Hematokrit Pada Ikan Mas
Hematokrit Pada Ikan Mas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
The hematokrit (Ht atau HCT) atau volume sel dikemas (PCV) atau fraksi
volume eritrosit (EVF) adalah proporsi darah volume yang ditempati oleh sel
darah merah . Apabila darah disentrifuge maka akan terbagi ke dalam dua bagian
besar yaitu sel darah dan plasma darah. Sel darah terdiri dari sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keeping darah (trombosit) sedangkan
plasma darah merupakan bagian cairan darah terdiri dari air protein, garam
anorganik dan substansi organic bukan protein.
Nilai hematokrit adalah volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell
volume). Istilah lainnya nilai hematokrit adalah volume sel-sel eritrosit seluruhnya
dalam 100ml darah dan dinyatakan dalam %. Penghitungan nilai hematokrit yaitu
setelah darah diproses seperti yang akan dijelaskan di dalam percobaan ini, dibaca
dalam Reading Chart Hematocrit . Berdasarkan atas reprodusibilitas dan
sederhananya pemeriksaan tersebut merupakan salah satu pemeriksaan yang
paling dapat dipercaya di antara parameter lainnya, yaitu kadar Hb dan hitung
eritrosit.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat bisa
menghitung nilai hematokrit dari ikan mas.
1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui nilai
hematokrit dari ikan mas dan dapat memisahkan sel darah merah dengan plasma
darah sehingga dapat diketahui presentasi dari masing-masing sel darah merah
maupun plasma darah.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Ikan
Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di
air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling
beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara
taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya
masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas
Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas
Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan
bertulang keras (kelas Osteichthyes).
2.1.1. Klasifikasi
Taksonomi ikan Mas:
Kingdom
Filum
Subfilum
Superkelas
Kelas
Subkelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
2.1.2
: Animalia
: Chordata
: Vertebrata
: Pisces
: Osteichthyes
: Actinopterygii
: Cypriniformes
: Cyprinidae
: Cyprinus
: Cyprinus carpio L
Morfologi
Secara umum, karakteristik ikan mas memiliki bentuk tubuh yang agak
Derajat penetasan : 85 93 %
2. Habitat
Ikan mas berasal dari daratan Asia dan telah lama dibudidayakan sebagai
ikan konsumsi oleh bangsa Cina sejak 400 tahun SM. Penyebarannya merata di
daratan Asia juga Eropa sebagian Amerika Utara dan Australia. Pembudidayaan
ikan mas di Indonesia banyak ditemui di Jawa dan Sumatra dalam bentuk
empang, balong maupun keramba terapung yang di letakan di danau atau waduk
besar. Budidaya modern di Jawa Barat menggunakan sistem air deras untuk
mempercepat pertumbuhannnya.
Habitat aslinya yang di alam meliputi sungai berarus tenang sampai
sedang dan di area dangkal danau. Perairan yang disukai tentunya yang banyak
menyediakan pakan alaminya. Ceruk atau area kecil yang terdalam pada suatu
dasar perairan adalah tempat yang sangat ideal untuknya. Bagian-bagian sungai
yang terlindungi rindangmya pepohonan dan tepi sungai dimana terdapat
runtuhan pohon yang tumbang dapat menjadi tempat favoritnya.
3. Kebiasaan makan
Ikan mas termasuk pemakan segala (omnivora). Makanannya berupa jasad
hewan atau
tersebut seperti Cacing, Siput, dll. Ikan mas Rajadanu makan dengan cara
mengambil lumpur, menghisap bagian-bagian yang dapat dicerna dan sisanya
akan dikeluarkan. Ikan mas memberikan daya adaptasi dan laju pertumbuhan
yang tinggi dengan pemberian pakan buatan.
4. Perkembangbiakan
Ikan Mas berkembang biak dengan bertelur, masa kawinnya pada daerah
tropis pada saat awal musim hujan. Ikan Mas betina biasanya bertelur di dekat
tumbuhan di dalam air di perairan dangkal yang tembus sinar matahari, telur-telur
tersebut kemudian menempel pada dedaunan. Pada suhu yang hangat dan kondisi
yang ideal telurnya akan menetas dalam 5 sampai 8 hari. Karena malasnya sang
induk betina maupun jantan maka hasil yang menetas sangat sedikit dibanding
telurnya. Para petani yang membudidayakan ikan ini biasanya memindahkan
telur-telur yang telah menempel pada medianya ke kolam lain agar didapat hasil
yang maksimal. Beberapa bulan kemudian ikan mas sudah layak dikonsumsi
beratnya lebih kurang 250 gram. Untuk pancingan biasanya adalah ikan mas yang
telah mencapai berat 500 gram ke atas.
2.2
HEMATOKRIT
2.2.1
Definisi
Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell
volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan
dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan
dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah.
Berdasarkan reprodusibilitas dan sederhananya, pemeriksaan ini paling dapat
dipercaya di antara pemeriksaan yang lainnya, yaitu kadar hemoglobin dan hitung
eritrosit.
2.2.2 Metode Pengukuran Hematokrit
Nilai
hematokrit
atau
PCV
dapat
ditetapkan
secara
automatik
Metode makrohematokrit
Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA atau heparin)
dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110 mm dengan
diameter 2.5-3.0 mm dan berskala 0-10 mm. Tabung kemudian disentrifus selama
30 menit dengan kecepatan 3.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit adalah nilai
hematokrit yang dinyatakan dalam %.
2.
Metode mikrohematokrit
Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah heparin atau
darah amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam tabung kapiler yang
mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler yang
digunakan ada 2 macam, yaitu yang berisi heparin (bertanda merah) untuk sampel
darah kapiler (langsung), dan yang tanpa antikoagulan (bertanda biru) untuk darah
EDTA/heparin/amonium-kalium-oksalat.
Prosedur pemeriksaannya adalah sampel darah dimasukkan ke dalam
tabung kapiler sampai 2/3 volume tabung. Salah satu ujung tabung ditutup dengan
dempul (clay) lalu disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 15.000 rpm.
Tinggi kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca hematokrit, nilainya
dinyatakan dalam %.
Metode mikrohematokrit lebih banyak digunakan karena selain waktunya
cukup singkat, sampel darah yang dibutuhkan juga sedikit dan dapat dipergunakan
untuk sampel tanpa antikoagulan yang dapat diperoleh secara langsung.
2.2.3
11. Endapan atau lisis dari eritrosit dapat terjadi bila salah satu ujung pipet kapiler
disumbat dengan cara dibakar.
12. Penguapan plasma dapat terjadi selama pemusingan atau bila pipet kapiler
yang akan dibaca dibiarkan terlalu lama.
13. Pembacaan yang salah. (Wirawan dkk, 1996)
10
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu Praktikum
Hari
: Senin
Tanggal
: 2 November 2015
Jam
: 08.00-10.00 WIB
Tempat
Sentrifuge hematokrit
3.2.2
Bahan
3.3PROSEDUR KERJA
1. Diambil salah satu ikan uji dari akuarium stok, ikan ditimbang lalu
dicatat bobotnya
1
0
11
2. Dipegang ikan uji dengan tangan kiri (kepala menghadap ke arah muka
kita), tusuk bagian anterior kepala ikan dengan sonde tepat di bagian
otak depan, hingga terasa ada rongga, diputar sonde perlahan-lahan
sehingga otaknya rusak dan ikan akan pingsan
3. Dibedah ikan pada bagian dekat insang dan sebagian perut bagian
anterior, hingga terlihat organ jantung yang berdenyut secara teratur
(exposed organ jantung dengan sinus venosus yang terlihat pucat)
4. Dengan menggunakan penjepit arteri, jepit aorta ventralis lalu
dibiarkan beberapa saat hingga sinus venosus terisi penuh oleh darah
5. Diputuskan dengan menggunakan gunting, lalu disiapkan dan
didekatkan salah satu ujung pipa kapiler sambil dibuka penjepit arteri
secara perlahan-lahan dan hati-hati tampung darah dalam pipa kapiler
tersebut sampai volumenya.
6. Agar heparin yang terdapat dalam dinding sebelah dalam pipa kapiler
tercampur secara homogen, maka pipa kapiler yang telah berisi darah
segar tersebut digoyang dengan hati-hati ke kiri dan kanan serta
diputar. Tanda bahwa darah sudah tercampur secara homogen dengan
heparin, darah tidak membeku, bisa bergerak disepanjang kolom pipa
kapiler.
7. Ditutup salah satu ujungnya dengan menancapkan secara tegak lurus
pada lapisan malam lilin/wax yang telah disediakan
8. Disiapkan sentrifuge hematokrit, lalu diletakkan secara seimbang
antara masing-masing pipa kapiler (jangan terbalik meletakkan ujung
pipa kapiler yang bertutup)
9. Disentrifuge selama 4 menit pada kecepatan 12.000 rpm
10. Setelah selesai disentrifuge, diletakkan pipa kapiler yang sudah terbagi
dua bagian besar darah tersebut (plasma dan sel darah) pada
Hematocrit Reading Chart lalu disesuaikan ketinggian plasma
sebagai batas atas dan dasar sel darah sebagai batas bawah, lalu
ditentukan dan baca nilai hematokrit pada batas atas dari sel darah
(dalam %)
11. Setelah selesai dibaca, dikumpulkan pipa kapiler bekas tersebut dalam
wadah terpisah agar tidak membahayakan, diserahkan kepada laboran
agar bisa dibuang pada tempat yang semestinya.
12
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
4.1.1. Data Kelompok
Tabel 1. Nilai Hematokrit Pada Ikan Mas
Kelompok
9-10
Bobot Ikan
Nilai Hematokrit
(g)
182,45 g
(%)
43 %
40 %
30 %
27 %
Rata-rata
35 %
Bobot Ikan
Nilai Hematokrit
(g)
76
118
70
98
182,45
108
173,51
95
111
67
(%)
53
48
45,5
0
35
27
49,5
36,3
30
46,5
4.2 Pembahasan
Praktikum ini mengamati perbandingan antara sel darah merah dengan
plasma darah pada ikan mas. Untuk mengetahui nilai hematokrit dalam percobaan
13
14
Reading Chart. Hasil dari sentrifugasi akan tampak susunan pada pipa kapiler
sebagai berikut :
Plasma darah
Sel darah putih
Sel darah merah
Gambar 2. Pipa Kapiler
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan didapatkan bahwa hasil dari
persentase hematokrit yang menunjukkan nilai persentase sel darah merah yang
kami lakukan pada 4 buah pipa kapiler
didapatkan rata-rata nilai hematokritnya 35% dari berat tubuh ikan 182,45 gram.
Hal ini berarti darah terdiri dari 35% sel darah merah dan 65% terdiri dari plasma.
Berarti ikan tersebut tidak mengalami anemia atau kekurangan darah.
Pada percobaan yang kami lakukan terhadap sel darah dari ikan Mas
(Cyprinus carpio), hal tersebut menunjukan laju metabolisme mempengaruhi nilai
hematokrit dari suatu individu dengan cara hidup ikan, jenis kelamin ikan dan
spesies ikan tersebut. Kesalahan juga tidak menutupi kemungkinan baik dari alat
maupun praktikan dalam melakukan pengamatan ini seperti belum homogennya
darah pada pipa kapiler karena kurangnya atau tidak kita goyang -goyangkan pipa
kapiler ke kiri dan ke kanan secara horizontal sambil diputar-putar.
Abdullah (2008) menyatakan bahwa kisaran nilai hematokrit ikan pada
kondisi normal sebesar 30,8 - 45,5. Nilai 35,7% merupakan normal sedangkan
23% menunjukkan ikan tidak normal, hal tersebut bisa terjadi karena ikan stress
atau terserang penyakit.
Pengukuran hematokrit dapat dijadikan sebagai salah satu parameter untuk
mengetahui kesahatan ikan. Kuswardani (2006) mengungkapkan bahwa kadar
hematokrit ini dapatbervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur, jenis kelamin,
15
ukuran tubuh, dan masa pemijahan. Nilai hematokrit yang kurang dari 22% akan
menunjukan terjadinya anemia. Sedangkan nilai hematokrit ikan ikan teleost
yang normal berkisar antara 20 30 % dan untuk beberapa spesies laut berkisar
42 % (Bond, 1979).
Nilai hematokrit yang kurang dari 22% menunjukan ikan mengalami
anemia (Gallaugher et al, 1995 dalam Abdullah, 2008), sedangkan menurut Nabib
dan Pasaribu (1989) dalam Prasetyo (2008) bahwa nilai hematokrit darah ikan
berkisar 5 60%, hematokrit di bawah 30% menunjukan defisiensi eritrosit.
Apabila ikan terkena penyakit atau nafsu makan menurun maka nilai hematokrit
darah menjadi lebih rendah (Delman and Brown, 1989 dalam Prasetyo 2008).
Maka dapat dinyatakan ikan mas hasil uji kelompok kami termasuk ke kategori
yang normal.
Bila dibandingkan dengan data kelas, nilai hematokrit di kelas A berada
pada kisaran yang normal yaitu berkisar antara 27-53 %. Namun pada data hasil
pengamatan kelompok 7 dan 8 hasilnya 0 atau tidak memiliki nilai hematokrit
atau kegagalan dalam praktikum. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya adalah, terdapat gelembung pada pipa kapiler darah, darah yang
terlalu lama didiamkan sehingga menggumpal dan tidak bisa disentrifugasi,
pemasangan plastisin yang kurang tepat sehingga saat disentrifugasi plastisin
terlepas, atau pemasangan pipa kapiler yang tidak bener sebelum dilakukannya
sentrifugasi dan kurang seimbangnya penempatan pipa kapiler.
16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Nilai hematokrit pada ikan menunjukkan persen sel darah merah dari
sejumlah darah. Pada ikan yang memiliki nilai hematokrit tinggi berarti memiliki
banyak sel darah merah, atau ikan yang memiliki laju metabolisme yang tinggi.
Pengukuran hematokrit dapat dijadikan sebagai salah satu parameter untuk
mengetahui kesahatan ikan. Kuswardani (2006) mengungkapkan bahwa kadar
hematokrit ini dapatbervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur, jenis kelamin,
ukuran tubuh, dan masa pemijahan. Nilai hematokrit yang kurang dari 22% akan
menunjukan terjadinya anemia. Sedangkan nilai hematokrit ikan ikan teleost
yang normal berkisar antara 20 30 % dan untuk beberapa spesies laut berkisar
42 % (Bond, 1979).
Sedangkan menurut Nabib dan Pasaribu (1989) dalam Prasetyo (2008)
bahwa nilai hematokrit darah ikan berkisar 5 60%, hematokrit di bawah 30%
menunjukan defisiensi eritrosit. Apabila ikan terkena penyakit atau nafsu makan
menurun maka nilai hematokrit darah menjadi lebih rendah (Delman and Brown,
1989 dalam Prasetyo 2008).
5.2 Saran
Pada praktikum kali ini sebaiknya menggunakan gunting yang tajam
sehingga pada saat pembedahan kulit ikan mudah untuk di bedah, kemudian pada
saat praktikan sudah mengambil darah dan dimasukan kedalam pipa kapiler
asisten lab segera mengumpulkannya dan cepat dimasukan kedalam mesin
sentrifuge agar darah yang terdapat didalam pipa kapiler tidak membeku.
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Alamanda et al, 2007. Penggunaan metode hematologi dan pengamatan
endoparasit darah untuk penetapan kesehatan ikan lele dumbo ( Clarias
gariepinus) di kolam budidaya desa mangkubumen boyolali. Jurnal
Boidiversitas. 8 : 34 38. Simmons A, 1989. Hematologi A Combined
Theoritical and Technical Upproach. W.B. sounders Company.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29068/4/Chapter%20II.pdf
(diakses pada tanggal 10 November 15 pada pukul 20:00 WIB)
http://www.psychologymania.com/2012/10/pemeriksaan-hematokrit.html (diakses
pada tanggal 10 November 2015 pada pukul 20:00WIB)
http://www.pusluh.kkp.go.id/index.../1-ikan-mas.pdf/ (diakses pada tanggal 10
November 2015 pada pukul 20:15WIB)
Kuswardani, Y. 2006. Pengaruh pemberian Resin Lebah Terhadap Gambarab
Darah Maskoki Carassius auratus Yang TerinfeksiBakteri Aeromonas
hydrophila. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Purwanto, A. 2006. Gambaran Darah Ikan Mas Cyprinus carpio Yang Terinfeksi
Koi Herpes Virus. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1. Penerbit Binacipta.
Bogor.
18
LAMPIRAN
Gambar 1.
Gambar 2.
19
20
21
Kelompok 9 dan 10
Kelas Perikanan A
ISNAENI FAIZAH
HILYA ANDIANI
REIFOLNANDA HUTAGALUNG
M. JULIAN ALFATH
TANTI YUNITA L.
M. AGUNG MEIDITO
230110140006
230110140007
230110140044
230110140051
230110140059
230110140138
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2015
22
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas
berkat rahmatnya kami dapat melaksanakan praktikum dan menyelesaikan
laporan
praktikum
ini
mengenai
PENGHITUNGAN
NILAI
Penulis
23
DAFTAR ISI
BAB
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................
ii
I.
PENDAHULUAN.............................................................................
1.1 Latar Belakang..............................................................................
1.2 Tujuan...........................................................................................
1.3 Manfaat.........................................................................................
1
1
1
1
II.
LANDASAN TEORI........................................................................
2.1Ikan................................................................................................
2.1.1 Klasifikasi..................................................................................
2.1.2 Morfologi...................................................................................
2.1.3 Biologi Ikan Mas.......................................................................
2.2 Hematokrit....................................................................................
2.2.1 Definisi......................................................................................
2.2.2 Metode Pengukuran Hematokrit................................................
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hematokrit........................
2.3 Sel Darah Merah...........................................................................
2.4 Sel Darah Putih.............................................................................
2
2
2
3
5
5
5
6
8
8
III.
9
10
10
10
IV.
11
13
13
13
14
V.
16
16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................
17
LAMPIRAN......................................................................................
18
ii