae, didominasi tumbuhan Vigna, Spinifex


litorus, Ipomoea pescaprae, Pandanus tectorius.
Formasi baringtonia, tumbuhan yang khas, misalkan
Hibiscus tilliaceus, Terminalia catapa, Erythrina sp.
Hutan bakau, tumbuhan yang khas adalah Rhizopora
(bakau), dan Acanthus.

Ciri-ciri lingkungan ekosistem air laut adalah sebagai berikut :

Salinitas tinggi terutama di daerah tropis, sedangkan di


daerah dingin cukup rendah.
Ekosistem laut tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
Arus laut yang selalu berputar timbul karena perbedaan
temperatur dan perputaran bumi.
Di daerah tropis, seperti di Indonesia, air permukaan laut
mempunyai suhu lebih tinggi dengan suhu air di bagian bawahnya
sehingga air permukaan tidak dapat bercampur dengan air di lapisan
bawah. Batas antara lapisan tersebut dinamakan batas termoklin.
Organisme yang hidup di daerah ekosistem air laut memiliki
karakteristik tertentu, seperti hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki
tekanan osmosis sel kira-kira sama dengan tekanan osmosis air laut maka
itu adaptasinya tidak terlalu sulit. Sedangkan, hewan bersel banyak,
misalnya ikan, cara adaptasi yang dilakukan dengan cara melakukan
banyak minum, sedikit mengeluarkan urin, pengeluaran air dilakukan
secara osmosis, sedangkan garam mineral dikeluarkan secara aktif
melalui insang.Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari,
dan terumbu karang.

C. PEMBAGIAN DAERAH EKOSISTEM AIR LAUT

Pembagian zona laut berdasarkan kedalaman.Laut merupakan


wilayah yang sangat luas, lebih kurang dua pertiga dari
permukaan bumi.Wilayah ekosistem laut sangat terbuka sehingga
pengaruh cahaya Matahari sangat besar.Daya tembus cahaya Matahari
ke laut terbatas, sehingga ekosistem laut terbagi menjadi dua daerah,
yaitu daerah laut yang masih dapat ditembus cahaya Matahari, disebut
daerah fotik, daerah laut yang gelap gulita, disebut daerah afotik.Di antara
keduanya terdapat daerah remang-remang cahaya yang disebut daerah
disfotik.Berdasarkan jarak dari pantai dan kedalamannya ekosistem laut
dibedakan menjadi zona litoral, neritik, dan oseanik.Secara vertikal
kedalaman dibedakan menjadi epipelagik, mesopelagik, batio pelagik,
abisal pelagik, dan hadal pelagik.
Zona litoral/ekosistem perairan dalamKomunitas ekosistem perairan
dalam diIndonesia belum banyak diketahui secara pasti. Hal ini
dikarenakan belum dikuasainya perangkat teknologi untuk meneliti hingga
mencapai perairan dalam, tetapi secara umum keanekaragaman
komunitas kehidupan yang ada pada perairan dalam tersebut tidaklah
setinggi ekosistem di tempat lain. Komunitas yang ada hanya konsumen
dan pengurai, tidak terdapat produsen karena pada daerah ini cahaya
Matahari tidak dapat tembus.Makanan konsumen berasal dari plankton
yang mengendap dan vektor yang telah mati.Jadi, di dalam laut ini terjadi
peristiwa makan dan dimakan.Hewan-hewan yang hidup di perairan
dalam warnanya gelap dan mempunyai mata yang indah yang peka dan
mengeluarkan cahaya.Daur mineralnya terjadi karena gerakan air dalam
pantai ke tengah laut pada lapis atas.Perpindahan air ini digantikan oleh
air dari daerah yang terkena cahaya, sehingga terjadi perpindahan air dari
lapis bawah ke atas.Zona neritik/ekosistem pantai pasir dangkal
Zona neritik merupakan daerah sepanjang pantai.Daerah batas
pasang surut disebut zona litoral, sedangkan daerah dengan kedalaman
lebih dari 200 meter dari daerah pasang surut disebut zona
sublitoral.Komunitas yang terdapat di daerah ini ialah produsen, plankton,
konsumen dan pengurai.Komunitas ekosistem pantai pasir dangkal
terletak di sepanjang pantai pada saat air pasang.Luas wilayahnya
mencakup pesisir terbuka yang tidak terpengaruh sungai besar atau
terletak di antara dinding batu yang terjal/curam.Komunitas di dalamnya
umumnya didominasi oleh berbagai jenistumbuhan ganggang dan atau
rerumputan.
Jenis ekosistem pantai pasirdangkal ada tiga, yaitu sebagai berikut.
Ekosistem terumbu karang
Ekosistem pantai batu
Ekosistem pantai lumpur

Zona pelagik
Zona pelagik merupakan wilayah ekosistem laut lepas yang
kedalamannya tidak dapat ditembus cahaya Matahari sampai ke dasar,
sehingga bagian dasarnya paling gelap.Akibatnya bagian air dipermukaan
tidak dapat bercampur dengan air dibawahnya, karena ada perbedaan
suhu.Batas dari` kedua lapisan air itu disebut daerah Termoklin, daerah ini
banyak ikannya.Zona pelagik terdiri atas daerah epipelagik, mesopelagik,
batiopelagik, abisal pelagik (abisopelagik) dan hadal pelagik.
Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman
air sekitar 200 m. Mesopelagik merupakan daerah di bawah epipelagik
dengan kedalaman 200-1000 m. Hewan yang hidup di daerah misalnya
adalah ikan hiu.Batiopelagik merupakan daerah dengan kedalaman 200-
2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya adalah gurita.
Abisalpelagik (Abisopelagik) merupakan daerah dengan kedalaman
mencapai 4.000 m, di daerah ini tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan
masih ada. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah ini.Hadal
pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar).Kedalaman lebih dari
6.000 m.

Berdasarkan kedalamannya, ekosistem air laut dibagi menjadi 4


zona yaitu sebagai berikut.
Litoral
Merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.
Neritik
Merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari
sampai bagian dasar yang dalamnya 300 meter.
Batial
Merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200 2.500 m.
Abisal
Merupakan daerah yang lebih dalam, yaitu antara 1.500 10.000 m.

Agar tidak terjadi kekeliruan tentang zona (wilayah) laut silahkan


perhatikan gambar berikut ini.

Daya tembus cahaya matahari ke laut terbatas, sehingga ekosistem


laut terbagi menjadi dua daerah, yaitu daerah laut yang masih dapat
ditembus cahaya matahari, disebut daerah fotik , sedangkan daerah laut
yang gelap gulita, disebut daerah afotik. Diantara keduanya terdapat
daerah remang-remang cahaya yang disebut daerah disfotik.

D. MANFAAT DARI HABITAT/EKOSISTEM LAUT BAGI


KEHIDUPAN MANUSIA
Indonesia memiliki wilayah perairan yang sangat luas,namun
keadaan laut di negara kita sangat kurang terjaga sehingga banyak
ancaman sengketa mengenai batas wilayah perairan laut Indonesia
dengan negara-negara tetangga.Laut merupakan bagian dari
samudera.Lautan adalah laut yang sangat luas.Laut merupakan kumpulan
air asin dalam jumlah yang sangat banyak dan menggenangi yang
membagi daratan atas benua atau pulau.
Air merupakan sumber utama yang dibutuhkan setiap makhluk
hidup.Air memiliki peranan yang sangat kuat di dalam kehidupan.Keadaan
negara Indonesia yang terletak atau dikelilingi lautan ini mendatangkan
manfaat yang besar bagi warga yang hidup atau tinggal di dalamnya.Di
dalam dan di atas laut terdapat kekayaan sumber daya alam yang dapat
dimanfaatkan.
Berikut akan diuraikan beberapa manfaat laut bagi kehidupan
manusia,yaitu:
Laut sebagai sumber makanan
Dikatakan laut sebagai sumber makanan,karena makanan yang
biasa kita makan berasal dari laut,seperti ikan,rumput laut,garam,dsb.Ikan
banyak dijumpai di daerah pertemuan arus panas dan dingin seperti yang
terdapat di Jepang,Selat Malaka,New Foundlandbank.

Untuk mengontrol iklim dunia


Tanpa peranan laut,maka hampir keseluruhan planet Bumi ini akan
menjadi terlalu dingin bagi manusia untuk hidup,karena laut memiliki
peranan penting dalam mengontrol iklim dunia dengan memindahkan
panas dari daerah ekuator menuju daerah kutub.Hampir 60% penduduk
hidup atau tinggal di daerah sekitar pantai.Bumi ditutupi oleh air yaitu
sekitar 70% dikelilingi oleh air.
Air laut bergerak secara terus-menerus mengelilingi Bumi dalam
satuan sabuk aliran yang sangat besar yang disebut dengan Global
Conveyor Belt bergerak dari permukaan ke dalam samudera dan kembali
lagi ke eprmukaan.Angin,temperatur dan salinitas(kadar garam air laut) air
laut mengontrol sabuk aliran global.Sabuk aliran ini yang kemudian
memindahkan energi panas yang dipancarkan oleh Matahari ke Bumi.
Angin laut membawa uap yang merupkaan sumber untuk turunnya
hujan didaratan ataupun lautan.Arus laut panas dapat memperbaiki
keadaan iklim di daerah-daerah yang didatangi arus tersebut,sebab
dengan datang nya arus panas ke arus dingin akan menyebabkan
pertemuan kedua arus sehingga menjadikan atau membentuk arus baru.
Lautan berperan menangkap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer
dalam jumlah yang sangat besar.Sekitar CO2 tersebut diserap dan
disimpan dilautan.CO2 yang tersimpan di dlaam laut hingga berabad-abad
mampu mengurangi pemanasan global atau bahasa keren nya Global
Warming..
Laut memilik peranna yang sangat besar bagi kehidupan makhluk
hidup.Manusia sebagai makhluk yang paling tinggi derajat nya dan
memiliki akal pikiran maka sudah seharusnya menjaga laut dan tetap
melestarikaknnya,bukan malah merusak nya(mengambil keuntungan nya
saja tanpa memikirkan akibat nya di masa yanga kan datang).
Jika ekosistem laut berkurang maka kemampuan laut untuk
menyerap CO2 akan berkurang pula,maksud dari berkurang nya
ekosistem lauta seperti rusaknya terumbu karang dan hutan
bakau.Kerusakan hutan bakau semakin marak terjadi karena banyak
masyarakat yang mengalihkan fungsi lahan.Dan kerusakan terumbu
karang seperti eksploitasi terumbu karang tanpa ada penanaman nya
kembali.
Laut sebagai tempat rekreasi dan Hiburan
Selain digunakan untuk iklim dunia dan sumber makanan,laut juga
dapat dijadikan salah satu pilihan untuk dijadikan tempat
berwisata/rekreasi.Misalnya,
-Jika airnya jernih maka dapat digunakan untuk tempat pemandian
-Dapat dijadikan objek tourisme jika memiliki teluk-teluk yang indah
-Dapat dijadikan tempat menyelam,jika laut itu memiliki terumbu
karang yang indah dan makhluk laut yang ada di sekitar terumbu karang
itu.
Pembangkit Listrik Tenaga Ombak,Angin,Pasang Surut,dsb
Tempat Budidaya Ikan,Kerang Mutiara,Rumput Laut,dsb
Laut juga berperan di dalam mata pencaharian manusia,laut
dijadikan tempat budidaya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
terutama bagi orang-orang yang tinggal di daerah pantai atau laut.
Laut sebagai tempat barang tambang
Di Laut dangkal sekitar Asia Tenggara telah terbukti banyak
ditemukan barang tambang serta minyak bumi.Saat ini kita tinggal
menikmati hasil dari pengendapan makhluk-makhluk laut yang telah mati
jutaan tahun yang lalu yang kita kenal dengan namaminyak bumi.
Di laut pinggiran daerah Continental Self banyak terdapat endapan
mineral yang sangat berguna bagi industri,seperti yang terdapat di Bangka
dan Belitung.
Sebagai Objek Riset Penelitian
Laut sering digunakan sebagai tempat dan alat bantu untuk
penelitian yang terkait tentang morfologi dasar laut,gerakan air
laut,salinitas air laut,proses-proses yang terjadi didalam laut,bagaimana
kehidupan di dalam laut serta manfaat laut bagi manusia,terutama
penduduk sekitar.
Laut sebagai Sumber Air Minum
Jika kita berfikir sesaat,pasti yang terlintas di benak kita bagaimana
mungkin air laut dapat diminum,sementara rasanya asin.Memang
benar,air laut tidak bisa diminum secara langsung.Air laut dapat diminnum
jika telah melalui sebuah proses yang disebut dengan DESALINASI.
Laut sebagai Jalur Transportasi
Sebelum ada jalan darat dan udara,maka laut lah yang berperan
penting dalam proses transportasi.Laut merupakan jalur transportasi yang
baik dan mudah sebab tidak perlu membuad jalan seperti jalur
transportasi darat.
Manfaat Laut bagi penduduk lokal
Peranan laut bagi penduduk lokal sangat lah besar.Karena selain
sebagai mata pencaharian mereka ,laut juga merupakan bagian yang tak
terlepas dari tanggungjawab mereka sebagai nelayan untuk dikelola dan
di pelihara dengan penuh rasa tanggungjawab.Awalnya penduduk lokal
mengartikan laut sebagai salah satu bagian saja dari wilayah negara kita
yang diciptakan oleh sang pencipta,namun setelah mereka merasakan
fungsi yang begitu besar dari laut itu maka penduudk lokal menempatkan
laut itu sebagai lahan dan sumber kehidupan bagi mereka untuk
melanjutkan dan mempertahankan kehidupan dalam rangka menuju
kepada kehidupan yang sejahtera dan lebih baik.Fungsi laut bagi
kehidupa pneduduk lokal yaitu:Berfungsi sebagai kekayaan alam yang
perlu dijaga,dikelola dan dilestarikan.
Laut sebagai lahan mereka menggantungkan hidup an meneruskan
hidup(sebagai tempat mata pencaharian). Laut berfungsi sebagai sarana
bagi penduduk lokal untuk mengembangkan keterampilan mereka di
bidang perikanan.

E. PENCEMARAN LAUT
Pencemaran laut merupakan suatu peristiwa masuknya material
pencemar seperti partikel kimia, limbah industri, limbah pertanian dan
perumahan, ke dalam laut, yang bisa merusak lingkungan laut.Material
berbahaya tersebut memiliki dampak yang bermacam-macam dalam
perairan.Ada yang berdampak langsung, maupun tidak langsung.
Sebagian besar sumber pencemaran laut berasal dari daratan, baik
tertiup angin, terhanyut maupun melalui tumpahan. Salah satu penyebab
pencemaran laut adalah kapal yang dapat mencemari sungai dan
samudera dalam banyak cara. Misalnya melalui tumpahan minyak, air
penyaring dan residu bahan bakar.Polusi dari kapal dapat mencemari
pelabuhan, sungai dan lautan.Kapal juga membuat polusi suara yang
mengganggu kehidupan organisme perairan, dan air dari balast tank yang
bisa mempengaruhi suhu air sehingga menganggu kenyamanan
organisme yang hidup dalam air.
Bahan pencemar laut lainnya yang juga memberikan dampak yang
negatif ke perairan adalah limbah plastik yang bahkan telah menjadi
masalah global.Sampah plastik yang dibuang, terapung dan terendap di
lautan.Sejak akhir Perang Dunia II, diperkirakan 80 persen sampah plastik
terakumulasi di laut sebagai sampah padat yang mengganggu eksositem
laut. Massa plastik di lautan diperkirakan yang menumpuk hingga seratus
juta metrik ton.Kondisi ini sangat berpengaruh buruk, dan sangat sulit
terurai oleh bakteri.Sumber sampah plastik di laut juga berasal dari Jaring
ikan yang sengaja dibuang atau tertinggal di dasar laut.
Limbah kimia yang bersifat toxic (racun) yang masuk ke perairan
laut akan menimbulkan efek yang sangat berbahaya. Kelompok limbah
kimia ini terbagi dua, pertama kelompok racun yang sifatnya cenderung
masuk terus menerus seperti pestisida, furan, dioksin dan fenol.Terdapat
pula logam berat, suatu unsur kimia metalik yang memiliki kepadatan yang
relatif tinggi dan bersifat racun atau beracun pada konsentrasi rendah.
Contoh logam berat yang sering mencemari adalah air raksa, timah, nikel,
arsenik dan kadmium.
Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem laut, mereka segera
diserap ke dalam jaring makanan di laut.Dalam jaring makanan, pestisida
ini dapat menyebabkan mutasi, serta penyakit, yang dapat berbahaya bagi
hewan laut, seluruh penyusun rantai makanan termasuk manusia. Racun
semacam itu dapat terakumulasi dalam jaringan berbagai jenis organisme
laut yang dikenal dengan istilah bioakumulasi. Racun ini juga diketahui
terakumulasi dalam dasar perairan yang berlumpur. Bahan-bahan ini
dapat menyebabkan mutasi keturunan dari organisme yang tercemar
serta penyakit dan kematian secara massal seperti yang terjadi pada
kasus yang terjadi di Teluk Minamata.
Bahan kimia anorganik lain yang bisa berbahaya bagi ekosistem laut
adalah nitrogen, dan fosfor. Sumber dari limbah ini umumnya berasal dari
sisa pupuk pertanian yang terhanyut kedalam perairan, juga dari limbah
rumah tangga berupa detergent yang banyak mengandung
fosfor.Senyawa kimia ini dapat menyebabkan eutrofikasi, karena senyawa
ini merupakan nutrien bagi tumbuhan air seperti alga danphytoplankton.
Tingginya konsentrasi bahan tersebut menyebabkan pertumbuhan
tumbuhan air ini akan meningkat dan akan mendominasi perairan,
sehingga menganggu organisme lain bahkan bisa mematikan.
Muara merupakan wilayah yang paling rentan mengalami eutrofikasi
karena nutrisi yang diturunkan dari tanah akan terkonsentrasi. Nutrisi ini
kemudian dibawa oleh air hujan masuk ke lingkungan laut, dan cendrung
menumpuk di muara. The World Resources Institute telah
mengidentifikasi 375 hipoksia (kekurangan oksigen) wilayah pesisir di
seluruh dunia.Laporan ini menyebutkan kejadian ini terkonsentrasi di
wilayah pesisir di Eropa Barat, Timur dan pantai Selatan Amerika Serikat,
dan Asia Timur, terutama di Jepang.Salah satu contohnya adalah
meningkatnya alga merah secara signifikan (red tide) yang membunuh
ikan dan mamalia laut serta menyebabkan masalah pernapasan pada
manusia dan beberapa hewan domestik.Umumnya terjadi saat organisme
mendekati ke arah pantai.
Lautan biasanya menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Karena
kadar karbon dioksida atmosfer meningkat, lautan menjadi lebih asam.
Potensi peningkatan keasaman laut dapat mempengaruhi kemampuan
karang dan hewan bercangkang lainnya untuk membentuk cangkang atau
rangka.Kehidupan laut dapat rentan terhadap pencemaran kebisingan
atau suara dari sumber seperti kapal yang lewat, survei seismik eksplorasi
minyak, dan frekuensi sonar angkatan laut.Perjalanan suara lebih cepat di
laut daripada di udara.
Hewan laut, seperti paus, cenderung memiliki penglihatan
lemah, dan hidup di dunia yang sebagian besar ditentukan oleh informasi
akustik.Hal ini berlaku juga untuk banyak ikan laut yang hidup lebih dalam
di dunia kegelapan.Dilaporkan bahwa antara tahun 1950 dan 1975,
ambien kebisingan di laut naik sekitar sepuluh desibel (telah meningkat
sepuluh kali lipat).Jelas sekarang bahwa sumber pencemaran sangat
bervariasi. Tidak hanya dari hal-hal yang menurut kita hanya bisa
dilakukan oleh industri besar, namun juga bisa disebabkan oleh aktiftas
harian kita

F. PENANGGULANGAN PENCEMARAN LAUT


Untuk menanggulangi pencemaran laut dewasa ini tidaklah begitu
mudah, hal ini disebabkan karena laut mempunyai jangkauan batas yang
tidak nyata. Meskipun demikian ada beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk menanggulangi pencemaran laut, antara lain: dengan cara
membuat alat pengolah limbah, penimbunan (alokasi) bahan pencemar di
tempat yang aman, dan daur ulang limbah. Selain itu, mengingat demikian
luas laut kita maka salah satu cara Penanggulangan Pencemaran Di Laut
adalah dengan upaya pencegahan. Langkah ini, tentu lebih mudah dan
murah dibandingkan dengan upaya perbaikan atau rehabilitasi lingkungan
laut yang telah tercemar.Terkait dengan itu, agar dapat dilakukan
pencegahan pencemaran laut sedini mungkin, perlu dilakukan
pemantauan.Pemantauan adalah pengukuran berdasarkan waktu, atau
pengulangan pengukuran, atau pengukuran berulang-ulang pada waktu-
waktu tertentu.Sedangkan Pemantauan lingkungan laut dapat diartikan
sebagai pengulangan pengukuran pada komponen atau parameter
lingkungan laut untuk mengetahui adanya perubahan lingkungan akibat
pengaruh dari luar.Pelaksanaan pemantauan lingkungan dapat meliputi
segi-segi hukum, kelembagaan dan pembuatan keputusan dari masalah-
masalah pencemaran lingkungan.Dengan demikian dalam pelaksanaan
pemantauan lingkungan laut haruslah dimiliki suatu sistem yang dikenal
dengan istilah sistem pemantauan lingkungan laut.Pemantauan laut sering
dilakukan untuk berbagai tujuan.Meskipun demikian, umumnya
pemantauan ini dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan informasi
tentang empat kategori.
1, kepatuhan (compliance).Untuk memastikan bahwa kegiatan
(industri dan sebagainya) benar-benar telah dilakukan sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku dan persyaratan-persyaratan izin yang
ditentukan.Kedua, verifikasi model.Yaitu untuk memeriksa berlakunya
anggapan-anggapan dan ramalan-ramalan yang digunakan sebagai dasar
untuk mengevaluasi alternatif-alternatif pengelolaan.Ketiga, pemantauan
perubahan, yaitu untuk mengidentifikasi dan kuantifikasi perubahan
lingkungan laut jangka panjang yang diharapkan atau dihipotesiskan
sebagai akibat yang mungkin timbul oleh kegiatan manusia. Keempat,
penerapan baku mutu pengendalian pencemaran laut, yang khususnya
dilakukan dalam pelaksanaan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan) dan ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan) sebagai upaya
pengelolaan lingkungan. Selain kegiatan pemantaun lingkungan laut
tersebut, ada beberapa tindakan nyata yang dapat dilakukan agar
pencemaran dan kerusakan ekosistem laut dapat dicegah dan dihindari
sedini mungkin:
2. Kegiatan berupa pelarangan dan pencegahan, yaitu
melarang dan mencegah semua kegiatan yang dapat mencemari
ekosistem laut.
3. Kegiatan pengendalian dan pengarahan yang meliputi
teknik penangkapan biota, eksploitasi sumberdaya pasir dan batu,
pengurukan dan pengerukan perairan, penanggulan pantai, pemanfaatan
dan penataan ruang kawasan pesisir, konflik, dan pembuangan limbah.
4. Kegiatan penyuluhan tentang keterbatasan
sumberdaya, daya dukung, kepekaan dan kelentingan pesisir, teknik
penangkapan, budidaya dan sebagainya yang berwawasan lingkungan
laut kepada pemuka masyarakat.
5. Melakukan kegiatan konservasi yang meliputi
konservasi pada kawasan ekosistem laut (karang, mangrove, lagun, dan
rumput laut), biota, kualitas perairan dan sebagainya.
6. Melakukan kegiatan pengembangan yang meliputi
budidaya, penelitian, pendidikan dan pembuatan buku-buku pedoman dan
Perda yang dijabarkan dari UU lingkungan hidup terkait lingkungan laut.
7. Melakukan kegiatan berupa penerapan dalam kehidupan
masyarakat berupa penerapan peraturan-peraturan dan sanksi hukum
yang terkait dengan pencemaran lingkungan laut.
Akhirnya, sesungguhnya kualitas lingkungan laut itu sangat
berhubungan erat dengan kualitas manusia.Bukankah manusia itu
dianggap sebagai pemilik kekuasaan?Sayangnya, kekuasaan ini
seringkali membuat manusia bertindak serakah, sehingga kualitas
lingkungan laut menjadi rusak. Untuk itu, adanya kegiatan ekplorasi dan
ekploitasi sumberdaya laut yang tidak mempertimbangkan kehidupan
generasi saat ini dan akan datang harus segera dihindari sedini mungkin,
bila tidak siap-siap kita didera derita ekosistem laut yang rusak.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ekosistem laut disebut juga ekosistem
bahari yang merupakan ekosistem yang terdapat di perairan laut, terdiri
atas ekosistem perairan dalam, ekosistem pantai pasir dangkal/bitarol,
dan ekosistem pasang surut. Ekosistem air laut luasnya lebih dari 2/3
permukaan bumi ( + 70 % ), karena luasnya dan potensinya yang sangat
besar. Ekosistem laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan
wilayah permukaannya secara horizontal.Laut sangat bermanfaat bagi
kehidupan manusia, misalnya sebagai sumber makanan, sebagai
pengontrol iklim dunia, sebagai tempat rekreasi/hiburan dan lain
sebagainya. Namun saat ini laut semakin tercemar oleh limbah-limbah
kimia, untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan penanggulangan
pencemaran laut dengan cara membuat alat pengolah limbah,
penimbunan (alokasi) bahan pencemar di tempat yang aman, dan daur
ulang limbah. Selain itu, mengingat demikian luas laut kita maka salah
satu cara Penanggulangan Pencemaran Di Laut adalah dengan upaya
pencegahan.
B. SARAN
Untuk menjaga laut kita dari pencemaran limbah dan lain
sebagainya, yang dapat merusak ekosistem laut, sebaiknya kita
melakukan penanggulangan pencemaran laut dengan cara membuat alat
pengolah limbah, penimbunan (alokasi) bahan pencemar di tempat yang
aman, dan daur ulang limbah. Selain itu, alangkah baiknya
menanggulangi pencemaran laut dengan cara pencegahan, seperti tidak
membuang limbah ke laut. Dalam hal ini pemerintah berperan sebagai
pengawas penanggulangan pencemaran laut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym.2012.Dampak Kerusakan Terumbu


Karanghttp://hendraa.blogspot.com.Diaksespadatanggal
24November2012; Indonesia.

Dahuri R.et al. 2001.Kerusakan Ekosistem Laut. Gramedia;


Jakarta
Norma M. P. Manopo, Laut Kita, Masa Depan Kita, Departemen
kelautan dan perikanan, 2006.
http://erwinalien.blogspot.co.id/2017/03/makalah-ekosistem-laut.html

Anda mungkin juga menyukai