Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PERBEDAAN SUHU TERHADAP TERMOREGULASI

IKAN ZEBRA (Dascyllus melanurus)

ESYA AGIEL HIDAYAT (L01181317) KELOMPOK 4B (EMPAT)


esyaagielh@gmail.com
ASISTEN : NURUL FAJRIANI MANABA
LABORATORIUM PENANGKARAN DAN REHABILITASI EKOSISTEM
DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN, FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020

ABSTRAK
Praktikum ini bertujuan Untuk mengamati proses Termoregulasi pada ikan Zebra
(Dascyllus melanurus) terhadap perubahan suhu. Praktikum ini menggunakan hewan uji
(Ikan Zebra) dan pengamatan meliputi pengukuran oksigen terlarut, perhitungan bukaan
operkulum serta perubahan tingkah laku dari hewan uji, yang terdiri atas 2 peningkatan
suhu, 3 penurunan suhu, dan 1 kontrol. Peningkatan suhu yang dilakukan yaitu dari suhu
awal 27ᵒC menjadi suhu 32ᵒC dan 37ᵒC. Penurunanan suhu yang dilakukan yaitu dari suhu
awal 27ᵒC menjadi suhu 22ᵒC, 17ᵒC, dan 12ᵒC. Sedangkan untuk kontrol (35 ppt) tidak
dilakukan peningkatan dan penurunan suhu. Dalam praktikum ini dilakukan pengukuran
oksigen terlarut awal dan akhir, pengamatan bukaan operkulum dan tingkah laku Ikan
Zebra selama 3 menit.

Kata Kunci : Termoregulasi, Suhu, Dascyllus melanurus

PENDAHULUA
Keberhasilan suatu organisme untuk morfologi, fisiologis dan tingkah laku.
bertahan hidup dan bereproduksi Pada lingkungan perairan, faktor fisik,
mencerminkan keseluruhan toleransinya kimiawi dan biologis berperan dalam
terhadap seluruh kumpulan variabel pengaturan homeostatis yang diperlukan
lingkungan yang dihadapi organisme bagi pertumbuhan dan reproduksi biota
tersebut. Artinya, bahwa setiap perairan (Tunas, 2005).
organisme harus mampu menyesuaikan Hewan air akan memberikan
diri terhadap kondisi lingkungannya. respon fisiologis terhadap perubahan
Adaptasi tersebut berupa respon lingkungan sebagai tempat hidupnya.
Perubahan suhu dari keadaan normal udara, pengaruh dipengaruhi oleh
menjadi lebih panas atau lebih dingin di beberapa faktor seperti cahaya matahari
suatu perairan dapat dipengaruhi oleh yang menyebabkan suhu di permukaan
keadaan alam seperti pemanasaan oleh lebih hangat dibanding di kedalaman,
matahari, perubahan musim, gejala adanya peningkatan rata-rata suhu bumi
pergeseran dasar perairan, letusan atau pemanasan global serta aktivitas
gunung merapi bawah laut dan fisik manusia seperti pembuangan limbah
sebagainya (Pradana, 2012). industri pada laut dapat menyebabkan
Suhu adalah derajat panas atau kenaikan suhu, sedangkan di daerah
dingin yang diukur berdasarkan skala sub-tropik penurunan suhu dapat terjadi
tertentu dengan menggunakan ketika es mencair dan bermuara ke laut
termometer. Satuan suhu yang biasa (Soetjipta, 1993).
o
digunakan adalah derajat celcius C Ikan zebra blacktail (Dascyllus
Sedangkan di Inggris dan beberapa melanurus) merupakan salah satu jenis
Negara lainnya dinyatakan dalam derajat ikan hias yang hidup pada ekosistem
Fahrenheit oF(Adrinta et-al, 2017) terumbu karang.
Suhu air merupakan salah satu Semua organisme laut (kecuali
komponen penting yaitu sebagai mam-malia) adalah bersifat poikilotermik
controling factor yang dapat yaitu tidak dapat mengatur suhu
mempengaruhi sintasan organisme air. tubuhnya. Suhu tubuh organisme
Ikan merupakan hewan berdarah dingin poikilotermik ini sangat tergantung pada
(poikilothermal), sehingga proses suhu air tempat hidupnya. Oleh karena
metabolisme maupun kekebalan itu adanya perubahan suhu air akan
tubuhnya sangat tergantung pada suhu berakibat buruk terhadap organisme
lingkungan (Taufik, 2009). perairan (Hutagalung, 1988).
Pengaruh suhu merupakan faktor Berdasarkan penjelasan di atas,
penting dalam suatu ekosistem perairan. jadi suhu merupakan faktor yang sangat
Kenaikan suhu air akan menimbulkan berpengaruh bagi biota laut. Oleh sebab
kehidupan ikan dan hewan air lainnya itu perlu dilakukan praktikum ini untuk
terganggu. Air memiliki beberapa sifat mengetahui aktifitas fisiologis yang
termal yang unik, sehingga perubahan dilakukan ikan untuk mentoleransi
suhu dalam air berjalan lebih lambat dari perubahan suhu.
pada udara. Walaupun suhu kurang
TUJUAN DAN KEGUNAAN
mudah berubah di dalam air dari pada di
Untuk mengamati proses membersihkan alat yang telah
Termoregulasi pada ikan badut digunakan, air untuk meningkatkan suhu
(Amphiprion sp) terhadap perubahan air, Stopwatch untuk menghitung waktu
suhu. selama percobaan, Termometer untuk
mengukur suhu, Label untuk memberi
Kegunaan dari praktikum ini yaitu
tanda pada toples/wadah pengamatan,
agar dapat melihat proses Termoregulasi
Hand refraktometer untuk mengukur
biota laut (ikan) pada suhu yang berbeda.
konsentrasi bahan atau zat terlarut, DO
METODOLOGI Meter untuk mengukur kadar oksigen

A. Waktu dan Tempat terlarut di dalam air, Es Batu Sebagai


bahan uji
Praktikum Termoregulasi
dilaksanakan pada Selasa, 03 Maret b. Bahan
2020 pada pukul 08.00 – 11.00 WITA
Bahan yang digunakan adalah Ikan
bertempat di Laboratorium Penangkaran
Zebra Ikan Zebra (Dascyllus melanurus),
dan Rehabilitasi Ekosistem, Departemen
Sebagai hewan uji, Pemanas.
Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, pada salinitas yang berbeda. Hal ini
Makassar. sebagai bentuk adaptasi ikan terhadap
salinitas yang berbeda.
B. Alat dan Bahan

a. Alat A. Prosedur Kerja


1. Peningkatan Suhu
Toples sebagai wadah
Prosedur kerja pada peningkatan
percobaan, Petit Balance untuk
suhu yaitu menyiapkan 2 buah toples
menimbang bobot hewan uji,
yang telah terisi air laut dengan
Handcounter untuk menghitung bukaan
mengukur salinitasnya terlebih dahulu;
operculum pada hewan uji, Kanebo untuk
mengukur suhu awal air laut (kontrol)
membersihkan perangkat laboratorium,
dengan menggunakan termometer;
Gayung untuk memindahkan air dari
menimbang berat awal hewan uji dengan
wadah yang satu ke wadah lainnya,
menggunakan Petit Balance kemudian
Wadah Plastik sebagai wadah ikan ketika
mencatat hasilnya; lalu memasukkan
dilakukan penimbangan bobot hewan uji,
hewan uji ke dalam toples yang telah
Alat Tulis Menulis untuk menulis hasil
disiapkan sebelumnya bersamaan
pengamatan, Tissue untuk
dengan dinyalakan stopwatch.
Pada suhu awal 28,3°C yang akan 2. Penurunan Suhu
dinaikkan menjadi 33,3°C diberikan air Prosedur kerja pada penurunan
panas yang telah dibungkus kantong suhu yaitu menyiapkan 3 buah toples
plastik lalu dimasukkan ke dalam toples, yang telah terisi air laut dengan
kemudian lakukan pengukuran oksigen mengukur salinitasnya terlebih dahulu;
terlarut awal dengan menggunakan DO mengukur suhu awal air laut (kontrol)
meter dan memperhatikan termometer dengan menggunakan termometer;
bersamaan dengan pengamatan tingkah menimbang berat awal hewan uji dengan
laku dan aktivitas hewan uji selama menggunakan Petit Balance kemudian
peningkatan suhu. mencatat hasilnya; lalu memasukkan
Apabila suhu yang diinginkan telah hewan uji ke dalam toples yang telah
dicapai maka air panas dalam kantong disiapkan sebelumnya bersamaan
plastik dikeluarkan dari dalam toples lalu dengan dinyalakan stopwatch.
dilakukan pengukuran DO kembali; Pada suhu awal 28,3°C yang akan
Setelah itu, memulai menghitung bukaan diturunkan menjadi 23,3°C diberikan es
operkulum menggunakan Handcounter batu yang telah dibungkus kantong
sekaligus mengamati tingkah laku hewan plastik lalu dimasukkan ke dalam toples,
uji selama 3 menit, kemudian dicatat kemudian lakukan pengukuran oksigen
berapa lama waktu yang diperlukan terlarut awal dengan menggunakan DO
untuk mencapai suhu tersebut dan meter dan memperhatikan termometer
jumlah bukaan operkulum serta tingkah bersamaan dengan pengamatan tingkah
laku hewan uji selama 3 menit. Lakukan laku dan aktivitas hewan uji selama
lagi pengamatan dan pengukuran penurunan suhu.
dengan suhu yang berbeda pada suhu Apabila suhu yang diinginkan telah
38,3ᵒC seperti halnya yang dilakukan se- dicapai maka es batu dalam kantong
belumnya. Pada percobaan peningkatan plastik dikeluarkan dari dalam toples lalu
suhu dilakukan dengan menaikkan 5ᵒC dilakukan pengukuran DO kembali;
dari suhu awal. Setelah itu, memulai menghitung bukaan
Menimbang berat akhir hewan uji operkulum menggunakan Handcounter
setelah dilakukan perlakuan dan sekaligus mengamati tingkah laku hewan
pengamatan; kemudian mencatat hasil uji selama 3 menit, kemudian dicatat
yang diperoleh; merapikan alat dan berapa lama waktu yang diperlukan
bahan yang telah digunakan; lalu menulis untuk mencapai suhu tersebut dan
hasil praktikum ke dalam tabel. jumlah bukaan operkulum serta tingkah
laku hewan uji selama 3 menit. Lakukan hasil yang diperoleh lalu merapikan alat
lagi pengamatan dan pengukuran dan bahan yang telah digunakan.
dengan suhu yang berbeda pada suhu
Hasil dan Pembahasan
18,3ᵒC dan 13,3ᵒC seperti halnya yang
dilakukan sebelumnya. Pada percobaan Hasil
penurunan suhu dilakukan dengan Bukaan Opeculum
menurunkan 5ᵒC dari suhu awal. Tabel 1. Rata-rata bukaan operculum
Menimbang berat akhir hewan uji
Suhu (°C) Bukaan
setelah dilakukan perlakuan dan Awal Akhir Operculum
pengamatan; kemudian mencatat hasil 28.37 35.63 629.00
yang diperoleh; merapikan alat dan 28.37 31.40 461.50
bahan yang telah digunakan; lalu menulis 28.37 28.87 354.50
28.37 23.23 408.02
hasil praktikum ke dalam tabel.
28.37 20.33 292.86
3. Kontrol 28.37 17.07 283.00
Prosedur kerja pada kontrol yaitu
menyiapkan 1 buah toples yang telah Grafik 1. Rata-rata bukaan operculum
terisi dengan air laut dengan mengukur
Grafik Bukaan Operkulum
salinitasnya terlebih dahulu; Mengukur
600
suhu awal air laut dengan menggunakan
400
termometer; Setelah itu menimbang berat
200
awal hewan uji dengan Petit balance
0
kemudian mencatat hasilnya; 1 2 3 4 5 6 7

memasukkan hewan uji ke dalam toples Suhu (°C)


Bukaan Operculum
yang disediakan sebelumnya bersamaan
dengan dinyalakannya stopwatch.
Lakukan pengukuran DO awal
dengan menggunakan DO meter;
Kemudian lakukan pengamatan tingkah
laku dan menghitung bukaan operculum Pembahasan

selama 3 menit dengan menggunakan Pada tabel 1 bukaan operculum

Handcounter. Setelah selesai meningkat sebanding dengan

pengamatan dilakukan pengukuran DO meningkatnya suhu air laut. Rataan

kembali; Lakukan penimbangan berat bukaan operculum tertinggi terjadi pada

akhir pada hewan uji; kemudian mencatat peningkatan suhu yaitu pada suhu
35,630C dari suhu normal dengan nilai Metode Kanguru/Kangaroo
bukaan operculum yaitu 629,00 mother care Terhadap Stabilitas
kali/menit. Sedangkan unutk penurunan Suhu Tubuh Bayi Berat Lahir
suhu bukaan operculum terendah Rendah di Ruang Peristi RSUD
dengan nilai 283,00 kali/menit pada suhu Kebumen. Jurnal Anestesi
0
17,7 C. preoperative. Vol.3(1):54-63.

Kesimpulan
Pada parkatikum termoregulasi
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
suhu pada perairan maka bukaan
operculum semakin cepat.

DAFTAR PUSTAKA
A’tourrohman, M., 2019. Termoregulasi,
Respirasi, Osmo regulasi pada
ikan MAS (Cyrinus carpio). Jurnal
Fisiolgi Hewan. Hal 1-7.
Afrianto, E. & E. Liviawaty. 2005. Pakan
Ikan. Kanisius. Yogyakarta.

Azwar, M., Emiyarti & Yusnaini. 2016.


Critical Thermal dari Ikan
Zebrasoma scopas yang Berasal
dari Perairan Pulau Hoga
Kabupaten Wakatobi. Jurnal Sapa
Laut. Vol I (2): 60-66
Ewusie. 1990. Pengantar Ekologi
Tropika. Bandung. Penerbit
Institut Teknologi Bandung.

Isnaeni, W.. 2006. Fisiologi Hewan.


Kansius: Yogyakarta.

Lestari, A.S., Sephwi C & Iswati, N.,


2014. Pengaruh Perawatan
Lampiran
abel 1.2 tabel rata rata kelompok lengkap

Suhu (°C) DO (mg/L) Salinitas (ppt) Bobot (gram) Bukaan Selang


NO
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Operculum Waktu
1 28.37 35.63 5.70 3.73 34.25 32.25 6.79 6.36 629.00 3217.75
2 28.37 31.40 5.60 5.43 34.25 34.25 5.27 5.30 461.50 295
3 28.37 28.87 5.53 5.23 34.25 33.75 5.68 5.73 354.50
4 28.37 23.23 5.53 7.13 33.75 33.25 4.79 4.72 408.02 700
5 28.37 20.33 5.40 6.00 34.25 33.5 6.47 7.31 292.86 1849.75
6 28.37 17.07 5.00 6.83 34.25 33.5 4.24 5.23 283.00 2593.5

Tabel 1. 3 tabel data kelompok 1


Suhu (°C) DO (mg/L) Salinitas (ppt) Bobot (gram) Bukaan Selang
tingkah laku
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Operculu Waktu
28.4 38.4 6 3.5 34 32 6.96 7.01 701 18' 3" aktif
28.4 33.4 5.9 5.4 34 34 7.45 7.3 605 4'45" normal
28.4 28 5.5 5.6 34 34 5.75 5.75 434 - pasif
28.4 23.4 5.8 8.4 34 34 4.74 4.74 680 18' 30" normal
28.4 18.4 5.5 5.1 34 33 9.9 9.1 387 25'14" aktif
28.4 13.4 4.3 5.7 34 33 4.7 4.5 - 50' aktif

Tabel 1.4 tabel data kelompok 2


Suhu (°C) DO (mg/L) Salinitas (ppt) Bobot (gram) Bukaan Selang
tingkah laku
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Operculu Waktu
28.4 34.3 5.6 4.3 34 33 4.69 3.45 791 12’ 30”
28.4 30 5.6 5.8 34 35 3.31 3.28 309 06’ 15” aktif
28.4 29.3 5.6 4.6 34 34 6.03 6.23 138 aktif
28.4 23.3 5.4 6.5 34 33 5.25 5.21 361 13’ 40” aktif
28.4 21.8 5.4 6.4 34 33 3.97 5.91 327 31’ 14” normal
28.4 18.7 5.4 7.2 34 33 3.65 3.59 244 42’ 10” pasif

Tabel 1.5t abel data kelompok 3

Suhu (°C) DO (mg/L) Salinitas (ppt) Suhu (°C) DO (mg/L) Salinitas (ppt) Bobot (gr
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal
Awal Akhir
Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Ak
28,2 34,5 5,6 3,6 34 32 28.3
4,66 34.2
4,66 5.5
484 3.4
10'12" 35
aktif 32 8.72
28,2 31,1 5,4 4,8 34 34 4,91
28.3 5,2
30.8 493
5.3 3'13"
5.1 aktif
35 34 5.04
28,2 29,2 5,5 4,3 34 33 5,5
28.3 4,3
29.3 495
5.5 5.5 pasif
35 34 5.26
28,3 23 5,4 4,4 32 32 28.3
7,57 23.2
7,89 5.4
5.07 6.5
4'10" 35
pasif,normal 34 4.37
28,3 20 5,3 6,8 34 34 4,43
28.3 4,89
21.1 2.42
5.3 38'16"
6.5 pasif,normal
35 34 5.54
28,3 19,3 5,3 8,2 34 34 5,39
28.3 3,91
19.1 192
5.3 48'29"
7.6 pasif
35 34 4.37

Tabel 1.6 tabel data kelompok 4


dengan kontrol sebesar 5.23, sehingga
ikan memerlukan usaha yang lebih
Gambar 1.1 grafik rata rata bukaan untuk mengambil oksigen didalam air
operculum ditandai dengan jumlah bukaaan
operculumnya dan tingkah lakunya.
Pada tabel 1.1 merupakan data suhu Tingkah laku ikan pada peningkatan
awal, suhu akhir dan jumlah operculum suhu jauh lebih aktif. tetapi adanya
rata-rata dimasing masing kelompok. kesalahan dalam alat ukur maupun
Suhu awal rata-rata yaitu 28°C di semua penginputan hasil juga bisa menjadi
jenis perubahan suhu baik peningkatan, faktor mengapa data DO akhir rata rata
penurunan maupun kontrol. Setelah peningkatan suhu yang bisa melampaui
dilakukan perlakuan dimana untuk data DO kontrol.
peningkatan suhu diberikan air panas, Untuk penurunan suhu nilai
penurunan suhu diberi air es dan kontol bukaan operculum rata-rata yaitu 408,
yang tidak diberikan perlakuan suhu 293 dan 283. Penurunan suhu dapat
mulai menunjukan perubahan skala. mengakibatkan oksigen terlarut
Untuk penaikan suhu menujukkan suhu meningkat (7.30, 6.00, 6.83) bila
akhir rata-rata yaitu 36°C dan 31°C. dibandingkan dengan kontrol 5.23
pendinginan suhu menujukkan suhu seingga ikan mengurangi laju

akhir rata-rata 23°C, 20,°C dan 17°C pernapasan yang ditandai bukaan

dan untuk kontrol suhu akhir rata- operculum. Tetapi keslahan ketika

ratanya yaitu 29°C. untuk bukaan penginputan nilai, terjadi kematian pada

operculumnya rata-rata untuk salah satu sampel ikan dan adanya

peningkatan suhu sebesar 629 dan 462 kesalahan pengamat dalam melihat

sedangkan untuk penurunan suhunya operculum sehingga data DO dan

yaitu 408,293 dan 283 untuk kontrol bukaan operculum pada penurunan

didapatkan nilai bukaan operculum yaitu suhu terjadi ketidakkesesuaian antara

355. Pada peningkatan suhu bukaan teori dan di praktikum.

operculum rata-rata ncenderung lebih Untuk sampel ikan kontrol

tinggi 629 dan 462 ketimbang kontrol jumlah oksigen terlarut rata-rata

yaitu 355 hal ini dikarenakan ikan zebra cenderung stabil 5.23 bila dibandingkan

(dascyllus melanurus) melakukan dengan awalnya yaitu 5.35 hal ini

adaptasi di dalam air. dikarenakan ikan berada disuhu yang

Meningkatnya suhu yang normal sehingga bukaan operculumnya

mengakibatkan jumlah kadar oksigen normal.

terlarut/ dissolved oxygen (3.74 dan


5.43) berkurang bila dibandingkan
Management and Technology
Volume 7, Nomor 1, Hlm 01-10.

B. SARAN Irianto, A., 2005. Patologi ikan teleostei.


Penerbit Universitas Gajah Mada
Kedepannya praktikum lebih ter-
Press.
organisir dengan lebih baik, serta
Sutanto, Danuri. 2012. Budi Daya Nila.
disiplin waktu hingga jam keluar lab
Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
tidak mundur karena bisa bertabrakan
dengan mata kuliah lain, terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Pamungkas W. 2012 “Aktivitas


osmoregulasi, resp.ons
pertumbuhan, dan energetic cost
pada ikan yang dipelihara dalam
lingkungan bersalinitas” Media
Akuakultur Volume 7 Nomor 1.
Irawan (2002) . Biologi Vertebrata.
Universitas Negeri Malang.
Malang, hlm 14-15.

Lantu S. 2010 Osmoregulasi pada


hewan akuatik. Jurnal Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Volume IV
Nomor. 1 April

Enta dkk. 2013 Pengaruh Salinitas yang


berbeda terhdap laju komsusmsi
ikan gurame skala laboratorium.
JURNAL SAINS DAN SENI Vol.1,
No.1, (2013) 1- 4

Yurisma, E. H., A. Nurlita & M. Gunanti.


2013. Pengaruh salinitas yang
berbeda terhadap laju konsumsi
oksigen ikan Gurame.
Laboratorium. Jurnal Sains dan
Seni. 1:1-4.

Nontji, A. 1993. Laut nusantara.


Penerbit Djambatan, Jakarta.

Yatinigsih R, Boesono H, Sardiyatmo.


2018 Analisis Perubahan Salinitas
Terhadap Tingkat Kematian Dan
Tingkah Laku Ikan Nila Merah
(Oreochromis Niloticus) Sebagai
Pengganti Umpan Hidup Pada
Penangkapan Cakalang. Journal
of Fisheries Resources Utilization
LAMPIRAN

1.

Anda mungkin juga menyukai