Anda di halaman 1dari 19

MARINE MAMMALS DI ZONA NERITIK

BIOLOGI LAUT

Oleh :
KELOMPOK 10
ISNAENI FAIZAH
AHMAD RESMAN R
ANDREAS ERIK
YOHANES BAGAS
REIFOLNANDA
MUHAMAD ARIEF S

230110140006
230110140018
230110140023
230110140025
230110140044
230110140192

PERIKANAN A 2014

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan memberi petunjuk
dan kekuatan kepada kami sehingga makalah Biologi Laut ini dapat diselesaikan dengan
tepat waktu meskipun kurang sempurna dalam sisi penulisan maupun isi yang terkandung di
dalamnya.
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan
ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dorongan dan arahan dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik
dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,
saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam belajar dan
hasilnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Jatinangor, Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI
2

BAB

Halaman

KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................

ii
iii

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................
1.3 Tujuan .......................................................................................................

1
1

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Zona Neritik
2.2 Mamalia Laut
2.2.1 Anjing Laut
2.2.2 Dugong
2.2.3 Manatee
2.3 Morfologi
2.3.1 Anjing Laut
2.3.2 Dugong
2.3.3 Manatee
2.4 Kebiasaan Makan
2.4.1 Anjing Laut
2.4.2 Dugong
2.4.3 Manatee
2.5 Cara Berenang
2.5.1 Anjing Laut
2.5.2 Dugong
2.5.3 Manatee
2.6 Reproduksi dan Daur Hidup
2.6.1 Anjing Laut
2.6.2 Dugong
2.6.3 Manatee
2.7 Daerah Penyebaran
2.7.1 Anjing Laut
2.7.2 Dugong
2.7.3 Manatee
III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan ................................................................................................

15

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................

16

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zona Neritik memiliki berbagai macam makhluk hidup. Pada wilayah ini sinar matahari
dapat mencapai bagian dasar laut sehingga memungkinkan plankton untuk hidup dan
berkembang biak. Zona ini sangat kaya dengan hasil laut berupa ikan, kerang, teripang, mutiara,
rumput laut, dan sebagainya. Oleh karena itu, banyak makhluk hidup yang bergantung pada
ekosistem di zona neritik, contohnya berbagai macam mamalia air laut yang berada di zona
neritik ini.
Mamalia air laut adalah merupakan kelmpok hewan yang unik, menarik serta beberapa
diantaranya cukup misterius bagi sebagian orang khususnya yang tinggal di daratan tropis,
karena nyata sebagian dari mamalia laut tersebut hanya hidup di perairan sub-tropis. Berbagai
jenis mamalia laut memiliki beragam macam ukuran serta bentuk. Pinnipedia adalah nama dari
kelompok hewan mamalia laut dalam klasifikasi ilmiah yang memliki khusus berupa adanya 4
sirip sebagai anggota badannya, lapisan lemak di bawah kulitnya, serta bernapas dengan paruparu. Berbeda dengan mamalia laut dari ordo Cetacea(Paus, Lumba-lumba, Pesut) yang
menghabiskan seluruh hidupnya di dalam air, hewan-hewan anggota pinnipedia ini pada waktu
tertentu dapat menjelajah ke darat untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu semisal
berkembang biank, berjemur dan bersosialisasi dengan anggota kelompok.
1.2 Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengetahui zona neritik beserta makhluk hidup yang berada dalam
ekosistemnya.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan berbagai hewan mamalia laut yang berada di zona neritik
secara biologi.
c. Mahasiswa dapat menjelaskan morfologi, tingkah laku, dan reproduksi mamalia laut yang
berada di zona neritik.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Zona Neritik

Zona neritik merupakan wilayah laut yang memiliki kedalaman 0-200 meter (660) kaki.
Zona neritik ini adalah zona yang masih dapat ditembus oleh berbagai jumlah sinar matahri yang
memungkinkan fotosintesis oleh plankton dan organisme yang hidup di dasar. Zona ini ditandai
dengan nutrisi yang cukup melimpah dan aktivitas biologis karena kedekatannya dengan tanah.
Tanah yang diturunkan umumnya merupakan bagian bawah sedimen, kecuali di beberapa daerah
lintang rendah yang mendukung produksi sedimen kalsium karbonat oleh organisme seperti
ganggang, bakteri, dan karang. Zona ini sangat kaya dengan hasil laut berupa ikan, kerang,
teripang, mutiara, rumput laut, dan sebagainya.
2.2 Mamalia Laut
Mamalia laut adalah merupakan kelmpok hewan yang unik, menarik serta beberapa
diantaranya cukup misterius bagi sebagian orang khususnya yang tinggal di daratan tropis,
karena nyata sebagian dari mamalia laut tersebuut hanya hidup di perairan sub-tropis. Berbagai
jenis mamalia laut memiliki beragam macam ukuran serta bentuk, dari ramping yang gendut
berlemak. Pinnipedia adalah nama dari kelompok hewan mamalia laut dalam klasifikasi ilmiah
yang memliki khusus berupa adanya 4 sirip sebagai anggota badannya, lapisan lemak di bawah
kulitnya, memiliki ukuran tubuh yang besar, memiliki rambut atau bulu, memiliki ekor ada yang
2

berbentuk dayung serta bernapas dengan paru-paru. Berbeda dengan mamalia laut dari ordo
Cetacea (Paus, Lumba-lumba, Pesut) yang menghabiskan seluruh hidupnya di dalam air, hewanhewan anggota pinnipedia ini pada waktu tertentu dapat menjelajah ke darat untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu semisal berkembang biak, berjemur dan bersosialisai dengan anggota
kelompok. Dalam penulisan makalah ini, penulis mengambil jenis Anjing Laut, Manatee, dan
Dugong untuk dibahas.
2.2.1 Anjing Laut
Anjing laut adalah mamalia besar dari ordo karnivora yang hidup di daerah sejuk. Anjing
laut tersebar di kutub utara dan di kutub selatan, seluruh daerah subtropik. Pada awalnya, anjing
laut termasuk ke dalam subordo Pinnipedia, namun sekarang kategori subordo ini telah bergeser
menjadi kategori superfamilia. Saat ini, anjing laut dimasukkan ke dalam subordo Caniformia
bersama famili Odobenidae (beruang laut / walrus), Otariidae (singa laut), dan Phocidae.
Analisis molekular terkini telah membuktikan bahwa anjing laut merupakan kerabat terdekat
beruang. Hipotesis lainnya mengatakan bahwa anjing laut merupakan polifiletik dengan anjing
laut sejati berasal dari nenek moyang berupa hewan seperti berang-berang sedangkan jenis anjing
laut lainnya berasal dari nenek moyang berupa hewan seperti beruang, namun studi molekular
terkini yang telah disebutkan sebelumnya meyakinkan bahwa semua jenis anjing laut adalah
monofiletik, yaitu berasal dari satu nenek moyang yang sama.
Anjing laut umumnya bertubuh licin dan cukup besar. Tubuhnya beradaptasi dengan baik
untuk habitat akuatiknya, di mana mereka menghabiskan sebagian besar masa hidupnya. Sebagai
tangan, kaki depannya berukuran besar dan berbentuk seperti sirip, dan tubuhnya menyempit ke
belakang. Anjing laut terkecil, yaitu Arctocephalus galapagoensis memiliki berat sekitar 30 kg
untuk ukuran dewasa dan panjang 1.2 meter. Anjing laut terbesar, yaitu anjing laut gajah selatan
(Mirounga leonina) memiliki panjang maksimal hingga 4 meter dan berat 2200 kg.
Aktifitas mencari makan juga beranekaragam, beberapa jenis mencari makan pada siang
hari, yang lain mencari makan pada malam hari. Semua jenis anjing laut merupakan hewan
karnivora yang memakan ikan, cumi dan hewan laut lainnya.

Klasifikasi Anjing Laut


Kerajaan

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mammalia

Ordo

: Carnivora

Famili

: Phocidae

Genus

: Phoca

Spesies

: Phoca vitulin
2.2.2 Dugong
Dugong adalah Sejenis mamalia laut yang merupakan salah satu anggota Sirenia atau

lembu laut yang masih bertahan hidup selain manatee. Duyung bukanlah ikan karena menyusui
anaknya dan masih merupakan kerabat evolusi dari gajah. Ia merupakan satu-satunya hewan
yang mewakili suku Dugongidae. Selain itu, ia juga merupakan satu-satunya lembu laut yang
bisa ditemukan di kawasan perairan sekurang-kurangnya di 37 negara di wilayah IndoPasifik, walaupun kebanyakan duyung tinggal di kawasan timur Indonesia dan perairan
utara Australia.

Duyung

atau

dugong

adalah

satu-satunya

mamalia

laut herbivore

atau maun (pemakan dedaunan), dan semua spesies sapi laut hidup pada perairan segar dengan
suhu air tertentu. Kawasan penyebaran dugong semakin berkurangan, dan populasinya semakin
menghampiri kepunahan, penyebab utama penurunan populasinya di antaranya ialah karena
pembukaan lahan baru, perburuan, kehilangan habitat serta kematian yang secara tidak langsung
disebabkan oleh aktivitas nelayan dalam menangkap ikan.
Klasifikasi Dugong
Kerajaan

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mammalia

Ordo

: Sirenia

Famili

: Dugongidae
4

Genus

: Dugong

Spesies

: Dugong dugon (Mller, 1776)


2.2.3 Manatee
Manatee adalah adalah mamalia air besar dari famili Trichechidae. Berbeda dengan

Dugongidae dari segi bentuk tengkorak dan bentuk ekor. Ekor lembu laut berbentuk pendayung,
sementara ekor Dugong bercabang. Lembu laut adalah herbivora, melewatkan sebagian besar
waktunya merumput di air dangkal. Manatee memiliki tubuh berbentuk segel dengan sirip
berpasangan dan bulat, ekor berbentuk dayung. Mereka biasanya berwarna abu-abu (warna dapat
berkisar dari hitam sampai coklat muda) dan kadang-kadang terlihat dengan teritip atau diwarnai
oleh patch dari ganggang hijau atau merah. Moncong sangat berkumis dan kasar, rambut tunggal
yang jarang didistribusikan ke seluruh tubuh. Manatee menggunakan hidung mereka untuk
mengambil tanaman dan menarik mereka ke dalam mulut mereka, seperti gajah. Manatee
memiliki mata kecil, dan tidak dapat melihat jauh di dalam air berlumpur. Mereka bisa mencium
bau dan mendengar dengan sangat baik. Manatee terdapat di wilayah pesisir Amerika Serikat
bagian tenggara, beberapa bagian Ameika Selatan dan wilayah tropis Afrika Barat.
Klasifikasi Dugong
Kerajaan

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mammalia

Ordo

: Sirenia

Famili

: Trichechidae

Genus

: Trichechus

Spesies

: Trichechus inunguis (Linnaeus 1758)

2.3 Morfologi
2.3.1 Anjing Laut
Anjing laut umumnya bertubuh licin dan cukup besar. Tubuhnya beradaptasi dengan baik
untuk habitat akuatiknya, di mana mereka menghabiskan sebagian besar masa hidupnya. Sebagai
tangan, kaki depannya berukuran besar dan berbentuk seperti sirip, dan tubuhnya menyempit ke
belakang. Kakinya memiliki selaput di sela-sela jari. Sepintas, bentuk kakinya mirip sirip ikan.
5

Itulah sebabnya anjing laut mahir berenang dan menyelam. Kecepatan berenangnya sangat
mengagumkan. Ada jenis tertentu yang mampu menghindar dari kejaran paus pembunuh
(Orcinus orca). Ia juga dapat menyelam selama setengah jam lebih, dan mampu menyelam
sampai kedalaman 600 meter. Anjing laut berkulit tebal karena lapisan lemak dibawah jangat.
Lapisan ini berfungsi sebagai isolator dan cadangan energy untuk melawan suhu luar yang sangat
dingin. Selain itu, lapisan ini juga memperbesar volume tubuh, secara proposional memperingan
tubuh, sehingga memudahkan anjing laut bergerak di perairan. Lehernya tebal dan berotot, tetapi
mudah bergerak dengan bebas. Ekor dan telinganya sangat kecil. Ukuran jantan sedikit lebih
besar daripada perempuan (Borge, 2002).

2.3.2 Dugong
Dugong memiliki panjang tubuh berkisar antara 2,4-4 m dengan berat dapat mencapai
230-900 kg. Warna kulit bervariasi, tetapi umumnya dugong berwarna kelabu dan beberapa
dugong lainnya memiliki warna lebih terang. Dugong memiliki kulit tebal, keras, berkerut dan
ditutupi oleh bulu-bulu kecil (Berta,et al., 2006). Dugong memiliki lengan depan yang dapat
termodifikasi menjadi sirip

pektoral dengan panjang 35-45 cm yang digunakan sebagai

pendorong pada dugong muda. Sementara pada dugong dewasa bergerak dengan menggunakan
ekor dengan sirip sebagai pengatur arah gerak (Khalifa, 2011). Dugong dapat berenang dengan
kecepatan mencapai 8-10 km/jam. Dugong berenang dengan gerakan mengombak ekor dan
6

tubuhnya ke atas dan ke bawah untuk membuat gaya dorong ke depan. Dugong menggunakan
kepala dan flipper-nya sebagai pengatur arah gerak.
Dugong merupakan mamalia yang bernafas menggunakan paru-paru, sehingga dugong
harus selalu naik ke permukaan laut untuk mengambil nafas. Dugong memiliki kemampuan
menahan nafas di dalam laut selama 8 menit (Jefferson, et al., 1994). Dugong mengambil nafas
menggunakan dua lubang hidung yang terdapat pada ujung mulutnya. Dugong membutuhkan
waktu 2 detik untuk mengambil nafas sebelum akhirnya masuk kembali ke dalam laut. Dugong
merupakan tipe mamalia laut pemakan dasar. Hal ini ditunjukkan dari morfologi mulut dugong
yang berbentuk bulat dan besar, hidung mengarah ke bawah sehingga mulutnya mendatar,
sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan menjadi pemakan tumbuhan dasar perairan. Pada
bagian mulut terdapat penebalan kulit. Bulu- bulu hidung tumbuh dengan baik dan berfungsi
sebagai sensor lokasi makanan khususnya padang lamun (Azkab, 1998).

Sumber : Fauna of Australia (Marsh, 1999)


2.3.3 Manatee
Burton (1949) dan Walter & Say-Les (1949) mengemukakan deskripsi mor-fologi dan
anatomi dari manatee. Binatang ini dapat mencapai panjang 5 m, berat badan beberapa ratus
kilogram. Hall (1984) menyebutkan bahwa berat badan manatee dapat mencapai lebih dari 900
kg. Seekor manatee seberat hampir 600 kg telah di-selamatkan karena terluka kena baling-baling
di perairan Florida (White 1984) dan dipelihara di Miami Seaquarium. T. sinegalensis
mempunyai panjang total 3 m, berat badan antara 250 kg - 350 kg (Jeannin 1951).

Manatee dan dugong mempunyai beberapa persamaan. Perbedaan terutama terletak pada
bentuk ekor, kepala, mulut, dan letak lubang hidung. Ekor manatee melebar horizontal seperti
halnya pada dugong, tetapi pada manatee ujung ekor membulat tidak terbagi dalam dua bagian.
Bibir atas terbagi dalam dua bagian yang jelas. Dua lubang hidung terpisah satu sama lain,
terletak tepat pada ujung moncong. Letak lubang hidung demikian memungkinkaan manatee
mengambil nafas tanpa menampakkan tubuhnya ke permukaan air. Pengambilan nafas dilakukan
dengan selang waktu 10 menit 15 menit (Hall 1984). Tulang yang sangat berat dan volume
paru-paru yang besar me-rupakan adaptasi pada lingkungan akuatik.

2.4 Kebiasaan Makan


2.4.1 Anjing Laut
Semua jenis anjing laut merupakan hewan karnivora yang memakan ikan, cumi dan
hewan laut lainnya. Anjing laut leopard (Hydrurga leptonyx) kemungkinan merupakan
predator terbesar di antara jenis-jenis anjing laut lainnya, yang memakan berbagai macam
hewan dari krill, penguin hingga anjing laut lainnya (Dima, A. F. 2012).
2.4.2 Dugong
Dugong sebagai mamalia laut sangat bergantung pada penyebaran lamun di perairan.
Sehingga kerusakan habitat padang lamun akan mempengaruhi kehidupan dan penghidupan
dugong khususnya dalam ketersediaan makanan dugong di perairan (Marsh, 1982). Beberapa
penelitian menunjukan bahwa dugong memakan jenis lamun yang berbeda dari satu tempat
dengan tempat lainnya. Di Australia, dugong umumnya memakan jenis-jenis lamun Halophila
ovalis dan Zostera capricorni, sedangkan di Laut Merah dugong hanya memakan lamun jenis
Halodule uninervis. Dugong menggunakan padang lamun sebagai habitat untuk mencari makan
8

dengan makanan utamanya adalah lamun (seagrass). Sebuah penelitian menunjukandan sisanya
adalah beberapa jenis algae.
Adapun

jenis-jenis

lamun

yang

disukai

dugong

adalah

Halodule

uninervis,

Halodulepinifolia, Syringodium isoetifolium,Halophila ovalis, Halophila spinulosa,Cymodocea


rotundata, Cymodocearotundata, Cymodocea serrulata, Thalassiahemprichii dan Zostera
capricorni. Dugong memiliki kebiasaan makan yang rakus, dugong dewasa diketahui dapat
menghabiskan 25-30 kg lamun basah per hari atau 5-10% dari berat tubuhnya (Azkab, 1998).
Perubahan pada kelimpahan atau kualitas nutrisi lamun akan berpengaruh terhadap
pergerakan dan siklus perkawinan dugong. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa dugong dapat
hidup sampai 70 tahun dan kecepatan reproduksi rendah serta memerlukan waktu lama. Dugong
mempunyai waktu reproduksi minimum dengan periode 9-10 tahun untuk kedua jenis dan pada
dugong betina dewasa hanya bisa mengandung antara 3-7 tahun. Makanan dugong biasanya
tumbuh pada kedalaman 1-2 m di bawah permukaan laut. Sangat jarang ditemukan dugong pada
kedalaman lebih dari 10 m. Jika dugong memakan lamun yang jenis pertumbuhannya pendek
seperti Halodule dan Halophila, maka akan terlihat alur makannya dengan lebar 19-26 cm,
dalam 3-5 cm dan panjang mencapai 8 m. Panjang alur makan dugong bervariasi tergantung
tingkat kerapatan pertumbuhan lamun. Dalam suatu penelitian disebutkan rata-rata 63% lamun
termasuk rhizome tercabut dari jejak makan, bahkan sampai 80%. Jika dugong memakan lamun
yang tinggi seperti A. antartica, akan terjadi perubahan strategi makan yaitu dengan mematahkan
daun dari rhizome lamun tersebut.
Dugong lebih banyak menggunakan lubang hidung serta bibirnya daripada sirip dada
untuk menggali lumpur atau mencabut akar lamun. Lumpur yang menempel pada lamun
dibersihkan dengan cara menyemburkan lamun tersebut sejenak sebelum ditelan. Dalam usus
dugong sedikit sekali ditemukan pasir. Hal ini diduga karena dugong mempunyai suatu card
untuk meminimalkan termakannya pasir. Jika dugong makan kepalanya akan diputar-putar
sebagai usaha untuk menghilangkan substrat.
Pada bagian mulut dugong yang berukuran kecil letaknya jauh ke belakang dari kepala
kearah ventral dan terbentuk dengan tujuan untuk mematahkan lamun. Dugong mempunyai
kemampuan mengambil makanan di dasar perairan, permukaan laut, tebing laut, bahkan dugong
mampu mengambil makanan yang berada sekitar 40 cm di atas permukaan laut (Soegiarto, et al.,
1984). Posisi mulut yang terletak terminal pada kepala dengan bibir atas yang bercelah dan
9

mudah digerakan, dilengkapi dengan bulu-bulu kaku dan keras, mempermudah dan
memungkinkan dugong mengambil makanannya.
2.4.3 Manatee
Makanan manatee terdiri dari tumbuhan hijau bertingkat tinggi, baik laut maupun darat.
Makanan diambil dari dasar perairan, permukaan air, tebing sungai, bahkan manatee bisa
mengambil makanan yang beradasekitar 40 cm di atas permukaan air. Mulut yang terletak
terminal pada kepala dengan bibir atas yang bercelah dan mudah digerak-gerakan, dilengkapi
dengan bulu-bulu kaku dan keras, mempermudah dan memungkinkan binatang ini mengambil
makanannya.
Berapa banyak makanan yang diperlukan oleh seekor manatee per hari? Hall (1984)
mengutarakan bahwa seekor manatee memakan ransum sebanyak 5% - 10% dari berat badannya,
per hari. Melihat tabiat makan dan habitat manatee, beberapa ahli menaruh harapan besar bahwa
binatang akuatik ini dapat dimanfaatkan untuk membersihkan gulma air di suatu perairan yang
luas seperti di danau buatan Kariba, Afrika Tengah. Pengujian terhadap pendapat tersebut untuk
pertama kali dilakukan di saluran buatan di Guiana beberapa dasa warsa yang lalu. Tetapi
pengujian tersebut tidak dilanjutkan karena ternyata manatee itu mengembara terlalu jauh dan
banyak terluka karena terkena perahu peng-angkut yang lalu lalang di perairan tersebut.
2.5 Cara Berenang
2.5.1 Anjing Laut
Anjing laut menggunakan sirip belakang sebagai kayuh untuk berenang, sementara sirip
depannya digunakan sebagai kemudi. Saat berenang mereka akan terlihat meliuk-liukan
tubuhnya. Mereka akan menggerakan sirip belakangnya dari sisi ke sisi untuk mendorong
tubuhnya ke depan.
2.5.2 Dugong
Dugong memiliki lengan depan yang dapat termodifikasi menjadi sirip pectoral yang
digunakan sebagai pendorong pada dugong muda. Sementara pada dugong dewasa bergerak
dengan menggunakan ekor dengan sirip sebagai pengatur arah gerak (Khalifa, 2011). Dugong
dapat berenang dengan kecepatan mencapai 8-10 km/jam. Dugong berenang dengan gerakan
mengombak ekor dan tubuhnya ke atas dan ke bawah untuk membuat gaya dorong ke depan.
Dugong menggunakan kepala dan flipper-nya sebagai pengatur arah gerak.
10

Dugong merupakan mamalia yang bernafas menggunakan paru-paru, sehingga dugong


harus selalu naik ke permukaan laut untuk mengambil nafas. Dugong memiliki kemampuan
menahan nafas di dalam laut selama 8 menit (Jefferson, et al., 1994). Dugong mengambil nafas
menggunakan dua lubang hidung yang terdapat pada ujung mulutnya. Dugong membutuhkan
waktu 2 detik untuk mengambil nafas sebelum akhirnya masuk kembali ke dalam laut.
2.5.3 Manatee
Manatee menggunakan ekor yang berbentuk dayung untuk mendorong tubuhnya saat
berenang. Dengan tubuh yang besar cara berenang manatee begitu lambat, kecepatannya kurang
lebih 2-8 km/jam. Manatee merupakan mamalia yang bernafas menggunakan paru-paru,
sehingga manatee harus selalu naik ke permukaan laut untuk mengambil nafas. Manatee muncul
ke permukaan air laut selama 3-4 menit sekali saat berenang. Namun kalau sedang tidak
berenang atau diam, manatee dapat menahan nafas hingga 15 menit dan dapat menyelam hingga
kedalaman 25 meter.
2.6 Reproduksi dan Daur Hidup
2.6.1 Anjing Laut
Pekawinan terjadi di bawah air. Sistem perkawinan tidak diketahui, tetapi dianggap
poligami. Betina melahirkan sekali per tahun, dengan usia kehamilan jangka waktu sekitar
sembilan bulan. Melahirkan anak anjing terjadi setiap tahun di pantai. Waktu musim kawin
bervariasi dengan lokasi, yang terjadi pada bulan Februari untuk populasi di lintang rendah, dan
hingga akhir Juli di zona subarktik. Para betina adalah penyedia tunggal pelayanan, dengan
menyusui berlangsung empat sampai enam minggu. Para peneliti telah menemukan laki-laki
berkumpul di bawah air, menyalakan punggung mereka, menempatkan kepala mereka bersamasama dan menyuarakan untuk menarik betina siap untuk kawin.
Mata Pinniped beradaptasi dengan baik untuk melihat baik di atas dan di bawah
permukaan air. Hewan memiliki yang jelas selaput yang meliputi dan melindungi matanya di
bawah air. Selain itu, yang lubang hidung dekat dan sirkulasi darah berhenti ke sebagian besar
organ ketika menyelam. Testis dan kelenjar susu berada di celah di bawah kulit untuk
mempertahankan bentuk merampingkan pinniped itu. Mereka juga memiliki kumis untuk
membantu navigasi, dan sensor di tengkorak mereka untuk menyerap suara bawah air dan
mengirimkan mereka ke koklea (Trumble, Sj., 2002).
11

Pinnipeds dapat menahan nafas mereka selama hampir dua jam di bawah air dengan
melestarikan oksigen. Ketika hewan mulai menyelam, denyut jantung melambat menjadi sekitar
sepersepuluh dari tingkat normal. Para arteri memeras menutup dan organ-organ indera dan
sistem saraf adalah organ hanya untuk menerima aliran darah normal. Mereka mampu menahan
rasa sakit dan kelelahan lebih disebabkan oleh asam laktat akumulasi dari mamalia
lainnya. Namun, setelah mereka kembali ke permukaan, mereka membutuhkan waktu untuk
pulih dan menormalkan kimia tubuh mereka.
2.6.2 Dugong
Dugong tergolong tua pada waktu melahirkan anak pertama (6-17 tahun), mempunyai
tingkat reproduksi rendah, waktu generasi yang lama dan memerlukan tenaga yang besar untuk
tiap anakan. Masa kehamilan berkisar antara 13- 15 bulan untuk melahirkan satu ekor anak.
Anakan menyusui 14-18 bulan, masa antara anak pertama dan anak selanjutnya berkisar antara
2,4-7 tahun (Marsh, et al., 2003). Marsh (1999) menyatakan bahwa dengan kondisi habitat yang
ideal untuk proses reproduksi, peningkatan populasi dugong tidak akan lebih dari 5% per tahun.
Hal ini menyebabkan dugong rawan untuk eksploitasi. Dugong merupakan mamalia laut
herbivora yang tercatat sebagai salah satu satwa langka dikarenakan jumlah populasi dugong
semakin hari semakin berkurang hal ini diakibatkan perburuan terhadap dugong dan kerusakan
habitat dugong (Thornback &Jenkins, 1982; Heinshon, 1982 dalam Azkab, 1998).
Disamping itu perkembangbiakan dugong yang sangat lambat juga menjadi salah satu
faktor dugong tergolong sebagai hewan langka. Dugong hanya melahirkan satu ekor anak dalam
sekali melahirkan (Azkab, 1998). Dugong telah diklasifikasikan sebagai golongan rawan
menurut IUCN. Namun pada beberapa daerah di Australia digolongkan dalam kondisi
terancam. Populasi manusia meningkatkan tekanan pada habitat perairan dan sumberdaya alam
lainnya, termasuk persediaan ikan dan udang, rumput laut, suplai air tawar pada perairan
tersebut. Sungai, muara dan perairan pantai membuat ekosistem semakin tidak sehat bagi
keberadaan makhluk hidup (Reeves, et al., 1997 dalam Budiono, 2003). Populasi dugong sampai
saat ini makin menurun yang antara lain karena dugong secara alami hanya memiliki
kemampuan peningkatan populasi sebesar 5% per tahun. Faktor penyebab lainnya adalah
aktivitas manusia di pantai dan kejadian penyakit infeksius maupun noninfeksius.
2.6.3 Manatee
12

Tulisan mengenai segi reproduksi pada manatee masih sangat terbatas. Mungkin White
(1984) adalah satu-satunya ahli yang mengemukakan reproduksi manatee secara lengkap. la
berkesempatan mengamati perkembangan manatee sejak lahir sampai dewasa dan berhasil
mengabadikan proses kelahiran manatee dalam kolam buatan di Miami Seaquarium. la
mengemukakan bahwa dalam kolam buatan, manatee betina mencapai kematangan seks pada
umur 7 - 8 tahun. Di alam bebas, kematangan seks dicapai pada umur 4 tahun, dan kehamilan
terjadi 2 - 3 tahun sekali (Bertram 1974 ; Hall 1984).
Tentang lamanya kehamilan terdapat perbedaan angka, yaitu 365 hari (Burton 1962), 400
hari (Bertram 1974), dan dalam kolam buatan adalah 14 bulan (White 1984). Seekor manatee
biasanya mengandung seekor anak, jarang terjadi kelahiran kembar.
Manatee melahirkan anaknya di dalam air. Anak yang baru dilahirkan mempunyai berat
badan sekitar 27 kg - 29 kg, dan panjang badan lebih dari satu meter. Sepasang kelenjar susu
terletak pektoral. Anak disusui sampai mencapai umur 18 bulan (Burton 1962). Air susu manatee
Florida, Trichechus manatus latirostris, mengandung lemak, protein dan garam lebih banyak dari
pada susu sapi (Bachman 1979). Air susu manatee terutama terdiri dari trigliserida dalam bentuk
butir-butir dengan diameter 0,7 cm - 7.0 cm, mengandung phospholipid dan kholesterol, tetapi
tidak mengandung laktosa dan asam sitrat.
2.7 Daerah Penyebaran
2.7.1 Anjing Laut
Phoca vitulina menghuni zona intertidal berpasir; beberapa anjing laut juga dapat
memasuki muara dalam mengejar ikan mangsa. Beberapa bahkan diambil untuk memberi makan
dan bermain di New York Harbor dan Boston Harbor dalam beberapa tahun terakhir. Anjing laut
sering memilih untuk berkumpul di pelabuhan, meminjamkan hewan nama lain bersama mereka.
Kebiasaan makan telah dipelajari erat di banyak bagian jangkauan mereka, mereka dikenal
memangsa terutama pada ikan , seperti menhaden , ikan teri , sea bas, makarel , ikan cod , kapur
sirih dan flatfish , dan kadang-kadang pada udang , kepiting , moluska dan cumi. Terutama
pantai, penyelaman ke lebih dari 500 m telah direkam. Segel umum telah dicatat untuk
menyerang, membunuh dan memakan beberapa jenis burung laut (Anonim, 2012).
2.7.2 Dugong

13

Dugong lebih sering ditemukan di perairan teluk, perairan dangkal dan terumbu karang.
Penyebaran dugong terbagi dalam beberapa populasi kecil di Indonesia dan peta keberadaannya
belum lengkap. Dugong tersebar luas di perairan Indo-Pasifik pada daerah perairan tropis dan
subtropis. Dugong juga dapat ditemukan pada perairan tertutupseperti teluk dan selat. Di perairan
tertutup seperti teluk Persia, sepanjang India selatan hingga Srilanka dan sepanjang Indonesia
dan kepulauan Pasifik hingga kepulauan Ryukyu di utara dan perairan Australia tengah dan
selatan (Nishiwaki dan Marsh, 1985 dalam Budiono, 2003). Di Indonesia dugongtersebar di
beberapa wilayah seperti Papua,Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, SulawesiTengah, Sumatera,
Timor Timur, Maluku,barat laut dan tenggara Jawa, pantai selatan Jawa Timur dan pantai selatan
Kalimantan (Budiono, 2003).
Penyebaran dugong juga meliputi laut merah (Mesir) sampai Vanuatu (laut selatan
Pasifik), baik di perairan laut maupun perairan darat. Penyebaran ini berkaitan dengan
penyebaran rumput laut dari famili Potamogetonaceae dan Hydrocharitaceae, yang merupakan
sumber makanan utama dugong (Marsh, et al., 1999). Beberapa data menyatakan bahwa jumlah
dan penyebaran dugong di Indonesia terdapat dibeberapa daerah seperti di Maluku walaupun
hanya dalam jumlah kecil. Selain itu dugong juga diteliti di beberapa pulau kecil di Indonesia
termasuk Biak dan Taman Nasional Cendrawasih (Papua), pulau Lembata (Flores), Arakan
(Sulawesi) dan Nusa Tenggara dimana diantaranya adalah areal dilindungi (Marsh, et al., 2003).
Kawanan dugong mampu bermigrasi dari timur hingga barat pantai Cape York, Queensland,
namun tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa populasi dugong melakukan migrasi dalam
skala besar (Marsh, 1982). Di Shark bay bagian selatan Australia barat perpindahan atau migrasi
dugong bergantung pada perubahan musim dan suhu perairan laut (Anderson, 1986 dalam
Marsh, et al., 1991). Dalam sebuahpenelitian menyatakan seekor dugong jantan dewasa mampu
bermigrasi melintasi dua teluk dengan jarak 140 km selama 63 hari (Marsh, et al., 1991).
2.7.3 Manatee
Manatee tidak tinggal di tempat yang sama sepanjang tahun. Ketika hangat, mereka
pindah ke laut atau Teluk Meksiko untuk makan rumput laut. Di musim dingin, manatee harus
pindah ke mata air, tempat di mana air hangat (72 derajat) muncul dari tanah. Mereka dapat
hidup di air garam atau air tawar, tetapi jika mereka dalam air garam terlalu lama, mereka harus
menemukan air bersih untuk minum. Lembu laut seringkali berkumpul di dekat stasiun listrik
yang memanaskan air. Mereka menjadi bergantung pada sumber panas buatan ini. Mereka tak
14

lagi bermigrasi ke daerah air yang hangat karena sudah memperoleh sumber air panas yang
selalu ada ini.

BAB III
KESIMPULAN

Zona neritik adalah bagian laut yang memiliki kedalaman 0-200 m dan sering disebut

daerah paparan atau dangkalan.


Mamalia laut adalah merupakan kelmpok hewan yang unik, menarik serta beberapa
diantaranya cukup misterius bagi sebagian orang khususnya yang tinggal di daratan
tropis, karena nyata sebagian dari mamalia laut tersebuut hanya hidup di perairan sub-

tropis.
Mamalia laut yang hidup di zona neritik diantaranya adalah anijing laut, dugong dan

manatee.
Phoca vitulina menghuni zona intertidal berpasir; beberapa anjing laut juga dapat

memasuki muara dalam mengejar ikan mangsa.


Dugong lebih sering ditemukan di perairan teluk, perairan dangkal dan terumbu karang.
Manatee tidak tinggal di tempat yang sama sepanjang tahun. Ketika hangat, mereka
pindah ke laut atau Teluk Meksiko untuk makan rumput laut. Di musim dingin, manatee

harus pindah ke mata air, tempat di mana air hangat (72 derajat) muncul dari tanah.
Semua jenis anjing laut merupakan hewan karnivora yang memakan ikan, cumi dan

hewan laut lainnya.


Dugong sebagai mamalia laut sangat bergantung pada penyebaran lamun di perairan.
Makanan manatee terdiri dari tumbuhan hijau bertingkat tinggi, baik laut maupun darat.
Pekawinan terjadi di bawah air. Sistem perkawinan tidak diketahui, tetapi dianggap
poligami. Betina melahirkan sekali per tahun, dengan usia kehamilan jangka waktu

sekitar sembilan bulan.


Dugong tergolong tua pada waktu melahirkan anak pertama (6-17 tahun), mempunyai
tingkat reproduksi rendah, waktu generasi yang lama dan memerlukan tenaga yang besar
untuk tiap anakan

15

Manatee melahirkan anaknya di dalam air. Di alam bebas, kematangan seks dicapai pada
umur 4 tahun, dan kehamilan terjadi 2 - 3 tahun sekali (Bertram 1974 ; Hall 1984).

DAFTAR PUSTAKA
Berta, A., J. L. Sumich, dan K. M. Kovacs. 2006. Marine Mammals: Evolutionary Biology (2nd
edition). Elsevier Inc. Oxford.
Budiono. 2003. Laporan Akhir. Studi Keberadaan Duyung (Dugong dugon Muller) di Teluk
Balikpapan. Yayasan Konservasi RASI (Rare Aquatic Species of Indonesia). Gibbon
Foundation. Samarinda.
https://azharsketch.files.wordpress.com/2012/05/211-materi-ajar_mammalia-laut1.pdf (Di akses
pada tanggal 1 Maret 2016)
Jefferson, T. A., S. Leatherwood dan M. A. Webber. 1994. FAO Species Indentification Guide:
Marine Mammals of the World. FAO and UNEP. Rome.
Khalifa, M. A. 2011. Tingkah Laku dan Karakteristik Suara Dugong dugon di Sea World
Indonesia, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta. Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi
Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Marsh, H. 1999. Fauna of Australia.

16

Anda mungkin juga menyukai