1.Air laut berasal dari aktivitas vulkanik. Dengan terhalangnya sinar matahari
maka suhu permukaan bumi menjadi dingin dan uap air di udara mulai
terkondensasi membentuk hujan yang mengisi kawah yang ada
2.Air yang ada di bumi berasal dari meteor dari luar angkasa. Pada saat
tumbukan dengan bumi kandungan air yang berada dalam meteor itu tinggal di
permukaan bumi
Aktivitas vulkanik berkurang dan cahaya matahari mulai bisa menembus
sampai permukaan bumi sehingga proses penguapan dan siklus air berlangsung.
Dengan mulai terbentuknya lautan maka suhu bumi mulai menurun, CO2 mulai
diserap oleh laut membentuk calcium karbonat (bahan dasar terumbu karang)
Proses pelapukan batuan yang terjadi melarutkan mineral yang terkandung ke
dalam air laut air laut asin
Air Laut
Air laut adalah larutan paling kompleks yang dikenal manusia
Air laut terdiri dari 97% air dan 3% garam, mineral, dan gas terlarut
Dengan kandungan 97% air maka sifat-sifat fisika air laut sangat dipengaruhi
oleh sifat fisika air
Sedangkan untuk sifat kimianya sangat tergantung pada 3% kandungan zat
terlarutnya
Rasa asin pada air laut (salinitas) hanya dipengaruhi oleh beberapa unsur
garam
Salinitas dapat berbeda di masing-masing perairan tetapi proporsi dari
persentase garam-garamnya selalu tetap
Sampai saat ini belum semua kandungan senyawa kimia bisa dideteksi di air
laut.
Kemungkinan besar semua unsur kimia ada di laut, hanya keterbatasan alat
dan teknologi saat ini yang menyebabkan banyak yang belum terdeteksi. Atau
kandungannya di dalam air laut sangat kecil
untuk senyawa yang sudah terdeteksi, pengambilannya sudah dilakukan oleh
manusia
seperti emas, garam dan pasir
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Air pada bagian ujung pantai yang berbatasan dengan lautan tidak pernah diam
pada suatu ketinggian yang tetap, tetapi mereka selalu bergerak naik dan turun
sesuai dengan siklus pasang. Permukaan air laut perlahan-lahan naik sampai
pada ketinggian maksimum, peristiwa tersebut dinamakan pasang tinggi (high
water), setelah itu turun sampai pada suatu ketinggian minimum yang disebut
pasang rendah (low water). Dari sini permukaan air akan mulai bergerak naik
lagi. Perbedaan ketinggian antara pasang tinggi dan pasang rendah dikenal
sebagai tinggi pasang (tidal range). Sifat khas dari naik turunnya permukaan air
terjadi dua kali setiap hari, sehingga terdapat dua periode pasang tinggi dan dua
periode pasang rendah.
Pasang terutama disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik antara dua tenaga
yang terjadi di lautan berasal dari gaya sentrifugal yang disebabkan oleh
perputaran bumi pada sumbunya dan gaya gravitasi yang berasal dari bulan.
Akibat adanya tenaga pembangkit pasang ini akan dijumpai adanya dua tonjolan
(bulges) massa air di mana satu bagian terdapat pada permukaan bumi yang
letaknya paling dekat dengan bulan dan dua tonjolan yang lain terdapat pada
bagian yang letaknya paling jauh (sisi lain) dari bulan. Kedudukan posisi bulan,
bumi, matahari menghasilkan gelombang spring tides dan neap tides.
Gelombang pasang yang tertinggi biasaya dikenal tsunami. Gelombang tersebut
terjadi akibat gangguan yang berada di dasar laut, yakni gempa. Saat gerakan
ini terjadi maka akan menyebabkan gerakan air dasar bergejolaknya massa air.
Gerakan ini menyebabkan air yang terombang ambing secara vertical.
Berdasarkan keterangan tersebut, maka penulis akan membahas Pasang Surut
Air Laut agar dapat bermanfaat bagi pembacannya.
B.
Perumusan Masalah
2.
3.
4.
5.
6.
C.
Tujuan Permasalahan
1.
2.
3.
4.
5.
Menjelasakan alat-alat dan metode pengukuran pasang surut air laut; dan
6.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Fenomena pasang surut diartikan naik turunnya muka laut secara berkala akibat
adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap
massa air di bumi (Pariwono, 1989). Selain itu, pasang surut laut merupakan
suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala
yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari
benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan (Dronkers,
1964). Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih
jauh atau ukurannya lebih kecil. Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis
yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide)
dan pasang surut bumi padat (tide of the solid earth), tetapi yang akan dibahas
dalam makalah ini tentang pasang surut air laut.
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal.
Efek sentrifugal berasal dari dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi
bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap
jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan
dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang
surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya
tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan
dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan
pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan
bidang orbital bulan dan matahari.
Beberapa teori yang mengkaji tentang pasang surut air laut antara lain: (1)
Eqilibrium Theory, dan (2) Dynamical Theory. Berikut masing-masing penjelasan
teori-teori tersebut.
Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan dengan fenomeana pasang surut,
gaya Coriolis mempengaruhi arus pasang surut. Faktor gesekan dasar dapat
mengurangi tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (Phase lag)
serta mengakibatkan persamaan gelombang pasut menjadi non linier semakin
dangkal perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya.
B.
C.
3)
Pasang surut campuran. Gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan
melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasang surutnya bertipe semi diurnal, dan
jika deklinasi bulan mendekati maksimum terbentuk pasang surut diurnal.
Pasang surut juga terjadi di Indonesia dibagi menjadi 4 (Wyrtki, 1961), yaitu:
1)
Pasang surut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu
hari. Contohnya, terdapat di Selat Karimata.
2)
Pasang surut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya
hampir sama dalam satu hari. Contohnya terdapat di Selat Malaka hingga Laut
Andaman.
b.
Gelombang Kelvin. Gelombang di samudra atau atmosfer yang
mengimbangi gaya Conolis (gaya akibat rotasi bumi). Gaya tersebut mengarah
dari masing-masing kutub ke equator dengan tendensi ke timur dengan
kecepatan tetap, hingga membentur pantai atau saling berbenturan dengan
gelombang Kelvin dari arah yang berlawanan di equator.
c.
Gelombang Swell. Gelombang akibat tiupan angin dengan skala yang
lebih besar dari pada riak (ripples). Angin terjadi karena perbedaan pemanasan.
Perbedaan pemanasan ini antara lain diakibatkan oleh perbedaan liputan awan
yang berbeda.
Sinergi tiga kekuatan ini (pasang surut, rotasi bumi, dan angin) yang masingmasing pada kondisi maksimum, mengahasilkan gelombang maksimum pula.
Ketika gelombang tersebut bertemu topografi dasar laut yang melandai di dekat
pantai, maka puncak gelombang tersebut akan tampak membesar, sehingga
ketika menghantam pantai menimbulkan bencana yang mengerikan.
Beberapa tipe gelombang pasang surut tersebut juga mempengaruhi arus
gelombang pasang surut. Gerakan air vertikal yang berhubungan dengan naik
dan turunnya pasang surut, diiringi oleh gerakan air horizontal yang disebut
dengan arus pasang surut. Permukaan air laut senantiasa berubah-ubah setiap
saat karena gerakan pasang surut, keadaan tersebut juga terjadi pada tempattempat sempit, seperti teluk dan selat, sehingga menimbulkan arus pasut(Tidal
current). Gerakan arus pasut dari laut lepas yang merambat ke perairan pantai
akan mengalami perubahan, faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah
berkurangnya kedalaman (Mihardja, 1994).
Arus yang terjadi di laut teluk dan laguna akibat massa air mengalir dari
permukaan yang lebih tinggi ke permukaan yang lebih rendah yang disebabkan
oleh pasang surut. Arus pasang surut adalah arus yang cukup dominan pada
perairan teluk yang memiliki karakteristik pasang (Flood) dan surut. Pada waktu
gelombang pasang surut merambat memasuki perairan dangkal, seperti muara
sungai atau teluk, maka badan air kawasan ini akan bereaksi terhadap aksi dari
perairan lepas (King, 1962).
Daerah-daerah di mana arus pasang surut cukup kuat, tarikan gesekan pada
dasar laut menghasilkan potongan arus vertikal, dan resultan turbulensi
menyebabkan bercampurnya lapisan air bawah secara vertikal. Pada daerah
lain, di mana arus pasang surut lebih lemah, pencampuran sedikit terjadi,
dengan demikian stratifikasi (lapisan-lapisan air dengan kepadatan berbeda)
dapat terjadi. Perbatasan antar daerah-daerah kontras dari perairan yang
bercampur dan terstratifikasi seringkali secara jelas didefinisikan, sehingga
terdapat perbedaan lateral yang ditandai dalam kepadatan air pada setiap sisi
batas.
Tipe pasang surut juga dapat ditentukan berdasarkan bilangan Formzal (F) yang
dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:
F = [A(O1) + A(K1)]/[A(M2) + A(S2)]
: bilangan Formzal
AK1
AO1
AM2
Sifat pasang surut yang periodik tentunya dapat diramalkan. Untuk meramalkan
pasang surut, diperlukan data amplitudo dan beda fasa dari masing-masing
komponen pembangkit pasang surut. Komponen-komponen utama pasang surut
terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena
interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai dan superposisi antar gelombang
pasang surut komponen utama, akan terbentuklah komponen-komponen pasang
surut yang baru.
D.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan, yaitu
Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik. Posisinya yang berada di garis
katulistiwa, sehingga kondisi pasang surut, angin, gelombang,
dan arus laut cukup besar. Hasil pengukuran tinggi pasang surut di wilayah
laut Indonesia menunjukkan beberapa wilayah lepas laut pesisir daerah
Indonesia memiliki pasang surut cukup tinggi. Beberapa wilayah
lepas laut pesisir Indonesia yang memiliki pasang surut cukup tinggi, antara lain
wilayah laut di timur Riau, laut dan muara sungai antara Sumatera Selatan dan
Bangka, laut dan selat di sekitar pulau Madura, pesisir Kalimantan Timur, dan
muara sungai di selatan pulau Papua (muara sungai Digul) (Sumotarto, 2003).
Keadaan pasang surut di perairan Nusantara ditentukan oleh penjalaran pasang
surut dari Samudra Pasifik, Hindia, morfologi pantai, dan batimeri perairan yang
kompleks dimana terdapat banyak selat, palung, dan laut yang dangkal
dan laut dalam. Keadaan perairan tersebut membentuk pola pasang surut yang
E.
Tide Staff
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter.
Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan. Tide Staff
(papan Pasut) merupakan alat pengukur pasang surut paling sederhana yang
b. Tide Gauge
Perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik dan otomatis.
Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan
air laut yang kemudian direkam ke dalam komputer. Tide gauge terdiri dari dua
jenis, yaitu:
o Floating tide gauge (self registering)
Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut dapat
diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording
unit). Pengamatan pasang surut dengan alat ini banyak dilakukan, namun yang
lebih banyak dipakai adalah dengan cara rambu pasut.
o Pressure tide gauge (self registering)
Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide gauge,
namun perubahan naik-turunnya air laut direkam melalui perubahan tekanan
pada dasar laut yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Alat ini
c.
Satelit
Selain itu, terdapat metode perhitungan pasang surut air laut. Hal tersebut
dikarenakan gaya tarik bumi dan benda langit (bulan dan matahari), gaya
gravitasi bumi, perputaran bumi pada sumbunya dan perputaran bumi
mengelilingi matahari menimbulkan pergeseran air laut, salah satu akibatnya
adalah terjadinya pasang surut laut. Fenomena alam tersebut merupakan
gerakan periodik, maka pasang surut yang ditimbulkan dapat dihitung dan
diprediksikan (www.bakosurtanal.go.id).
Dalam penelitian lebih lanjut diketahui bahwa untuk setiap tempat yang
mengalami pasang surut mempunyai ciri tertentu, yaitu besar pengaruh dari
tiap-tiap komponen selalu tetap dan hal ini disebut tetapan pasang surut.
Selama tidak terjadi perubahan pada keadaan geografinya, tetapan tersebut
tidak akan berubah. Apabila tetapan pasang surut untuk suatu tempat tertentu
sudah diketahui maka besar pasang surut untuk setiap waktu dapat diramalkan
(www. digilib.itb.ac.id).
Menghitung tetapan pasang surut tersebut, beberapa metoda yang sudah biasa
dipakai misalnya metoda Admiralty yang berdasarkan pada data pengamatan
selama 15 hari atau 29 hari. Pada metode ini dilakukan perhitungan yang
dibantu dengan tabel akan menghasilkan tetapan pasang surut untuk 9
komponen. Dengan adanya kemajuan teknologi di bidang elektronika yang
sangat pesat, penggunaan komputer mikro untuk menghitung tetapan pasang
surut serta peramalannya akan sangat memungkinkan. Sehubungan dengan itu
akan dicari suatu cara untuk memproses data pengamatan pasang surut
sehingga dapat dicari tetapan pasang surut serta peramalannya dengan cara
kerja yang mudah.
Proses perhitungan dari komputer didasarkan pada penyesuaian lengkung dari
data pengamatan dengan metoda kuadrat terkecil dengan menggunakan
beberapa komponen yang dianggap mempunyai faktor yang paling menentukan.
Untuk ini dibahas penurunan matematiknya serta pembuatan program untuk
kamputernya.
Program komputer dibuat sedemikian rupa sehingga untuk proses perhitungan
tersebut diatas hanya tinggal memesukkan data, sedang seluruh proses
selanjutnya akan dikerjakan oleh komputer. Program untuk komputer dibahas
secara terperinci mulai dari dasar perhitungan, isi program serta bagan alirnya.
Kebenaran dan ketelitian hasil perhitungan dibuktikan dengan memberikan
contoh perhitungan dan penyajian berupa grafik. Perhitungan dilakukan untuk
beberapa lokasi pengamatan pasang surut serta waktu pengamatan yang
berlainan (www.digilib.itb.ac.id ).
Di Indonesia, pengamatan pasut laut bekerjasama dengan pihak otoritas
pelabuhan, Bakosurtanal memasang alat rekam data pasut otomatis di dermaga
pelabuhan yang disebut stasiun pasut. Alat rekam data pasut (AWLR =
Automatically Water Level Recorder) mencatat tinggi muka laut secara otomatis
dan terus menerus. Rekaman data berupa grafik, lubang-lubang kertas data
pada stasiun pasut online, data pasut dicatat dan, setiap saat dapat dilakukan
download lewat saluran telepon dan menggunakan modem.
Pengumpulan dan pengolahan data pasut, kertas rekam data pasut pada 28
stasiun pasut manual, setiap akhir bulan dipotong dan dikirim ke Bakosurtanal
untuk pengolahan data. Pengumpulan data pasut pada 25 stasiun pasut on-line,
dilakukan dengan download pada komputer di Bakosurtanal yang dilengkapi
modem dan fasilitas saluran telepon. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan
komputer dan software pengolahan pasut.
Analisa dan penyajian informasi pasut. Analisa pasut meliputi hasil hitungan
yang dapat menjelaskan karakter pasang surut laut. Sajian informasi karakter
laut tersebut tampilannya bervariasi mulai tampilan standard informasi pasut
sampai dengan informasi praktis bagi pengguna untuk perencanaan bangunan
pelabuhan.
Hasil kegiatan yang diperoleh adalah data pasut 53 stasiun pasut seluruh
Indonesia dalam waktu 1 (satu) tahun pengamatan. Data tersebut dihitung dan
F.
Tsunami
Perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara
vertikal dengan tiba-tiba dinamakan Tsunami. Perubahan permukaan laut
tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan
gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di
laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang
dikandung dalam gelombang tsunami tetap terhadap fungsi ketinggian dan
kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan
kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang.
Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian,
laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut.
Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar
30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai
puluhan meter. Hantaman gelombang tsunami dapat masuk hingga puluhan
kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena
tsunami dapat diakibatkan hantaman air maupun material yang terbawa oleh
aliran gelombang tsunami.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi
juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup
ke bawah lempeng benua. Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta
runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat
menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan
bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba, sehingga keseimbangan
air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula benda kosmis atau
meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar,
dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Gelombang pasang surut air laut disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut teori
keseimbangan gaya pembangkit pasang surut terjadi karena pemisahkan
pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2, yaitu sistem bumi-bulan dan
sistem bumi matahari. Sedangkan menurut teori dinamik gaya pembangkit
pasang surut menghasilkan gelombang pasang surut (tide wive) yang
periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut. Selain itu, faktor
faktor lokal seperti bentuk dasar lautan dan massa daratan di sekitarnya
kemungkinan menghalangi aliran air yang dapat berakibat luas terhadap sifatsifat pasang.
. Tenaga pembentuk pasang surut juga berasal dari bulan, bumi, dan matahari
yang menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua
tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang
surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang
orbital bulan dan matahari (Priyana, 1994).
Tipe-tipe pasang surut air laut bermacam-macam. Salah satunya berdasarkan
kedudukan bulan, bumi, dan matahari antara lain spring tides dan nead tides.
Indonesia terjadi tipe pasang surut harian, campuran, dan semi diurnal.
Indonesia juga memiliki pasang surut yang tinggi karena dipengaruhi oleh
Samudera Hindia dan Pasifik.
Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran pasang surut air laut antara lain,
tide staff, Tide Gauge, dan satelit. Sedangkan metode yang digunakan dalam
pengukuran pasang surut air laut dengan proses perhitungan dari komputer
didasarkan pada penyesuaian lengkung dari data pengamatan dengan metoda
kuadrat terkecil dengan menggunakan beberapa komponen yang dianggap
DAFTAR PUSTAKA
bahwa dulunya ada sebuah super-kontinen, disebut Pangaea, yang pecah jutaan
tahun yang lalu, kemudian benua-benua pecahannya perlahan bergerak menuju
posisinya saat ini dan masih terus bergerak perlahan.
Bukti pertama yang diajukan oleh Wegener adalah adanya kesamaan garis
pantai antara Benua Amerika Selatan dengan Benua Afrika. Apabila kedua benua
tersebut disatukan, maka garis pantainya akan serasi satu sama lain. Kemudian
ia juga mengajukan bukti dokumentasi fosil Mesosaurus yang sejenis dan hanya
ditemukan di kedua sisi benua tersebut. Diyakini bahwa Mesosaurus ini ketika
hidupnya tidak akan dapat melintasi samudera yang luas di antara kedua benua
ini.
Sisa-sisa organisme yang ditemukan tampaknya menjadi bukti menyatunya dua
benua ini selama Masa Paleozoikum dan Awal Mesozoikum. Lihat gambar di
bawah ini.
Bukti selanjutnya, jajaran pegunungan yang terpotong oleh samudera. Gambar
di bawah menunjukkan jajaran pegunungan pada kedua sisi Samudera Atlantik.
Pegunungan Appalachia yang terpotong oleh pantai Newfoundland serupa
dengan jajaran pegunungan di Kepulauan Inggris dan Scandinavia dalam hal
struktur dan juga umurnya.
Bukti terakhir yang diajukan oleh Wegener, untuk mendukung hipotesisnya,
adalah iklim masa lampau (ancient climates). Ketika benua-benua disusun
menjadi satu untuk membentuk Pangaea, sisa dari material glasial menyatu
membentuk pola seperti hamparan es yang menutupi kutub bumi kita hari ini.
Lihat gambar di bawah ini.
Pergeseran Benua
Hipotesis Pergeseran Benua (bahasa Inggris: continental drift) merupakan
gagasan yang dituangkan Alfred L. Wegener pada hipotesisnya yang dituangkan
dalam buku berjudul The Origin of Continent and Oceans (1912). Isinya, benua
tersusun dari batuan sial yang terapung pada batuan sima yang lebih besar
berat jenisnya. Pergerakan benua itu menuju khatulistiwa dan juga ke arah barat.
Hipotesis utamanya adalah di bumi pernah ada satu benua raksasa yang disebut
Pangaea (artinya semua daratan) yang dikelilingi oleh Panthalassa (semua
lautan). Selanjutnya, 200 juta tahun yang lalu Pangaea pecah menjadi benuabenua yang lebih kecil yang kemudian bergerak menuju ke tempatnya seperti
yang dijumpai saat ini.
Beberapa ilmuwan dapat menerima konsep ini namun sebagian besar lainnya
tidak dapat membayangkan bagaimana satu massa benua yang besar dapat
mengapung di atas bumi yang padat dan mengapa ini terjadi. Pemahaman para
ilmuwan pengkritik adalah bahwa gaya yang bekerja pada bumi adalah gaya
vertikal. Tidaklah mungkin gaya vertikal ini mampu menyebabkan benua yang
besar tersebut pecah. Pada masa itu belum dijumpai bukti-bukti yang
Daerah timurlaut Afrika adalah contoh yang bagus untuk batas divergen. Disini,
magma yang keluar merekahkan lempeng litosfer. Ketika rekah pada litosfer
semakin melebar, batuan di atasnya runtuh dan membentuk zona rekahan.
Semakin melebar dan membentuk laut yang dangkal, seperti Laut Merah.
Kemudian gambar dibawah ini adalah contoh yang bagus bagi benturan antar
lempeng benua. Benturan yang terus berlangsung antara India dan Asia, yang
dimulai sejak 45 juta tahun yang lalu, membentuk Pegunungan Himalaya.
Apabila benturan yang terjadi antara sesama lempeng benua akan membentuk
busur kepulauan vulkanik. Sedangkan bila benturan yang terjadi antara lempeng
benua dan lempeng samudera, akan membentuk busur pegunungan vulkanik
pada lempeng benua.
Sesar geser Mendonico yang menghubungkan zona penunjaman dan zona
pemekaran menyebabkan landas samudera yang dihasilkan di pematang
lempeng Juan De Fuca bergerak relatif ke selatan dan menyusup di bawah
Lempeng Amerika Utara.