Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH PERBEDAAN SUHU TERHADAP PROSES TERMOREGULASI

IKAN BADUT (Amphiprion sp.)

JECLY PAEMBONAN / L011201019 / 2 A

jeclypaembonan@gmail.com

ASISTEN: JUMARNI¹, ESYA AGIEL HIDAYAT2

LABORATORIUM PENANGKARAN DAN REHABILITASI EKOSISTEM


DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022

ABSTRAK

Suhu adalah keadaan panas dinginnya suatu udara. Daerah tropis

memiliki suhu udara yang tertinggi di muka bumi, dan semakin ke kutub, suhu

udaranya akan semakin rendah. Termoregulasi adalah kemampuan untuk

menyeimbangkan antara produksi panas dan hilangnya panas untuk menjaga

suhu tubuh organisme dalam keadaan normal metode dengan digunakan

dengan menaikkan suhu dan menurunkan suhu pada wadah hewan uji. Suhu

yang digunakan yakni ada beberapa perlakuan suhu antara lain 37°C, 32°C,

27°C, 22°C, 17°C, dan 12°C yang kemudian diamati selama tiga menit setiap

perlakuan suhu. Berdasarkan hasil pengamatan ini diketahui perubahan suhu

terhdap proses termoregulasi ikan badut (Amphiprion sp.)

Kata Kunci : Suhu, Termoregulasi, Ikan Badut


PENDAHULUAN produksi panas dan hilangnya panas

Suhu adalah ukuran energi untuk menjaga suhu tubuh organisme

gerakan molekul. Di samudera, suhu dalam keadaan normal. Agar suhu

bervariasi secara horizontal sesuai tubuh tetap relatif konstan maka harus

garis lintang dan juga secara vertikal ada mekanisme untuk menjaga suhu

sesuai dengan kedalaman. Suhu tubuh dalam batas-batas yang masih

merupakan salah satu faktor yang dapat diterima tanpa memperhatikan

penting dalam mengatur proses kondisi lingkungan. Keadaan hipotermi

kehidupan dan penyebaran dan hipertermi pada organisme,

organisme. Proses kehidupan yang memerlukan penanganan yang tepat

vital yang secara kolektif disebut untuk menghindarkan terjadinya

metabolisme, hanya berfungsi didalam komplikasi. Proses ini yang dikenal

kisaran suhu yang relatife sempit dengan termoregulasi (Iswanti et al.,

biasanya antara 0-40°C, meskipun 2014).

demikian bebarapa beberapa Termoregulasi adalah panas

ganggang hijau biru mampu mentolerir tubuh yang diperoleh dari lingkungan

suhu sampai 85°C (Aslan 2016) yang dihasilkan melalui suatu proses

suhu adalah keadaan panas metabolisme, kelebihan muatan panas

dinginnya suatu udara. Daerah tropis dikeluarkan untuk menjaga suhu inti

memiliki suhu udara yang tertinggi di badan. Respon termoregulasi refleks

muka bumi, dan semakin ke kutub, dan semi refleks yang diintegrasikan di

suhu udaranya akan semakin rendah. dalam otak tersebut mencakup

Tri Cahyono (2007). perubahan otonom, endokrin dan

Termoregulasi adalah kemampuan perilaku (Qisthon dan Suharyati,

untuk menyeimbangkan antara 2016).


Ikan Amphiprion sp. merupakan bergerigi pendek, jari-jari keras sirip

ikan karang tropis yang hidup di punggungnya tіdаk ѕаmа panjang,

perairan hangat pada daerah terumbu memiliki 11 jari-jari pada sirip dorsal

dengan kedalaman kurang dari 50 dan 17 jari-jari pada pektoral, dan dі

meter dan berair jernih. Dengan alam dі jumpai ikan nemo dараt

daerah penyebaran di Samudera mencapai panjang 15 cm (Lestari

Pasifik (Fiji), Laut Merah, Samudra 2020)

Hindia (Indonesia, Malaysia, Thailand, Fisiologi dapat didefinisikan

Maladewa, Burma), dan Great Barrier sebagai ilmu yang mempelajari fungsi,

Reef Australia. Kondisi parameter mekanisme dan cara kerja dari organ,

kualitas air yang sesuai bagi ikan jaringan dan sel-sel organisme.

Amphiprion sp. adalah pada suhu air Fisiologi menerangkan faktor-faktor

berkisar 25 - 33°C, oksigen terlarut 3,5 fisik dan kimia yang bertanggung

- 4,6 ppm, salinitas 26 - 32 ppt, pH 7, 8 jawab akan asal, perkembangan, dan

- 8, 6 dan amonia kurang dari 1 ppm gerak maju kehidupan (Affandi, 2002).

(Lestari 2020) Fisiologi ikan mencakup beberapa

Clownfish (Amphiprion sp.) atau macam sistem satu diantaranya

ѕеrіng dі sebut јugа anemone fish adalah termoregulasi.

(ikan уаng hidup dі аntаrа anemon) Salinitas adalah tingkat keasinan

memiliki badan berwarna dasar  atau kadar garam terlarut dalam air.

orenge cerah dеngаn tiga belang Salinitas juga dapat mengacu pada

warna putih (white band) dan sedikit kandungan garam dalam tanah.

warna hitam dі bagian kepala, badan Kandungan garam pada sebagian

dan pangkal ekor.Tulang dі muka dan besar danau, sungai, dan saluran air

dі bаwаh mata tіdаk berduri panjang, alami sangat kecil sehingga air di
tempat ini dikategorikan sebagai air 15.30 di Laboratorium Penangkaran

tawar. Kandungan garam sebenarnya dan Rehabilitasi Ekosistem,

pada air ini, secara definisi, kurang Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas

dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air Ilmu Kelautan dan Perikanan,

dikategorikan sebagai air payau atau Universitas Hasanuddin, Makassar.

menjadi saline bila konsentrasinya 3


ALAT DAN BAHAN
sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut
Adapun alat-alat yang
brine (Effendi 2003)
digunakan dalam pratikum ini yaitu
Berdasarkan beberapa uraian di
toples sebagai wadah percobaan, Petit
atas kita dapat mengetahui bahwa
Balance unutk menimbang bobot
suhu merupakan faktor yang penting
hewan uji, Handcounter untuk
dalam keberlangsungan hidup ikan.
menghitung bukaan operculum pada
TUJUAN DAN KEGUNAAN
hewan uji, kanebo untuk
Tujuan praktikum ini yaitu untuk
membersihkan alat di dalam
mengamati poses termoregulasi pada
laboratorium, gayung untuk
Ikan badut (Amphiprion sp.) terhadap
memindahkan air dari wadah yang
perubahan suhu.
satu ke wadah yang lain, wadah
Kegunaan dari praktikum ini
plastik sebagai wadah hewan uji ketika
yaitu agar dapat melihat proses
dilakukan penimbangan bobot hewan
termoregulasi biota laut (ikan) pada
uji, pemanas air untuk meningkatkan
suhu yang berbeda.
suhu air, stopwatch unutk menghitung

METODOLOGI PERCOBAAN waktu selama percobaan, termometer

1. Waktu Dan Tempat untuk mengukur suhu, label unutk

Praktikum ini dilakukan pada hari memberi tanda pada toples/wadah

selasa, 29 Maret 2022 pukul 13.30 - pengamatan, Hand refraktometer


unutk mengukur konsentrasi bahan sebelumnya bersamaan dengan

atau zat terlarut, Handcounter untuk dinyalakan stopwatch. Pada suhu awal

menghitung bukaan operculum, serta 27°C yang akan dinaikkan menjadi

alat tulis menulis untuk menulis hasil 32°C diberikan air panas yang telah

pengamatan. dibungkus kantong plastik lalu

Adapaun bahan dalam pratikum dimasukkan ke dalam toples,

ini yaitu ikan Ikan Badut (Amphiprion kemudian lakukan pengukuran

sp.) sebagai hewan uji, air panas oksigen terlarut awal dengan

untuk menaikkan suhu air, es batu memperhatikan termometer

untuk menurunkan suhu air, serta bersamaan dengan pengamatan

tissue untuk membersihkan atau tingkah laku dan aktivitas hewan uji

mengeringkan alat sebelum selama peningkatan suhu. Apabila

digunakan. suhu yang diinginkan telah dicapai

maka air panas dalam kantong plastik


PROSEDUR KERJA
1. Peningkatan Suhu dikeluarkan dari dalam toples lalu

Menyiapkan 2 buah toples yang mulai menghitung bukaan operculum

telah terisi air laut dengan mengukur menggunakan Handcounter sekaligus

salinitasnya terlebih dahulu kemudian mengamati tingkah laku hewan uji

Mengukur suhu awal air laut (kontrol) selama 3 menit. kemudian dicatat

dengan menggunakan termometer berapa lama waktu yang diperlukan

setelah itu Menimbang berat awal untuk mencapai suhu tersebut dan

hewan uji dengan menggunakan Petit jumlah bukaan operculum serta

Balance kemudian mencatat hasilnya. tingkah laku hewan uji selama 3 menit.

Memasukkan hewan uji ke dalam Lakukan lagi pengamatan dan

toples yang telah disiapkan pengukuran dengan suhu yang


berbeda pada suhu 370C seperti suhu awal 27°C yang akan diturunkan

halnya yang dilakukan sebelumnya. menjadi 22°C diberikan es batu yang

Pada percobaan peningkatan suhu telah dibungkus kantong plastik lalu

dilakukan dengan menaikkan 5 oC dari dimasukkan ke dalam toples,

suhu awal lalu Menimbang berat akhir kemudian memperhatikan termometer

hewan uji setelah dilakukan perlakuan bersamaan dengan pengamatan

dan pengamatan. Kemudian mencatat tingkah laku dan aktivitas hewan uji

hasil yang diperoleh. Merapikan alat selama penurunan suhu. Apabila suhu

dan bahan yang telah digunakan dan yang diinginkan telah dicapai maka es

Menulis laporan hasil praktikum batu dalam kantong plastik dikeluarkan

kemudian mengumpulkannya kepada dari dalam toples dan memulai

asisten. menghitung bukaan operculum

menggunakan Handcounter sekaligus


2. Penurunan Suhu
mengamati tingkah laku hewan uji
Menyiapkan 3 buah toples yang
selama 3 menit, kemudian dicatat
telah terisi dengan air laut dengan
berapa lama waktu yang diperlukan
mengukur salinitasnya terlebih dahulu.
untuk mencapai suhu tersebut dan
Mengukur suhu awal air laut (kontrol)
jumlah bukaan operculum serta
dengan menggunakan termometer.
tingkah laku hewan uji selama 3 menit.
Setelah itu menimbang berat awal
Lakukan lagi pengamatan dan
hewan uji dengan menggunakan
pengukuran dengan suhu yang
timbangan digital kemudian mencatat
berbeda pada suhu 17°C dan 12°C
hasilnya. Memasukkan hewan uji ke
seperti halnya yang dilakukan
dalam toples yang disediakan
sebelumnya. Pada percobaan
sebelumnya bersamaan dengan
penurunan suhu dilakukan dengan
dinyalakannya stopwatch lalu Pada
menurunkan 5°C dari suhu awal. menghitung bukaan operkulum selama

Menimbang berat akhir hewan uji tiga menit dengan menggunakan

setelah dilakukan perlakuan atau handcounter. Setelah selesai

pengamatan. Kemudian mencatat pengamatan lakukan penimbangan

hasil yang diperoleh. Merapikan alat berat akhir pada hewan uji, kemudian

dan bahan yang telah digunakan dan mencatat hasil yang diperoleh dan

Menulis laporan hasil praktikum merapikan alat.

kemudian mengumpulkannya kepada


HASIL DAN PEMBAHASAN
asisten.
a. Hasil
3. Kontrol Berdasarkan pengamatan yang

Prosedur kerja pada kontrol yaitu telah dilakukan dalam praktikum

menyiapkan satu buah aquarium yang pengaruh perubahan suhu terhadap

telah terisi dengan air laut dengan proses termoregulasi ikan badut

mengukur salinitasnya terlebih dahulu (Amphiprion sp.), maka diperoleh data

lalu menggunakan hand refraktometer sebagai berikut :

mengukur suhu awal air laut dengan Tabel 1. Nilai rata-rata bukaan
menggunakan termometer. Setelah itu operculum ikan badut (Amphiprion sp.)
menimbang berat awal hewan uji
Suhu Bukaan
dengan timbangan digital kemudian Awal Akhir Operkulum
27°C 37°C 370
mencatat hasilnya. Kemudian, 27°C 32°C 318
27°C 27°C 261
memasukkan hewan uji ke dalam 27°C 22°C 405
27°C 17°C 281
aquarium yang disediakan 27°C 12°C 62

sebelumnya bersamaan dengan

dinyalakannya stopwatch. Lakukan

pengamatan tingkah laku dan


32°
+++
C
Rata-rata Bukaan Operkulum 28°
1 +++
C
450 405 27°
400 370 kontrol 2 ++
C
350 318 27°
3 ++
Bukaan Operkulum

300 281 C
261
250 29°
++
200 C
150 29°
1 +
100 C
62
29°
50 +
C
0 22°
Akhir 37°C 32°C 27°C 22°C 17°C 12°C ++
Awal 27°C 27°C 27°C 27°C 27°C 27°C C
penurunan 17°
Suhu 2 ++
suhu C
12°
-
Grafik 1. Nilai Rata-rata bukaan C
22°
++
C
operkulum ikan badut (Amphiprion 17°
3 +
C
12°
sp.). C
+

Tabel 2. Salinitas dan bobot ikan Keterangan:

badut (Amphiprion sp.) +++ = Sangat aktif

++ = Aktif biasa
Kelompok 2
Salinitas
(ppt)
Bobot + = Kurang aktif
Perlakuan
Awal Akhir Awal Akhir
Peningkata 40 38 3,56 3,18 a. Pembahasan
n suhu 40 38 3,56 3,18
kontrol 40 39 2,38 1,98 1. Bukaan Operkulum
40 38 7,12 7,28
penurunan
suhu
40 38 7,12 7,28 Perbedaan perlakuan yang
40 38 7,12 7,28
diberikan pada ikan menyebabkan
Tabel 3. Tingkah laku ikan badut
perbedaan bukaan operculum yang
(Amphiprion sp.)
terjadi. Pada perlakuan peningkatan
Kelompo Suh Tingkah
Perlakuan
k u Laku
Peningkata 34° suhu37°C diperoleh rata-rata bukaan
+
n suhu C
1
39°
+++ operkulum sampel ikan selama tiga
C
37°
+++ menit sebanyak 370 bukaan kemudian
C
2
32°
++
C
pada perlakuan peningkatan suhu
3 37° +
C
32°C diperoleh rata-rata bukaan dengan pengamatan selama 3 menit,

operkulum sampel ikan selama tiga tingkah laku ikan terlihat aktif biasa.

menit sebanyak 318 bukaan dan pada Pada peningkatatan suhu 3 menit
suhu 27°C diperoleh rata-rata bukaan pertama, tingkah laku ikan terlihat aktif
operkulum sampel ikan selama tiga biasa dilihat dari rata-rata kelompok,
menit sebanyak 261 bukaan. kemudian pada 3 menit kedua tingkah

Pada perlakuan penurunan suhu laku ikan terlihat sangat aktif.

22°C diperoleh rata-rata bukaan Pada perlakuan ketiga dari 3


operkulum sampel ikan selama tiga kelompok dengan penurunan suhu
menit sebanyak 405 bukaan, data rata -rata pada 3 menit pertama
dipenurunan suhu 17°C diperoleh rata- diperoleh tingkah laku ikan aktif biasa,
rata bukaan operkulum sampel ikan kemudian pada tiga menit kedua
selama tiga menit sebanyak 281 tingkah laku ikan terlihat kurang aktif,
bukaan kemudian pada perlakuan selanjutnya pada 3 menit ketiga ikan
penurunan suhu 12°C diperoleh rata- terlihat kurang aktif, bahkan pada
rata bukaan operkulum sampel ikan kelompok 2 pingsan.
selama tiga menit sebanyak 62
PENUTUP
bukaan
a. Kesimpulan
2. Tingkah Laku
Berdasarkan pada hasil praktikum
Pada tabel pengamatan yang
yang telah dilakukan dengan sampel
dilakukan oleh tiga kelompok dengan
Ikan Badut (Amphiprion sp.), dapat
perlakuan yang berbeda diperoleh
disimpulkan bahwa perubahan suhu
hasil tingkah laku ikan yang berbeda-
pada perairan sangat berpengaruh
beda. Pada kontrol atau suhu normal
terhadap aktivitas ikan dilihat dari
perbedaan bukaan operkulum ikan Muhammad A’tourrohman. 2019.

dan tingkah laku ikan. Dimana “Termoregulasi, Respirasi dan

semakin tinggi suhu pada air dapat Osmoregulasi” Fisiologi Hewan,

mengakibatkan ikan menjadi stres 2019.

begitupun pada suhu yang dingin.


Sitti Nur Ainun. 2018. “Toleransi Ikan
b. Saran Amphiprion ocellaris Terhadap

Saran saya pada praktikum kali ini Perubahan Suhu” Makassar.

adalah agar perlengkapan praktikum Johan, M. D, Supono dan Suparmono.

sudah siap sebelum masuk praktikan Kajian Sintasan Dan Pertumbuhan

Benih Ikan Badut (Amphiprion


DAFTAR PUSTAKA
percula). Jurnal Kelautan, 12 (2)
Aslan. 2016. “Kultur Ikan Hias Dan

Akuakultur”. Fakultas Ilmu

Kelautan Dan Perikanan.

Universitas Hasanuddin,

Makassar.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air

bagi Pengelolaan Sumber

Daya dan Lingkungan

Perairan. Kanisius. Jakarta.

Lestari Fina Ryan, Umi Rizqiyani,

Nurul Aulia Zahra. 2018.

“Termoregulasi” Semarang

2020.
LAMPIRAN
Tabel 4. Pengamatan bukaan operculum ikan Badut (Amphiprion sp.) kelompok 1

Kelompok 1
suhu bukaan
Perlakuan
awal akhir operculum

29°C 34°C 297


Peningkatan suhu
29°C 39°C 351
kontrol 28°C 28°C 183
29°C 24°C 515
penurunan suhu 29°C 19°C 306
29°C 14°C 150

Tabel 5. Pengamatan bukaan operculum ikan Badut (Amphiprion sp.) kelompok 2

Kelompok 2
Suhu bukaan
Perlakuan
Awal Akhir operculum

27°C 37°C 254


Peningkatan suhu
27°C 32°C 385
Kontrol 27°C 27°C 315
27°C 22°C 315
penurunan suhu 27°C 17°C 236
27°C 12°C 7
Tabel 6. Pengamatan bukaan operculum ikan Badut (Amphiprion sp.) kelompok 3

Kelompok 3
suhu
Perlakuan bukaan operculum
awal akhir

27 37 561
Peningkatan suhu
27 32 220
kontrol 27 27 286
27 22 385
penurunan suhu 27 17 302
27 12 31

bukaan operculum Ikan Badut

515

351
297 306

183
150

34°C 39°C 28°C 24°C 19°C 14°C

Grafik 2. Pengamatan bukaan operculum Ikan Badut (Amphiprion sp.) kelompok 1


385
315 315
254 236

7
37°C 32°C 27°C 22°C 17°C 12°C

Grafik 3. Pengamatan bukaan operculum ikan Badut (Amphiprion sp.) kelompok 2

561

385

286 302
220

31
1

37 32 27 22 17 12

Grafik 3. Pengamatan bukaan operculum ikan Badut (Amphiprion sp.) kelompok 3


Tabel 7. Perubahan tingkah laku Ikan Badut (Amphiprion sp.) dari 3 kelompok.
Perlakuan Kelompok Suhu Tingkah Laku
34°C +
1
39°C +++
37°C +++
Peningkatan suhu 2
32°C ++
37°C +
3
32°C +++
1 28°C +++
kontrol 2 27°C ++
3 27°C ++
29°C ++
1 29°C +
29°C +
22°C ++
penurunan suhu 2 17°C ++
12°C -
22°C ++
3 17°C +
12°C +

Tabel 8. Perubahan bobot Ikan Badut (Amphiprion sp.) dari 3 kelompok.


Kelompok 1
Salinitas (ppt) Bobot
Perlakuan
Awal Akhir Awal Akhir
36 35 1,74 1,67
Peningkatan suhu
36 35 1,74 1,63
kontrol 36 36 1,73 1,72
36 35 1,59 1,67
penurunan suhu 36 35 1,59 1,61
36 35 1,59 1,60
Kelompok 2
Salinitas (ppt) Bobot
Perlakuan
Awal Akhir Awal Akhir
40 38 3,56 3,18
Peningkatan suhu
40 38 3,56 3,18
kontrol 40 39 2,38 1,98
40 38 7,12 7,28
penurunan suhu 40 38 7,12 7,28
40 38 7,12 7,28
Kelompok 3
Salinitas (ppt) Bobot
Perlakuan
Awal Akhir Awal Akhir
36 35 3,80 3,37
Peningkatan suhu
27 32 3,86 3,80
kontrol 36 36 3,11 2,94
penurunan suhu 36 36 5,8 5,13
36 36 5,57 5,08
36 36 5,67 5,67

Gambar 1. Dokumentasi

Gambar 1. Penurunan suhu

Gambar 2. Pengamatan kenaikan suhu


gambar 2. Pengamatan penurunan suhu

Anda mungkin juga menyukai