Anda di halaman 1dari 9

Praktikum Manajemen Kesehatan Ke-4 Rabu, 05 Maret 2017

IDENTIFIKASI JAMUR YANG MENGINFEKSI IKAN LELE (Clarias


gariepinus)

Dita Amalia Heryan P


4443150012
2 (Dua)

JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017

ABSTRAK

Jamur adalah salah satu penyebab utama kematian pada ikan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Jamur hadir pada tingkat yang berbeda dalam
tangki setiap saat, tetapi jumlah yang hadir jamur dan kondisi kesehatan ikan akan
menentukan apakah ikan terinfeksi atau tidak. Praktikum ini dilaksanakan pada hari
rabu, tanggal 5 april 2017, bertempat di laboratorium Budidaya Perikanan (BDP).
Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Hasil yang
didapat pada praktikum kali ini yaitu dari sampel ikan air tawar yang di gunakan
dalam praktikum ini semuanya hampir terindeksi atau terdapat parasit jamur yang
menempel pada ikan tersebut. Jamur yang terdapat pada Ikan lele yang kita amati
ialah Saprolegnia sp. Jamur ini biasanya hanya akan menyerang jaringan luar tubuh
ikan yang rusak sebagai akibat luka (Ulcer).
Kata Kunci: Jamur, Ikan, Inang
PENDAHULUAN
Perkembangan budidaya perairan di Indonesia semakin berkembang dari tahun ke
tahun, baik budidaya air laut maupun payau dan tawar. Saat ini dengan menurunnya
hasil tangkapan dari laut, budidaya ikan menjadi alternatif sebagai penyedia ikan
konsumsi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Perkembangan budidaya cukup
berkembang di masyarakat terutama di budidaya ikan air tawar yang banyak
mengembangkan jenis jenis ikan antara lain ikan lele, ikan mas, ikan gurame, dan
ikan nila. Pada budidaya ikan salah satu kendala yang dihadapi adalah terjadinya
kemungkinan serangan pathogen yang semakin tinggi. Penyakit ikan adalah suatu
yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan baik secara langsung maupun tidak
langsung (Sachlan 1972).
Penyakit ikan merupakan salah satu kendala dalam usaha budidaya
perikanan. Hal ini disebabkan karena wabah penyakit dapat menimbulkan kematian
ikan maupun udang budidaya. Tingginya tingkat kematian ikan budidaya dapat
menurunkan produksi perikanan sehingga nilai pendapatan yang diperoleh menjadi
turun jika dibandingkan dengan jumlah modal yang harus dikeluarkan untuk
keperluan budidaya seperti pembelian benih, pakan, pembuatan tambak atau kolam,
upah tenaga kerja dan lain sebagainya. Disamping itu, ikan yang sakit juga akan
memiliki nilai jual yang jauh lebih rendah dari kondisi normal terlebih untuk ikan-
ikan yang dijual dalam kondisi hidup seperti kerapu dan lobster.
Berdasarkan penyebabnya, penyakit pada ikan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi. Penyakit infeksi merupakan penyakit
yang disebabkan oleh infeksi patogen kedalam tubuh inang. Patogen penyebab
penyakit pada ikan dapat berupa virus, bakteri, parasit dan jamur (Lavilla Pitogo,
2001). Sedangkan penyakit non-infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh
selain infeksi patogen, misalnya penurunan kualitas lingkungan, kekurangan pakan
(malnutrisi), dan cacat secara genetik (Erazo-Pagador, 2001).
Infeksi jamur pada ikan biasanya disebabkan oleh jamur dari genus
Spaprolegnia dan Achyla. Jamur biasanya hanya akan menyerang jaringan luar tubuh
ikan yang rusak sebagai akibat luka (Ulcer) atau penyakit lain. Jamur dapat pula
menyerang telur ikan. Selain karena luka, kehadiran jamur dapat pula disebabkan
atau dipicu oleh kondisi air akuarium yang buruk, baik secara fisik maupun
kimia. Ikan-ikan berusia tua diketahui sangat rentan terhadap infeksi jamur. Pada saat
ini, dengan banyaknya fungisida (obat anti jamur), maka serangan jamur sedikit
banyak akan dapat ditangani dengan lebih mudah. Saat ini, jamur yang termasuk
berbahaya dan tergolong Hama Penyakit Ikan Karantina yaitu Aphanomyces astacii.
Jamur ini menyebabkan penyakit yang sering disebut EUS (Epizootic Ulcerative
Syndrome). Namun masih jarang sekali jamur ini ditemukan. Protozoa merupakan
hewan uniseluler yang hidup soliter atau berkoloni, diperkirakan 50.000 spesies
Protozoa yang sudah teridentifikasi. Habitat Protozoa adalah air laut, payau, air
tawar, daratan yang lembab dan pasir kering. Sebagian besar Protozoa hidup bebas
dan menjadi makanan organisme yang lebih besar. Beberapa Protozoa hidup sebagai
parasit, diantaranya parasit pada ikan, yaitu : Tichodina, Ichthyoptirius, dan
Heneguya (Suwignyo et al 1997).
Tujuan dalam praktikum Manajemen Kesehatan Ikan mengenai identifikasi
jamur yang menginfeksi ikan ini adalah agar mahasiswa dapat menguasai prosedur
isolasi jamur pada ikan yang terinfeksi.

METODOLOGI
Praktikum ini dilakasanakan pada hari Rabu, 5 April 2017 pada pukul 13.00
sampai dengan pukul 15.00 WIB. Bertempat di laboratorium Budidaya Perikanan
(BDP) Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Alat yang digunakan yaitu lup, pisau, mikroskop, akuarium dan cawan petri /
gelas objek. Sedangkan bahan yang digunakan media ikan yang terinfeksi jamur ,
larutan fisiologis, dan media PDA.
Prosedur kerja hal pertama yang di lakukan adalah siapkan alat dan bahan,
selanjutnya ikan yang terinfeksi jamur diamati tingkah lakunya kemudian bagian
yang terkena jamur dikerik dengan menggunakan pisau dan diletakan pada gelas
objek yang diatasnya ditetesi dengan larutan fisiologis. Kemudian diamati dibawah
mikroskop dengan perbesaran 40 x (Tabel 1).
Penggambaran prosedur kerja identifikasi jamur berdasarkan diagram alir
adalah sebagai berikut:

Siapkan alat dan bahan

Ambil lendir ikan

Amati di bawah mikroskop

Identifikasi jamur

Gambar 1. Diagram Alir Identifikasi Jamur yang Menyerang Ikan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan praktikum yang telah di laksanakan maka di dapat hasil sebagai
berikut:
Tabel 1. Identifikasi jamur pada ikan
NO Jenis Ikan Jenis Jamur Gambar
1 Ikan lele Saprolegnia sp.

2 Ikan lele Saprolegnia sp.

3 Ikan lele Saprolegnia sp.


4 Ikan lele Saprolegnia sp.

5 Ikan lele Saprolegnia sp.

Berdasarkan hasil yang di peroleh, dapat diketahui bahwa jamur yang


menginfeksi Ikan pada setiap kelompok sama, yakni Saprolegnia sp. Infeksi jamur
pada ikan biasanya disebabkan oleh jamur dari genus Spaprolegnia dan
Achyla. Jamur biasanya hanya akan menyerang jaringan luar tubuh ikan yang rusak
sebagai akibat luka (Ulcer) atau penyakit lain. Jamur dapat pula menyerang telur
ikan. (Suwignyo et al 1997). Klasifikasi jamur Saprolegnia sp Menurut Srikandi
(1992), selengkapnya adalah sebagai berikut :
Kelas : Phycomycetes
Subklas : Oomycetes
Bangsa : Saprolegniales
Suku : Saprolegniaceae
Marga : Saprolegnia
Jenis : Saprolegnia sp
Jamur Saprolegnia sp juga diistilahkan dengan jamur "air dingin" karena
menyebar di air dingin, namun ia bisa hidup secara baik di air dengan suhu dari 37°F
hingga 91°F (3 sampai 31°C) (Carlson 2007).
Pertumbuhan jamur Saprolegnia sp pada tubuh ikan/telur atau substrat yang cocok
dipengaruhi oleh suhu air. Sebagian besar saprolegniaceae mampu berkembang
(minimum) pada suhu air antara 0 – 5 °C, tumbuh sedang pada 5 - 15°C,
pertumbuhan optimum pada 15 – 30 °C, dan menurun pada suhu 28 - 35 °C.
Walaupun sebagian besar ditemukan di air tawar, namun jamur ini juga toleran
dengan air payau sehingga ditemukan juga hidup di air payau (Suwignyo et al 1997).
Jamur Saprolegnia sp tersusun atas filamen-filamen yang cenderung
memiliki ujung-ujung berbentuk speris. Di ujung-ujung inilah yang menjadi rumah
bagi zoospore, atau sebagai "benih" dari jamur Saprolegnia sp, yang memungkinkan
bisa berkembangbiak. Filamen-fIlamen tersebut disebut dengan hyphae dan inilah
yang membuat jamur Saprolegnia sp terlihat seperti kapas. Hyphae inilah yang
menyerang jaringan ikan. Pada gambar dapat dilihat hyphae dengan ujung-ujungnya
yang berbentuk speris. Dengan menggunakan mikroskop 400x, struktur tersebut akan
terlihat sama. (Suwignyo et al 1997).
Di air, jamur Saprolegnia sp terlihat seperti kapas, namun jika tidak di air
akan terlihat sebagai kotoran kesat. Jamur Saprolegnia sp memiliki warna putih
ataupun abu-abu. Warna abu-abu juga bisa mengindikasikan adanya bakteri yang
tumbuh bersama-sama dengan struktur jamur Saprolegnia sp tersebut. Selama
beberapa saat, jamur Saprolegnia sp bisa berubah warna menjadi coklat atau hijau
ketika partikel-partikel di air (seperti alga) melekat ke filament. (Suwignyo et al
1997).

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan pratikum yang telah di laksanakan dapat disimpulkan bahwa
Jamur adalah salah satu penyebab utama kematian pada ikan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Jamur yang terdapat pada Ikan lele yang kita amati ialah
Saprolegnia sp. Jamur ini biasanya hanya akan menyerang jaringan luar tubuh ikan
yang rusak sebagai akibat luka (Ulcer).
Saran untuk praktikum selanjutnya diharapkan praktikan lebih
mempersiapkan bahan yang digunakan untuk praktikum, serta tiap kelompok dapat
menggunakan mikroskop laboratorium sesuai jumlah tiap kelompoknya guna
mempercepat waktu pengamatan dan tidak terburu-buru dalam pengamatan
dikarenakan penggunaan mikroskop yang terbatas.
DAFTAR PUSTAKA

Erazo-Pagador, G. E. 2001. Environmental And Other Non-Infectious Diseases.


Aquaculture Department, Southeast Asian Fisheries Development Center
(SEAFDEC/AQD).
Lavilla-Pitogo, C.R., M.C. L. Baticados, E.R. Cruz-Lacierda and L.D. de la Pena,
1990. Occurrence of luminous bacterial disease of Penaeus monodon larvae
in the Philippines. Aquaculture, 91: 1-13.
Sachlan 1972. Diacu Dalam. Buntara. 2003. Pengendalian Mikroorganisme Dalam
Bahan Makan Asal Hewan [SKRIPSI]. Yogyakarta. Fakultas Kedokteran
Hewan UGM Yogyakarta. 83 hlm.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Suwignyo, S. Dan M. Krisanti. 1997. Penuntun Praktikum Avertebrata Air.
Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN

Gambar 2. Ikan lele Gambar 3. Pengambilan lendir

Gambar 4. Identifikasi jamur Gambar 5. Sampel lendir ikan lele

Gambar 6. Peletakan lendir Gambar 7. Identifikasi jamur

Anda mungkin juga menyukai