Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH PERBEDAAN SUHU TERHADAP TERMOREGULASI IKAN ZEBRA

(Dascyllus melanurus)

ABIGAEL LA’BI PAKENDEK (L011181334) DUA (2B)

Apakendek06@gmail.com

ASISTEN : SITTI HARDIYATI YAHYA

LABORATORIUM PENANGKARANG DAN REHABILITASI EKOSISTEM


DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN, FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020

ABSTRAK

Suhu tubuh atau termoregulasi adalah keseimbangan antara kehilangan panas


dan produksi panas tubuh yang tujuannya adalah untuk mengontrol lingkungan suhu
netral dan meminimalkan energy. Ikan zebra atau dengan nama latin (Dascyllus
melanurus) merupakan ikan dari famili pomacentridae yaitu salah satu jenis ikan hias yang
hidup pada ekosistem terumbu karang. Praktikum ini menjelaskan mengenai
Termoregulasi, osmoregulasi, salinitas, faktor-faktor yang mempengaruhi Thermoregulasi
terhadap ikan zebra (Dascyllus melanurus) serta hubungan ikan zebra (Dascyllus
melanurus) dengan perubahan salinitasi. Perlakukaan yang di uji yaitu menaikkan suhu
dari 28°c menjadi 33°c dan penurunan suhu dari 28°c menjadi 23°c, 18 °c dan 13°c
dengan salinitas kontrol 30°c. Adaptasi yang dilakukan ikan zebra (Dascyllus melanurus)
pada perubahan salinitas tersebut yakni bukaan operkulum, adaptasi tingkah laku dan
bobot tubuh ikan. yang diamati dengan meletakkan sampel uji dalam toples kaca selama
satu jam pengamatan dengan. Dari praktikum ini dapat di peroleh hasil pengamatan
Thermoregulasi pada ikan badut (Dascyllus melanurus) yang meliputi penurunan dan
peningkatan angka bukaan operkulum serta bobot tubuh.

KATA KUNCI : Suhu, Oksigen terlarut, Dascyllus melanurus, Homeostasis.

PENDAHULUAN lingkungan suhu netral dan


Suhu tubuh atau termoregulasi meminimalkan energi.Perpindahan panas
adalah keseimbangan antara kehilangan ada empat yaitu evaporasi yang
panas dan produksi panas tubuh yang merupakan kehilangan panas dengan
tujuannya adalah untuk mengontrol cara penguapan, konduksi yaitu molekul
tubuh suatu benda atau dari kontak bandingkan dengan hewan besar, dan
langsung yang bersentuhan dengan karena itu hewan kecil membutuhkan
tubuh, radiasi yaitu dalam bentuk lebih banyak O2 dibandingkan dengan
gelombang elektromagnetik hewan besar. Difusi O2 di dalam air lebih
kepermukaan benda lain, dan konveksi lambat di bandingkan dengan difusi O2
yaitu kehilangan panas dari molekul dalam udara. Jumlah O2 yang larut dalam
tubuh yang disebabkan karena air bervariasi menurut suhu dan kadar
perpindahan udara (Indrasanti,2008) garam dalam air.
Syahailatua (2008), menyatakan Ikan merupakan hewan ektotermik
bahwa dampak perubahan iklim yang yang berarti tidak menghasilkan panas
diakibatkan meningkatnya suhu udara di tubuh, sehingga suhu tubuhnya
bumi tentu cukup mengkhawatirkan bagi tergantung atau menyesuaikan suhu
kehidupan manusia. Suhu merupakan lingkungan disekelilingnya. Sebagai
faktor penting dalam suatu ekosistem hewan air, ikan memiliki beberapa
perairan. Kenaikan suhu air akan mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki
menimbulkan kehidupan ikan dan hewan oleh hewan darat. Perbedaan habitat
air lainnya terganggu. Air memiliki menyebabkan perkembangan organ-
beberapa sifat termal yang unik, organ ikan disesuaikan dengan kondisi
sehingga perubahan suhu dalam air lingkungan. Secara keseluruhan ikan
berjalan lebih lambat dari pada udara. lebih toleran terhadap perubahan suhu
Meskipun suhu kurang mudah berubah di air, beberapa spesies mampu hidup pada
dalam air daripada di udara, namun suhu suhu air mencapai 29°C, sedangkan jenis
merupakan faktor pembatas utama, oleh lain dapat hidup pada suhu air yang
karena itu mahluk akuatik sering memiliki sangat dingin, akan tetapi kisaran
toleransi yang sempit (Soetjipta,1993). toleransi individual terhadap suhu
Menurut Wulangi (1993) Semakin umumnya terbatas (Azwar dkk,2016).
tinggi suhu, jumlah O2 yang tersedia di Ikan yang hidup di dalam air yang
dalam air akan berkurang. jumlah O2 mempunyai suhu relatif tinggi akan
yang di butuhkan dan di konsumsi oleh mengalami kenaikan kecepatan respirasi
hewan tergantung dari jenis dan ukuran (Afrianto dan Liviawaty, 2005). Hal
hewan serta tingkat aktivitas hewan. tersebut dapat diamati dari perubahan
Pada umumnya hewan dengan ukuran pergerakan operculum ikan. Kisaran
kecil mempunyai tingkat metabolisme per toleransi suhu antara spesies ikan satu
berat badan yang lebih tinggi di dengan spesies yang lain, suhu terendah
yang dapat menyebabkan kematian secara perlahan ditingkatkan dan
berada tepat di atas titik beku, diturunkan suhunya untuk melihat
sedangkan suhu tinggi dapat bagaimana proses fisiologinya
menyebabkan gangguan fisiologis ikan
(Tunas, 2005). TUJUAN DAN KEGUNAAN
Ikan dapat tumbuh dan Tujuan dari praktikum ini adalah
berkembang dengan baik pada untuk mangamati proses termoregulasi
lingkungan perairan dengan kadar pada ikan zebra (Dascyllus melanurus).
oksigen terlarut (dissolved oxygen) Kegunaan dari praktikum ini yaitu
antara 2,0-2,5 mg/L. Menurut Mjoun & agar dapat melihat secara langsung
proses termoregulasi biota laut (ikan
Kurt (2010), suhu optimal bagi
zebra) pada kenaikan dan penurunan
pertumbuhan ikan adalah antara 22-29°c. suhu.
Ikan ini terkenal sebagai ikan yang tahan
METODOLOGI PRAKTIKUM
terhadap perubahan lingkungan hidup
WAKTU DAN TEMPAT
(Suyanto, 2005). Joseph dan Sujatha
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
(2010) melaporkan bahwa efek kenaikan
Selasa, 03 maret 2020 di Laboratorium
suhu air pada 34°c selama 2 jam dapat
Penangkaran dan Rehabilitasi
menyebabkan stres pada ikan
Ekosistem, Departemen Ilmu Kelutan,
(Pamungkas, 2012).
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Ikan zebra atau dengan nama
Universitas Hasanuddin.
latin (Dascyllus melanurus) merupakan
ikan dari famili pomacentridae yaitu salah
ALAT DAN BAHAN
satu jenis ikan hias yang hidup pada Alat
ekosistem terumbu karang. Semua jenis Alat yang digunakan adalah toples
ikan air laut bersifat poikiloterm, yang sebagai wadah percobaan, Petit Balance
artinya suhu tubuh mengikuti suhu untuk menimbang bobot hewan uji,
lingkungannya termasuk kekebalan Handrefractometer untuk mengukur
tubuhnya, kecuali bagi mamalia laut. salinitas air laut yang digunakan,
Maka dari itu ikan air laut melakukan Handcounter untuk menghitung bukaan
proses termoregulasi untuk mendapatkan operculum pada hewan uji, Stopwatch
suhu optimalnya (Tunas,2005). untuk menghitung waktu, Kanebo untuk
Oleh karena itu, dalam praktikum membersihkan perangkat laboratorium,
ini Ikan Zebra (Descyllus melanurus) gelas ukur untuk mengukur air laut dan
dengan diberikan perlakuan suhu yang air tawar yang akan digunakan, gayun,
untuk memindahkan air dari wadah yang dengan dinyalakan stopwatch. Pada
satu ke wadah yang lainnya, wadah suhu awal 28°c yang akan dinaikkan
plastik sebagai wadah ikan ketika menjadi 33°c diberi air panas yang
dilakukan penimbangan bobot hewan uji, dibungkus plastik lalu dimasukkan
pipet tetes untuk memindahkan larutan kedalam toples, kemudian melakukan
(air) dalam jumlah yang kecil, pengukuran oksigen terlarut awal denagn
penampung air tawar sebagai wadah air menggunakan DO meter dan
tawar yang digunakan dalam memperhatikan termometer secara
pengenceran, alat tulis menulis untuk bersamaan dengan mengamatan
menuliskan hasil pengamatan, label untul tingkah laku dan aktivitas hewan uji
memberi tanda pada toples/wadah selama peningkatan suhu. Setelah suhu
pengamatan, pemanas air untuk yang diinginkan telah dicapai maka air
meningkatkan suhu, thermometer untuk panas dalam kantong plastik dikeluarkan
mengukur suhu, DO meter untuk dari dalam toples lalu dilakukan
mengukur kadar oksigen. pengukuran DO meter kembali dan
Bahan setelah itu, memulai menghitung bukaan
Bahan yang digunakan adalah operculum menggunakan Handcounter
Ikan zebra (Dascyllus melanurus) sekaligus mengamati tingkah laku hewan
sebagai hewan uji, air laut dan air tawar uji selama 3 menit. Kemudian mencatat
sebagai bahan uji, es batu sebagai berapa lamanya waktu yang diperlukan
bahan uji dan tissu untuk membersihkan untuk mencapai suhu tersebut dan
alat yang telah digunakan. jumlah bukaan operculum serta tingkah
laku hewan uji selam 3 menit. Melakukan
PROSEDUR KERJA lagi pengamatan dan pengukuran
Peningkatan Suhu
dengan suhu yang berbeda pada suhu
Menyiapkan 2 buah toples yang
38°c seperti halnya yang dilakukan
telah terisi air laut dengan mengukur
sebelumnya. Pada percobaan
salinitasnya terlebih dahulu. Kemudian
peningkatan suhu dilakukan dengan
mengukur suhu awal air (kontrol) dengan
menaikkan 5°c dari suhu awal. Kemudian
menggunakan termometer. Menimbang
menimbang berat akhir hewan uji setelah
berat hewan uji dengan menggunakan
dilakukan perlakuan dan pengamatan.
Petil Balance kemudian mencatat
Kemudian mencatat hasil yang diperoleh.
hasilnya. Selanjutnya memasukkan
Selanjutnya merapikan alat dan bahan
hewan uji kedalam toples yang telah
yang telah digunakan. Setelah itu
disiapkan sebelumnya bersamaan
menulis laporan hasil praktikum suhu 18o C dan 13o C dari suhu awal.
kemudianmengumpulkan kepada asisten. Menimbang berat akhir hewan uji setelah
di lakukan pengamatan dan mencatat
Penurunan Suhu
hasil yang diperoleh. Kemudian mencatat
Menyiapkan 3 buah toples yang
hasil yang diperoleh. Selanjutnya
telah diisi dengan air laut dengan
merapikan alat dan bahan yang telah
mengukur salinitasnya terlebih dahulu.
digunakan. Setelah itu menulis laporan
mengukur suhu awal air laut (kontrol)
hasil praktikum kemudian mengumpulkan
dengan menggunakan termometer.
kepada asisten.
setelah itu menimbang berat awal hewan
uji dengan menggunakan petit balance
Kontrol
kemudian mencatat hasilnya.
Menyiapkan 1 buah toples yang
Memasukkan hewan uji ke dalam toples
telah terisi dengan air laut dengan
yang di sediakan sebelumnya bersamaan
mengukur salinitas dan volume air
dengan dinyalakannya stopwatch. Pada
terlebih dahulu. Mengukur suhu awal air
suhu awal 28o C yang akan diturunkan
laut dengan menggunakan termometer.
menjadi 23o C dengan pemberian es batu
setelah itu menimbang berat awal hewan
yang telah di kemas kantong plastik lalu
uji denagn petit balance kemudian
dimasukkan kedalam toples, kemudian
mencatat hasilnya. memasukkan hewan
lakukan pengukuran oksigen terlarut
uji ke dalam toples yang telah di
menggunakan DO meter dan
sediakan sebelumnya bersamaan
memperhatikan termometer bersamaan
dengan dinyalakannya stopwatch.
dengan pengamatan tingkah laku hewan
melakukan pengukuran DO awal dengan
uji selama penurunan suhu. Apabila suhu
menggunakan DO meter. Kemudian
yang diinginkan telah tercapai maka
melakukan pengamatan tingkah laku dan
keluarkan kantong es batu dari dalam
menghitung bukaan operculum selama 3
toples kemudian dilakukan pengukuran
menit dengan menggunakan
DO meter kembali dan setelah itu,
Handcounter. setelah pengamatan
memulai menghitung bukaan operculum
dilakukan pengukuran DO kembali.
menggunakan Handcounter sekaligus
Melakukan penimbangan berat akhir
mengamati tingkah laku sampel uji
pada hewan uji. Kemudian mencatat
selama 3 menit, kemudian catat berapa
hasil yang di peroleh. Selanjutnya
lama waktu yang di perlukan untuk
merapikan alat dan bahan yang telah
mencapai suhu tersebut. Melakukan lagi
digunakan. Setelah itu menulis laporan
pengamatan dan pengukuran dengan
hasil praktikum kemudian mengumpulkan untuk peningkatan suhu diberikan air
kepada asisten panas, penurunan suhu diberi air es dan
kontol yang tidak diberikan perlakuan
HASIL DAN PEMBAHASAN suhu mulai menunjukan perubahan
Hasil skala. Untuk penaikan suhu menujukkan
Tabel 1 rata rata bukaan opeculum suhu akhir rata-rata yaitu 36°C dan 31°C.

Suhu Bukaan pendinginan suhu menujukkan suhu akhir


Awal Akhir Operculum rata-rata 23°C, 20,°C dan 17°C dan
28 36 629 untuk kontrol suhu akhir rata-ratanya
28 31 462 yaitu 29°C. untuk bukaan operculumnya
28 29 355
rata-rata untuk peningkatan suhu
28 23 408
sebesar 629 dan 462 sedangkan untuk
28 20 293
28 17 283 penurunan suhunya yaitu 408,293 dan
283 untuk kontrol didapatkan nilai bukaan
Gambar 1 grafik rata rata bukaan operculum yaitu 355. Pada peningkatan
operculum suhu bukaan operculum rata-rata
cenderung lebih tinggi 629 dan 462
ketimbang kontrol yaitu 355 hal ini
dikarenakan ikan zebra (dascyllus
melanurus) melakukan adaptasi di dalam
air.
Meningkatnya suhu yang
mengakibatkan jumlah kadar oksigen
terlarut/ dissolved oxygen (3.74 dan 5.43)
berkurang bila dibandingkan dengan
kontrol sebesar 5.23, sehingga ikan
Pembahasan memerlukan usaha yang lebih untuk
Pada tabel 1 merupakan data mengambil oksigen didalam air ditandai
suhu awal, suhu akhir dan jumlah dengan jumlah bukaaan operculumnya
operculum rata-rata dimasing masing dan tingkah lakunya. Tingkah laku ikan
kelompok. Suhu awal rata-rata yaitu 28°C pada peningkatan suhu jauh lebih aktif.
di semua jenis perubahan suhu baik tetapi adanya kesalahan dalam alat ukur
peningkatan, penurunan maupun kontrol. maupun penginputan hasil juga bisa
Setelah dilakukan perlakuan dimana menjadi faktor mengapa data DO akhir
rata rata peningkatan suhu yang bisa KESIMPULAN DAN SARAN
melampaui data DO kontrol. Kesimpulan
Untuk penurunan suhu nilai perubahan suhu baik peningkatan
bukaan operculum rata-rata yaitu 408, maupun penurunan suhu akan
293 dan 283. Penurunan suhu dapat mempengaruhi jumlah oksigen terlarut
mengakibatkan oksigen terlarut yang berdampat pada proses
meningkat (7.30, 6.00, 6.83) bila termoregulasi ikan zebra (Dascyllus
dibandingkan dengan kontrol 5.23 melanurus) yang ditandai dengan
seingga ikan mengurangi laju bukaan operculum dan tingkah laku ikan
pernapasan yang ditandai bukaan Saran
operculum. Tetapi keslahan ketika Sebaiknya preparasi mengenai air es
penginputan nilai, terjadi kematian pada dan air panas untuk peningkatan dan
salah satu sampel ikan dan adanya penurunan suhu sudah disiapkan
kesalahan pengamat dalam melihat sebelum memasuki ruangan
operculum sehingga data DO dan laboraratorium agar mengefisienkan
bukaan operculum pada penurunan suhu waktu pengerjaaan laporan kelompok.
terjadi ketidakkesesuaian antara teori
dan di praktikum.
Untuk sampel ikan kontrol jumlah
oksigen terlarut rata-rata cenderung
stabil 5.23 bila dibandingkan dengan
awalnya yaitu 5.35 hal ini dikarenakan
ikan berada disuhu yang normal
sehingga bukaan operculumnya normal.
DAFTAR PUSTAKA
Soetjipta.1993.Dasar-Dasar Ekologi
Hewan.Yogyakarta : UGM

Tunas AW. 2005. Patologi Ikan Teleostei.


Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.

Wulangi. 1993. Fisiologi Hewan. Jakarta:


Penerbit Erlangga

Pamungkas W, 2012, “Aktivitas


Osmoregulasi, Respons
Pertumbuhan, Dan Energetic Cost
Pada Ikan Yang Dipelihara Dalam
Lingkungan Bersalinitas”, Jurnal
Media Akuakultur, Vol. 7, No. 1

Mjoun K, and A.R.Kurt. 2010. Tilapia:


Profile and Economoic Importance.
South Dakota Cooperative Extension
Service.

Joseph JB and S.S Sujatha. 2010. Real-


time Quantitative Appilaction to
quantitaty and the expressions protks
of heat shock protein genes in nile
tilapia, Oreochromis Niloticus L and
Oreochromis Mussambicus P.

Anda mungkin juga menyukai