Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PERUBAHAN SALINITAS TERHADAP PROSES OSMOREGULAS

IKAN BADUT (Amphiprion sp.)

ERWIN (L011181502) SATU (1C)


Erwin200026@gmail.com
Asisten: Abd. Gafur Rahman

LABORATORIUM PENANGKARAN DAN REHABILITASI EKOSISTEM


DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN. FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020

ABSTRAK
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati proses osmoregulasi pada Ikan Badut
(Amphiprion sp.).Proses osmoregulasi adalah mekanisme untuk mengatur jumlah air
dan konsentrasi zat terlarut yang mempengaruhi proses osmoregulasi salah satunya
adalah Suhu dan Salinitas.Praktikum ini menggunakan hewan uji (Ikan Badut) dan
pengamatan meliputi perhitungan bukaan operkulum serta perubahan tingkah laku dari
hewan uji, yang terdiri atas 6 pengenceran dan 5 rentang waktu. Pengenceran yang
dilakukan yaitu untuk salinitas 0,3 ppt, pengenceran untuk salinitas 10 ppt,
pengenceran untuk salinitas 20 ppt, pengenceran untuk salinitas 30 ppt, pengenceran
untuk salinitas 35 ppt, dan pengenceran untuk salinitas 40 ppt. Rentang waktu yang
digunakan yaitu 0 menit, 15 menit, 30 menit, 45 menit, dan 60 menit. Dari hasil yang
didapatkan ikan badut mengalami perubahan tingkah laku pada salinitas yang rendah.

Kata Kunci: osmoregulasi, salinitas, ikan badut

PENDAHULUAN dengan anemon. Ikan badut


merupakan jenis ikan hias air laut tropis
Ikan badut (Amphiprion sp.)
dari familli Pomancentridae yang hidup
termasuk dalam salah satu jenis ikan
di terumbu karang dan terlindung
hias air laut yang unik karena memiliki
hingga kedalaman 15meter (Ali, 2014).
warna dan bentuk tubuh yang indah.
Osmoregulasi adalah mekanisme
Ikan badut (Clownfish) merupakan
untuk mengatur jumlah air dan
salah satu komoditas unggulan ikan
konsentrasi zat terlarut. Proses inti dari
hias air laut yang hidup di perairan
osmoregulasi adalah osmosis yang
trumbu karang dan bersimbiosis
dimaksud osmosis yaitu pergerakan air
dari cairan yang mempunyai organic,dan nitrogen) dan senyawa
kandungan air lebih tinggi (encer) kimia(vitamin dan pigmen
menuju ke cairan yang mempunyai tanaman),yang terdapat dalam 1 kg air
kandungan airnya lebih rendah (pekat). atau dapat juga didefinisikan sebagai
Osmosis akan berhenti apabila konsentrasi total ion yang terdapat di
konsentrasinya sama (A’taourrohman, perairan yang dinyatakan dalam satuan
2019). g/kg atau permil(‰). Salinitas air tawar
Adapun juga factor yang kurang dari 0,5 ppt sedangkan salinitas
mempengaruhi Osmoregulasi yaitu rata-rata di laut terbuka sekitar 35 ppt
suhu. Suhu merupakan salah satu berkisar 33-37 (Pamungkas,2012).
faktor pendukung yang paling Penurunan salinitas dari air laut
mempengaruhi di segala aspek. Ada menjadi air tawar dapat mempengaruhi
beberapa hal mengapa suhu tubuh keseimbnagan anatara konsentrasi air
hewan harus dipertahankan supaya dan ion dalam tubuh ikan yang
tetap konstan. Pertama perubahan berkaitan dengan osmoregulasi (Rayes
tubuh dapat mempengaruhi konformasi et al., 2013). Pada umumnya ikan air
protein dan enzim. Apabila aktivitas tawar dan air laut memiliki kemampuan
enzim terganggu, maka sel dalam terbatas mentoleransi perubahan
tubuhpun akan terganggu, Dengan salinitas medium atau bersifat
demikian,perubahan suhu tubuh akan stenohaline namun, diantaraikan yang
mempengaruhi kecepatan reaksi memiliki kemampuan besar untuk
metabolisme di dalam sel. Kedua mentoleransi perubahan salinitas
perubahan suhu berpengaruh tubuh medium dengan rentang yang luas atau
berpengaruh terhadap energy kinetik biasa disebut bersifat eurihaline. Ikan
yang dimiliki oleh setiap molekul zat badut adalah salah satu ikan yang
sehingga peningkatan suhu tubuh akan termasuk bersifat stenohaline, karena
memberi peluang yang lebih besar ikan badut sulit untuk beradaptasi
kepada berbagai partikel zat/cairan dengan perubahan konsentrasi yang
untuk saling bertumbukan terjadi. Pada kondisi hiperosmatik atau
(A’tourrohman,2019). hipoosmotik, Gradien osmotik akan
Faktor kedua yaitu yang semakin membesar yang akan
mempengaruhi osmoregulasi yaitu menyebabkan energy yang digunakan
salinitas. Salinitas adalah jumlah total untuk proses osmoregulasi juga akan
material dalam gram, termasuk ion-ion semakin besar. Pertumbuhan ikan
inorganik (sodium,klorid,fosfor dapat terjadi apabila energy yang
disimpan lebih besar dibandingkan berfungsi untuk menghitung bukaan
pengeluaran energy yang digunakan operculum pada hewan uji,Stopwatch
untuk berbagai aktivitas termasuk berfungsi untuk menghitung
kebutuhan osmoreg (Diansyah et al., waktu,Kanebo berfungsi untuk
2016). membersihkan perangkat laboratorium,
Gelas ukur berfungsi untuk mengukur
TUJUAN DAN KEGUNAAN
air laut dan air tawar yang akan
Tujuan praktikum ini yaitu untuk digunakan, Gayung berfungsi untuk
mengamati proses osmoregulsi pada memindahkan air dari wadah yang satu
ikan badut (Amphiprion sp.) terhadap ke wadah yang lain, Wadah plastic
perubahan salinitas. Kegunaan dalam berfungsi untuk sebagai wadah ikan
praktikum ini yaitu mampu mengetahui ketika dilakukan penimbangan bobot
pengaruh perubahan salinitas terhadap hewan uji, Pipet tetes berfungsi untuk
proses osmoregulasi ikan badut memindahkan larutan (air) dalam
(Amphiprion sp.) jumlah yang kecil, penampungan air
tawar berfungsi untuk wadah air tawar
METODOLOGI PRAKTIKUM
yang digunakan dalam
A.Waktu dan Tempat
pengenceran,alat tulis menulis berfunsi
Praktikum ini dilakukan pada hari untuk menuliskan hasil
rabu 26 februari 2020.Pada jam 14:00 pengamatan,tissue berfungsi untuk
– 14:00 WITA di Laboratorium membersihkan alat yang telah
Penangkaran dan Rehabilitasi digunakan, ikan badut (Amphiprion sp.)
Ekosistem, Departemen Ilmu kelautan, berfungsi sebagai hewan uji,Air laut
Fakultas Ilmu kelautan dan Perikanan dan air tawar berfunsi sebagai bahan
Universitas Hasanuddin. uji, Label berfungsi sebagai untuk
memberi tanda pada toples/wadah
B. Alat dan Bahan
pengamatan,spidol permanent
Alat dan Bahan yang digunakan berfungsi menandai wadah plastic.
dalam pada praktikum ini adalah Toples
yang berfungsi sebagai wadah C. PROSEDUR KERJA

percobaan, Petit Balance berfungsi Prosedur kerja pada praktikum ini


sebagai untuk menimbang bobot yaitu Menyiapkan alat dan bahan yang
hewan uji,Handrefactometer berfungsi akan digunakan,Menyiapkan toples
untuk mengukur salinitas air laut yang yang telah dibersihkan lalu masing-
yang di gunakan,Handcounter masing toples diberi label sesuai
dengan tingkatan salinitas,Mengisi sebagi kontrol (35 ppt). Pengamatan
masing-masing toples dengan air laut dilakukan setiap 15 menit selama 1
bersalinitas 35 ppt sebanyak 250 mL jam. Waktu pengamatan dilakukan
(untuk wadah bersalinitas 40 ppt), selama ±2-3 yang meliputi perhitungan
1285,7 mL (untuk pengenceran 25 ppt), bukaan operculum serta perubahan
857,1 mL (untuk pengencceran 20 ppt), tingkah laku dari hewan uji. Dalam
428,6 mL (untuk pengenceran 10 ppt), bagian ini juga dilakukan pengamatan
dan 12,9 ml (untuk pengenceran 0,3 salinitas menggunakan
ppt). Sedangkan untuk wadah control Handrefractometer untuk memastikan
diisi dengan air laut bersalinitas 35 ppt terjadinya penurunan salinitas pada air
sebanyak 1500 ml,Menimbang bobot laut yang digunakan. Setelah waktu
masing-masing hewan uji dengan pengamatan selesai, hewan uji
menggunakan petit balance untuk kemudian ditimbang kembali
mengetahui bobot awal dari hewan untuk mengetahui berat akhir setelah
uji.Masing-masing toples diisi dengan percobaan. Untuk memastikan hasil
satu ekor hewan uji (sampel), lalu pengenceran pada sampel air laut
masing-masing toples tersebut diberi sesuai dengan yang diinginkan, maka
aerasi.Selanjutnya, melakukan dilakukan pengukuran salinitas dengan
perhitungan untuk mendapatkan jumlah menggunakan Handrefractometer.
air tawar yang diperlukan untuk Merapikan dan membersihkan semua
mengubah salinitas air laut mula-mula alat dan bahan yang telah digunakan
menjadi salinitas yang diinginkan (0 dalam pengamatan. Menuliskan
ppt, 10 ppt, 20 ppt, dan 30 ppt), laporan sementara hasil praktikum, lalu
sedangkan pada kenaikan salinitas menyerahkannya kepada asisten (data
menjadi 40 ppt dilakukan penambahan yang digunakan mengikuti data
air laut bersalinitas 42 ppt sebanyak kelompok masing-masing). Laporan
1250 ml.Memasukan air tawar yang individu dikerjakan dengan
akan digunakan untuk mengencerkan menggunakan data dari semua
air laut kedalam wadah air tawar sebagai ulangan pengamatan.
dengan penambahan air laut. Memulai
HASIL DAN PEMBAHASAN
percobaan dengan menekan stopwatch
lalu mulai meneteskan secara perlahan Tabel 1.1 hasil pengamatan bukaan
operculum kelompok 1
air tawar di atas toples berisi hewan uji
dan air laut yang akandiencerkan, Waktu (menit)
PPT
kecuali pada toples yang ditentukan 0 15 30 45 60
0 - 354 334 228 262
melakukan adaptasi untuk dapat
10 - 469 398 310 300
menyesuaikan tekanan osmotik dalam
20 - 368 388 357 279
tubuh dengan lingkungannya.
30 651 622 467 464 413 Selanjutnya untuk 30 ppt, terlihat di

35 582 572 529 534 481 setiap menitnya bukaan tutupan


operculum terlihat meningkat dan stabil.
40 - 643 469 429 500
Hal ini terjadi karena salinitas 30 ppt
mendekati salinitas normal tempat ikan
badut dapat beradaptasi, sehingga
memudahkan ikan badut untuk
melakukan osmoregulasi. Untuk
salinitas 35 ppt, tidak diberikan
perlakuan khusus sehingga bukaan
operculumnya stabil. Terakhir untuk
salinitas 40 ppt, terlihat bukaan tutupan
Berdasarkan hasil pengamatan
operculum tidak stabil (naik turun),
bukaan operculum yang dilakukan,
dengan range naik turunnya yang
didapatkan hasil seperti tabel diatas.
terbilang drastis. Hal ini terjadi karena
Pada salinitas 0 ppt, untuk 15 menit
ikan mulai mengalami stress pada
pertama tidak didapatkan perhitungan
tekanan yang sangat tinggi
tutupan operculum disebabkan karena
Berdasarkan hasil pengamatan
adanya kesalahan pengamat (human
bukaan tutupan operculum yang
error), selanjutnya pada 15 menit kedua
dilakukan, didapatkan hasil seperti
sampai dengan menit terakhir terlihat
pada tabel diatas, yang mana pada
adanya penurunan tutupan bukaan
salinitas 0 ppt, dari 15 menit pertama
operculum yang sangat drastis. Hal ini
sampai dengan menit terakhir terlihat
terjadi karena ikan badut tidak dapat
adanya penurunan yang sangat drastis
beradaptasi dan melakukan proses
dari 354 bukaan operculum ke 262
osmoregulasi pada salinitas yang
bukaan operculum. Hal ini terjadi
rendah. Kemudian untuk salinitas 20
karena ikan badut tidak dapat
ppt, terlihat bahwa pada 15 menit
melakukan proses osmoregulasi yang
kedua dan 15 menit ketiga adanya
baik.
peningkatan bukaan operculum, tetapi
pada 15 menit keempat tutapan Tabel 1.2 hasil pengamatan bukaan
operculum menurun. Hal ini terjadi operculum kelompok 2

karena ikan badut berusaha untuk PP Waktu (menit)


T 0 15 30 45 60 ini terjadi karena ikan badut berusaha
0 555 374 245 437 437 untuk menyeimbangkan tekanan
osmotik tubuhnya dengan tekanan
10 535 456 397 310 321
yang ada dilingkungan. Selanjutnya
20 285 395 496 444
untuk salinitas 30 ppt terlihat adanya
30 581 514 499 424 583 kenaikan bukaan operculum yang
35 642 583 480 468 stabil, dari 15 menit pertama sampai
dengan keempat, namun pada menit
40 268 296 327 415 432
terakhir terlihat adannya penurunan
bukaan operculum, mengapa demikian,
karena adanya kekeliruan dari
pengamat itu sendiri pada saat
perhitungan (human error), yang mana
kita ketahui bahwa ikan badut
(Amphiprion sp.) mampu beradaptasi
pada salinitas 30 ppt karena sudah
Berdasarkan hasil pengamatan mendekati dari salinitas normal.
bukaan tutupan operculum yang Kemudian untuk salinitas 35 ppt yang
dilakukan, didapatkan hasil seperti digunakan sebagai variabel kontrol
pada tabel diatas, yang mana pada terlihat bahwa dari 15 menit pertama
salinitas 0 ppt, dari 15 menit pertama sampai dengan terakhir terjadi
sampai dengan menit terakhir terlihat peningkatan normal pada bukaan
adanya penurunan dari 555 bukaan operculumnya. Terakhir untuk salinitas
operculum ke 437 bukaan operculum. 40 ppt, terlihat bahwa dari 15 menit
Hal ini terjadi karena ikan badut tidak pertama sampai dengan terakhir
dapat melakukan proses osmoregulasi adanya penurunan bukaan operculum,
yang baik pada salinitas yang sangat hal ini terjadi karena ikan badut tidak
rendah. Kemudian pada salinitas 10 ppt mampu beradaptasi dengan baik pada
dan 20 ppt, terlihat pada 15 menit salinitas tinggi.
pertama sampai dengan menit terakhir
pengamatan kecuali pada salinitas 20 Tabel 1.3 hasil pengamatan bukaan
operculum kelompok 3
ppt pada 15 menit kedua hasil bukaan
Waktu (menit)
PPT
operculumnya lupa dicatatat (Human 0 15 30 45 60
error), bahwa bukaan operculum 0 296 225 198 162 142
fluktuasinya tidak stabil (naik turun). Hal
10 214 294 328 364 430
20 423 473 359 405 442
lingkungannya. Selanjutnya untuk
salinitas 30 dan 35 ppt, terlihat bukaan
30 298 355 337 313 367
operculum meningkat normal, karena
35 481 509 404 494 492 ikan badut dapat melakukan proses
40 481 509 404 494 492 osmoregulasi dan menyeimbangnkan
tekanan osmotik di dalam tubuh
dengan yang ada di lingkunganya.
Untuk salinitas 40 ppt terlihat bahwa
Berdasarkan hasil pengamatan
bukaan operculum tidak stabil (naik
tutupan bukaan operculum didapatkan
turun). Hal ini terjadi karena ikan mulai
hasil pada salinitas 0 ppt, terlihat
mengalami stres dengan peningkatan
adanya penurunan tutupan bukaan
salinitas yang sangat tinggi.
operculum dari 15 menit pertama
sampai dengan terakhir. Hal ini terjadi Tabel 1.4 hasil pengamatan bukaan
operculum kelompok 4
karena ikan badut tidak dapat
Waktu (menit)
mentoleransi salinitas rendah. PPT
0 15 30 45 60
Kemudian untuk salinitas 10 ppt dan
0 550 864 640 304 648
20 ppt, dari 15 menit pertama sampai
dengan 15 menit terakhir terlihat 10 664 482 469 520 554

20 544 343 324 317 278

30 514 302 297 413 295

35 544 283 293 266 297

40 521 357 368 328 365

kenaikan bukaan operculum dari waktu Berdasarkan hasil pengamatan


tutupan bukaan operculum didapatkan
hasil seperti tabel diatas, Pada salinitas
0 ppt, dimenit ke 15 pertama tidak
didapatkan perhitungan bukaan
operculum disebabkan karena adanya
kesalahan dari pengamat itu sendiri,
untuk 15 menit selanjutnya sampai
ke waktu. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan terakhir terlihat adanya
ikan badut berusaha untuk
penurunan bukaan operculum. Hal ini
menyesuaikan diri dengan
terjadi karena ikan tidak mampu
Tabel 1.5 hasil pengamatan tingkah laku
melakukan proses osmoregulasi ikan Amphiprion sp.kelompok 1
dengan baik pada salinitas yang sangat Waktu (menit)
PPT
rendah. Kemudian untuk salinitas 10 0 15 30 45 60
ppt, dan 20 ppt, terlihat bukaan 0 +++ +++ ++ ++ ++
operculum tidak stabil (naik turun) dari
10 +++ ++ ++ ++ ++
waktu ke waktu. Hal ini terjadi karena
20 + ++ +++ +++ +++
ikan badut berusaha untuk
menyeimbangkan tekanan osmotik 30 +++ ++ ++ +++ ++
tubuhnya dengan tekanan yang ada di 35 ++ +++ + ++ -
lingkungan. Selanjutnya untuk salinitas
40 - ++ ++ ++
30 ppt, terlihat pada 15 pertama sampai
dengan 15 menit terakhir bukaan Sesuai dengan pengamatan
operculum menurun dari waktu ke yang telah dilakukan dimana
waktu tetapi masih berada dalam didapatkan data tingkah laku sample.
kisaran yang normal. Untuk salinitas 35 Setelah dilakukan percobaan
ppt, dilihat bahwa dari 15 menit penurunan salinitas selama 60 menit
pertama sampai dengan terakhir terlihat perubahan menjadi cenderung
fluktuasinya tidak stabil (naik turun), lebih pasif pada salinitas 0,3ppt dan 10
dengan jumlah bukaan operculum yang ppt. Hal ini menunjukkan sample ikan
terbilang rendah, yang mana kita badut memperkecil ruang geraknya
ketahui bahwa salinitas 35 ppt, untuk menyimpan energi dan menjaga
merupakan variabel kontrol pada kestabilan ion ion dalam tubuhnya agar
praktikum ini. Hal ini terjadi karena tetap sama dengan lingkungannya.
adanya kekeliruan dalam perhitungan Namun pada salinitas 30 ppt dan 35 ppt
bukaan operculum yang dilakukan ( tingkah laku ikan masih stabil, hal ini
human error). Terakhir untuk salinits 40 terjadi karen salinitasnya masih cukup
ppt, didapatkan hasil pada 15 menit baik untuk ikan badut. Sedangkan pada
pertama sampai dengan terakhir terlihat salinitas 40 ppt yang dipekatkan ikan
bahwa ikan badut (Amphiprion sp.) semakin aktif hal ini menandakan ikan
mengalami penurunan bukaan tengah mengalami stress dan
operculum. Hal ini terjadi karena ikan melakukan proses osmoregulasi untuk
mulai mengalami stres pada salinitas menyeimbangkan tekanan osmotic
tinggi dan tidak mampu melakukan didalam dan diluat tubuh.
proses osmoregulasi.
Tabel 1.6 hasil pengamatan tingkah laku mengalami stress dan melakukan
ikan Amphiprion sp.kelompok 2
proses osmoregulasi untuk
Waktu (menit)
PPT menyeimbangkan tekanan osmotic
0 15 30 45 60
didalam dan diluat tubuh.
0 +++ ++ ++ ++ +

10 +++ ++ ++ + + Tabel 1.7 hasil pengamatan tingkah laku


ikan Amphiprion sp.kelompok 3
20 + ++ +++ +++ +++ Waktu (menit)
PPT
30 +++ ++ ++ +++ ++ 0 15 30 45 60
0 +++ ++ ++ + +
35 ++ +++ + ++ -
++ 10 +++ +++ ++ + +
40 ++ ++ ++ ++
+ 20 + ++ +++ +++ +++

Sesuai dengan pengamatan 30 +++ ++ ++ +++ ++

yang telah dilakukan dimana 35 ++ +++ + ++ -


didapatkan data tingkah laku sample. 40 ++ ++ ++ ++ ++
Setelah dilakukan percobaan
penurunan salinitas selama 60 menit Sesuai dengan pengamatan yang
terlihat perubahan menjadi cenderung telah dilakukan dimana didapatkan data
lebih pasif pada salinitas 0,3ppt, 10 ppt tingkah laku sample. Setelah dilakukan
dan 40 ppt. Hal ini menunjukkan percobaan penurunan salinitas selama
sample ikan badut memperkecil ruang 60 menit terlihat perubahan menjadi
geraknya untuk menyimpan energi dan cenderung lebih pasif pada salinitas
menjaga kestabilan ion ion dalam 0,3ppt dan 10 ppt. Hal ini menunjukkan
tubuhnya agar tetap sama dengan sample ikan badut memperkecil ruang
lingkungannya. Namun pada salinitas geraknya untuk menyimpan energi dan
20 ppt ikan semakin lama semakin aktif menjaga kestabilan ion ion dalam
hal ini karena ikan mengalami stress tubuhnya agar tetap sama dengan
terhadap media tetapi masih dapat lingkungannya. Namun pada salinitas
bertahan dimenit ke 60. Pada salinitas 20 ppt ikan semakin lama semakin aktif
30 ppt dan 35 ppt tingkah laku ikan hal ini karena ikan mengalami stress
masih stabil, hal ini terjadi karen terhadap media tetapi masih dapat
salinitasnya masih cukup baik untuk bertahan dimenit ke 60. Pada salinitas
ikan badut. Sedangkan pada salinitas 30 pptt, 35 ppt dan 40 ppt tingkah laku
40 ppt yang dipekatkan ikan semakin ikan masih stabil, hal ini terjadi karen
aktif hal ini menandakan ikan tengah
salinitasnya masih cukup baik untuk tutupan operculume hewan uji, ikan
ikan badut. badut (Amphiprion sp.) pada salinitas
yang berbeda dan bobot ikan yang
Tabel 1.8 hasil pengamatan tingkah laku
ikan Amphiprion sp.kelompok 4 berbeda-beda. Hal ini dapat terjadi

Waktu (menit) karena adanya perbedaan adaptasi dan


PPT
0 15 30 45 60 proses osmoregulasi terhadap salinitas
0 + ++ +++ +++ +++ yang lebih rendah maupun yang lebih
tinggi.
10 +++ + + + +

20 +++ +++ +++ ++ ++ B. SARAN

30 +++ + ++ +++ ++ Saran dari saya yaitu sebaiknya


35 + + + + + sebelum melakukan praktikum,

40 ++ ++ ++ + + praktikan diharapkan untuk membaca


dan memahami penuntun terlebih

Sesuai dengan pengamatan yang dahulu sebelum melakukan

telah dilakukan dimana didapatkan data pengamatan, untuk meminimalisir

tingkah laku sample. Setelah dilakukan terjadinya kekeliruan ataupun

percobaan penurunan salinitas selama kesalahan dalam pengamatan ( human

60 menit terlihat perubahan menjadi error) dan juga untuk mempersingkat

cenderung lebih aktif pada salinitas 0,3 waktu. Selanjutnya pada saat praktikum

ppt dan menjadi pasif pada salinita 10 telah berlangsung diharapkan praktikan

ppt dan 40 ppt hal ini karena ikan badut dapat berkonsentrasi terlebih pada saat

memperkecil ruang geraknya untuk pengamatan bukaan operculum.

menyimpan energi dan menjaga


Daftar Pustaka
kestabilan ion ion dalam tubuhnya agar
tetap sama dengan lingkungannya. Ali, S. 2014. Skripsi Pemanfaatan Tali
Sedangkan pada salinitas 20 ppt, 30 Rafia Dalam Pembuatan Anemon
ppt dan 35 ppt cenderung lebih stabil. Buatan Sebagai Tempat
Pemijahan Ikan Nemo (Clownfish).
PENUTUP
Departemen Ilmu Kelautan.
A.KESIMPULAN Fakultas Ilmu Kelautan Dan
Perikanan Universitas Hasanuddin.
Hasil dari praktikum osmoregulasi
Makassar.
ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan tingkah laku dan bukaan A’tourrahman M.2019. Termoregulasi,
Respirasi, Osmoregulasi pada
(Cyprinus carpio). Jurnal Zuchari,R. 2013. Identifikasi Parasite
Fisiologi hewan. Hal 1-7. Pada Ikan Badut (Amphiprion
percula) di Balai Besar
Anggoro, S. Pola Regulasi Osmotik Pengembangan Budidaya Laut
Dan Kerja Enzim Na-K-Atpase (BBBL) Lampung. Fakultas
Udang Windu (Penaeus Pertanian.Universitas Lampung,
Modonon Fabr) Pada Berbagai
Fase Molting. Aquaculture Zulfikar, Marzuki E, Erlangga. 2018.
Indonesia, 1(2):15-20. Pengaruh Warna Wadah
Terhadap pertumbuhan Ikan
Azwar,M. 2016. Critical Thermal Dari badut (Amphiprion ocellaris).
Ikan Zebrasoma Scopas Yang Jurnal aquatic Science vol 5 (2)
Berasal Dari Perairan Pulau :88-92.
Hoga Kabupaten Wakatobi.
Jurusan Ilmu kelautan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu kelautan.
Universitas Haluoleo Kendari. LAMPIRAN

Diansyah S, Munandar, Afrijal. 2016. Adapun rumus pengenceran yang


Rekayasa Salinitas Media digunakan yaitu:
Pemeliharaan Sebagai Upaya
M1.V1=M2.V2
Domestika Ikan Giru
Rata-Rata Bukaan Operkulum
(Amphipron ocellaris) Yang Salinitas
0 MENIT 15 MENIT 30 MENIT 45 MENIT 60 MENIT
Berasal dari Kepulauan 0 418.25 501.75 366.5 240.5 446.25
10 412 378.75 354 313.25 318
Simeuleu. Jurnal Perikanan 20 311 247.5 405 400.5 362.75
Tropis. Vol 3 (1): 54-63. 30 579.75 496.75 420.5 401.5 398.75
35 529 502.5 434 440 318.75
40 292.25 456 441.25 321.25 348.5
Lantu, S., 2010. Osmoregulasi pada
Hewan Akuatik. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. Vol VI
(1): 46-50.

Pamungkas, W., 2012. Aktivitas


Osmoregulasi, Respons
Pertumbuhan, dan Energetic
Cost pada Ikan yang Dipelihara
dalam Lingkungan Bersalinitas.
Jurnal Media Akuakultur. Vol VII
(1): 44-51.

Anda mungkin juga menyukai