OLEH :
KELOMPOK 4
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
HALAMAN PENGESAHAN
A. Suci Islameini H.
Nim : L0111 16 036 Nim : L111 17 1306
Koordinator Asisten
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Potensi dari sumberdaya laut di Indonesia sangatlah besar, dan belum
digunakkan secara maksimal, apalagi sumber nonhayati seperti minyak dan gas bumi.
Namun, untuk mendukung penangkapan dan pencarian ikan tersebut, dibantu dengan
teknologi akustik bawah air/ akustik kelautan yaitu seperti Sonar, Echosounder, GPS,
Radar. Maka dengan penggunaan benda tersebut, akan membantu penangkapan dan
pencarian ikan secara maksimal.
Menurut Sukandar (2005), Indonesia adalah sebagai Negara maritim yang dua
per tiga wilayahnya terdiri dari laut dengan luas kira kira 5.800.000 km2, berada pada
posisi silang antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Untuk menunjang
eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya laut, dapat digunakkan teknologi akustik bawah
air (underwater acoustics). Teknologi ini dikenal luas dengan sebutan teknologi akustik
yang tidak lain adalah penggunaan gelombang suara yang dalam dunia navigasi
disebut Sonar atau Echosounder dan sejenisnya. Dengan pendekatan fungsi, Sonar
dan Echosounder pada teknologi navigasi dapat disetarakan dengan penggunaan
Radar untuk pendeteksian objek di permukaan air.
Untuk jenis alat akustik yang digunakan sebenarnya ada banyak, salah satunya
adalah echosounder. Ada 2 jenis echosunder salah satunya adalah multibeam
echosunder . Multibeam echosounder memiliki kemampuan dalam merekam amplitudo
dari gelombang suara yang kembali. Amplitudo yang kembali tersebut telah berkurang
karena interaksi dengan medium air laut dan sedimen dasar laut. Analisis terhadap
amplitudo dari gelombang suara yang kembali (backscatter) memungkinkan untuk
mengekstrak informasi mengenai struktur dan kekerasan dari dasar laut, yang
digunakan untuk identifikasi jenis sedimen dasar laut. Sinyal kuat yang kembali
menunjukan permukaan yang keras (rock, gravel) dan sinyal yang lemah menunjukan
permukaan yang lebih halus (silt, mud). Hal tersebut karena semakin besar impedansi
suatu medium semakin besar pula koefisien pantulannya. Gelombang akustik dalam
perambatannya memiliki energi dan mengalami atenuasi (pengurangan energi) karena
interaksinya dengan medium (Saputra et al., 2010).
Prinsip dasar metode akustik adalah penggunaan gelombang suara yang dapat
meram-bat jauh hingga ke dasar laut dan beberapa lapisan di bawahnya untuk
mendeteksi target (Balk 2011; Lee at al. 2012; Balk dan Lindem 2014). Target, yaitu
ikan, dapat terdeteksi karena gelombang suara yang dikirim menimbulkan gema (echo)
saat mengenai target (Brown et al. 2011; Haris et al. 2012; Dennerline et al. 2012).
Oleh karena itu, dilakukan praktikum ini agar dapat menambah pengetahuan
mengenai akustik kelautan. Dimana yang didapatkan dari akustik kelautan yaitu
mengenal aplikasi yang digunakan dalam survei kelautan, budidaya perairan,penelitian
tigkat laku ikan, aplikasi dlam studi penampilan dan selektivitas alat tangkap. Aplikasi
yang digunakan dalam survei kelautan untuk menduga spesies ikan , dengan akustik
kita dapat menduga spesies ikan yang ada didaerah tertentu dengan menggunakan
pantulan dari suara, dimana semua spesies memiliki target strength yang berbeda-
beda.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui cara penginstalan aplikasi Virtual Box dan SIMRAD EP 500.
2. Untuk mengetahui ukuran, jenis dan jumlah stok ikan berdasarkan Target
Strength.
3. Untuk mengetahui cara pengolahan data Bathymetri.
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik oseanografi lingkungan ikan pelagis besar berada pada suhu lebih
hangat jika dibandingkan kelompok ikan pelagis kecil, hal ini berbanding terbalik
terhadap nilai salinitas. Kandungan oksigen terlarut (DO) dan klorofil cukup tinggi lebih
disukai ikan pelagis besar dibandingkan dengan ikan pelagis kecil. Tingginya
keberadaan ikan pelagis besar pada lokasi berklorofil tinggi, terjadi karena adanya
proses rantai makanan. Fitoplankton yang memiliki kandungan klorofil merupakan
sumber makanan ikan pelagis kecil, secara tidak langsung akan mengundang
keberadaan ikan pelagis besar. Pola Sebaran Ikan Pelagis dan Kondisi Oseanografi
pada Musim Peralihan Barat (Ma’mun, A., et al).
D. Alat Akustik
1. Fish finder
Fish finder adalah sebuah instrument elektronika yang berfungsi untuk membantu
pendeteksian letak ikan secara pasti di perairan yang dalam seperti laut. Informasi
yang diberikan dari penggunaan instrument fish finder ialah informasi mengenai letak /
posisi ikan terletak pada kedalaman berapa di dalam perairan. Fish
finder menggunakan system kerja sonar (sound navigation system). System yang
mendukung system sonar adalah transducer, transmitter, receiver, dan display
(Marzuki, 2010).
METODOLOGI
Praktikum Akustik ini dilakukan sebanyak tiga kali yaitu praktikum pertama
diadakan pada hari Kamis Tanggal 19 September 2019 pukul 16.00 – 18.00, praktikum
kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 26 September 2019 pukul 16:00 – 18.00
dan praktikum ketiga dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 3 Oktober 2019 pukul
16.00 – 18.00 WITA di ruangan Unit Computer, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin.
Alat yang dugunakan pda praktikum ini yaitu Laptop yang terlebih dahulu telah
diinstal Aplikasi SIMRAD EP500 yang akan yang digunakan untuk menganalisis dan
mengolah data. Adapun bahan yang digunakan berupa data hasil penelitian di Laut
Cina Selatan yang akan di analis
DAFTAR PUSTAKA