Anda di halaman 1dari 56

TUGAS PANGAN HAYATI LAUT 1

DESKRIPSI JENIS-JENIS IKAN PADA TERUMBU KARANG

NAMA KELOMPOK :
- PUTU AYU SAWITRI (K1A1 16 015)
- RIZKY MAULIDA R (K1A1 16 090)
- MEGA AMALIAH YAHYA (K1A1 16 081)
- NURUL AFIFAH YUSRAN (K1A1 16 120)
- FITRAH HIDAYATURRAHMAT M.H (K1A1 16 004)
- ARIEF SAHRIZAL S. (K1A1 16 066)
- GISCHA ISNANDA RATU (K1A1 16 130)
- LUTHFI ASYIFA HARSA (K1A1 16 026)
- NURMADINA (K1A1 16 086)
- OVELIN L.A.Y KAPEREK (K1A1 16 103)
- RATNA NURLIA SAFITRI (K1A1 16 016)
- SHALLY ARIASNITRA (K1A1 16 018)
- ANGGUN C. (K1A1 16 109)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2017
NAMA : PUTU AYU SAWITRI
NIM : K1A1 16 015

IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning)

A. Taksonomi
Ikan ekor kuning memiliki klasifikasi sebagai berikut (Carpenter, 1988)
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Subphylum : Craniata
Superclass : Gnathostomata
Class: Actinopterygii
Subclass : Nopterygii
Superordo : Acanthopterygii
Ordo: Perciformes
Subordo: Percoidei
Family: Caesionidae
Genus: Caesio
Subgenus : Odontonectes
Species: Caesio cuning
Nama umum ikan ini adalah (Carpenter, 1988; Carpenter, 2001): Redbelly
yellowtail fusilier (Inggris); Caesio à ventre rouge (Perancis), dan Fusilero vientre
colorado (Spanyol).
Nama lokal ikan ini adalah: bekbek (Madura), bua-bua (Bugis), delah
(Bintang, Jawa Barat, Riau), kunir pito (Jawa), lalosi kuning (Menado), lalosi
(Ambon), lalosi batang (Buton), para nyai (Jawa), peta (Madura), rappo-rappo
(Makassar), dan wakung (Jawa Barat).

B. Morfologi
Tubuh ikan ekor kuning berbentuk pipih atau compressed. Memiliki
sebuah tonjolan postmaxillary. Gigi-gigi kecil berbentuk kerucut tedapat di
rahang, vomer, dan palatine. Sirip punggung dengan 10 duri dan 15 (jarang 14
atau 16) jari-jari lemah; sirip dubur dengan 3 duri dan 11 (jarang 10 atau 12) jari-
jari lemah; sirip dada dengan 18 atau 19 (jarang 17 atau 20) jari-jari.
Jumlah sisik di garis rusuk 45-51 buah (umumnya 49 buah); sisik bagian
atas batang ekor biasanya 9 atau 10 baris, sedangkan bagian bawah 13 atau 14
baris. Sisik di atas garis rusuk hingga di depan sirip punggung biasanya 8 atau 9
baris, sedangkan di bagian bawah garis rusuk hingga di depan sirip dubur 15 –
17 baris. Sisik yang terdapat di pipi 4 atau 5 baris, sisik predorsal biasanya 21
sampai 25. Sirip punggung dan sirip dubur bersisik (Carpenter, 1988; 2001).
Sirip ekor, bagian atas batang ekor atas dan bagian posterior
punggungberwarna kuning. Tubuh bagian atas, yang tidak berwarna kuning,
berwarna biru keabu-abuan. Sisi bawah tubuh dan perut berwarna putih atau
merah muda. Sirip dada, sirip perut, dan sirip dubur berwarna putih hingga
merah muda. Bagian dasar sirip dada berwarna hitam; bagian posterior sirip
punggung berwarna kuning dan bagian anterior berwarna biru keabu-abuan
(Carpenter,1988; 2001).

C. Habitat dan Daerah Distribusi


Pada kedalaman 10 m teramati dengan kelimpahan individu sebanyak 88
individu dengan luasan pengamatan 500 m2 atau dengan persentase sebesar
11,67 %. Famili Caesionidae merupakan ikan yang dikenal dengan nama ekor
kuning, ikan jenis ini banyak ditemukan di lereng terumbu dengan ukuran yang
tidak terlalu besar (sekitar 20 – 30 cm) dan suka bergerombol.
Ikan famili Caesionidae menyukai area terumbu karang (umumnya
berada pada kolom perairan), biasa ditemukan dalam kondisi (schooling) atau
bergerombol dalam jumlah besar. Makanan utama famili Caesionidae yaitu
zooplankton dan ditemukan di kedalaman 0 – 50 meter (Setiawan, 2011).
Ikan ekor kuning merupakan penghuni wilayah pesisir, biasanya daerah
berbatu dan terumbu karang sampai ke kedalaman sekitar 60m. Di antara
anggota Caesionidae, C. cuning paling toleran terhadap air keruh; biasanya
ditemukan paling melimpah di daerah terumbu dengan visibilitas bawah air yang
rendah. Spesies ini tersebar luas pada daerah terumbu karang. Ikan ekor kuning
sering membentuk gerombolan kecil hingga besar (Carpenter, 1988; 2001).
Daerah persebaran ikan ekor kuning meliputi (Carpenter, 1988; 2001)
perairan tropis Samudera Hindia ke Barat hingga di Samudera Pasifik, dari Sri
Lanka hingga ke Vanuatu, dari Selatan Jepang hingga ke Barat Laut dan Timur
Laut Australia (Gambar 2.2). Ikan ini dapat mencapai panjang total sekitar 50
cm, tetapi di Sri Lanka ditemukan hingga 60 cm. Merupakan makanan hasil laut
yang cukup penting di beberapa daerah. Ditangkap menggunakan pancing,
trawl, jaring insang hanyut, bubu, dan jaring insang; serta dipasarkan dalam
bentuk segar (Carpenter, 1988).

D. Manfaat dan Kandungan Gizi


Ikan ekor kuning (Caesio cuning) merupakan hasil tangkapan terbanyak
karena nelayan Spear Gun dengan sengaja menangkap ikan ini karena paling
banyak terdapat pada terumbu karang dan memiliki nilai ekonomis yang cukup
tinggi (Pratama,2012).
Tidak hanya memiliki nilai ekonomis yang tinggi, namun ikan ekor kuning
(caesio cuning) juga memiliki kandungan gizi yang tinggi diantaranya kandungan
energi sebesar 109 kkal, protein sebesar 17,0 gram, dan lemak 4,0 gram
(Irianto,2007).
DAFTAR PUSTAKA

Carpenter, K.C. 1988. Fusilier fishes of the world. An annotated and illustrated
catalogue of caesionid species known to date. FAO Fisheries Synopsis
(125) Vol. 8: 75 p.

Carpenter, K.E. 2001. Caesionidae (Fusiliers), pp. 2919-2941. In Carpenter, K.E.;


Niem, V.H. (eds) FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes.
The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 5.
Bony Fishes Part 3 (Menidae to Pomacentridae). Food and Agriculture
Organization of theUnited Nations, Rome.

Irianto, Hari Eko, dkk.2007.Dukungan Teknologi Penyediaan Produk


Perikanan.Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan
Perikanan.Cimanggu,Bogor.

Pratama, Ficka Andria, dkk.2012.Analisis Kelayakan Finansial Usaha Penangkapan


Ikan Menggunakan Panah dan Bubu Dasar di Periran Karimunjawa.Journal
of Fisheries Resources Utilization Management and Technology Volume 1,
Nomor 1, Halaman 22-31.Tembalang, Semarang, Jawa Tengah.

Putra, Aryo Ganesha.2015. Hubungan Kelimpahan Ikan dan Tutupan Karang Lunak
dengan Kedalaman Yang Berbeda Di Pulau Menjangan Kecil Taman
Nasional Karimunjawa, Jawa Tengah. Diponegoro. Journal Of Maquares
Management Of Aquatic Resources Volume 4, Nomor 2, Halaman 17-
27,Tembalang, Semarang, Jawa Tengah
.
Setiawan, F.2011.Panduan Lapangan Identifikasi Ikan Karang dan Invertebrata laut.
WCS, Sulawesi.
LAMPIRAN

Gambar 1. Ikan ekor kuning, Caesio (Odontonectes) cuning

Gambar 2. Daerah distribusi ikan ekor kuning, Caesio (Odontonectes) cuning

NAMA : RIZKY MAULIDA R


NIM : K1A1 16 090

IKAN KERAPU SUNU “Plectropomus macullatus”

1. KLASIFIKASI
Ikan kerapu sunu menurut Heemstra (1993), memiliki klasifikasi sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Superklas : Usteichthyes
Klas : Actinopterygii
Subklas : Neopterygii
Infraklas : Teleostei
Superordo : Acanthopterygii
Ordo : Perciformes
Subordo : Percoidei
Famili : Serranidae
Subfamili : Epinephelinae
Genus : Plectropomus
Spesies : Plectropomus Macullatus

2. MORFOLOGI
Ikan kerapu sunu memiliki ciri bentuk badan lonjong dan tegap, badan
memanjang, tinggi badan 1 : 2,9 sampai 1 : 3,9 kali panjang badan standar,
panjang kepala 1 : 2,7 sampai 1 : 3,1 kali panjang badan standar.
Jumlah duri pada sirip punggung adalah 7 – 8 buah, sirip lunak pada
sirip punggung adalah 10 – 12 dengan sirip terpanjang pada sirip dubur terdiri
atas 3 sirip kaku dan 8 sirip lunak, sirip perut terdiri atas 15 – 17 sirip lunak.
Warna kerapu Sunu merah kecoklat-coklatan, orange kemerah-
merahan atau merah dengan banyak bintik-bintik berwarna biru pada kepala
dan badan kecuali pada bagian perut dan sirip dada serta terdapat sekitar 10
bintik pada bagian pipi.

3. HABITAT
Salah satu indikator terdapatnya kerapu adalah adanya karang. Sifat
kerapu yang nokturnal atau aktif mencari makan pada malam hari
membuatnya diam dan tidak terlalu aktif pada siang hari.
Ikan kerapu merupakan ikan dasar umumnya ditemukan di daerah
terumbu karang (coralreefs), namun ada juga yang ditemukan di daerah
muara (estuary) atau daerah pantai yang berbatu karang (rockyreefs). Ikan
kerapu muda (juvenile) banyak ditemukan di perairan pantai di daerah
padang lamun (seagrass beds), sedangkan yang lebih dewasa akan
menghuni perairan yang lebih dalam di daerah yang berbatu karang.
Kedalaman favorit ikan ini adalah antara 7 – 9 meter dengan kecerahan air
laut > 5 meter. Arus tidak terlalu kencang dengan salinitas antara 31 – 34%,
pH 8 – 8,2 dan suhu 27 – 31 derajat Celcius.
4. DISTRIBUSI
Ikan kerapu tersebar luas dari wilayah Asia Pasifik termasuk Laut
Merah, tetapi lebih terkenal dari letak Persi, Hawai atau Polinesia dan hampir
seluruh perairan pulau tropis Hindia dan Samudera Pasifik Barat dari Pantai
Timur Afrika sampai dengan Mozambika. Untuk wilayah perrsebaran ikan
kerapu sunu sendiri tersebar di perairan Kep. Karimanjawa, Kep. Seribu,
Lampung Selatan, Kep. Riau, Bangka Selatan, dan perairan terumbu karang.

5. MANFAAT
A. GIZI
Ikan kerapu sunu memiliki banyak kandungan Nutrisi/Gizi dan manfaat
kesehatan. Informasi rincian komposisi nya sebagai berikut :
a. Energi 168 kkal
b. Protein 32,4 gr
c. Lemak 1,2 gr
d. Karbohidrat 4,5 gr
e. Kalsium 320 gr
f. Fosfor 343 mg
g. Zat besi 6 mg
h. Vitamin A 0 IU
i. Vitamin B1 0,01 mg
j. Vitamin C 0 mg

Manfaat ikan kerapu sunu untuk kesehatan :


a. Menyembuhkan luka bakar
b. Mengobati penyakit hepatitis
c. Mengobati autis
d. Mengobati gangguan sintetiss albumin
e. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
f. Membantu menghilangkan pembengkakan
g. Memperbaiki gizi buruk pada bayi, anak dan ibu hamil
h. Meringkan maag kronis
i. Mempercepat proses penyembuhan pasca operasi persalinan
B. EKONOMI
Ikan kerapu sunu merupakan salah satu ikan yang memiliki nilai
ekonomi yang tinggi atau cukup mahal, harganya dapat mencapai 300.000
ribu rupiah/ekor. Ikan kerapu sunu juga banyak dijual dalam keadaan
hidup. Selain dijadikan untuk konsumsi, ikan sunu juga kadang dijadikan
sebagai ikan hias. Sampai saat ini budidaya ikan kerapu sunu masih
sangat tinggi karena harga jual di pasaran yang begitu mahal. Hal ini
merupakan suatu keuntungan ekonomi yang sangat bagus bagi para
nelayan yang mengelola budidaya ikan kerapu sunu.

6. PROSPEK EKONOMI
Indonesia merupakan produsen utama benih kerapu, dan dibudayakan
secara komersial. Rasa ikan kerapu sunu yang lezat membuat ikan ini punya
nilai tinggi dipasar dunia. Namun ketersediaannya mulai berkurang, dengan
permintaan yang tinggi untuk kerapu sunu dalam keadaan hidup yang telah
dewasa, maka dilakukan kegiatan ekspor dari negara-negara tetangga seperi
Hongkong, Taiwan dan Cina.
Angka permintaan yang besar dan nilai jual yang tinggi membuat para
nelayan dan pengusaha ikan kerapu sunu mempunyai ivestasi dan
pendapatan yang cukup besar, dengan pembiayaan produksi yang tidak
terlalu banyak dikeluarkan.
Di Indonesia sendiri nelayan yang membudidayakan benih ikan kerapu
sunu masih terhitung kecil dan tidak sepenuhnya memanfaatkan potensial
lahan yang ada, oleh karena itu hal ini merupakan suatu peluang yang besar
bagi nelayan yang ingin membudidayakan ikan kerapu sunu. Dari beberapa
wilayah di Indonesia ang telah menghasilakn produksi ikan kerapu sunu ini
menilai bahwa budidaya ikan sunu sangat mempunyai prospek ekonomi yang
baik.
DAFTAR PUSTAKA

 Cornish, A. & Kiwi, L.K. 2004. Plectropomus leopardus. 2006 IUCN List of
Threatened Species.

 CRC Reef Research Centre- Coral Trout

 Jurnal Mina Laut Indonesia Vol 01 No. 01

 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 1

 Jurnal Riset Akuakultur Vol. 10, No. 4


LAMPIRAN

NAMA : MEGA AMALIAH YAHYA


NIM : K1A1 16 081
(IKAN BARONANG )

Seperti yang kita ketahui diindonesia lebih dominan lautan dibandingkan


dengan daratan, tentunya dilautan banyak sekali sumber daya alam seperti tumbuh
– tumbuhan, terumbu karang, ikan, plankton, dan masih banyak lagi. Disini saya
akan membahas salah satu jenis ikan yang sering kita temukan diterumbu karang
yaitu baronang.
Ikan baronang yang memiliki nama ilmiah Siganus Sp ini memiliki 28
spesies, akan tetapi hanya sedikit spesies yang diketahui oleh masyarakat seperti:
1. baronang susu (Siganus Canaliculatus)
2. Baronang lada (siganus guttatus)

3. baronang angin ( Siganus Javus).


Adapun yang jarang diketahui oleh masyarakat seperti :
1. baronang batik (Siganus Vermiculatus)
2. baronang kalung (Siganus Virgatus),
3. baronang kunyit ( Sirganus Puellus),
4. dan masih banyak lagi.
Ikan baronang ini memiliki klasifikasi ilmiah atau taksonomi sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Super Kelas : Osteichthyes
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Neopterygii
Infrakelas : Teleostei
Superordo : Acanthopterygii
Ordo : Perciforme
Famili : Siganidae
Genus : Siganus
Siganus Sp ini banyak ditemukan pada terumbu karang dimana ikan ini
termasuk dalam ikan target yaitu ikan yang biasa ditangkap untuk dikonsumsi
masyarakat. Siganus Sp atau yang lebih kita kenal sebagai ikan baronang
menjadikan terumbu karang sebagai tempat pemijahan dan daerah asuhan.
Sebelum kita melangkah terlalu jauh saya akan menjelaskan terlebih
dahulu mengenai terumbu karang. Terumbu karang itu sendiri mengandung
mengandung berbagai manfaat yang sangan besar dan beragam, baik itu secara
ekologi maupun ekonomi, diantaranya adalah :
1. sebagai tempat hidup ikan baronang (Siganus Sp) dan ikan lainnya yang
dibutuhkan manusia sebagai bidang pangan.
2. Sebagai Objek pariwisata, wisata bahari untuk melihat keindahan dari bentuk,
warna serta organism yang terdapat pada terumbu karang.
3. Sebagai objek penelitian dan dimanfaatkan biota perairan yang ada.1

Siganus Sp atau ikan baronang ini memiliki ciri mulut yang kecil,
mempunyai gigi seri pada setiap rahang, gigi geraham berkembang sempurna,
dinding lambung agak tebal, usus halus yang panjang dan permukaan yang luas.
Panjang tubuh pada ikan baronang dewasa mencapai 20 – 45 cm. pertumbuhan
panjangnya tergantung dengan kondisi lingkungan yang ditempatinya atau lebih
tepatnya suplai gizi/ makanan yang diperoleh ikan baronang (siganus Sp)
dilingkungannya.2
Disetiap wilayah/daerah memiliki penyebaran spesies yang terbatas seperti :
1. siganus guttatus memiliki penyebaran di : sumatera (Bengkulu dan padang deli),
Sulawesi (Makassar dan manado), Maluku (ternate dan ambon)
2. siganus canaculatus memiliki penyebaran di : sumatera (padang), jawa (pulau
seribu), Maluku (ternate)
3. siganus Vulpinus memiliki penyebaran di : Kalimantan (birabirahan), Sulawesi
(Makassar), manado (ternate da kajoa)
4. sirganus Virgatus memiliki penyebaran di : sumatera (padang dan Bangka
Belitung), jawa (pulau seribu dan bawean), Sulawesi (makassara)
5. Siganus Chrysapilos memiliki penyebaran di : jawa (pulau seribu), Sulawesi
(Makassar dan slayer), Nusa tenggara (Sumbawa)s
6. Siganus Vermiculatus memiliki penyebaran di : sumatera (Bengkulu dan
padang), jawa (pulau seribu), Sulawesi (Makassar), Maluku (ternate)
7. Dan masih banyak lagi

Adapun klasifikasi nilai gizi pada ikan baronang (siganus Sp) yaitu
proporsi daging sebesar 45,67%. Hasil dari analisis proksimat bahwa kadar air yang
terkandung dalam ikan baronang 77,95%, kadar protein 15,94%, kadar avu 1,01%,
kadar lemak 0,93%, dan kadar karbohidrat 4,33%.
Didalam ikan baronang juga terdapat 16 asam amino dimana asam amino
esensial tertinggi adalah lisina sebesar 1.30% dan asam amino non esensial
tertinggi adalah glutamat sebesar 1,98%. Serta total lemak yang terdeteksi dalam
ikan baronang sebanyak 27 jenis yaitu 11 jenis SFA, 7 jenis MUFA, dan 9 jenis
PUFA.
Menurut saya prospek ekonomi ikan baronang cukup tinggi dikarenakan
banyak masyarakat yang sudah tau kelezatan dan nilai gizi yang tinggi pada ikan
baronang (siganus Sp) ini jadi banyak masyarakat yang menjadikan ikan baronang
ini sebagai lahan usaha seperti pembudidayaan ikan baronang dikarenakan
budidayanya yang cukup mudah sebab ikan baronang termaksud ikan herbivora
(pemakan tumbuhan), sebagai kuliner.
Sumber :
1. Yadi T, Pratomo A.,Diversity In The Waters of Fish Coral Island Bay Village
Nikoi Mangrove Mountain District Kijang., Ilmu Kelautan UMRAH;2013
2. Mujiyanto M., Analisa Kebiasaan Makan Ikan Baronang Dikepulauan
Karimunjawa,Jawa Tengah., Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber
Daya Ikan;2013
3. Wahyuningtias L., Karakterisitik Ikan Baronang dari Kepulauan Seribu
Sebagai Bahan Pangan dan Non Pangan Melalui Kajian Molekuler, Kimia dan
Mikroskopis., Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor;2015
Lampiran
Gambar ikan baronang (Siganus Sp)

Sumber : https://www.google.co.id/search?q=ikan+baronang&client=ucweb-
b&channel=sb&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjfi86WrNLXAhUPTl8K
HU5cC8UQ_AUIBigB&biw=360&bih=518#mhpiv=11&spf=1511359330745

Sumber : https://www.google.co.id/search?q=ikan+baronang&client=ucweb-
b&channel=sb&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjfi86WrNLXAhUPTl8K
HU5cC8UQ_AUIBigB&biw=360&bih=518#mhpiv=11&spf=1511359330749

NAMA : NURUL AFIFAH YUSRAN


NIM : K1A1 16 120

IKAN BUNTAL PISANG


Spesies :
Ikan buntal pisang termasuk ke dalam Ordo Tetraodontiformes. Nama
Tetraodontiformes berasal dari morfologi ikan ini, yaitu memiliki empat gigi besar
pada rahang atas dan bawahnya. Morfologi ikan buntal pisang dapat dilihat pada
Gambar 3. Klasifikasi ikan buntal pisang menurut Saanin (1984) adalah:
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Pleognathi (Tetraodontiformes)
Famili : Tetraodontidae
Genus : Tetraodon
Spesies : Tetraodon lunaris (buntal pisang)
Abe (1960) menyatakan bahwa nama lain dari Tetraodon lunaris
adalah Gastrophysus lunaris dan Lagocephalus lunaris.

Morfologi :
Ikan buntal pisang memiliki bentuk badan membulat. Mulut kecil dengan
moncongnya yang tumpul. Ikan ini memiliki 4 buah gigi seri yaitu 2 buah gigi
dirahang atas menyatu dan 2 buah berada di rahang bawah menyatu. Gigi tersebut
menyerupai paruh burung kakak tua (Kottelat et al. 1993). Ikan buntal pisang
berwarna kuning kecokelatan dari ujung kepala, bagian punggung (dorsal) sampai
sirip ekor dan berwarna putih di bagian perut (ventral) serta ujung sirip ekor.Ikan
buntal pisang memiliki satu sirip punggung, satu sirip ekor, satu sirip dubur, dan
sepasang sirip dada. Sirip punggung memiliki 12-13 jari-jari lemah. Sirip dubur
memiliki 10-11 jari-jari lemah dan sirip dada memiliki 16 jari-jari lemah. Gurat sisinya
terlihat dari bagian anterior mata sampai ke dorsal dan berakhir di pangkal ekor
(Yusfiati 2006). Ikan buntal merupakan jenis ikan omnivora yang dapat memakan
segalanya, makanan ikan ini antara lain adalah spermatophyta laut (jenis rumput
laut), sponge, kepiting, polychaeta, pelechypoda, hydroid, dan alga (Yusfiati 2006).

Habitat :
Ikan buntal pisang umunya hidup pada laut daerah tropis atau lautan yang
temperaturnya pada suhu yang hangat, walaupun ada sebagian ikan ini ditemukan
pada air payau dan perairan tawar. Ikan ini juga termasuk perenang yang lambat
dan juga termasuk jenis ikan euryhaline, hal ini disebabkan karena dapat
beradaptasi pada lingkungan perairan yang mempunyai kisaran salinitas yang luas
(3-30 promile) (Wahyuni 2004).
Penyebaran :
Daerah penyebaran ikan Buntal jenis ini berada pada perairan Atlantik seperti
Samudera Hindia dan Pasifik. Ikan ini tersebar pada berbagai pada negara India,
Ceylon, Andaman, Thailand, Singapuran dan lain sebagainya (Weber dan de
Beaufort 1962). Ikan buntal pisang tersebar pada hampir di seluruh perairan
Indonesia antara lain Pulau Weh, Sumatera (Bagan Siapi-api, Sibolga dan Deli),
Sungai Musi, Pulau Bintang, Pulau Bangka, Pulau Jawa (Jakarta, Karawang,
Subang, Cirebon, Cilacap, Semarang, Surabaya), Madura, Kalimantan (Pemangkat,
Singkawang, Pontianak, hilir Sungai Kapuas, Banjarmasin, Sungai Mahakam,
Sulawesi dan Papua (Weber dan de Beaufort 1962).

Komposisi Kimia :
Ikan buntal mempunyai nilai gizi yang tinggi. Ikan ini sangat disukai di Negara
Jepang sebagai menu masakan yang mempunyai cita rasa yang lezat dan sangat
bergizi.Ikan buntal ini juga memiliki beberapa kandungan gizi yang sangat berguna
bagi tubuh ialah asam amino, asam lemak, mineral, dan zat gizi lainnya. Kandungan
asam amino taurin pada ikan buntal pada jenis ini sebanyak 120,1 mg/100 g (Saito
dan Kunisaki 1998). Kandungan gizi ikan buntal Takifugurubripes menurut Saito dan
Kunisaki (1998). dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kandungan Gizi Ikan Buntal Takifugu rubripes (g/100g)


Sampel Air Protein Lemak Karbohidrat Abu
Wild 78,9 16,5 0,7 2,5 1,4
Cultured 78,7 16,5 0,9 2,7 1,3

Racun Tetrodotoksin :
Tetrodotoksin ditemukan pertama kali pada ikan suku Tetraodontidae. Racun
ini merupakan neurotoksin dengan kerja penghambatan pada transpor ion natrium
(Wahyudi 2006). racun tersebut terdapat pada ikan buntal disebabkan dari rutinitas
dengan memakan ikan buntal, pada beberapa mikroalga dan bakteri laut yang dapat
menghasilkan tetrodotoxin. Ikan buntal yang memakan organisme ini akan terjadi
sebuah akumulasi dalam tubuh ikan buntal, hal inilah yang akan menyebabkan
racun tetrodotoxin yang banyak terdapat pada ikan buntal.Ikan ini juga beracun
sepanjang tahun dan persentase kematian pada manusia akibat dari mengkonsumsi
ikan ini lebih dari 50 persen. Namun ikan jenis ini hanya pada bagian saluran
pencernaannya saja yang beracun, maka dengan membuang saluran
pencernaannya ikan ini sudah aman untuk dikonsumsi(Simidu et al 1987).

Prospek Ekonomi :
Pada ikan buntal jenis ini banyak digemari oleh masyarakat salah satunya pada
masyarakat Jepang dijadikan sashimi dan dengan nilai ekonomi yang tinggi.
Daftar Pustaka

PRATAMA, GINANJAR . 2015 . KAJIAN TETRODOTOKSIN IKAN BUNTAL


PISANG (Tetraodon lunaris) DARI PERAIRAN KABUPATEN CIREBON. BOGOR :
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Ika Taat lestari.2014.PENANGANAN FAUNA AKUATIK IKAN BUNTAL (Tetraodon


sp.). Bogor : DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

NAMA : FITRAH HIDAYATURRAHMAT M.H


NIM : K1A1 16 004

IKAN SWANGGI ( Priacanthus tayenus )

1. Taksonomi

Menurut Richardson (1846) in Starnes (1984) taksonomi ikan swanggi


(Gambar 1) adalah sebagai berikut.

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Subordo : Percoidei
Famili : Priacanthidae
Genus : Priacanthus
Spesies : Priacanthus tayenus

Nama FAO : Purple-spotted bigeye, Beauclaire tache pourpre (perancis),


Catalufa mota purpúreo (Spanyol).
Nama Indonesia : Ikan Swanggi.
Nama Lokal : Ikan raja gantang (Banten). swangi/semerah padi (PPN
Pemangkat), swanggi (Pelabuhan Perikanan Banjarmasin), swangi (PPP
Tegalsari), mata bulan (PPN Ambon), camaul (PPN Palabuhanratu), belong
(PPN Pekalongan), capa (PPN Sibolga), swanggi (PPS Jakarta), golok sabrang
(PPN Brondong), swanggi (PPN Prigi) (www.pipp.dkp.go .id. 2009 in
Wangsadinata 2009).
2. Morfologi
Ikan swanggi secara morfologi memiliki badan agak tinggi, agak
memanjang, dan pipih secara lateral. Tubuh, kepala, iris mata, dan sirip
berwarna merah muda atau kemerah-merahan. Tulang belakang pada
preoperkulum berkembang dengan baik. Jumlah tulang tapis insang pada
lengkung insang pertama 21 sampai 24. Jari-jari sirip punggung berjumlah X jari-
jari keras dan 11 sampai 13 jari-jari lemah. Jari-jari pada sirip dada 17-19. Pada
sirip perut memiliki bintik-bintik kecil berwarna ungu kehitam-hitaman dengan 1
atau 2 titik lebih besar di dekat perut. Bintik-bintik pada sirip perut ini yang
membedakan ikan swanggi dengan ikan famili Priacanthidae yang lain. Sisik-
sisik pada bagian tengah lateral dengan bagian posterior atas hilang dan
memiliki sedikit duri kecil pada ikan yang lebih besar. Sisik-sisik lateral berjumlah
56 sampai 73 dan sisik-sisik linear lateralis berjumlah 51 sampai 67. (FAO 1999)

3. Habitat dan penyebaran

Ikan swanggi umumnya hidup di perairan pantai di antara bebatuan karang


dan terkadang di area yang lebih terbuka pada kedalaman 20-200 m atau lebih
dalam. Distribusi ikan ini meliputi wilayah pesisir utara Samudera Hindia dari
Teluk Persia bagian Timur dan wilayah Pasifik Barat dari Australia bagian Utara
dan Pulau Solomon bagian utara sampai Provinsi Taiwan di China(Starnes
1984)

4. Manfaat Gizi

Limbah Surumi
Limbah ikan yang berupa padatan dapat terkontaminasi
mikroorganisme pembusuk, menyebabkan masalah bau dan dalam jumlah
banyak dapat menimbulkan permasalahan tempat dan sarana penampungan
limbah. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menambah nilai ekonomi
dari limbah padat ini adalah melalui proses kimiawi(Handoko dkk., 2011).
Pemanfaatan limbah ikan secara kimiawi dilakukan dengan cara
menambahkan asam mineral, asam organik atau campurannya dalam bahan
baku pakan. Prinsip pengawetan ini adalah dengan penurunan pH dari bahan
tersebut sehingga aktivitas bakteri pembusuk menjadi terhambat (Ariesta,
2007).
DAFTAR PUSTAKA
 Starnes WC. 1984. Priacanthidae. In FAO species identification sheets
formfishery purposes. Western Indian Ocean (Fishing Area 51), edited
by W. Fischer and G. Bianchi. Vol. 3. Rome,
 Wangsadinata V. 2009. Sistem Pengendalian Mutu Ikan Swanggi
(Priacanthus macracanthus) (Studi Kasus di CV. Bahari Express,
Palabuhanratu, Sukabumi) [skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perairan . Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.
 FAO. 1999. The Living Marine Resources od Western Central Pasific.
FAO Species Identification Guide for Fishery Purpose. Department of
Biological Sciences Old Dominion University Norfolk, Virginia, USA.
 Handoko, T., S, Octavia dan I, Sandy. 2011. Pengaruh Jenis dan
Konsentrasi Asam, Temperatur dan Waktu Ekstraksi Terhadap
Karakteristik Fish Glue Dari Limbah Ikan Tenggiri. Jurnal.
 Ariesta, A. 2007. Karakteristik Mutu dan Kelarutan Kitosan dari Ampas
Silase Kepala Udang Windu (Penaeus monodon). Skripsi. Teknolgi
Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN
 Gambar 1

Gambar 1 : (Ikan Swanggi ( Priacanthus tayenus ))

 Gambar 2

Gambar 2 : Daerah Penyebaran ikan Swanggi

NAMA : ARIEF SAHRIZAL S.


NIM : K1A1 16 066

IKAN PTERAPAGON KAUDERNI

A. TAKSONOMI

Nama Ilmiah : Pterapogon Kauderni Koumans, 1933


Nama Umum : Banggai Cardinalfish
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Apogonidae

B. MORFOLOGI
Pterapogon Kauderni Koumans atau lebih dikenal Banggai Cardinalfish
memiliki 8 duri punggung,14 jari jari lunak yang berada di punggung,2 duri di
sekitar dubur dan 13 jari lunak di sekitar dubur. Ciri khas lain dari Banggai
Cardinalfish adalah memiliki 2 sirip yang terpisah tempatnya di punggung dan
ada sirip di ekor yang bercabang .Pola warna dari ikan ini cukup khas yaitu 3
motif garis melingkari kepala dan badannya dan di sisi ikan memiliki warna
hitam dan ada titik titik putih (Allen and Steene 1995, Allen 2000).Badan dari
ikan ini berwarna berwarna perak dengan titik titik putih di badannya. Ukuran
tubuh Banggai Cardinalfish dewasa yaitu sekitar 55 sampai 80 mm
Makanannya termasuk plankton, demersal, dan organisme bentik. Spesies ini
memiliki rentang hidup yang relatif singkat (sekitar 2,4 tahun), (Allen 2000).

C. HABITAT
Banggai Cardinalfish hidup di karang karang kecil dengan dasar
berpasir dan hamparan lamun dengan kedalaman antara 1,5 dan 2,5
m.Beberapa populasi tinggal di perairan yang jernih dan populasi lainnya
masih tinggal di perairan yang berlumpur dengan karang bercabang pendek
dan berasosiasi dengan anemon. Spesies ini mendiami berbagai habitat
dangkal, termasuk terumbu karang (51% kelompok yang diidentifikasi),
padang lamun (35%), dan area terbuka dari pasir dan reruntuhan (14%). Hal
ini paling sering terjadi pada habitat yang tenang di sisi yang dilindungi dari
pulau-pulau yang lebih besar.

D. PENYEBARAN
Penyebaran ikan ini di kepulauan Banggai ikan ini terdapat 01 ° 24
'57,6 "garis lintang Selatan (Monsamat, Peleng timur) sebagai titik distribusi
paling utara sampai 02 ° 0' 53,5" garis lintang Selatan (Loisa A), dan dari 123
° 34 '11 "Bujur Timur (Patipakaman, Peleng pusat) sebagai distribusi paling
barat sampai kira-kira 124 ° 23' 30" bujur Timur (Kano) dan ujung selatan
Taliabu. Distribusi ini mencakup area seluas kurang lebih 5.500 km².Namun,
dalam jangkauan ini, habitat potensial maksimum yang tersedia adalah
sekitar 426 km garis pantai yang membentang dari pantai sampai sekitar 100
m dari pantai, dengan luas maksimum sekitar 34 km ² (Vagelli 2005).

E. Manfaat Ekonomi
Ikan ini menjadi ikan hias yang laku keras di perdagangan kolektor ikan
ikan hias. Para pembeli biasa membayar pemburu ikan ini dengan harga yang
cukup murah sekitar US $ 0,01 sampai 0,025 pada tahun 2001 lalu mereka
menjual nya lagi ke eksportir dengan harga seharga US $ 0,10 sampai 0,12
per ikan namun ikan ini sekarang populasinya menurun drastis sekitar 89%.

F. Prospek Ekonomi
Sejak tahun 1999 komoditi perikanan telah berkembang di pulau
Banggai setidaknya sejak tahun 2001 setidaknya ada 230 nelayan yang
terlibat dalam perdagangan P.Kauderni di perkirakan minimal sekitar 600.000
sampai 700.000 ekor ikan P.Kauderni di tangkap tingkat panen saat tahun
2005 sekitar 700.000 sampai 900.000 per tahun.Namun ikan ini mengalami
penurunan populasi yang drastis dan sejak penghitungan terakhir pada tahun
2002 dengan total habitat yang tersisa pada waktu itu spesies ini diperkirakan
memiliki populasi total 1,7 juta ikan.
DAFTAR PUSTAKA

Allen, G.R & Donaldson, T.J. 2007. Pterapogon kauderni. The IUCN Red List of
Threatened Species 2007.
LAMPIRAN

Gambar 1 , Ikan Pterapogon Kauderni

Gambar 2, Daerah distribusi ikan Pterapogon Kauderni

NAMA : GISCHA ISNANDA RATU


NIM : K1A1 16 130

IKAN BADUT (Amphiprion Ocellaris)

Ikan badut (ikan nemo, ikan kelonpis) yang masuk dalam jenis Amphiprion
Ocellaris ditemukan pada perairan yang dangkal sampai dalam pada dasar yang
berkarang. Ikan ini hidup bergerombol dan memiliki habitat yang selalu
berdampingan dengan anemone laut sehingga diberi julukan sebagai Anemonfish
atau Clowfish. Ikan badut dan anemone laut hidup saling menguntungkan (simbiosis
mutualisme). Ikan badut dikenal dengan penampilan warna yang cerah serta
gerakan yang lucu dan menarik.
1. Spesies
Ikan badut mempunyai taksonomi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Superkelas : Osteichthyes
Kelas : Actynopterygii
Subkelas : Neopterygii
Ordo : Perciformes
Subordo : Labroidei
Famili : Pomacentridae
Genus : Amphiprion
Spesies : Amphiprion ocellaris

2. Morfologi
Ikan badut mempunyai morfologi sebagai berikut:
 Ikan badut memiliki panjang 11 cm, dan umumnya memiliki warna
oranye yang cerah dan tiga garis putih yang tajam terdapat di kepala,
tengah-tengah badan dan juga di pangkal ekor.
 Di bagian tengahnya memiliki bentuk segitiga maju yang berada ke
dekat sirip dada, ikan badut memiliki sebaran yang berwarna hitam
pekat.
 Ikan badut juga memiliki jari-jari keras berjumlah 10 buah dan jari-jari
lunak yang terdapat pada sirip di punggunya sebanyak 17 buah,
panjang pada setiap jari berbeda-beda.

3. Habitat
Ikan badut (Amphiprion Ocellaris) pada umumnya hidup pada daerah
karang yang tenang pada kedalaman laut 1-15 Meter. Ikan badut berasosiasi
dengan anemone jenis Heteractis magnifica, Stichodactyla gigantea, dan
Stichodactyla mertensii. Ikan badut (Amphiprion Ocellaris) biasanya menetap
pada satu anemone saja dan tidak suka berpindah-pindah, memiliki
hubungan dengan anemone sehingga dapat saling menguntungkan
(simbiosis mutualisme)

4. Distribusi
Ikan badut (Amphiprion Ocellaris) tersebar di Indo-Pasifik Barat antara
lain pada Samudera Hindia, Laut Merah, Asia Tenggara (khususnya
Indonesia), Australia Utara dan di Pulau Ryukyu (Jepang). Ikan badut
(Amphiprion Ocellaris) berasal dari Papua Nugini dan Kepulauan Solomon.
Faktor yang mempengaruhi distribusi ikan badut (Amphiprion Ocellaris)
adalah jumlah larva (telur), ketersediaan anemone laut dan, faktor-faktor
hidrografi dan adanya daratan penghalang.

5. Prospek Ekonomi
Ikan badut (Amphiprion Ocellaris) memiliki bentuk yang lucu dan unik
sehingga banyak digemari terutama sebagai ikan hias untuk pajangan
akuarium, ikan badut (Amphiprion Ocellaris) memiliki prospek ekonomi yang
tinggi. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam budidaya adalah tingkat
mortalitas yang tinggi pada fase larva (telur) yang dapat mengakibatkan
terhambatnya upaya budidaya dalam memenuhi permintaan pasar yang
semakin hari semakin tinggi.
Menurut Balai Besar Perikanan Budidaya Laut tahun 2009, lokasi
yang memenuhi persyaratan teknis, sangat mendukung kelangsungan dan
kesinambungan produksi benih karena lokasi yang tepat dan kondisi
lingkungan yang baik akan sangat mendukung faktor-faktor keberhasilan
budidaya ikan badut (Amphiprion Ocellaris) karena kondisi lingkungan yang
tidak sesuai dapat menimbulkan penyakit, baik penyakit infeksi maupun non
infeksi. Penyakit non infeksi yang kemungkinan dapat terjadi adalah penyakit
yang disebabkan oleh pakan, genetis, dan perubahan lingkungan sedangkan
penyakit infeksi yang kemungkinan dapat terjadi adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus, jamur, bakteri dan parasit. Salah satu bakteri yang
dapat menyerang ikan badut (Amphiprion Ocellaris) adalah Vibrio.
6. Kandungan Bioaktif
Ikan badut (Amphiprion Ocellaris) memiliki kandungan bioaktif pada sel
pigmen yang terdapat pada lapisan epidermis yang berguna untuk
membentuk warna yang cerah pada ikan. Selain berasal dari tubuhnya
sendiri, pembentukan warna pada ikan badut (Amphiprion Ocellaris) juga
dipengaruhi oleh pakan yang menambahkan sumber-sumber karotenoid pada
ikan. Karotenoid adalah komponen pembentuk zat warna yang memberikan
warna merah dan warna kuning, pigmen warna pada ikan ini dapat berubah
disebabkan karena stres karena lingkungan, kurangnya sinar matahari
penyakit dan kekurangan pakan, salah satu pigmen yang paling banyak
digunakan pada ikan badut (Amphiprion Ocellaris) untuk membentuk warna
tubuhnya yang cerah adalah Astaxanthin.
DAFTAR PUSTAKA

1. Gracia Ortega, Maria Kristel. 2013. Clownfish: Comercial Interest And Culture.
Spanyol: Departamento de Biología de la Universidad de Las Palmas de Gran
Canaria
2. Mustakim, Ryan dkk. 2014. The Type And Abudance Of Clownfish In
Conservation Areas Of Kasiak Island Pariaman City Of West Sumatera. Riau:
Universitas Riau
3. Putri, Shara Anbia. 2016. Sintasan Dan Daya Tahan Larva Ikan Nemo Yang
Diberi Artemia. Sp Beku Dan Dipelihara Semi Outdoor. Lampung: Fakultas
Pertanian Universitas Lampung
4. Yulianti, Sartika Erma dkk. 2014. Efektivitas Pemberian Astaxanthin
Kecerahan Warna Ikan Badut (Amphiprion Ocellaris). Edisi 3. Lampung:
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
LAMPIRAN GAMBAR

Ikan Badut (Amphiprion Ocellaris)


Gambar 1. Morfologi ikan badut (Amphiprion Ocellaris) (Lieske, 2001)

Ikan Badut (Amphiprion Ocellaris)


Gambar 2. Morfologi ikan badut (Amphiprion Ocellaris) (Lieske, 2001)

Gambar 3. Pertumbuhan Ikan Badut (Amphiprion Ocellaris)


NAMA : LUTHFI ASYIFA HARSA
NIM : K1A1 16 026

BLUE-GIRDLED ANGELFISH (Pomacanthus navarchus)

Ikan bidadari atau angelfish (Pomacanthidae) adalah ikan yang berasosiasi


dengan terumbu karang. Sebagai ikan yang hidup tergantung oleh terumbu karang
maka rusaknya terumbu karang akan berpengaruh terhadap keragaman dan
kelimpahan Pomacanthidae.
Angelfishe (Pomacanthidae) biasa ditemukan pada daerah terumbu karang
yang dangkal di samudera tropis, atlantik, india dan sebagian besar samudra barat.
Ikan dari Suku Pomacanthidae ditemukan diseluruh laut tropis, terutama di pantai
karang. Di Indonesia ikan ini banyak tersebar diperairan Aceh, Pelabuhan Ratu,
Labuan, Ujung Genteng, Sibolga, Lampung, Binungaeun, perairan Sulawesi dan
kalimantan (Balai Riset Perikanan Laut, 2006).
Pomacanthidae pada umumnya hidup pada kedalaman antara 10 sampai 20
meter di daerah yang mempunyai tempat perlindungan di dalam bentukan batuan-
batuan besar, gua-gua atau lubang-lubang dan celah-celah karang jarang ditemukan
pada daerah yang mempunyai permukaan yang landai, hampir seluruh hidupnya
dilewatkan di dasar perairan untuk mencari makan, hanya pada saat tertentu
bersembunyi pada tempat perlindungan (Hutomo dkk, dalam Tadjuddin, 2012).
Terdiri dari 8 genus dan 82 spesies.
Blue girdled angelfish atau majestic angelfish (Pomachantus
Navarchus) yang berasal dari family pomancanthidaememiliki classificasi biologi
sebagai berikut

Kingdom Animalia

Phylum: Chordata

Class: Actinopterygii

Order: Perciformes

Family: Pomacanthidae

Genus: Pomacanthus

Species: Pomachantus Navarchus


Ikan hias pomanchantus navarchus tinggal di antara terumbu karang di
perairan tropis, hidup sendirian atau berpasangan ikan ini dapat di temukan
antara 1 sampai 50 m di bawah permukaan laut. Pomacanthidae (Angelfish)
adalah ikan yang anggun dan penuh warna, dari Marga Pomacanthus
merupakan contoh sempurna ikan karang yang klasik bagi banyak peneliti alam
bawah air.
Pomacanthus Navarchus memiliki karakteristik yang spesial dan warna
yang sangat indah, ikan ini dapat tumbuh sampai dengan panjang 40cm.
Bewarna hitam pada daerah sirip dada, dan warna kuning pada sirip ekor dan
sirip punggungnya, sirip punggungnya lembut dengan strip bewarna hitam dan
kuning di seluruh tubuhnya, memiliki sirip pectoral bewarna biru, dan tepi biru
putih pada sirip ventral dan sirip analnya. Sirip punggungnya memiliki 13-14
sirip yang kuat dan 16-18 sirip yang lembut sedangkan sirip analnya memiliki 3
sirip kuat dan 16-18 sirip lembut. Blue gridled angel fish adalah ikan hias
dengan harga yang paling mahal di sektor perdangangan karena memiliki
warna yang indah, angelfish ini memiliki bentuk yang atraktif sehingga populer
di kalangan kolektor aquarium ikan asin dan merupakan salah satu komoditas
ekspor di industri perikanan.
Cara reproduksi dari Semua spesies angelfish laut (promancanthidae)
dikenal sebagai hemaphrodites protogynous, yang berarti bahwa jika jantan
pada suatu harem tidak ada, dikeluarkan atau mati, maka si betina aku berubah
menjadi jantan fungsional. Angelfish laut melepaskan banyak telur kecil yang
mengapung di permukaan air yang kemudian terlihat seperti plankton, dan
sebagian besar dari telur telur ini akan dimangsa oleh para pemangsa
plankton.
DAFTAR PUSTAKA

 Kasmi, Mauli, And Asriyani. (2016). “The Relationship Between Blue Gridled
Angelfish (Pomacanthus Navarchus) “Exploitation And Availability For a
Sustainable Fishery In South Sulawesi”. South Sulawesi. Agribusiness
Department Of Fisheries, Agriculture Polythechnic State Pangkep.

 Froese, Rainer, and Daniel Pauly, eds.


(2005). "Pomacanthidae" in FishBase. November 2005 version.

 Malik, Mishra. (2013). “Circulation, multiplicity and classification of marine


angelfishes (Pomacanthidae) of Tamilnadu, Southeast coast of India”.
Tamilnadu. Department of Aquaculture, college of Fishery Science, Assam
Agricultural University, Jorhat, Assam, India.
Lampiran :

Gambar 1 : Promancanthus Navarchus

Gambar 2 : Morfology Promancanthus Navarchus

NAMA : NURMADINA
NIM : K1A116086

“Cheilinus undulatus”

1. Taksonomi : secara taksonomi ikan napoleon berasal dari phylum


Chordata, subphylum Vertebrata, superclass Gnathostomata, superclass
Pisces, class Actinopterygii, ordo Perciformes, dan famili Labridae serta
spesies Cheiilinus undulatus (Wiadnya, 2011).

2. Nama setempat : di indonesia jenis ikan ini mempunyai nama-nama yang


berbed a-beda disetiap daerahnya;
- Kep. Natuna : Mengkait
- Kep. Seribu dan sulawesi : Maming
- Bangka : Siomay
- Kep. Derawan : Bele-bele
- Kep. Karimun Jawa : Lemak
- Kep. Anambas : Ketipas
- Nunukan : Licin
3. Habitat : Daerah karang

4. Ciri morfologi : ikan napoleon adalah salah satu jenis ikan karang dengan
ciri yang unik pada bagian kepala. Panjang ikan ini biasanya mencapai 1,5
meter, hidup secara soliter dan bersifat hermaprodit protogini, artinya
mempunyai kelamin betina pada umur muda (sampai ukuran berat sekitar 1
kg), selanjutnya berkelamin jantan sepanjang sisa hidupnya. Berdasarkan
hasil penelitian, ikan napoleon jantan pertumbuhannya lebih cepat daripada
ikan betinanya. Perbandingan antara ikan jantan dan betina pada saat
bertelur antara 6:1 dan 10:1, artinya enam atau sepuluh jantan membuahi
satu betina (Rudi dan Sumindar, 2015).

5. Penyebaran/distribusi : ikan napoleon diketahui menyebar pada wilayah


terumbu karang antara perairan samudera Hindia bagian barat sampai
wilayah Indo-Pasifik (Gambar 1; lampiran). Berdasarkan catatan CITES
(Convention on International Trade in Endangered Species) pada tahun
2004, napoleon dikatakan berada dalam 48 wilayah jurisdiksi negara dan
teritori.
Indonesia termasuk negara yang paling dominan sebagai wilayah
penyebaran ikan napoleon di dunia. Namun dia termasuk mendapat
tekanan dari penangkapan berlebih (over-fishing) (Wiadnya, 2011).
Gambar 1. Wilayah penyebaran (distribusi) ikan napoleon secara
umum di dunia (wilayah ini harus ditumpang susun dengan sebaran
terumbu karang) (Sumber: setelah CITES, 2004).

6. Kandungan gizi : kandungan gizi ikan napoleon sama dengan ikan pada
umumnya, baik ikan air tawar maupun ikan air laut, yaitu sama-sama
memiliki kandungan gizi berupa protein, lemak, vitamin, dan mineral.

7. Prospek ekonomi : Ikan Napoleon dikenal sebagai salah satu komoditas


unggulan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Sejak tahun 1990, permintaan
ikan Napoleon sangat tinggi sehingga kegiatan penangkapan ikan
Napoleon di alam sangat intensif. Penangkapan ikan ini dilakukan dengan
alat tangkap yang bersifat legal (jaring insang, pancing dan bubu) maupun
ilegal (racun sianida dengan alat bantu kompresor). Sebagai akibatnya,
populasi ikan jenis tersebut mengalami penurunan yang sangat signifikan
sehingga International Union for the Conservation of Nature and Natural
Resources (IUCN) menetapkan bahwa ikan Napoleon merupakan salah
satu ikan yang dilindungi di dunia karena dianggap telah langka dan
terancam populasinya di alam.
Ikan Napoleon yang dijual dalam keadaan hidup akan lebih tinggi harganya
jika sisiknya tidak rusak sedangkan ikan Napoleon yang dalam keadaan
mati tidak akan laku untuk dijual. Biasanya nelayan akan membawa pulang
ikan yang tidak terjual untuk dikonsumsi sendiri. Ikan Napoleon yang
ditangkap oleh para nelayan dijual kepada para pembudidaya
(pembesaran) ikan Napoleon yang ada di sekitar Kecamatan Bunguran
Barat. Harga jual ikan Napoleon sangat bervariasi tergantung ukurannya
(Tabel 1). Semakin besar ukurannya maka akan semakin mahal harganya.
Ada dua jenis satuan atau ukuran yang digunakan oleh nelayan dalam
menjual ikan Napoleon, yaitu berdasarkan berat (ons) atau panjang (inchi).
Selain itu, harga ikan Napoleon juga sangat tergantung pada naik turunnya
nilai tukar rupiah (Rp) terhadap dollar Amerika (US$) (Firdaus dan
Hafsaridewi, 2012).

Tabel 1. Harga Jual Ikan Napoleon Berdasarkan Ukuran di Kabupaten


Natuna Tahun 2011.
No. Ukuran Harga (Rp./ekor)
1. 1 inchi 50.000
2. 2 inchi 70.000-120.000
3. 4 inchi 350.000
4. 0,5 kg 500.000
5. 1 kg 1.000.000-1.500.000
Sumber : Data Primer diolah (2011)
Daftar pustaka:

Firdaus M, Hafsaridewi R. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Ikan Napoleon


(Cheilinus undulatus) di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.
Buletin Riset Sosek Kelautan dan Perikanan; 2012; 7(1): 1-6.

Rudi A, Sumindar. Pengamatan Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus) di


Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau. BTL; 2015; 13(1): 7-10.

Wiadnya DGR. Bio-ekologi Ikan Napoleon, Cheilinus undulatus (Rüppel, 1835)


dan Terumbu Karang. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya Malang; hal. 1-5: 2011.

NAMA : OVELIN L.A.Y KAPEREK


NIM : K1A1 16 103

IKAN KEPE-KEPE (Chaetodontidae Octofasciatus)

A. TOKSONOMI
Klasifikasi ikan kepe-kepe Chaetodon octofasciatus
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Perciformes
Famili : Chaetodontidae
Genus : Chaetodon
Spesies : Chaetodon
octofasciatus
B. MORFOLOGI

Ikan karang famili Chaetodontidae(Butterflyfishes) memiliki bentuk


tubuh yang bulat dan pipih, sirip yang melebar, dan memiliki pola warna
yang cemerlang dengan bentuk yang beragam. Sirip punggung satu
dengan 6-16 jari-jari keras dan 15-31 jari-jari lemah ,lekukan kecil
terdapat pada bagian jari-jari keras dan lemah dan sirip dubur dengan 3
jari-jari keras dan 14-27 jari-jari lemah. (Allen, 1984; Allen, et al., 1998).
Umumnya tubuhnya lancip dan rahangnya dilengkapi dengan
gigi-gigi kecil dan tajam untuk mencari makanan pada celah-celah
karang batu. Para ahli iktiologi mengklasifasikan ikan kepe-kepe ke
dalam famili chaetodontidae berdasarkan desain gigi mereka yang
dimana semua mempunyai gigi mirip sisir. Mulut dari chaetodontidae
umumnya berukuran kecil dan lancip,memilki pergerakan yang cepat dan
gerkan yang tenang dan. Ikan chaetodontidae memiliki badan dengan
corak kuning,oranye atau putih dengan hitam yang mencolok atau
bahkan terdapat bintik coklat ,garis-garis atau kombinasi keduanya,ikan
ini memilki duri tajam di bagian depan dari sirip perut, walaupun
mencolok tetapi tetap mengikuti tampilan secara umum ikan ini
memakan polyp karang(Allen,2001).
Menurut yayasan terumbu karang indonesia (2004),ikan famili
chaetodontidae (Butterflyfishes) memilki ciri-ciri khusus yaitu umumnya
berpasangan,ada sebagian yang bergerombol,ukuran kurang dari 6
inchi,tubuh bulat dan pipih, dan gerakan lamban.
C. PENYEBARAN DAN DISTRIBUSI

Karakteristik habitat dari chaetodon octofasciatus yaitu CM(Coral


masive) dan CE(Coral encruisting) (Hukom, 1994).
Pada kedalaman 3 m spesies Chaetodon Octofasciatus
ditemukan dengan presentase kehadiran mencapai 19,94 % dari total
spesies ikan yang ditemukan dan pada kedalaman 10 m chaetodon
octofasciatus paling banyak ditemukan dengan persentase kehadiran
mencapai 17,28 % dari total spesies ikan yang ditemukan. Dari
persentase penutupan karang keras ini berhubungan dengan
kelimpahan ikan chaetodon octofasciatus, terdapat 420 individu ikan
chaetodon octofasciatus yang terdata pada semua kedalaman.
Distribusi spasial ikan Chaetodontidae dalam suatu ekosistem
terumbung karang berbeda-beda sesuai dengan spesies ikan dan
kedalaman(Hukom dan Bowel,1997).
Di perairan indonesia tercatat ada 49 jenis spesies. Hampir
semua ikan kepe-kepe dapat ditemukan pada perairan hangat daerah
tropis yang dekat dengan terumbu karang hal ini berkaitan dengan
perilaku hidupnya dalam mencari makanan dan sebagai tempat
berlindung, maka distribusi dan densitasnya lebih banyak dipengaruhi
oleh kondisi tutupan terumbu karang hidup(Allen et al .,1998).
Ikan karang famili Chaetodontidae mempunyai pola distribusi
yang tertutup dalam suatu grup dan pola variasi geografi yang berulang.
Spesies ikan ini tersebar disepanjang wilayah indo-pasifik. Ikan famili
chaetodontidae tersebar di perairan tropis dan subtropik dimana 90%
dari 115 spesies yang diketahui berada di kawasan Indo-Pasifik (Allen
dan Adrim,2003).
D. Prospek Ekonomi
Target penangkapan ikan-ikan di terumbu karang digunakan
masyarakat untuk dikonsumsi dan ikan hias untuk diperdagangkan (Bell
& Galzin,1984; Adrim & Hutomo,1989).
Ikan chaetodontidae yang dikenal sebagai ikan kupu-kupu atau
ikan kepe-kepe dalam pasar dunia ikan ini disebut butterflyfishes
dikarenakan memiliki corak yang beragam dan tergolong dalam ikan hias
yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Jenis Ikan Chaetodon
Octofasciatus merupakan ikan hias yang dianggap sebagai ikan
indikator baik bagi baik-buruknya kondisi lingkungan perairan karang dan
merupakan ikan hias yang mempunyai warna yang beragam yang
menjadi daya tarik yang tinggi untuk
diperdagangkan(Cesar, H.S.J. 1996).
DAFTAR PUSTAKA
Adrim, M. & hutomo, m.(1989). Species Composition. Distribution and
Abudance of Chaetodontidae along Reef Transects in the Flores
Sea. Jakarta. Center for Oseanological Recearch and Devolopment
Indonesia Institut of Science. Ancol Timur Jakarta. Indonesia.
Allen , GR, M. Allen and R. Steen. 1998. A Guide to Angelfishes and
Butterflyfishes. Odyssey Publishing (USA)/Tropical Reef Research.
Australia.
Allen GR, Adrim M.2003. Coral Reef Fishes of Indonesia. Zoological
Studies 42 (1): 1-72
Allen, G. (2001). Tropical Reef Fishes of Indonesia. Singapore: Periplus
Nature Guides.
Allen, G.R.1984. Family Chaetodontidae in FAO Species Odentification
Sheets for Fishery Purposes, Western Indian Ocean(Fishing area
51),Volume I,Fischer, W. And G.Bianchi(eds.) Food and Agriculture
Organization of the United Nations,Rome.
Bell JD, Glazin R. 1984. Influence of life coral cover on coral reef fish
communities. Marine Ecology Progress Series (15): 265-274
Cesar. H.S.J 1996. Economic Analysis of indonesian Coral Reefs.
Working Paper Series Work in Progress. Washington,DC: World
Bank

Hukom, F. D. & Bawole, R.(1997). Family Chaetodontidae Sebagai Ikan


Indikator Didaerah Terumbu Karang. Jakarta: Lonawarta.
Hukom, F. D. (1994). Asosiasi Antara Komunitas Ikan Karang(famili
chaetodontidae) Dengan Bentuk Pertumbuhan Karang Di Perairan
Kepulauan Derawan Kalimantan Timur. Jakarta: Pusat Penelitian
dan Pengembangan Oseanologi, LIPI.
Menteri Negara Lingkungan Hidup.Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor : 4 Tahun 2001, Tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu
Karang. Jakarta: Kementrian Lingkungan Hidup
LAMPIRAN

Gambar 1. Ikan Chaetodon Octofasciatus


Sumber : file:///E:/Chaetodon%20octofasciatus%202.htm

Gambar 2. Ikan Chaetodon Octofasciatus


Sumber : file:///E:/Chaetodon%20octofasciatus%201.htm

NAMA : RATNA NURLIA SAFITRI


NIM : K1A1 16 016

IKAN KAKATUA (FAMILY SCARIDAE)


A. Taksonomi

Susunan dari klasifikasi menurut Parenti dan Randall (2002),


adalah sebagai berikut :
Devisio : Teleostei
Kelas : Ostheichthyes
Anak-bangsa : Labroidei
Suku : Scaridae (Rafinesques 1810)
Marga : Calotamus, Leptoscarus, Cetoscarus,
Cholorurus,
Cryptotomns, Hiposcarus, Nicholsina,
Sparisoma,
Bolbometopon, dan Scarus.
Jenis : Scarus Dimidiatus.

B. Morfologi
Tanda – tanda morfologi secara umum suku scaridae antara lain;
bentuk tubuh agak pipih dan lonjong, bentuk moncong membundar dan
kepala tumpul, sirip punggung bergabung antar 9 duri keras dan 10 duri
lemah. Sirip dubur dengan 3 duri keras dan 9 duri lemah. Sirip dada
denga 13-17 duri lemah. Sirip perut dengan satu duri keras dan 5 duri
lemah. Sisik besar dan tidak bergerigi (cycloid). Gurat sisi memiliki 22 –
24 sisik berporos, dan terpisah dua bagian. Pada pipi terdapat 1-4 sisik.
Jumlah sisik sebelum sirip punggung dada ada 2-8. Pada rahang atas
dan bawah terdapat plat yang kuat. Pada ikan dewasa terdapat satu atau
dua taring pendek disamping rahang atas pada posisi belakang.
Tubuh ikan kakatua umumnya mempunyai aneka ragam corak
dan warna. Pada saat masih usia muda dengan jenis kelamin betina,
hamper semua jenis kakatua berwarna keabu – abuan dan kecoklatan,
tetapi setelah dewasa dan masuk fase pejantan yang merupakan fase
akhir dari kehidupannya, warna tubuhnya berubah menjadi warna –
warni sehingga sangat kontras.

C. Habitat dan Daerah Distribusi


Ketika ikan kakatua berukuran relative kecil atau berusia muda,
mereka cenderung hidup berkelompok pada daerah padang lamun yang
dijadikan sebagai tempat pembesaran. Setelah dewasa barulah mereka
akan masuk ke perairan karang. Beberapa jenis ikan kakatua setelah
dewasa masih suka hidup berkelompok.
Menurut Parenti dan Rendal (2000) mengemukakan bahwa
sekitar 75% ikan kakatua tersebar dikaswasan indo-pasifik (termasuk
Indonesia), sisanya terpadat di daerah sub-tropis seperti si timus
Samudera Atlantik dan Laut mediterania. Allen dan Adrim (2000)
mengemukakan bahwa 36 jenis ikan kakatua dijumpai di Indonesia.
Contohnya; ikan kakatua dari jenis chlorurus bleeker dan scarus
schlegeli. Adapun jenis yang sering dijumpai di padang lamun yaitu
leptoscaruss vaigiensi, ikan kakatua sebagai ikan muda

D. Manfaat Gizi (manfaat ekonomi secara ilmiah)


Berdasarkan hasil analisis proksimat untuk mengetahui
persentase komposisi kimia pada sisik ikan laut, salah satunya ikan
kakatua yang dilakukan oleh Anggun.dkk, mendapatkan hasil bahwa
sisik ikan kakatua (Chlorurus sordidus) memiliki persentase kadar air
8,83%, abu 36,285, lemak 3,68%, protein 32,30, dan karbohidrat 18,90.
Data ikan kakatua tersebut telah di bandingkan dengan ikan lain dan
ternyata ikan kakatua mempunyai kadai air yang paling rendah yang
terdapat disisiknya. Sedangkan abu yang dimaksud adalh kandungan
mineralnya. Mineral pada ikan kakatua juga rendah. Ikan kakatua juga
rendah lemak sehingga sangat baik dikonsumsi karena di dalam
dagingnya kurang lemak jenuh. Untuk kadar proteinnya, ikan kakatua
merupakan salah satu ikan dengan kadar protein yang tinggi yaitu
32,30%. Sedang kan karbohidrat pada ikan kakatua termasuk tinggi yaitu
18,90%.
Beberapa manfaat ikan kakatua pada kesehatan diantaranya:
1. Melancarkan proses metabolisme tubuh
2. Menyembuhkan badan pegal – pegal, karena vitamin B
pada ikan kakatua
3. Menambah jumlah sel darah merah karena kandungan zat
besi pada ikan kakatua
4. Vitamin b yang terdapat pada ikan kakatua dapat
mencegah penyakit beri – beri
5. Menurunkan koresterol jenuh

E. Prospek ekonomi
Indonesia merupakan negara pemasok ikan karang terbesar ke
hongkong dan cina. Lebih dari 90% ikan – ikan tersebut merupakan hasil
tangkapan nelayan. Berdasarkan data jenis, jumlah dan total harga ikan
karang yang diperoleh nelayan per trip tahun 2013, ternyata ikan
kakatua/carus quoyi dengan jumlah 1 kg adalah seharga Rp10.000/kg
dijual di pasar Indonesia.
Potensi ikan karang yang melimpah dan memiliki nilai ekonomis
yang tinggi serta merupakan komoditi ekspor, mendorong eksploitasinya
secara besar – besaran yang dapat mengancam kelestariannya.
Sehingga perlu adanya perlindungan spesies dan pengaturan
penangkapan. Penting diketahui bahwa ikan kakatua ternyata mencegah
kerusakan terumbu karang karena ia hidup disekitaran terumbu karang
yang rusak dan memakan alga yang menempel pada terumbu karang
sehingga pertumbuhan karang dapat dikendalikan karena tidak dipenuhi
dengan alga.
Daftar Pustaka

Adrim, Mohammad.2008.Aspek Biologi Ikan Kakatua (Suku Scaridae). Pusat


Penelitian Oseanografi – LIPI. Jakarta.

Khalifa, Nugrah.2011.Komposisi Jenis Dan Struktur Populasi Ikan Kakatua


(Family Scaridae) Di Perairan Dangkal Karang Congkak Kepulauan
Seribu.Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Intitusi Pertanian.Bogor

Anggun.C,dkk.2016.Kandungan Kimia Dari Beberapa Jenis Ikan


Laut.Vol.3.Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan.Universitas Sam
Ratulangi.Manado.
Lampiran:

1. Gambar ikan kakatua(famiy scaridae)

NAMA : SHALLY ARIASNITRA


NIM : K1A116018

CARANX IGNOBILIS
A. SPESIES
Masyarakat Indonesia mengena lCaranx ignobillis dengan
panggilan ikan kuwe gerong atau belitong, sedangkan di luar negeri dia
lebih dikenal dengan sebutan giant trevally.

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Subordo : Percoidei
Superfamili : Percoidea
Family : Carangidae
Genus : Caranx
Spesies : C. ignobillis

B. Morfologi
Ikan kuwe gerong/belitong badannya panjang, gepeng, dan sedikit
lonjong, lapisan insang 16-18 pada busur insang pertama bagian bawah.
Dia memiliki sirip punggung pertama berjari-jari keras 9, sirip punggung
kedua berjari-jari keras 1 dan 18-21 lemah. Sirip dubur terdiri dari 2 jari-
jari keras (lepas), diikuti 1 jari-jari keras dan 14-16 lemah. Bagian depan
garis rusuk melengkung lurus bagian belakangnya, selain itu terdapat
24-34 sisik duri pada bagian yang lurus garis rusuk. Warnanya :bagian
atas kehijauan atau biru keabuan, putih perak bagian bawah.
Pada jeis mudah terdapat 4-7 ban lebar melintang. Sedangkan
kedua sirip punggungnya berwarna putih kotor dengan pinggir keputihan.
Sirip ekornya gelap atau sedikit kuning dengan ujung gelap lain-lain sirip
pucat. Ikan giant trevally ini termasuk jenis ikan buas makanannya ikan-
ikan kecil, crustasea. Hidup di perairan dangkal, karang-karang dan
membentuk gerombolan kecil.
Morfologi jantan dan betina ternyata ada perbedaa nwarna, pada
saat dewasa ignobillis pejanta ncenderung lebih hitam ketimbang betina.
Sedangkan Panjang dan berat tubuh jantan 170 cm dn 80 kg. betina 100
cm dan berat tubuhnya biasanya lebih ringan dari jantan. Ikan ini
berperan juga sebagai predator, selain biasa memangsa jenis crustasea
biasanya pada malam hari juga memangsa ikan.

C. Habitat
Sebagian besar trevallies hidup di berbagai pantai lepas dan
daratan habitat termasuk terumbu karang. Remaja terkadang ditemukan
di air kurang asin di muara sungai. Banyak spesies aktif di malam hari
makan di air maupun di laut lantai. Trevallies adalah ikan yang cepat
berenang yang mencari ikan kecil. Beberapa spesies menggali di dasar
laut untuk cacing, udang, kepiting dan binatang penggali kecillainnya.
Trevallies kecil gigi dan biasanya menelan selendangkecil. Lokasinya
biasanya di indo-pacific region, rasio tempat dari samudera hindia
samudera perairan hawai, kisaran kedalaman biasanya dikedalaman 20
m, namun umumnya 100 m.

D. Penyebaran
Banyak spesies trevallies menengah sampai besar ditemukan
melintas Samudera Pasifik sejauh Hawaii termasuk pulau trevally,
Carango idesorthogrammus (mencapai panjang 75 cm), sirip birulurus,
Caranx melampygus (90 cm), enam banded atau bigeye trevally, dan
raksasa trevally, Caranx ignobilis, (160 cm). von Westernhagen (1974)
menggambarkan pemijahan di C. ignobilis. Kelompok terkadang lebih
dari 100 individu akan berkumpul di dekat pantai, kemudian terbagi
menjadi kelompok yang lebih kecil dari tiga sampai empat, dan turun
sampai dua atau tiga meter di atas dasar. Laki-laki mudah dikenali oleh
mereka daerah kepala hitam dan putih dan permukaan dorsal hitam.
Akhirnya satu laki-laki akan berpasangan Seekor wanita, keduanya akan
tenggelam tepat di atas dasar, dan perlahan berenang di sekitar satu
sama lain.
Sementara berputar-putar, mereka diamati melepaskan telur dan
sperma kedalam air, selama waktu itu mereka bisa dengan mudah
didekati. Caranx ignobilis remaja ditangkap di muara dengan ukuran
minimal 40 mm. Remaja bisa mentoler irsalinitas 1,5 sampai 38o / ooo,
dan subadults dari 0,5 sampai 35o / ooo. Remaja di bawah 200 mm akan
terjadi di perairan yang sangatk eruh. Perekrutan menjadi muara terjadi
di austral musim panas, tapi ikan yang lebih besar hadir sepanjang
tahun.

E. Prospekekonomi
Dibandingkan dengan jenis-jenis ikan lainnya, ikan kuwe (Caranx
sp.) merupakan salah satu jenis ikan karang yang sangat potensial untuk
dikembangkan karena mempunyai beberapa keunggulan komparati
fantara lain: t (Anonimus, 2000) mampu hidup dalam kondisi kepadatan
yang tinggi (150 ekor/m2), mempunyai laju pertumbuhan tinggi, sangat
tanggap trhadap penambahan pakan dari ikan rucah, konversip akan
cukup efisien dan digemari konsumen.
Carangidae telah mendapat perhatian sejak 30 tahun terakhir,
salah satunya adalah caran xignobillis (giant trevally) yang memilik ini
alai jual yang tinggi contohnya di negara Hawaii ikan jenis ini telah
berhasil terjual sebanyak 8,614 pounds dengan harga jual tinggi. Para
pemancing juga selalu tertarik untuk memancing ikan ini karena Ignobillis
memiliki perlawanan yang kuat jika d pancing nah hal ini membuat para
pemancing selalu penasaran dengan ikan ini.
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Irianto, Thohir Zubaidi, Noor Hasan, Sri Harwanti dan Rosniyati
Suwarda, 2003. POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN
KUWE Caranxspp.,DENGAN SISTEM KERAMBA JARING APUNG.
Pusat penelitian dan pengembangan social ekonomi pertanian. Bogor.

Randy R. Honebrink.2000.A review of the biology of thefamily Carangidae, with


emphasison species found in Hawaiian waters.Division of Aquatic
ResourcesDepartment of Land and Natural Resources. Honolulu,
Hawaii.

http://www.semuaikan.com/morfologi-dan-klasifikasi-ikan-kuwe-gerong-belitong-
charanx-ignobillis
Lampiran

` gambar1 :caranxignobillis, carangidae, (giant trevally)

Gamabar2 : peta penyebaranikankuwegerong

NAMA : ANGGUN C
NIM : K1A1 16 109

IKAN KURISI
Perairan Indonesia memiliki potensi yang cukup besar dalam sumber
daya ikan dengan nilai ekonomi dan nilai gizi yang tinggi. Hal ini dapat dilihat
dari lautan yang cukup luas yang di huni oleh berbagai jenis ikan. Ikan kurisi
merupakan ikan yang habitatnyaberada di dasarperairandengansubstrat yang
berlumpur yang umumnya menempati karang-karang di dasar laut sebagai
tempat hidupnya.
1. NamaIlmiah
Ikan Kurisi merupakan ikan damersal yang hidup soliter dengan
pergerakan yang lambat. Ikan kurisi ini memiliki susunan taksonomi sebagai
berikut:
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleosei
Ordo : Percomarphi
Sub ordo : Percoidae
Family : Nemipteridae
Genus : Nemipterus
Spesies : Nemipterus nematophorus
NamaInternasional :Threadfin Bream
Nama Indonesia : IkanKurisi

2. Jenis
Secara umum ikan Kurisi ini dikenal dengan nama Nemipterus sp.
Meskipun memiliki nama yang berbeda tetapi dari ciri-ciri morfologinya Nampak
semuanya hampir sama dari jenis-jenis ikan kurisi ini. Adapun jenis-jenis dari
ikan kurisi ini diantaranya:
a. NemiptirusJaponicus
b. NemipterusTumbuloidesBlkr
c. NemipterusFurcosus

3. Habitat
Ikan kurisi ini dikenal sebagai ikan damersal. Ikan ini umumnya memiliki
habitat di perairan estuary dan perairan laut. Tipe substrat sangat
mempengaruhi kondisi kehidupan dari ikan kurisi agar dapat berkembang
dengan baik. Hal ini dikarenakan kondisi sedimen dasar dari laut
mempengaruhi kehidupan organisme yang hidup di dasar perairan.
Kebanyakan ikan ini dapat hidup di dasar laut dengan jenis substrat yang
berlumpur atau daerah lumpur yang berpasir. Ikan kurisi ini dapat hidup di
dasar laut, karang-karang, dasar lumpur atau lumpur berpasir pada kedalaman
10-50 m. Menurut beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian bahwa
ikan kurisi ini terdapat pada kedalaman lebih dari 100 m (antara 100-500 m).
Selain itu ikan kurisi tidak dapat melakukan migrasi atau berpindah kedaerah
lain dan biasanya hidup secara berkelompok dengan karang.

4. Morfologi
Ikan kurisi memiliki cirri morfologi dengan bentuk mulut yang letaknya
agak kebawah dan terdapat sungut yang berada di dagunya yang akan
digunakan untuk meraba makanan ketika sedang mencari makan. Menurut
beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian tentang ikan kurisi
menyatakan bahwa ikan kurisi memiliki bentuk tubuh yang kecil, langsing dan
padat. Memiliki tipe mulut terminal dengan bentuk gigi kecil yang membujur dan
gigi taring pada rahang atas tetapi juga kadang ada pada rahang bawah.
Bagian depan dari kepalanya tidak bersisik. Sisiknya dimulai dari pinggiran
depan mata dan keeping tutup insangnya. Bentuk tubuhnya memanjang,
bentuk mulut terminal dan lubang hidung terletak di kedua sisi moncong
berdekatan satu sama lain. Rahang atas dan bawah ukurannya hampir sama
dengan rahang bawah lebih mengembul. Pada kedua rahangnya terdapat
barisan gigi berbentuk kerucut yakni gigi canin dan gigi viliform. Disamping itu,
ikan kurisi memiliki 7-8 tulang tapi sinsang pada bagian lengkung atas dan 15-
18 tulang tapi sinsang pada lengkung bawah dengan totalnya yaitu 22-26 tulang
tapi sinsang.
Ciri lain dari ikan kurisi yaitu sirip dorsal terdiri dari 10 duri besar dan 9
duri lunak. Sirip anal terdiri dari 3 duri keras dan 7 duri lunak. Ikan betina
umumnya ukurannyal ebih kecil sedangkan ikan jantan ukurannya lebih besar.
Ikan kurisi memiliki totol berwarna jingga atau merah terang di dekat pangkal
garis rusuk. Sirip dorsal dan lateral tubuh ikan kurisi ini terdapat gradasi dari
warnak coklatan. Sirip kaudal dan dorsalnya berwarna biru terang atau
keunguaan dengan warna merah kekuningan pada bagian tepisiripnya. Ukuran
ikan kurasi dapat mencapai 25 cm, umumnya 12-18 cm.
5. Distribusi
Ikan kurisi ini umumnya banyak ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia. Hal ini dikarenakan banyaknya terumbu karang yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia yang dapat di jadikan sebagai tempat hidup dari ikan
kurisi ini. Ikan kurisi ini dapat di jumpai di sekitar Ambon, Sulawesi, Sumatra,
Jawa, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian Jaya. Selain di Indonesia ikan Kurisi ini
juga dapat ditemukan di Teluk Siam dan Philipina. Melihat hal ini dapat
dikatakan bahwa ikan kurisi ini hampir dapat ditemukan di berbagai daerah
dengan potensi terumbu karang yang melimpah.

6. Nilai Gizi
Ikan kurisi ini dikenal sebagai ikan yang memiliki kandungan protein
yang tinggi dengan kandungan lemak yang cukup rendah. Kandungan gizi dari
ikan kurisi ini dapat dilihat pada table dibawah:
Kadar air 75%
Kadar abu 0.97%
Kadar protein 16,85%
Kadar lemak 2,2 %
Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa ikan kurisi ini kaya akan
kandungan protein sehinggasangatbaikuntukpertumbuhanotot, tulang, kulit dan
darah. Selain memiliki kadar protein yang tinggi ikan kurisi juga dikenal memiliki
kemampuan dalam pembentukan gel. Gel forming ability ini dipengaruhi oleh
adanya komponen aktomiosin yang terdapat dalam myofibril.

7. Prospek ekonomi
Indonesia dikenal dengan negara maritim yang memiliki perairan yang
luas, namun dalam segi konsumsi ikan masyarakat cenderung tidak tertarik
meskipun ikan memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan
kurang bervariasinya hasil produk perikanan yang dalam hal ini disukai oleh
masyarakat pada umumnya. Melihat hal ini berbagai upaya dilakukan untuk
penganekaragaman produk dari olahan ikan. Seperti halnya ikan kurisi,
meskipun sangat mudah untuk di dapatkan tetapi kenyataannya pola konsumsi
masyarakat terhadap ikan ini masih rendah. Dengan fenomena ini banyak
kalangan yang berusaha untuk mengolah ikanini agar masyarakat tertarik untuk
mengkonsumsi ikan ini meskipun dengan berbagai bahan tambahan untuk
menciptakan rasa yang di sukai oleh masyarakat. Salah satu cara pengelolaan
ikan ini yaitu dengan pembuatan Satsuma age atau kamaboko age atau juga
dikenal fried fish cake yang mana makanan ini terbuat dari surimi. Surimi yaitu
produk yang berupa daging lumat yang dapat disimpan dalam jangka waktu
yang lebih panjang dibandingkan dengan penyimpanan utuh dari ikan kurisi ini.
Hal ini dilakukan untuk mengatasi masalah kemunduran mutu pada ikan kurisi
ini.
Dari pembuatan surimi ini dapat di kembangkan dengan pembuatan
makanan siap saji seperti bakso dan sosis yang berbahan ikan tanpa harus
menghilangkan kandungan gizi dari ikan tersebut. Selain sebagai bahan dasar
untuk pembuatan surimi, ikan kurisi ini juga dapat digunakan sebagai substrat
untuk memproduksi protein hidrosilat yang berfungsi sebagai antioksidan dan
inhibitor ACE.
Ikan kurisi ini tergolong ikan yang mudah di dapat dengan harga yang
cukup terjangkau. Keunggulan lain dari ikan kurisi ini adalah ikan ini memiliki
tekstur daging yang cukup tebal dan bau ikan kurisi ini juga tidak teralu amin
karena kandungan ureanya yang tidak terlalu tinggi.
Selain di Indonesia, ikan kurisi ini juga cukup terkenal di Jepang. Ikan ini
dikenal dengan sebutan Golden Threadfin breams yang mana ikan ini tergolong
ikan yang mahal dan cukup digemari oleh masyarakat setempat. Karna
kandungan gizinya yang cukup tinggi, ikan ini sering dikonsumsi dalam bentuk
sashimi. Selain Golden Threadfin breams, di Jepang juga telah dikembangkan
produk olahan berupa surimi dengan menggunakan threanfin beam dengan
spesies Nemipterus japonicas atau lebih dikenal dengan Japanese threadfin
bream.
DAFTAR PUSTAKA
Harahap Ap dan Bataragoa NE. 2008. Pola Pertumbuhan dan Faktor Kondisi
Ikan Kurisi (Aphareusrutilanscuvier, 1830) di Perairan Laut Maluku.Jurnal
Pacific.1(3):267-291.
Sjafei, D.S dan Robiyana.2001. Kebiasaan Makanan dan Faktor Kondisi Ikan
Kurisi (Nemipterus Tumbuloides Blkr) di Perairan Teluk Labuan
Banten.Jurnal Iktiologi Indonesia. 1(1):7-11
Sulistiawati Es. 2011. Pengelolaan Sumber Daya Ikan Kurisi
(Nemipterusfurcosus) berdasarkan model produksi surplus di Teluk
Banten.Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institusi Pertanian Bogor

Anda mungkin juga menyukai