Anda di halaman 1dari 63

OSEANOGRAFI UMUM DI PANTAI SEBALANG SEBANG TARAHAN

KATIBUN LAMPUNG SELATAN


(Laporan Praktikum Oseanografi Umum)

Oleh
Ayu Anisa
1814201001
Kelompok 4

PROGRAM STUDI SUMBERDAYA AKUATIK


JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Oseanografi Umum Di Pantai Sebalang


Sebalang Sebang Tarahan Katibun Lampung Selatan

Tempat Praktikum : Pantai Sebalang sebang Tarahan Katibun Lampung


Selatan

Tanggal Praktikum : 28 April– 1 Mei 2019

Nama : Ayu Anisa

NPM : 1814201001

Kelompok : 4 (Empat)

Program Studi : Sumberdaya Akuatik

Jurusan : Perikanan dan Kelautan

Fakultas : Pertanian

Universitas : Universitas Lampung

Bandar Lampung, 15 Mei 2019


Mengetahui,

Dosen Asisten Dosen

Darma Yuliana, S.T, M. Si Cheline Anugerah Naiboho


NIK. 231402890708201 NPM.1614201009
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara yang dikelilingi oleh lautan. sebagian besar
aktifitas dari manusianya berada di laut, seperti pelayaran transportasi laut
ataupun aktifitas penangkapan ikan yang merupakan bagian penting bagi
masyarakat Indonesia, segala aktifitas yang berkaitan dengan kelautan tentu
sangat sensitif terhadap setiap perubahan yang terjadi di laut. Gelombang laut
merupakan fenomena alam yang sangat mempengaruhi efisiensi dan keselamatan
bagi kegiatan kelautan. Ditinjau dari pentingnya laut, baik dari segi sumberdaya
alam maupun dari sisi sarana perhubungan dan perniagaan, laut mempunyai
peranan penting di dalam bidang perikanan dan kelautan maupun di bidang-
bidang lainnya secara umum. Peranan penting tersebut akan lebih terasa di
negara-negara kepulauan seperti Indonesia dimana hal-hal yang menghubungkan
antar pulau adalah laut, dan luas daerah lautan lebih besar daripada daratan.
Dengan adanya oseanografi, masalah-masalah yang berhubungan dengan laut
seperti seperti yang disebutkan diatas seharusnya dapat diatasi.

Dalam hal ini pengamatan ilmu laut diperlajari dengan istilah oseanografi.
Oseanografi merupakan suatu sumber penelitian yang aktif di seluruh dunia.
Parameter utama dalam oseanografi umum antara lain parameter fisika (suhu,
arus, gelombang, dan pasang surut), parameter tersebut merupakan penentu
karakteristik lautan yang paling utama dimana suhu mencerminkan kondisi cuaca
dan iklim pada perbedaan penerimaan intensitas cahaya matahari di darat maupun
di laut, arus menentukan kondisi pergerakan massa air di lautan, gelombang
menentukan arah angin dan kecepatannya di laut, pasang surut menentukan tipe
berdasarkan gaya gravitasi bulan dan letak lintang, salinitas mineral-mineral dari
proses sedimentasi pada wilayah tersebut, serta DO (oksigen terlarut) menentukan
bagaimana kadar oksigen pada daerah tersebut.

Lokasi yang digunakan untuk mengambil sampel dari parameter ini adalah di
Pantai Sebalang, Sebang Tarahan, Katibung, Lampung Selatan dengan koordinat
S 5°35’31.6644” E 105º14’7.4364” terletak 28,8 km arah Timur dari kota Bandar
Lampung merupakan kawasan yang terletak di Teluk Ratai, sehingga bisa untuk
menentukan parameter-parameter tersebut.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum lapang kali ini adalah
1. Gambaran kuantitatif dari parameter fisika, parameter biologi dan parameter
kimia
2. Dapat mengetahui dan menjelaskan sebab dan akibat dari nilai kuantitatif
parameter fisika dan kimia yang telah diukur.
3. Dapat memberi kesimpulan dari data kuantitatif yang telah didapatkan.
II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pasang Surut

Pasut (Pasang surut) adalah proses naik turunnya muka laut secara hampir
periodik karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari.
Pengukuran pasang surut dilaksanakan dengan menggunakan rambu pasang surut
yang diamatai setiap interval 1 (satu) jam selama survei berlangsung. Khususnya
untuk koreksi terhadap kedalaman hasil pemeruman. Pasang surut laut merupakan
sebuah pergerakan vertikal permukaan laut secara periodik yang disebabkan oleh
pengaruh gravitasi benda-benda langit lainnya. Pasut laut bersifat periodik
terhadap waktu (harmonik). Oleh karena itu, pergerakan gelombang pasut laut
dapat dimodelkan menggunakan persamaan sinusoidal (Poerbandono, 2009).

Pasang surut hasil pengukuran dapat ditentukan besaran komponen pasang surut
(pasut) atau konstanta harmonik. Pasang Surut yaitu besaran amplitudo dan fase
dari tiap komponen pasut. Pasut di perairan dangkal merupakan superposisi dari
pasut yang ditimbulkan oleh faktor astronomi, faktor meteorologi, dan pasut yang
ditimbulkan oleh pengaruh kedalaman perairan atau yang disebut dengan pasut
perairan dangkal. Pasang Surut pada mulanya muka air rendah, beberapa waktu
kemudian muka air akan menjadi tinggi dan akhirnya mencapai maksimum.
Setelah muka air turun kembali sampai elevasi terendah dan kemudian naik
kembali (Danial, 2009).

Perubahan elevasi muka air laut sebagai fungsi waktu tersebut disebabkan oleh
adanya pasang surut. Energi gelombang akan membangkitkan arus dan
mempengaruhinya. Berdasarkan tipe pasang surut terdiri dari pasang surut
harian ganda (semidiurnaltide). Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik
gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat
rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding
terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya
tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar dari pada gaya tarik matahari dalam
membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak
matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari
dan menghasilkan dua tonjolan pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari
tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi
bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (Douglass, 2011).

Pasang surut adalah suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut
secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi. Gaya tarik
menarik antara benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan.
Pasang laut menyebabkan perubahan kedalaman perairan mengakibatkan arus
pusaran yang dikenal sebagai arus pasang, sehingga perkiraan kejadian pasang
sangat diperlukan dalam navigasi  pantai. Pasang surut menggerakan air dalam
jumlah besar setiap harinya dan pemampaatanya dapat menghasilkan energi
yang cukup besar, dalam sehari bisa terjadi hingga dua kali siklus pasang surut.
Oleh karena itu siklus dapat diperkirakan (kurang lebih setiap 12,5 jam sehari)
(Bernadet, 2012).

Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Hal
ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit
pasang surut. Jika suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut
dalam satu hari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasut harian tunggal
(diurnal tides). Pasang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari,
maka tipe pasutnya disebut tipe harian ganda (semidiurnal tides). Tipe pasut
lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan tipe
campuran (mixed tides). Tipe pasut ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe
campuran dominasi ganda dan tipe campuran dominasi tunggal dalam penentuan
pasang surut (Zakaria, 2009).
2.2 Arus Laut
Arus merupakan gerakan yang sangat luas hal ini dikarenakan yang terjadi pada
seluruh lautan di dunia. Arus permukaan dibangkitkan terutama oleh angin yang
berhembus di permukaan laut. Penyebabnya adalah topografi adalah muka air laut
yang mempengaruhi gerakan arus permukaan. Angin dan topografi laut saat ini
dapat diamati dengan menggunakan satelit. Dengan bantuan data dari satelit,
maka dapat terlihat pola dari pergerakan arus laut permukaan secara global.
Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkaan arus pantai yang
berpengaruh terhadap proses sedimentasi/ abrasi di pantai. Pola arus pantai ini
ditentukan terutama oleh besarnya sudut yang dibentuk antara gelombang yang
datang dengan garis pantai. Jika sudut datang itu cukup besar, maka akan
terbentuk arus pantai yang disebabkan oleh perbedaan hidrostatik (Suradi, 2010).

Arus air laut  merupakan pergerakan massa air secara vertikal dan horizontal.
Arus laut menuju keseimbangannya dengan pergerakan arus dipengaruhi oleh
beberapa hal antara lain arah angin, perbedaan tekanan air, perbedaan densitas air,
gaya coriolis atau arus ekman, topografi dasar laut, arus permukaan, upwelling,
dan dowelling. Beberapa faktor yang dapat terjadi menyebabkan terjadinya
sirkulasi dan arus laut, antara lain angin, pasang surut air laut, perbedaan kadar
garam (salinitas), perbedaan suhu dan kepekatan air laut. Arus terdapat di
permukaan maupun di samudera yang dalam. Arus mempunyai arti yang sangat
penting dalam menentukan arah pelayaran bagi kapal (Rambe, 2009).

Adapun jenis – jenis arus dibedakan dalam 2 bagian, arus yang dipengaruhi oleh
angin. Arus termohaline adalah arus yang dipengaruhi oleh densitas dan
gravitasi. Arus pasut adalah arus yang dipengaruhi oleh pasut serta arus
geostropik adalah arus yang dipengaruhi oleh gradien tekanan mendatar oleh pola
pergerakan angin dan terjadi pada lapisan permukaan. Arus adalah gerakan
mengalir suatu massa air ke arah tertentu. Arus ini bisa sehangat 30 oC atau
sedingin -2oC, tergantung dari mana air tersebut berasal, dan lebar arus bisa lebih
dari 60 km. Sebagian besar arus bergerak dengan kecepatan 10 km per hari,
meskipun untuk beberapa jenis arus dapat bergerak lebih cepat. Arus membawa
banyak sekali air ke seluruh penjuru bumi, mempengaruhi dan membantu
mengatur iklim (Dahuri, 2013).

Arus laut juga dapat didefinisikan sebagai setiap aliran air yang kontinu atau
berkelanjutan disepanjang jalan yang pasti dalam laut. Aliran dapat terjadi di
permukaan atau jauh di bawahnya. Aliran dapat veretikal atau sejajar dengan
permukaan. Sirkulasi ini dalam gerakan massa air dapat dikategorikan sebagai
angin pendorong atau termihalin. Arus termohalin memiliki vertikal signifikan
komponen dan account untuk pencampuran menyeluruh massa air laut dalam.
Arus yang disebabkan tiupan angin bila menumbuk daratan atau benua, maka air
di depan daratan atau benua itu akan lebih tinggi dari pada perukaan air laut
disekitarnya. Perbedaan permukaan air laut tersebut akan menyebabkan terjadinya
aliran air dari laut yang memiliki permukaan air lebih tinggi menuju ke laut yang
memiliki permuakaan air yang lebih rendah. Arus laut yang demikian disebut arus
kompensasi (Nontji, 2010).

Arus laut (sea current) adalah gerakan massa air laut dari tempat ke tempat lain
baik secara vertikal (gerakan ke atas) maupun secara horisontal (gerakan ke
samping). Menurut letaknya arus dibedakan menjadi dua yaitu arus atas dan arus
bawah. Arus atas adalah arus yang bergerak di permukaan laut, sedangkan arus
bawah adalah arus yang bergerak di bawah permukaan laut diserap oleh bahan-
bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh bahan organik dan
anorganik yang tersuspensi dan terlarut, maupun bahan anorganik dan organik
yang berupa plankton dan mikroorganisme lain. Arus dipengaruhi oleh kekuatan
angin, semakin kuat tiupan angin akan menyebabkan arus semakin kuat dan
semakin dalam mempengaruhi lapisan air. Arus dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu bentuk topografi dasar lautan dan pulau-pulau yang ada di sekitarnya, hal ini
dipengaruhi oleh arus equatorial counter di sisi yang keempat dimana gaya ini
akan membelokkan arah mereka dari arah yang lurus sesuai posisi arus yang
bergerak di bawah permukaan laut diserap sehingga bahan-bahan yang terdapat
dalam air maupun mikroorganisme akan terbawa arus sesuai arah arus tersebut
(Hutabarat, 2011).
2.3 Gelombang Laut
Hembusan angin sepoi-sepoi pada cuaca yang tenang sekalipun sudah cukup
dapat menimbulkan riak gelombang. Sebaliknya dalam keadaan dimana terjadi
badai yang besar dapat menimbulkan gelombang besar yang dapat mengakibatkan
suatu kerusakan hebat pada kapal-kapal atau daeah-daearah pantai. Gelombang
adalah peristiwa naik turunnya permukan air laut dari ukuran kecil (riak) sampai
yang paling panjang (pasang surut). Gelombang dipengaruhi oleh kondisi
topografi dasar laut dan keadaan angin, gerakan air secara osilasi yang dicirikan
oleh naik turunnya permukaan air laut. Gelombang laut mempunyai panjang,
tinggi periode, kecepatan, energi dan lain-lain dan terbentuk akibat adanya
pengaruh angin gempa bumi, gunung api bawah laut, longsoran, kapal, dan
aktivitas manusia lainnya. Gelombang terdiri dari panjang gelombang, tinggi
gelombang, periode gelombang, kemiringan gelombang dan frekuensi gelombang
(Yuwono, 2010).

Gelombang adalah jarak berturut-turut antara dua puncak atau dua buah lembah.
Tinggi gelombang adalah jarak vertikal antara puncak dan lembah gelombang.
Periode gelombang adalah waktu yang dibutuhkan gelombang untuk kembali
pada titik semula. Kemiringan gelombang adalah perbandingan antra tinggi dan
panjang gelombang. Frekuensi gelombang adalah jumlah gelombang yang terjadi
dalam satu satuan waktu. Pada hakikatnya, gelombang yang terbentuk oleh
hembusan angin akan merambat lebih jauh dari daerah yang menimbulkan angin.
Gelombang dipengaruhi oleh kecepatan angin, lamanya angin bertiup, dan jarak
tanpa rintangan saat angin bertiup (Triatmodjo, 2009).

Gelombang mempunyai ukuran yang bervariasi mulai dari riak dengan ketinggian
beberapa centimeter sampai pada gelombang badai yang dapat mencapai
ketinggian 30 m. Selain oleh angin, gelombang dapat juga ditimbulkan oleh
adanya gempa bumi, letusan gunung berapi, dan longsor bawah air yang
menimbulkan gelombang yang bersifat merusak (Tsunami) serta oleh daya tarik
bulan dan bumi yang menghasilkan gelombang tetap yang dikenal sebagai
gelombang  pasang surut. Gelombang permukaan merupakan gelombang yang
terjadi antara batas dua media seperti batas air dan udara. Gelombang permukaan
terjadi karena adanya pengaruh angin. Peristiwa ini merupakan peristiwa
pemindahan energi angin menjadi energi gelombang di permukaan laut dan
gelombang ini sendiri akan meneruskan energinya ke molekul air.
Gelombang  akan menimbulkan riak dipermukaan air dan akhirnya dapat berubah
menjadi gelombang yang besar (Supangat, 2009).

Gelombang yang bergerak dari zona berupa: zona laut dalam (deep water zone),
zona refraksi (refraction zone), zona pecah gelombang (surf zone), sehingga
gelombang yang besar angin akan begitu besar. Gelombang besar yang datang itu
bisa merupakan gelombang kiriman yang berasal dari badai yang terjadi jauh
dibagian selatan samudera. Gelombang laut atau ombak merupakan gerakan air
laut yang paling umum dan mudah diamati. Jika ada dua massa benda yang
berbeda kerapatannya (densitasnya) bergesekan satu sama lain, maka pada bidang
gerakannya akan terbentuk gelombang. Gelombang terjadi karena beberapa sebab,
yaitu karena angin, menabrak pantai, dan gempa bumi. Gerakan permukaan
gelombang dapat dikelompokkan dalam gerak osilasi, gerak translasi dan gerak
swash (Wibisono, 2010 ).

Berdasarkan terpecahnya gelombang itu terbagi 3. Spilling, biasanya terjadi


apabila gelombang dengan kemiringan yang kecil menuju ke pantai yang datar.
Gelombang spilling terjadi pada jarak yang cukup jauh dari pantai dan berangsur-
angsur. Plunging apabila kemiringan gelombang dan dasar bertambah gelombang
akan pecah. Jika hal ini terjadi puncak gelombang akan memutar, sebagian kecil
akan memantulkan ke laut. Surging, gelombang yang terjadi pada pantai dengan
kemiringan yang sangat besar seperti yang terjadi pada pantai berkarang. Jenis
gelombang berdasarkan pembangkitnya yaitu gelombang angin terjadi akibat
adanya angin yang bertiup gelombang pasang surut terjadi karena adanya gaya
tarik menarik bumi, bulan, dan matahari. Dari hal ini diketahui jika kejadian alam
membuat gelombang yang berbeda-beda dalam penentuan jarak gelombang
tersebut dapat dibedakan berdasarkan jarak dan arah angin dari gelombang
tersebut (Jeffries, 2016).
2.4 Panjang Gelombang
Panjang gelombang adalah jarak mendatar antara dua puncak dan lembah.
Sedangkan periode gelombang adalah waktu yang diperlukan oleh dua puncak
yang berurutan untuk melalui satu titik. Ukuran besar kecilnya gelombang
umumnya ditentukan berdasarkan tinggi gelombang. Antara panjang gelombang
dengan tinggi gelombang tidak terdapat suatu hubungan yang pasti. Akan tetapi
gelombang yang mempunyai panjang yang jauh akan mempunyai kemungkinan
mencapai gelombang yang tinggi pula. Pengukuran panjang gelombang dilakukan
oleh dua orang praktikan dengan menggunakan tali rafia. Pada saat gelombang
datang pada orang pertama, lalu orang kedua mengikuti gelombang tersebut
(Army, 2009).

Panjang gelombang adalah jarak antara dua puncak atau dua lembah gelombang
berturut-turut. Panjang gelombang dapat diukur dengan melihat waktu yang
dibutuhkan oleh puncak gelombang. Berikutnya yang melalui satu titik kemudian
dicatat jarak atau panjang gelombang dari waktu yang diperlukan dua gelombang
puncak tersebut. Gelombang laut telah menjadi perhatian utama dalam catatan
sejarah. Namun, sampai sekarang, pengetahuan tentang mekanisme pembentukan
gelombang dan bagaimana gelombang berjalan di lautan masih belum sempurna.
Ini sebagian karena pengamatan karakteristik gelombang di laut sulit dilakukan
dan sebagian karena model matematika tentang perilaku gelombang didasarkan
pada dinamika fluida ideal, dan perairan laut tidak sepenuhnya ideal. Maka dari
itu saat mengukur panjang gelombang faktor angin mempengaruhi panjang atau
tidaknya suatu gelombang (Munk, 2014).

Panjang gelombang adalah getaran yang tersebar (merambat). Di dalam


perambatannya tidak diikuti oleh berpindahnya partikel-partikel perantaranya.
Pada hakekatnya panjang gelombang merupakan rambatan energi (energi
getaran). Gerak gelombang dapat dipandang sebagai perpindahan energi dan
momentum dari satu titik didalam ruang ke titik lain tanpa perpindahan materi.
Panjang gelombang mempunyai ukuran seberapa jauh setiap gerakan partikel pada
tertentu, di atas air dalam sebuah partikel dalam air bergerak dalam lingkaran dari
diameter yang sama dengan tinggi gelombang, yang tidak terkait dengan panjang
gelombang berbanding terbalik dengan frekuensi. Dua gelombang berjalan dengan
kecepatan yang sama maka gelombang dengan frekuensi yang lebih tinggi akan
memiliki panjang gelombang yang lebih pendek (Army, 2009).

Demikian juga, jika satu gelombang memiliki panjang gelombang lebih panjang
dari gelombang lain. Dalam memiliki frekuensi yang lebih rendah jika kedua
gelombang berjalan dengan kecepatan yang sama maka panjang gelombang
mempuyai ukuran jarak antara pengulangan dari cirinya seperti bentuk puncak,
lembah, ataunol-penyeberangan. Hal ini yang mengakibatkan terjadinya variasi
gelombang. Panjang gelombang air laut terjadi karena adanya alih energi dari
angin ke permukaan laut atau disebabkan oleh gempa di dasar laut. Gelombang
merambat ke segala arah membawa energinya yang kemudian dilepaskan ke
pantai dalam bentuk hempasan ombak. Rambatan gelombang dapat mencapai
ribuan kilometer sampai mencapai pantai (Liu, 2015).

Panjang gelombang yang mencapai pantai akan mengalami pembiasan dan akan
memusat jika mendekati semenanjung atau menyebar jika menemui cekungan.
Gelombang yang menuju perairan dangkal akan mengalami spilling, plunging,
collapsing atau surging. Semua fenomena yang terjadi pada gelombang
disebabkan oleh topografi dasar laut. Panjang gelombang adalah jarak antara dua
titik yang berdekatan secara identik dalam gelombang. Hal ini biasanya diukur
antara dua titik agar mudah diidentifikasi, seperti dua puncak yang berdekatan
atau lembah dalam bentuk gelombang. Sementara panjang gelombang dapat
dihitung untuk berbagai jenis gelombang, mereka yang paling akurat diukur
dalam gelombang sinusoidal, yang memiliki osilasi halus dan berulang-ulang
sementara panjang gelombang dapat dihitung untuk berbagai jenis gelombang.
Dalam hal paling akurat diukur dalam gelombang sinusoidal, yang memiliki
osilasi halus dan berulang-ulang. Panjang gelombang berbanding terbalik dengan
frekuensi, berarti jika dua gelombang tersebut di osilasi maka, akan saling
berdeketan antara lembah dan puncak gelombang (Koutitas, 2010).
2.5 Tinggi Gelombang
Tinggi gelombang adalah jarak vertikal antara puncak satu gelombang dan satu
lembah gelombang. Ketinggian dan periode gelombang tergantung kepada
panjang fetch pembangkitnya dan hal ini tadak selalu sama. Fetch adalah jarak
perjalanan tempuh gelombang dari awal pembangkitannya atau permulaan
pembangkitnya. Fetch ini dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut.
Semakin panjang jarak fetch nya, ketinggian gelombangnya akan semakin besar
(Nadia, 2013).

Tinggi gelombang tidak ada satu hubungan yang pasti akan tetapi gelombang
mempunyai jarak antar dua puncak gelombang yang makin jauh akan mempunyai
kemungkinan mencapai gelombang yang semakin tinggi. Tinggi gelombang rata-
rata yang dihasilkan oleh angin merupakan fungsi dari kecepatan angin, waktu
dimana angin bertiup, dan jarak dimana angin bertiup tanpa rintangan. Umumnya
semakin kencang angin bertiup semakin besar gelombang yang terbentuk dan
pergerakan gelombang mempunyai kecepatan yang tinggi sesuai dengan panjang
gelombang yang besar. Gelombang yang terbentuk dengan cara ini umumnya
mempunyai puncak yang kurang curam jika dibandingkan dengan tipe gelombang
yang dibangkitkan dengan angin yang berkecepan kecil atau lemah dalam
pengukuran gelombang (Setiono, 2009).

Tinggi gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju ke pantai akan
mengalami perubahan bentuk. Hal ini terjadi karena adanya perubahan kedalaman
laut. Apabila gelombang bergerak mendekati pantai pergerakan gelombang akan
melambat. Dalam hal ini adalah akibat dari friksi/gesekan antara air dan dasar
laut. Sementara itu, bagian atas gelombang di permukaan air akan terus melaju
pengamatan seksama tentang gelombang laut ternyata menunjukkan bahwa air
gelombang tidak bergerak maju, melainkan bergerak melingkar. Sehingga air
hanya bergerak naik-turun begitu gelombang melintas tepi pantai bekerja
menahan dasar gelombang. Sehingga puncak gelombang bergerak lebih cepat
(Asdak, 2012).
Tingginya kecepatan arus gelombang disebabkan karena pengaruh gelombang dan
bentuk pantai yang terbuka sehingga gelombang akan leluasa menerjang pantai
dan mengakibatkan arus yang besar didalam pengerahan yang sangat dipengaruhi
oleh topografi dan bentuk pantai. Tipe gelombang pecah diperairan mempunyai
tipe yang seragam, yaitu tipe gelombah pecah spilling. Tinggi gelombang adalah
dipengaruhi oleh komponen-komponen gelombang, yaitu perbedaan frekuensi dan
amplitudo hal ini memungkinkan untuk memprediksi secara akurat tinggi dan
frekuensi gelombang terbesar. Pada periode adalah tinggi gelombang dua kalinya
amplitudo gelombang. Antara dua puncak yang berurutan yang melalui suatu titik
tetap ( Ingmanson, 2009).

Pada tinggi gelombang yang kecepatan arus disebabkan karena pengaruh


gelombang yang tinggi. Dan bentuk pantai yang terbuka sehingga gelombang
akan leluasa menerjang pantai dan mengakibatkan arus yang besar dan arus
didalam pengerahannya sangat dipengaruhi oleh topografi dan bentuk pantai. Data
tinggi gelombang (H) Diukur dengan menggunakan tongkat ukur atau tongkat
berskala. Tinggi gelombang pada suatu gelombang tertentu dipengaruhi oleh
beberapa komponen golombang. Diantaranya karena perbedaan frekuensi dan
amplitude gelombang bergerak di dalam dan luar fase melintasi yang lainnya
(Hakim, 2009).

2.6 Priode Gelombang


Periode gelombang adalah sejumlah besar gelombang yang melintasi suatu titik
dalam suatu waktu tertentu, biasanya didefinisikan dalam satuan detik, namun
pada praktikum kali ini, periode gelombang menggunakan satuan waktu menit.
Angin yang berhembus sangat kencang akan menyebabkan terjadinya gelombang
yang cepat dan besar. Pasang surut juga merupakan salah satu pengaruh periode
gelombang, saat pasang periode gelomnbang besar, saat surut periode gelombang
sedikit. periode gelombang adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu
gelombang. Jadi bisa disimpulkan rumus untuk mencari periode gelombang
adalah waktu yang dibutuhkan dibagi jumlah gelombang. Dalam Sistem
Internasional (SI), periode dilambangkan dengan T dan memiliki satuan sekon (s).
Besaran-besaran gelombang lainnya seperti frekuensi gelombang, panjang
gelombang dan cepat rambat gelombang (Nazir, 2013).

Periode gelombang dalam mengukur suatu gelombang pada air laut bisa
dipengaruhi oleh angin. Frekuensi gelombang atau periode gelombang adalah
sejumlah besar gelombang yang melintasi suatu titik dalam suatu waktu tertentu,
biasanya didefinisikan dalam satuan detik, namun pada praktikum kali ini, periode
gelombang menggunakan satuan waktu menit. Angin yang berhembus sangat
kencang akan meyebabkan terjadinya gelombang yang cepat dan besar. Pasang
surut juga merupakan salah satu pengaruh periode gelombang, saat pasang periode
gelomnbang besar, saat surut periode gelombang sedikit. Pengukuran periode
gelombang dilakukan sebelum gelombang itu pecah yang artinya tidak dilakukan
perhitungan jika gelombang pecah (Dihisdros, 2011).

Periode adalah selang waktu yang dibutuhkan benda atau objek. Waktu yang
diperlukan untuk melakukan satu putaran atau satu kali melingkar. Sebagai contoh
jika benda tersebut menempuh 1 kali putaran maka benda tersebut memiliki waktu
putaran 3 second. Jadi dalam hal ini benda ini dikatakan memiliki periode selama
3 second untuk melakukan 1 kali putaran. Periode sering diartikan sebagai waktu
dan sering diucapkan banyak orang sebagai waktu (Ashuri, 2009).

Periode data gelombang yang diukur yaitu tinggi gelombang (H), dilakukan pada
palem pasang surut dengan mengamati puncak dan lembah dari gelombang saat
muka air melewati palem pasut. Pengukuran data gelombang secara langsung
hanya dapat dilakukan dalam skala waktu yang sangat singkat. Untuk
mendapatkan informasi karakteristik gelombang yang lebih mewakili perairan di
mana survei dilakukan. Periode gelombang yang sering terjadi. dengan nilai
kumulatifnya tergolong dalam kategori G (>9-10 detik) dengan dengan nilai
kumulatifnya 19,8%. Dan pada saat musim yang lebih cepat yaitu tergolong
dalam kategori E (>7-8 detik) dengan nilai kumulatifnya 12,3%, dan periode
gelombang tergolong dalam kategori H (>10 detik) dengan nilai 12% (Stewart,
2010).
Periode gelombang laut diperoleh dari hasil pegukuran, digunakan untuk
memperoleh nilai panjang gelombang (L). Hasil tersebut dilakukan karena
panjang gelombang tidak dapat diukur langsung di perairan, sehingga diperoleh
melalui hubungan antara panjang gelombang dan periode gelombang, untuk
memperoleh nilai panjang gelombang laut dalam dan laut dangkal. Periode adalah
selang waktu yang diperlukan untuk menempuh satu gelombang. Pada periode
dinotasikan dengan huruf “T“ dan satuannya adalah detik. Dalam disebut dengan
gelombang sempurna pada gelombang tranversal adalah gerakan gelombang dari
kedudukan seimbang ke puncak gelombang kemudian kembali ke kedudukan
seimbang lalu ke lembah gelombang sampai kembali ke kedudukan seimbang
(Sulaiman, 2009).

2.7 Sudut Refraksi Gelombang


Refraksi gelombang yaitu peristiwa pembelokan gelombang yang diakibatkan
oleh perubahan kedalaman air pada saat gelombang menjalar ke garis pantai.
Pembiasan gelombang biasanya terjadi ketika gelombang menyebrangi perbatasan
dua medium yang berbeda. Gelombang laut merambat melalui air laut dan ketika
mendekati garis pantai, permukaan laut tentu semakin dangkal. Pada saat
gelombang memasuki bagian laut yang dangkal, laju gelombang menjadi
berkurang. Berkurangnya laju gelombang laut mengakibatkan terjadinya
pembelokkan arah perambatan gelombang (gelombang laut dibiaskan). Dengan
kata lain, berkurangnya laju gelombang laut ketika memasuki bagian laut yang
dangkal menyebabkan gelombang laut dibelokkan hingga sejajar garis pantai
(Riyaldi, 2010).

Refraksi gelombang dianalisa untuk mengetahui dan memprediksi arah datangnya


gelombang pada saat ia menghampiri pantai. Hal ini sangat penting dalam
memahami proses dinamika pantai dan menjaga kestabilannya. Besar sudut
gelombang dan tinggi gelombang yang datang pada gilirannya menentukan besar
sediment transport yang terjadi dalam arah sejajar dan tegak lurus pantai.
Informasi ini selanjutnya dapat digunakan untuk memperkirakan besar dan arah
erosi ataupun akresi di suatu pantai. Sifat refraksi gelombang saat dipengaruhi
oleh perubahan kedalaman air yang mereduksi kecepatan gelombang dan
mengakibatkan pembelokan (Samulano, 2012).

Refraksi gelombang laut dekat pantai menggunakan empat metode, yaitu metode
ortogonal, metode Snellius, metode diagram dan metode panjang gelombang.
Keempat metode ini pada dasarnya mengacu pada teori gelombang linear atau
teori gelombang amplitudo kecil (small-amplitude wave theory). Hasil yang
diperoleh dari tiap metode menunjukkan hasil visualisasi sudut pembelokkan
gelombang yang cukup baik untuk digunakan dalam memahami refraksi
gelombang. Pada refraksi gelombang dalam metode ortogonal terdapat
keterbatasan nilai perbandingan kecepatan gelombang pada template sehingga
penggambaran refraksi tidak dapat dilakukan untuk nilai perbandingan kecepatan
gelombang yang relatif besar. Pada metode Snellius terdapat nilai beda sudut
perpindahan gelombang yang cukup kecil sehingga sulit untuk memvisualisasikan
hasil refraksi gelombang laut tersebut (Taringan, 2009).

Refraksi gelombang laut disebabkan oleh bathymetry, serta shoaling dan


breaking berdasarkan persamaan arah gelombang (persamaan refraksi-difraksi)
dan persamaan amplitudo gelombang. Kedua persamaan tersebut dirumuskan
menggunakan persamaan kontinuitas dan momentum. Model numeris ini
kemudian fenomena di atas merupakan salah satu contoh refraksi gelombang.
Refraksi atau disebut juga pembiasan gelombang adalah peristiwa perubahan arah
gelombang. Gelombang yang bergerak ke arah pantai dari kedalaman air yang
dalam menuju kedalaman air yang dangkal. Karena adanya perubahan kedalaman
air, peristiwa refraksi gelombang diakibatkan oleh perbedaan kecepatan
gelombang. Biasanya disertai juga dengan perubahan panjang gelombang yang
mengecil (Effendi, 2013).

Refraksi dan difraksi gelombang paling besar terjadi pada saat melewati samping
kanan pulau. Adanya pembelokkan tajam dan penyebaran arah gelombang
sebanyak tiga arah, yang disebabkan oleh sudut datang gelombang, sehingga
pembelokkan gelombang pada samping kanan pulau membentuk sudut yang lebih
kecil dari pada samping kiri pulau. Selain itu kerapatan batimetri juga
mempengaruhi pembelokkan gelombang sehingga gelombang berusaha sejajar
dengan garis pantai di belakang pulau. Refraksi gelombang di pantai ialah peristiwa
pembelokan gelombang yang diakibatkan oleh perubahan kedalaman air pada saat
gelombang menjalar ke garis pantai. Pembiasan gelombang biasanya terjadi ketika
gelombang menyebrangi perbatasan dua mediumyang berbeda. Mula-mula gelombang
laut merambat melalui air laut ( Fajra, 2011).

2.8 Salinitas
Secara umum salinitas yang tertinggi berada pada bagian luar. Pada batas wilayah
estuaria dengan laut. Sementara yang terendah berada pada tempat-tempat di
mana air tawar masuk ke estuaria. Pada garis vertikal, umumnya salinitas di
lapisan atas kolom air lebih rendah daripada salinitas air di lapisan bawahnya. Hal
ini disebabkan karena air tawar cenderung terapung di atas air laut yang lebih
berat oleh kandungan garam (Sahala, 2015).

Estuaria adalah perairan muara sungai semi tertutup yang berhubungan bebas
dengan laut. Sehingga karena hal ini air laut dengan salinitas tinggi dapat
bercampur dengan air tawar. Estuaria dapat terjadi pada lembah-lembah sungai
yang biasanya tergenang air laut. Karena permukaan laut yang naik atau pun
karena turunnya sebagian daratan oleh sebab-sebab tektonis. Estuaria juga dapat
terjadi dan terbentuk pada muara-muara sungai yang sebagian terlindungi oleh
beting pasir atau lumpur (Sahala, 2015).

Secara ideal, salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram
pada setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk mengukur
salinitas di laut, oleh karena itu penentuan harga salinitas dilakukan dengan
meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl). Kandungan klorida
diterapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam garam ion klorida pada 1 kg air
laut jika semua halogen digantikan kandungan oleh klorida. Penetapan ini
mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan klorida.
Perairan samudera, salinitas biasanya berkisar antara 34-35 o/oo. Di perairan pantai
terjadi pengenceran, misalnya karena pengaruh aliran sungai, salinitas bisa turun
rendah. Sebaliknya di daerah dengan penguapan yang sangat kuat, salinitas bisa
meningkat tinggi (Famelia, 2015).

Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 3,5%.
Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam lebih
tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garam
sekitar 30%. Dalam oseanografi, halinitas biasa dinyatakan bukan dalam persen
tetapi PPT. Dan kira-kira sama dengan jumlah gram garam untuk setiap liter
larutan (Boyd, 2009).

Salinitas adalah kadar garam terlarut dalam air. Satuan salinitas adalah per mil
(‰), yaitu jumlah berat total (gr) material padat seperti NaCl yang terkandung
dalam 1000 gram air laut. Salinitas merupakan bagian dari sifat fisik-kimia suatu
perairan, selain suhu, pH, substrat dan lain-lain. Salinitas  dipengaruhi oleh
pasang surut, curah hujan, penguapan, presipitasi dan topografi suatu perairan.
Akibatnya, salinitas suatu perairan dapat sama atau berbeda dengan perairan
lainnya, misalnya perairan darat, laut dan payau. Kisaran salinitas air laut adalah
30-35‰, estuari 5-35‰ dan air tawar 0,5-5‰. Salinitas 30 ppt adalah tingkat
kadar garam normal pada air laut, pada salinitas ini induk ikan bandeng dipelihara
dan dipijahkan. Salinitas 23 ppt adalah kisaran salinitasi media air laut – payau, di
mana nener (stadium akhir larva bandeng) dipelihara di bak- bak  hatchery
bandeng. Sementara salinitas 16 ppt mewakili air payau, di alam kondisi ini
dijumpai pada tambak-tambak dimana benih bandeng dipelihara atau dibesarkan
mencapai ukuran konsumsi, hal ini akan bisa membedakan perbedaan salinitas
tersebut dengan melihat persentase hasil kisaran yang terkandung di dalamnya
(Husna, 2013).

2.9 Sedimentasi
Sedimentasi adalah pemisahan solid dari liquid menggunakan pengendapan secara
gravitasi untuk menyisihkan suspended solid. Umumnya proses sedimentasi
digunakan setelah proses koagulasi dan flokulasi yang berfungsi untuk
destabilisasi dan memperbesar gumpalan/ukuran partikel, sehingga mudah untuk
diendapkan. Proses koagulasi menggunakan PAC (Poly Aluminium Chloride)
untuk mengikat kotoran atau memutus rantai pada ikatan senyawa zat warna
sehingga membentuk gumpalan. Sedangkan proses flokulasi dengan cara
menambah larutan polimer untuk memperbesar gumpalan, sehingga relatif mudah
untuk diendapkan. Bak sedimentasi ada yang berbentuk lingkaran, bujur sangkar
ataupun segi empat. Bak berbentuk lingkaran umumnya berdiameter 10,7 – 45,7
m dan kedalaman 3 – 4,3 m. Bak berbentuk bujur sangkar umumnya mempunyai
lebar 10 hingga 79 m dan kedalaman 1,8 hingga 5,8 m bak berbentuk segi empat
umumnya mempunyai lebar 1,5 – 6 m, panjang bak sampai 76 m dan kedalaman
lebih dari 1,8 m (Rifardi, 2009).

Sedimentasi Tipe II (Flocculant Settling) adalah pengendapan material koloid dan


solid tersuspensi terjadi melalui adanya penambahan koagulan, dalam hal
biasanya digunakan untuk mengendapkan flok-flok kimia setelah proses koagulasi
dan flokulasi. Pengendapan partikel flokulen akan lebih efisien pada ketinggian
bak yang relatif kecil. Dan karena tidak memungkinkan untuk membuat bak yang
luas dengan ketinggian minimum, atau membagi ketinggian bak menjadi beberapa
kompartemen, maka alternatif terbaik untuk meningkatkan efisiensi pengendapan
bak adalah dengan memasang tube settler pada bagian atas bak pengendapan
untuk menahan flok–flok yang terbentuk. Sedimen meruapakanyang terklasifikasi
yaitu: pasir halus, pasir sedang, pasir sangat halus, pasir kasar dan kerikil, selain
itu didapati juga debu dan batu. Rataan empirik dari distribusi granulometri
sedimen yang terbanyak diperoleh yaitu: pasir halus dengan penyortiran tersortir
buruk, nilai kemencengan asimetris ke ukuran kecil dan simetris granulometri
yang peruncingannya mesokurtik dengan hal ini daat dilihat ciri-ciri sadimentasi
tersebut (Garrison, 2010).

Sedimentasi merupakan sebuah proses pengendapan yang terjadi pada beberapa


komponen abiotik yang ada di lingkungan seperti halnya tanah dan juga pasir.
Proses sedimentasi ini bisa disebabkan oleh beberapa hal. Seperti aliran air
ataupun hembusan angin yang dapat memindahkan partikel- partikel kecil dari
tanah. Pasir ke tempat lain hingga mengalami pengendapan dan membentuk
sesuatu yang baru. Proses pengendapan ini bisa terjadi di berbagai tempat seperti
di darat, di laut maupun di ekosistem sungai (Armos, 2013).

Sedimentasi dalam pengolahan bahan pangan dilakukan berbagai macam sistem


operasi, yang masing-masing sistem memiliki peranan dan fungsi tersendiri bagi
pengendalian mutu produk. Salah satu sistem operasi yang penting yaitu
sedimentasi, yaitu teknik pemisahan suspensi berdasarkan perbedaan densitasnya
melalui suatu medium alir. Sedimentasi (pengendapan) mempergunakan gaya
gravitasi atau gaya sentrifugal untuk memisahkan partikel dari aliran bahan cair.
Partikel biasanya bahan padat, dimana bahan padat akan mengendap didalam
bahan cair yang kerapatannya lebih kecil daripada kerapatan bahan padat tersebut.
Sedimen terdiri dari bahan organic dan anorganic, sedimen dari bahan organic
biasanya berasal dari sisa-sisa mahluk hidup yang mati dari tumbuhan maupun
hewan laut (Hutabarat, 2009).

Untuk mempercepat proses sedimentasi dapat digunakan gaya sentrifugal. Dengan


metode ini terutama campuran cair/padat dan cair/cair dapat dipisahkan,
dibandingkan dengan metode yang menggunakan gaya berat, kecepatan
pengendapan dengan gaya sentrifugal jauh lebih baik. Dalam operasi produksi,
separator sentrifugal sudah banyak menggantikan separator gravitasi karena
separator sentrifugal itu jauh lebih efektif dengan partikel dan tetesan halus,
disamping volumenya yang jauh lebih kecil untuk kapasitas tertentu. Pada
konsentrasi yang rendah, hukum Stokes akan berlaku akan tetapi dalam
kebanyakan hal praktek, sentrasin pada umumnya selalu sangat tinggi. Didalam
konsentrasi yang tinggi ini dan bila selang ukuran partikel tidak terlalu lebih besar
dari 10 : 1, seluruh partikel cenderung mengendap pada kecepatan yang sama.
Sedimen terlarut atau tidak terlarut, merupakan produk dari pelapukan batuan
induk yaitu partikel-partikel tanah dapat dilihat sesuai hukum stokes yang berlaku
saat sentrasin pada umumnya selalu sangat tinggi pada sedimentasinya
(Isnaniawardhani, 2010).
2.10 Kemiringan Pantai
Kemiringan lereng pantai dan sebaran sedimen yang bervariasi karena mendapat
tekanan akibat dinamika perairan. Secara musiman serta pengaruh proses runoff
dan karakter topografi serta massa daratan. Umumnya morfologi dan tipe pantai
sangat ditentukan oleh intensitas, frekuensi dan kekuatan energi yang menerpa
pantai tersebut. Daerah yang berenergi rendah, biasanya landai, bersedimen pasir
halus atau lumpur, sedangkan yang terkena energi berkekuatan tinggi biasanya
terjal, berbatu atau berpasir kasar. Besaran energi eksternal dan daya tahan
material penyusun pantai akan menentukan apakah pantai tersebut akan stabil
ataukah mengalami perubahan (Riruma, 2010).

Kemiringan pantai dapat diukur menggunakan tiang berskala, meter rol dan
waterpas. Sampel sedimen diambil menggunakan metode sediment core. Analisis
kemiringan lereng pantai dilakukan dengan menghitung besar sudut dan
presentase kemiringan lereng serta penentuan kelas kemiringan lereng pantai
berdasarkan metode statistik atau granulometri yaitu dengan menghitung nilai
mean, sorting, skweness dan kurtosis. Kemiringan lereng pantai memiliki
kemiringan lereng pantai miring hingga curam memiliki kelas kemiringan lereng
yang lebih besar dibanding lainnya. Hal ini menunjukan bahwa besar tekanan
pada bagian pantai karena lereng pantai yang lebih miring akan mengakibatkan
dinamika pantai lebih besar akibatnya gelombang pecah dekat garis pantai lereng
dengan kemiringan yang besar. Sedangkan areal lainnya memiliki lereng pantai
dengan kemiringan kecil (Komar, 2013).

Pantai berpasir merupakan jenis pantai yang mendominasi pesisir pantai yakni
mencapai 58% dari total panjang pantai. Kemiringan pantai jenis ini tersusun oleh
sedimen berukuran pasir. Terdiri dari pasir halus sampai sangat kasar. Berwarna
putih keabuan dan abu-abu kehitaman sampai hitam dan bentuk butir pasir
beragam. Seperti menyudut hingga membundar tanggung (Sunarto, 2012).

Kemiringan pantai merupakan pertemuan antara daratan dan lautan. Pengukuran


kemiringan pantai dilakukan untuk mengetahui jenis pantai dan penyebab
terbentuknya pantai itu sendiri. Hasil pengukuran dapat digunakan sebagai
pedoman pelestarian dan pemanfaatan pantai selanjutnya. Kemiringan pantai
diukur berdasarkan jarak antara vegetasi yang mewakili batas daratan hingga bibir
pantai sebagai batas lautan. Pengukuran dilakukan terhadap tiga vegetasi berbeda
yang terdekat dengan bibir pantai (Nontji, 2013).

Kemiringan pantai bertebing tersusun oleh jenis batuan masif (batuan beku) yang
membentuk lereng terjal memanjang. Panjangnya hingga ke ujung tanjung atau
pojok teluk tempat pemukiman penduduk. Ketinggian tebing hampir 30% lebih
dari 10 m. Dalam kemiringan memiliki ketinggian tebing lebih dari 20 m. Dalam
hal ini kemiringan dalam kategori tersebut relatif masih baik (Nontji, 2013).
II.METODOLOGI PRATIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat pada praktikum kali ini yaitu pada tanggal 28 April
sampai dengan 01 Mei 2019, hari Minggu sampai dengan hari Selasa, bertempat
di Pantai Sebalang, Sebang Tarahan, Katibung, Lampung Selatan, Lampung.

Gambar 1. Peta Pantai Sebalang


3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan pada praktikum kali ini yaitu tiang pancang, tali rapia,
botol plastik 600ml, stopwatch, kompas, tiang secci disk, papan, spidol, roll
meter, kamera, refraktometer, pipet tetes, patok bamboo, papan ujian, sedimen
trap, dan thermometer.
3.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja pada praktikum lapang kali ini meliputi :

3.3.1 Fisika
3.3.1.1 Pasang Surut
Adapun cara kerja yang dilakukan pada pengamatan pasang surut, yaitu :
1. Letakkan tiang pancang 150 m dari bibir pantai.
2. Ikat tiang pancang dengan tali plastic ke penahan di bibir pantai
3. Ukur pasang surut setiap 60 menit atau 1 jam sekali dengan interval waktu 60
jam.
4. Lihat ketinggian pasang atau surut dengan rata-rata ketinggian tanpa terkena
gelombang atau ombak.
5. Catat hasilnya pada tabel pengamatan.

Gambar 2. Pasang Surut


3.3.1.2 Arus
Adapun cara kerja yang dilakukan pada pengamatan arus:
1. Hanyutkan botol plastik yang diikat tali sepanjang 1m yang diisi air ¾.
2. Perhatikan waktu hingga tali tersebut menegang yang diakibatkan terbawa
oleh arus.
3. Hitung waktu hingga tali tersebut menegang dengan menggunakan
stopwatch
4. Setelah tali meregang matikan stopwatch dan lihat menggunakan kompas
kearah mana botol meregang.
5. Pengukuran dilakukan untuk 2 kali ulangan pada kondisi pasang tertinggi
dan pasang terendah selama 2 hari.

Gambar 3. Arus
3.3.1.3 Panjang Gelombang
Adapun cara kerja yang dilakukan pada pengamatan panjang gelombang:
1. Pengukuran panjang gelombang dilakukan oleh dua orang praktikan.
2. Satu Praktikan menghadap laut dan satunya lagi menghadap pantai.
3. Jarak antara kedua praktikan dihubungkan dengan menggunakan tali
plastik.
4. Pada saat gelombang datang praktikan yang menghadap pantai mengikuti
gelombang sampai menabrak praktikan yang menghadap laut sambil
menarik tali plastik.
5. Ukur berapa panjang gelombang dengan melihat tali plastic yang
dipegang.
6. Terakhir catat hasilnya pada tabel pengamatan.

Gambar 4. Panjang Gelombang


3.3.1.4 Tinggi Gelombang
Adapun cara kerja yang dilakukan pada pengamatan tinggi gelombang:
1. Gunakan tiang secci disk untuk menentukan tinggi gelombang tertinggi
(puncak gelombang) dan gelombang terendah (lembah gelombang).
2. Praktikan memegang papan skala pada titik tertentu.
3. Saat gelombang datang dilihat tinggi gelombang tertinggi dan gelombang
terendah.
4. Tinggi gelombang didapatkan dengan mengurangi nilai tinggi gelombang
tertinggi dan tinggi gelombang terendah.
5. Pengukuran dilakukan pada kondisi pasang dan dengan kondisi surut
masing-masing 2 kali ulangan.
6. Terakhir catat hasilnya pada tabel pengamatan

Gambar 5. Tinggi Gelombang


3.3.1.5 Periode Gelombang
Adapun cara kerja yang dilakukan pada pengamatan periode gelombang :
1. Periode gelombang dilakukan dengan menggunakan stopwatch.
2. Seorang praktikan masuk ke dalam perairan dan mencatat banyaknya
gelombang yang menerpa tubuhnya dalam selang waktu 1 menit.
3. Konversikan nilai-nilai yang didapat untuk mengetahui nilai periode
gelombang.
4. Pengukuran terhadap gelombang dilakukan sebelum gelombang itu pecah.
5. Terakhir catat hasilnya pada tabel pengamatan
Gambar 6. Periode Gelombang
3.3.1.6 Sudut Refraksi Gelombang
Adapun cara kerja yang dilakukan pada pengamatan sudut refraksi gelombang:
1. Perhatikan gelombang datang yang pecah akibat batu, batang pohon atau
sampai ke bibir pantai.
2. Foto gelombang yang pecah.
3. Lalu amati sudut gelombang tersebut.
4. Nilai salinitas akan terlihat pada skala refraktometer dengan
peneropongan.
5. Pengukuran salinitas dilakukan untuk setiap titik yang berbeda

Gambar 7. Sudut Refraksi Gelombang


3.3.1.7 Sedimentasi
Adapun cara kerja yang dilakukan pada pengamatan sedimentasi:
1. Letakan sedimen trap di lokasi stasiun yang telah ditentukan.
2. Biarkan hingga terjadi sedimentasi selama 4 hari.
3. Ambil hasil sedimen trap, keringkan dibawah sinar matahari untuk
mengilangkan kadar air.
4. Oven hingga mendapatkan berat stabil, dan timbang hingga mendapat
berat kering.
5. Hitung laju sedimentasi.

Gambar 8. Sedimentasi
3.3.1.8 Kemiringan Pantai
Adapun cara kerja yang dilakukan pada pengamatan kemiringan pantai:
1. Beri tanda tempat mulai mengukur dengan menggunakan patok bambu.
2. Dari patok ke patok lainnya diukur sepanjang 5 meter tegak lurus dengan
patok selanjutnya.
3. Hitung jarak permukaan pasir, konversi satuan sudut dengan metode
phytagoras.
4. Hitung hasilnya lalu catat pada tabel pengamatan.

Gambar 9. Kemiringan Pantai

3.3.2 Kimia
3.3.2.1 Salinitas
Adapun cara kerja yang dilakukan pada pengamatan salinitas
1. Kalibrasi refraktometer dengan menggunakan akuades..
2. Keringkan dengan tissue lalu tanda tera diarahkan ke nol
(pengkalibrasian).
3. Bilas kembali refraktometer dengan akuades dan keringkan.
4. Beri satu tetes air sampel yang sudah diambil dengan menggunakan pipet
tetes.

Gambar 10. Salinitas


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi


Pantai Sebalang terletak di Sebang Tarahan, Katibun Lampung Selatan. Pantai ini
bisa ditempuh 40-60 menit dari pusat Kota Bandar Lampung menggunakan
kendaraan roda dua maupun roda empat. Jalanan yang akan dilewati lumayan
mulus hanya di beberapa bagian saja yang jalannya kurang terurus. Sepanjang
jalan menuju kawasan pantai ini akan disuguhi dengan deretan pantai-pantai
lainnya yang terletak di pesisir Teluk Lampung ini. Pantai yang juga dikenal
dengan nama Pantai Sebalang. Di kawasan pantai ini akan banyak menemukan
rumah penduduk.

Pantai ini mempunyai potensi Pariwisata yang cukup baik salah satunya
keindahan melihat sunset di sore hari dengan pemandangan paronama alam yang
indah ditambah hamparan pasir putih yang dikelilingi beberapa pohon di tepi
pantai sehingga melengkapi keindahan pantai tersebut, pantai ini terdapat aktivitas
penelitian untuk menanam mangrove, terumbu karang dll, namun kondisi pantai
ini memperhatinkan akibat pembangunan kawasan industri dan PLTU serta
aktivitas ruamah penduduk menyebabkan pantai ini banyak sampah plastik.

Gambar 11. Foto Pantai Sebalang


4.2 Pembahasan
4.2.1 Pasang Surut
Adapun hasil yang kami dapatkan, kami sajikan dalam table dan grafik
Tabel 1.Pasang Surut
No. Pukul Tiang 1 Tiang 2 Tiang 3
1. 13.00 80 113 95
2. 14.00 80 113 102
3. 15.00 82 104 105
4. 16.00 75 103 95
5. 17.00 63 93 85
6. 18.00 53 80 73
7. 19.00 45 73 65
8. 20.00 42 70 65
9. 21.00 35 67 60
10. 23.00 35 67 58
11. 24.00 45 72 57
12. 01.00 50 78 70
13. 02.00 62 85 80
14. 03.00 65 95 85
15. 04.00 68 96 88
16. 05.00 70 98 93
17. 06.00 67 95 87
18. 07.00 60 93 85
19. 08.00 68 89 82
20. 09.00 55 85 79
21. 10.00 63 88 80
22. 11.00 55 83 76
23. 12.00 60 93 82
24. 13.00 80 110 90
25. 14.00 80 105 95
26. 15.00 85 115 100
27. 16.00 85 115 105
28. 17.00 84 115 100
29. 18.00 90 110 100
30. 19.00 80 100 90
31. 20.00 65 88 80
32. 21.00 60 83 70
33. 22.00 56 80 65
34. 23.00 52 76 62
35. 24.00 50 73 76
36. 01.00 54 82 82
37. 02.00 62 90 75
38. 03.00 65 95 78
39. 04.00 82 105 95
40. 05.00 85 110 98
41. 06.00 85 100 99
42. 07.00 85 110 100
43. 08.00 75 105 90
44. 09.00 73 100 90
45. 10.00 67 95 83
46. 11.00 60 83 73
47. 12.00 64 89 78
48. 13.00 70 95 80
49. 14.00 70 99 83
50. 15.00 80 105 96
51. 16.00 95 120 105
52. 17.00 110 115 103
53. 18.00 115 112 105
54. 19.00 125 110 103
55. 20.00 104 105 93
56. 21.00 90 98 79
57. 22.00 80 81 72
58. 23.00 74 78 69
59. 24.00 65 75 61
60. 01.00 70 82 68

Grafik Pasang Surut


140
120
100
80
Pasang Pasut

60 Tiang 1
40 Tiang 2
20 Tiang 3
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
:0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0
13 17 2 1 2 6 10 1 4 18 2 2 2 6 1 0 14 1 8 22

Jam/Waktu

(Grafik 1.Tiang pancang 1,2,3)

Adapun data yang kami dapat saat melakukan pengamatan adalah tabel diatas
menunjukkan hasil 60 jam setiap 1 jam sekali di dapat hasil bahwa tiang 1 pasang
tertingginya yaitu 125cm dan pasang terendah yaitu 35cm sedangkan nilai duduk
tengahnya yaitu 80cm, tiang 1 mengalami pasang dan surut yang cukup drastis
karena diawali dengan kedalaman yang cukup rendah tetapi pada saat hari terakhir
pukul 18.00 WIB mengalami ketinggian yang cukup signifikan. Tiang pancang 2
pasang tertingginya yaitu 120cm dan pasang terendahnya yaitu 51 cm, sedangkan
nilai duduk tengahnya yaitu 85,5cm, tiang pancang 2 memiliki pasang dan surut
yang cukup stabil dan tidak terlalu signifikan. Tiang pancang 3 pasang
tertingginya yaitu 105cm dan pasang terendahnya yaitu 57cm, sedangkan nilai
dukduk tengahnya yaitu 82,5cm, tiang pancang 3 memiliki pasang dan surut yang
cukup drastic. Dimana pada saat hari pertama pengamatan memiliki ketinggian
yang tinggi sedangkan di akhir ketinggiannya rendah, hal ini sesuai dalam
pernyataan menurut (Bernadet, 2012) bahwa pasang surut adalah suatu fenomena
pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh
kombinasi gaya gravitasi. Gaya tarik menarik antara benda-benda astronomi
terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pasang laut menyebabkan perubahan
kedalaman perairan mengakibatkan arus pusaran yang dikenal sebagai arus
pasang, sehingga perkiraan kejadian pasang sangat diperlukan dalam navigasi 
pantai. Pasang surut menggerakan air dalam jumlah besar setiap harinya dan
pemampaatanya dapat menghasilkan energi yang cukup besar, dalam sehari bisa
terjadi hingga dua kali siklus pasang surut. Oleh karena itu siklus dapat
diperkirakan (kurang lebih setiap 12,5 jam sehari).

4.2.2 Arus
Adapun hasil yang kami dapatkan, kami sajikan dalam table dan grafik
Tabel 2. Arus:
No. Hari Pukul Kecepatan Arah

Pasang
1. Senin 07.00-09.00 WIB 0,027 m/s 38 oB

Surut
2. Selasa 13.00-15.00 WIB 0,017 m/s 64oU
Grafik Arus
0.03
0.03

Kecepatan Arus
0.02
arus
0.02
0.01
0.01
0
Pasang Surut
(Grafik 2. Arus)
Adapun hasil yang kami dapatkan yaitu hari senin jam 07.00-09.00 WIB saat itu
sedang dalam kondisi air pasang dan kecepatan arus yaitu 0,027 m/s dengan sudut
38 oB dan sedangkan pada hari selasa jam 13.00-15.00 WIB saat itu sedang terjadi
kondisi air surut dan kecepatan arusnya adalah 0.017 m/s dengan sudut 64 oU hal
ini karena, ketika pasang angin yang berhembus lebih cepat dan terjadi
pembentukan gelombang yang memberikan pergerakan air yang besar kearah
perambatannya, sehingga semakin cepat kecepatan angin semakin besar gaya
gesekan yang berkerja pada permukaannya, namun sebaliknya dengan surut
mempunyai kecepatan arus yang kecil. Dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
kondisi pasang arusnya lebih cepat dari pada saat surut, hal ini sesuai dalam
pernyataan menurut (Suradi,2009) arus merupakan gerakan yang sangat luas hal
ini dikarenakan yang terjadi pada seluruh lautan di dunia. Arus permukaan
dibangkitkan terutama oleh angin yang berhembus di permukaan laut, gelombang
yang datang menuju pantai dapat menimbulkaan arus pantai yang berpengaruh
terhadap proses sedimentasi/abrasi di pantai. Pola arus pantai ini ditentukan
terutama oleh besarnya sudut yang dibentuk antara gelombang yang datang
dengan garis pantai. Jika sudut datang itu cukup besar, maka akan terbentuk arus
pantai yang disebabkan oleh perbedaan hidrostatik.

4.2.3 Panjang Gelombang

Adapun hasil yang kami dapatkan, kami sajikan dalam table dan grafik

Tabel 3.Panjang Gelombang:


No. Keadaan Gelombang Kedalaman Panjang Gelombang

1. Pasang 90 m 43 cm

2. Surut 80 m 50 cm

60 Grafik Panjang Gelombang


50
Panjang Gelombang

40 Panjang
30 Gelombang
20
10
0
Pasang Surut
(Grafik 3. Panjang Gelombang )
Berdasarkan hasil pengamatan panjang gelombang di pantai sebalang di dapatkan
hasil bahwa pada hari Senin pukul 07.00-09.00 WIB saat pasang panjang
gelombangnya yaitu 43 cm yang memiliki kedalaman 90 m sedangkan, pada hari
Selasa pukul 13.00-15.00 WIB saat surut panjang gelombangnya yaitu 50 cm
yang memiliki kedalaman 80 m karena pada saat surut partikel air bergerak ke
atas dan kebawah sesuai kedalamannya sehingga semakin tidak curam
kedalamannya maka, semakin besar panjang gelombangnya sebaliknya semakin
curam kedalamanya maka semakin kecil panjang gelombangnya, hal ini dapat
disimpulkan bahwa pada saat surut gelombang lebih panjang dari pada saat
pasang, hal ini sesuai dalam pernyataan menurut (Liu, 2015) dalam satu
gelombang memiliki panjang gelombang lebih panjang dari gelombang lain dan
memiliki frekuensi yang lebih rendah jika kedua gelombang berjalan dengan
kecepatan yang sama maka panjang gelombang mempuyai ukuran jarak
antara pengulangan dari cirinya seperti bentuk puncak, lembah, ataunol-
penyeberangan. Hal ini yang mengakibatkan terjadinya variasi gelombang.
Panjang gelombang air laut terjadi karena adanya alih energi dari angin ke
permukaan laut atau disebabkan oleh gempa di dasar laut. Gelombang merambat
ke segala arah membawa energinya yang kemudian dilepaskan ke pantai dalam
bentuk hempasan ombak.

4.2.4 Tinggi Gelombang


Adapun hasil yang kami dapatkan, kami sajikan dalam table dan grafik

Tabel 4. Tinggi Gelombang:


No. Keadaan Kedalaman Puncak Lembah Tinggi
Gelombang Gelombang
1. Pasang 90 m 100 m 90 m 10 cm
2. Surut 80 m 90 m 80 m 10 cm

Grafik Tinggi Gelombang


12

10
Tinggi Gelombang

8 Tinggi
Gelombang
6

0
Pasang Surut

(Grafik 4. Tinggi Gelombang)


Berdasarkan pengamatan tinggi gelombang di pantai sebalang titik 4 didapatkan
hasil pada hari Senin kondisi surut pukul 13.00-15.00 WIB didapatkan pada
kedalaman 80 m dengan hasil ketinggian gelombang 10 cm diperoleh dari puncak
90 m dan lembah 80 m, sedangkan dan hari Selasa pukul 07.00-09.00 WIB
terjadi pasang didapat pada kedalaman 90 m dengan hasil ketinggian gelombang
10 cm diperoleh dari puncak 100 m dan lembah 90 m karena partikel air di laut
saat pasang maupun surut mempunyai pergerakan gelombang yang hampir sama
dan kedalaman saat pasang dan surut tidak jauh berbeda, sehingga tinggi
gelombangnya sama karena antara puncak dan lembahnya bergerak dalam arah
yang sama hal ini akan menimbulkan pergerakan gelombang stabil dan pada saat
pengamatan kondisi perairan mengalami surut sehingga tinggi gelombang di pagi
maupun sore hari sama dari hasil ini dapat ditarik kesimpulan bahwa tinggi
gelombang sangat berpengaruh baik pada saat pasang maupun surut, hal ini sesuai
dalam pernyataan menurut (Asdak, 2012) tinggi gelombang yang menjalar dari
laut dalam menuju ke pantai akan mengalami perubahan bentuk. Hal ini terjadi
karena adanya perubahan kedalaman laut. Apabila gelombang bergerak mendekati
pantai pergerakan gelombang akan melambat. Dalam hal ini adalah akibat dari
friksi/gesekan antara air dan dasar laut. Sementara itu, bagian atas gelombang di
permukaan air akan terus melaju pengamatan seksama tentang gelombang laut
ternyata menunjukkan bahwa air gelombang tidak bergerak maju, melainkan
bergerak melingkar. Sehingga air hanya bergerak naik-turun begitu gelombang
melintas tepi pantai bekerja menahan dasar gelombang.

4.2.5 Periode Gelombang


Adapun hasil yang kami dapatkan, kami sajikan dalam table dan grafik
Tabel 5. Periode Gelombang:
No. Hari Pukul Periode
Pasang
1. Senin 07.00-09.00 WIB 3,52 detik
Surut
2. Selasa 13.00-15.00 WIB 0,43 detik

4
Grafik Periode Gelombang
3.5
Periode Gelombang

3
2.5
Periode
2 Gelombang
1.5
1
0.5
0
Pasang Surut

(Grafik 5. Priode Gelombang)


Berdasarkan pengamatan periode gelombang di pantai sebalang di dapatkan hasil,
pada hari Senin jam 07.00-09.00 WIB yaitu 3,52 detik dengan 17 gelombang
dalam waktu 60 detik, pada hari Selasa jam 13.00-15.00 WIB yaitu 0,043 detik
dengan 23 gelombang dalam waktu 60 detik karena saat pasang kecepatan
gelombang tersebut lebih besar dibandingkan dengan surut karena pengaruh
angin, tekanan atmosfer, arus laut, dan densitas air laut dan jika surut angin, arus
laut rata-rata relatif lebih kecil dibandingkan dengan pasang sehingga dapat dilihat
bahwa periode pasang lebih cepat dibandingkan dengan surut, hal ini sesuai dalam
pernyataan menurut (Dihisdros, 2011) periode gelombang dalam mengukur suatu
gelombang pada air laut bisa dipengaruhi oleh angin. Frekuensi gelombang atau
periode gelombang adalah sejumlah besar gelombang yang melintasi suatu titik
dalam suatu waktu tertentu, biasanya didefinisikan dalam satuan detik, namun
angin yang berhembus sangat kencang akan meyebabkan terjadinya gelombang
yang cepat dan besar. Pasang surut juga merupakan salah satu pengaruh periode
gelombang, saat pasang periode gelombang besar, saat surut periode gelombang
sedikit. Pengukuran periode gelombang dilakukan sebelum gelombang itu pecah
yang artinya tidak dilakukan perhitungan jika gelombang pecah.

4.2.6 Sudut Refraksi Gelombang


Adapun hasil yang kami dapatkan, kami sajikan dalam table dan grafik
Tabel 6.Refraksi:
No. Hari Gelombang datang Gelombang Pergi

1. Senin 60 0 65 0
(Gambar 12. Sudut Refraksi)
Berdasarkan pengamatan sudut refaraksi gelombang di pantai sebalang di titik 4
dilakukan pada hari Senin jam 07.00-09.00 WIB dengan memperoleh sudut
gelombang datang 600 dan sudut gelombang pergi 650 karena saat gelombang
datang yang sebelumnya pergerakannya airnya stabil, karena arah angin dan arus
laut sehingga pergerakan gelombang menjadi pecah dan saat kembali (Gelombang
Pergi) terjadi pelebaran arus karena perbatasan 2 medium yang berbeda sehingga
dapat dilihat sudut gelombang datang lebih kecil dari sudut gelombang pergi, hal
ini sesuai dalam pernyataan menurut menurut (Samulano, 2012) refraksi
memprediksi arah datangnya gelombang pada saat ia menghampiri pantai. Hal ini
sesuai proses dinamika pantai. Besar sudut gelombang dan tinggi gelombang yang
datang pada gilirannya menentukan besar sediment transport yang terjadi dalam
arah sejajar dan tegak lurus pantai. Sifat refraksi gelombang dipengaruhi oleh
perubahan kedalaman air yang mereduksi kecepatan gelombang dan
mengakibatkan pembelokan.

4.2.7 Salinitas
Adapun salinitas yang didapatkan dari praktikum adalah
(Gambar 13. Titik Salinitas)

Tabel 7. Salinitas

No. Stasiun Letak Salinitas


1. 1 Sungai 0
2. 2 Sungai 2
3. 3 Muara 12
4. 4 Laut sisi kanan 31
5. 5 Laut sisi kanan 30
6. 6 Laut sisi kanan 31
7. 7 Laut sisi kiri 30
8. 8 Laut sisi kiri 30
9. 9 Laut sisi kiri 30
10. 10 Laut tengah 31

No. Karakteristik stasiun Kisaran salinitas


1. Sungai 0-2
Stasiun 1
Stasiun 2
2. Muara 12
Stasiun 3 tepat berada diantara sungai
dan laut
3. Laut 30-31
Stasiun 5
Stasiun 6
Stasiun 7
Stasiun 8
Stasiun 9
Stasiun 10
Berdasarkan tabel pengamatan salinitas diatas didapatkan hasil bahwa terdapat
gradient salinitas antara sungai, muara dan laut. Bahkan dilaut pun terdapat juga
salinitas yang berbeda-beda. Dapat diketahui bahwa titik 1 atau sungai memiliki
salinitas 0 atau tidak tercampur air laut, titik 2 masih sungai dengan salinitas 2
artinya sedikit tercampur dengan air laut tetapi dominan air tawar, titik 3 muara
dengan salinitas 12 artinya muara ini sudah bercampur dengan air laut sekitar 40%
dan titik 4-10 yaitu laut dengan salinitas 30-31 artinya tidak tercampur dengan air
tawar, hal ini sesuai dalam pernyataan menurut menurut (Sahala, 2015) salinitas
yang tertinggi berada pada bagian luar. Sementara yang terendah berada pada
tempat-tempat di mana air tawar masuk ke estuaria. Pada garis vertikal, umumnya
salinitas di lapisan atas kolom air lebih rendah daripada salinitas air di lapisan
bawahnya. Hal ini disebabkan karena air tawar cenderung terapung di atas air laut
yang lebih berat oleh kandungan garam. Salinitas terkandung suhu, pH, substrat
dan lain-lain dan salinitas  dipengaruhi oleh pasang surut, curah hujan, penguapan,
presipitasi dan topografi suatu perairan. Akibatnya, salinitas suatu perairan dapat
sama atau berbeda dengan perairan lainnya, misalnya perairan darat, laut dan
payau

4.2.8 Sedimentasi
Adapun hasil yang kami dapatkan, kami sajikan dalam table dan grafik
Tabel 8.Sedimentasi:
No, Titik Pengamatan Berat Sedimen Kering Berat Sedimen/ Hari
1. 4 (Tide Pool) 204,6 gr 0,63 gr/cm3/hari

Berdasarkan tabel pengamatan sedimentasi di titik 4 (Tide Pool) diatas didapatkan


hasil bahwa berat sedimen kering adalah terdapat 204,6 gr dan berat sedimen/
hari adalah 0,63 gr/cm3/ hari, hal ini bisa berubah berat sedimentasinya karena
faktor anorganik maupun organik pada proses pengeringan, hal ini sesuai dalam
pernyataan menurut menurut (Armos, 2013) salah satu sistem operasi yang
penting yaitu sedimentasi, yaitu teknik pemisahan suspensi berdasarkan perbedaan
densitasnya melalui suatu medium alir. Sedimentasi merupakan sebuah proses
pengendapan yang terjadi pada beberapa komponen abiotik yang ada di
lingkungan seperti halnya tanah dan juga pasir. Proses sedimentasi ini bisa
disebabkan oleh beberapa hal. Seperti aliran air ataupun hembusan angin yang
dapat memindahkan partikel- partikel kecil dari tanah. Pasir ke tempat lain hingga
mengalami pengendapan dan membentuk sesuatu yang baru. Proses pengendapan
ini bisa terjadi di berbagai tempat seperti di darat, di laut maupun di ekosistem
sungai.

4.2.9 Kemiringan Pantai


Adapun hasil yang kami dapatkan, kami sajikan dalam table dan grafik
Tabel 8.Kemiringan Pantai:
No. Hari Pukul Kemiringan Pantai

1. Senin 07.00-09.00 WIB P.1 P.2 P.3

5,035 m 5,030 m 5,024 m


6
Grafik Kemiringan Pantai
5
Kemiringan Pantai
4
kemiringan
3 pantai
2

0
p.1 p.2 p.3
(Grafik 8.Kemiringan Pantai )
Berdasarkan tabel pengamatan kemiringan pantai diatas didapatkan hasil bahwa
jam 07.00-09.00 WIB yaitu patok bambu 1 yaitu 5,035 m, patok bambu 2 yaitu
5,030 m, dan patok bambu 3 yaitu 5,024 m , hal ini dapat disimpulkan bahwa
kemiringan pantai pada tiap titik berbeda-beda susuai kerapatannya, hal ini sesuai
dalam pernyataan menurut (Riruma, 2010) Kemiringan lereng pantai dan sebaran
sedimen yang bervariasi karena mendapat tekanan akibat dinamika perairan.
Secara musiman serta pengaruh proses runoff dan karakter topografi serta massa
daratan. Umumnya morfologi dan tipe pantai sangat ditentukan oleh intensitas,
frekuensi dan kekuatan energy. Daerah yang berenergi rendah, biasanya landai,
bersedimen pasir halus atau lumpur, sedangkan yang terkena energi berkekuatan
tinggi biasanya terjal, berbatu atau berpasir kasar. Besaran energi eksternal dan
daya tahan material penyusun pantai akan menentukan apakah pantai tersebut
akan stabil ataukah mengalami perubahan.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan berdasarkan pengamatan yang kami lakukan:
1) Pasang tertinggi dan pasang terendah yang terdapat pada tiang pancang 2
adalah 113 cm dan tiang pancang 1 adalah 42 cm, karena pasang surut pada
sore hari lebih tinggi dibanding pada siang hari disebabkan akibat adanya gaya
tarik benda terutama matahari dan bulan.
2) Arus tidak terlalu terlihat perbedaan baik pagi dan sore, pada jam 07.00-09.00
WIB yaitu 0,017 m/s dan pada jam 13.00-15.00 WIB yaitu 0,027 m/s,hal ini
disebabkan karena angin yang berhembus di permukaan laut.
3) Panjang gelombang pada saat jam 07.00-09.00 WIB yaitu 43 cm, pada jam
13.00 - 15.00 WIB yaitu 50 cm, karena antara dua puncak dan lembah panjang
pada gelombang dengan tinggi gelombang dipengaruhi oleh arus laut.
4) Tinggi gelombang yang diamati saat pengamatan kondisi perairan mengalami
surut sehingga tinggi gelombang di pagi maupun sore hari sama, pada jam
07.00-09.00 WIB yaitu 10 cm dan pada jam 13.00-15.00 WIB yaitu 10 cm.
5) Periode gelombang pada siang hari semakin kecil karena dilihat pada jam
07.00-09.00 WIB yaitu 3,52 detik dan pada jam 13.00-15.00 WIB yaitu 0,043
detik.
6) Refraksi yang diamati saat pengamatan gelombang datang sudutnya 600 dan
gelombang pergi sudutnya 650.
7) Salinitas daerah tersebut normal karena banyak kandungan garam didalam
tanah.Data yang didapat pada jam 07.00-09.00 WIB yaitu 26 ppt,dan jam
13.00-15.00 WIB yaitu 30 ppt.
8) Sedimentasi yang didapat bahwa berat sedimen kering adalah terdapat 204,6 gr
dan berat sedimen/ hari adalah 0,63 gr/cm3/ hari.
9) Kemiringan pantai yang diamati tidak tidak terlalu terlihat pebedaannya karena
tekanan akibat dinamika perairan,pada jam 07.00-09.00 WIB yaitu patok
bambu 1 yaitu 5,035 m, patok bambu 2 yaitu 5,030 m, dan patok bambu 3 yaitu
5,024 m.

5.2 Saran
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan adapun saran yang dapat kami
berikan tentang pratikum lapang yang akan datang sebaiknya dalam setiap
pengamatan data harus lebih teliti dan hati-hati dalam mengamati ataupun
mengambil sampel data tersebut. Sebaiknya sebelum berangkat harus menyiapkan
data dulu sampai lengkap agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh
praktikan.
DAFTAR PUSTAKA

Army. 2009. Coastal Engineering Manual. Washington D.C: U.S.Government

Printing Office.

Alika,Wida.2014. Laporan Praktikum Fisika Percobaan Melde. Jakarta:


Erlangga.

Basalamah A. 2015. Perubahan Garis Pantai Edisi 2. Jakarta: Erlangga.

Bernadet. 2012. P a s a n g S u r u t .Semarang: Universitas Diponegoro.

Danial,M,M. 2009. Rekayasa Pantai.Bandung: Alfabeta.

Dihisdros, 2011.Oseanografi. Jakarta: Erlangga.

Douglass, S .2011.Waves Coastal Transportation.USA: South Alabama


University.

Dahuri R. 2013. Keanekaragaman  Hayati  Laut. Jakarta: Universitas Indonesia.

Famelia. 2015. Cepat Rambat Gelombang Pada Tali. Jakarta: Erlangga.

Faizal, S.2012. Studi Karakteristik Refraksi dan Difraksi.Bogor: ITB.

Fajra,M.2011.Simulasi Numeris Perubahan Garis Pantai.Padang: Universitas

Andalas

Giancoli. 2011. Fisika Jilid 1 edisi kelima. Jakarta : Erlangga.

Garrison, T. 2010. Essentials of Oceanography. USA: Thomson Learning.


Hakim, Lukmanul. 2009. Tinggi Gelombang.Yogyakarta: Loko Media.

Hallaf, Abdul. 2011. Modul Geomorfologi Indonesia. UNM: Geografi .

Hutabarat, S. 2009. Pengantar Oseonografi.Jakarta: UI Press.

Halliday. 2009. Fisika Edisi Ke 3 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Husna, Rianti. 2013. Gelombang Stasioner. Jakarta: Erlangga.

Ingmanson, O.E. 2009.Oceanograpy an Introduction.USA:Wadworth Pubblishing

Company.

Isnaniawardhani, Vijaya. 2010. Tipe Sedimen Permukaan Dasar Laut Selatan

Dan Utara . Jakarta: UI Press.

Koutitas, C. G. 2010. Mathematical Models in Coastal Engineering.USA: Pentech

Press.

Kalay, D. E. 2009. Perubahan Garis Pantai. Bogor : ITB.

Komar P. D, 2013. Beach Proses And Erosion – An Introduction. Florida: Boca

Raton.

Ladopura A. 2013. Distribusi Spasial Sedimen.Pekan Baru:Unri.

Liu, K. 2015. Modeling Wind Effects.Texas:University of Texas.

Munk, W. H. 2014. Proposed Uniform Procedure for Observing Waves.

California.:Scripps Institute of Oceanography.

Nontji,2010.  Laut   Nusantara. Jakarta: Djambatan. 

Nazir, M. 2013. Metode Penelitian. Jakarta :Gralia Indonesia.

Poerbandono. 2009. Survei Hidrografi . Bandung: Refika Aditama.

Riruma, A.2010. Kondisi Morfodinamika Pantai Hative Kecil.Jakarta: UI.

Rambe  N, 2009.  Rahasia  Lautan.  Jakarta: Widjaya. 


Rifardi. 2009. Ekologi Laut Modern. Pekanbaru: Unri Press.

Riyaldi, S.2010.Studi Refraksi Gelombang Di Peraian Dangkal.Bogor: ITB

Setiono, H.2009. Sirkulasi Atmosfer. Semarang:UNDIP

Supangat, Agus. 2009 Pengantar Oseanografi. Bandung: ITB.


Suradi, Imam. 2010.Geografi SMU Kelas 1. Jakarta: Erlangga.
Suyarso,2009. Muka Laut Rata-rata dan Aplikasinya.Jakarta:Erlangga.

Stewart, R.H. 2010. Introduction of Oceanography. Texas :University Texas.

Sulaiman, A.2009. Pendahuluan Geomorfologi Pantai Kuantitatif. Jakarta:UI.

Samulano,I.2012. Refraksi dan Difraksi Gelombang Laut. Padang:Universitas

Andalas.

Triatmodjo, Bambang. 2009.Teknik Pantai.Yogyakarta: Beta Offset.

Taringan,A.P.M.2009.Analisa Refraksi Gelombang Pantai.Jakarta:Erlangga.

Ulum, Zainal. 2012. Perhitungan Pasut .Jakarta:UI

Wibisono, M.S. 2010 Pengantar Ilmu Kelautan.Jakarta : Grasindo.

Yuwono, Nur. 2010.Teknik Pantai. Yogyakarta: Biro.

Zakaria, Ahmad. 2009. P a n j a n g G elo m b a n g d a n P a s a n g S u r u t .

Bandar Lampung: Magister Teknik Sipil Universitas Lampung.

.
LAMPIRAN
Foto Praktikum

No Gambar Pengamatan
1.

Kecepatan Arus

2.

Sudut Refraksi

3.

Panjang Gelombang
4.

Kedalaman

5.

Periode Gelombang

6.

Sedimen

7.

Pasang Surut
8.

Salinitas

9.

Kemiringan Pantai

10.

Tinggi

Anda mungkin juga menyukai