ACARA VII
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
2021
ACARA VII
A. Tujuan
1. Untuk mengetahui rentang toleransi hewan air tawar berupa ikan
(vertebrata) dan planaria/lintah (invertebrate) terhadap salinitas air
2. Untuk mengidentifikasi gejala-gejala fisiologi hewan yang
berhubungan dengan efek perubahan salinitas
3. Untuk mengidentifikasi perilaku hewan yang berhubungan dengan
efek perubahan salinitas
B. Dasar Teori
Di lingkungan perairan, kondisi tekanan berbeda dengan keadaan
didaratan hal ini dikarenakan perbedaan parameter fisika yang
mempengaruhi. Salah satu parameter yang mempengaruhi adalah salinitas.
Dalam bahwa salinitas berhubungan dengan tekanan osmotik dan ionik air,
baik sebagai media internal maupun eksternal. Tekanan osmotik media
selain menentukan pengaturan tekanan osmose cairan tubuh juga
mempunyai pengaruh terhadap metabolisme, tingkah laku, kelangsungan
hidup, pertumbuhan dan reproduksi. Kemampuan ikan mempertahankan
keseimbangan antara jumlah air dan zat terlarut disebut osmoregulasi
(Fujaya, 2008).
Osmoregulasi merupakan proses menjaga keseimbangan antara
jumlah air dan zat terlarut yang ada dalam tubuh hewan. Proses inti dalam
osmoregulasi adalah osmosis. Dimana osmosis merupakan pergerakan air
dari cairan yang mempunyai kandungan air lebih tinggi menuju cairan
yang mempunyai kandungan air lebih rendah. Kondisi ini kemudian
memaksa ikan ataupun organisme lain untuk dapat melakukan proses
penyesuaian dan pertahanan tubuh terhadap perbadaan konsentrasi ion dan
konsentrasi cairan baik dalam tubuh ikan sendiri maupun terhadap
lingkungan tempat hidupnya (Isnani, 2006).
Setiap jenis ikan memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam
mempertahankan tekanan osmosis dalam tubuhnya. Disamping itu,
perbedaan kondisi lingkungan juga berpengaruh terhadap ketahanan
osmoregulasi yang terjadi pada tubuh ikan. Berdasarkan perbedaan itulah
maka ikan dikelompokkan menjadi tiga 3 yakni ikan air tawar, ikan air
payau dan ikan air laut. Kemampuan tubuh terhadap perubahan salinitas
menjadi pembeda ketiganya. Pada ikan air tawar cara membatasi
pemasukan air dan kehilangan ion yakni dengan cara membentuk
permukaan tubuh yang impermeable terhadap air sedangkan untuk ikan air
laut osmoregulasi diperoleh dengan memasukan ion tertentu dari air laut,
pemasukan tersebut membuat cairan tubuh hewan menjadi hiperosmotik
dibandingkan air laut. Untuk ikan air payau hewan ini memiliki tingkat
adaptasi yang baik terhadap perubahan kadar garam dihabitatnya. Oleh
sebabnya termasuk dalam kelompok hewan eurohalain (Isnani, 2006).
Perbedaan toleransi ikan terhadap perubahan salinitas diperairan
sangat ditentukan oleh fungsi fisiologinya. Ikan yang mampu untuk
Menggunakan insangnya sebagai tempat pengambilan ataupun
pembuangan air dan berbagai zat terlarut membuat hewan tersebut
memiliki toleransi besar (eurohalin) terhadap perbuahan salinitas
dibanding dengan ikan-ikan yang tidak memiliki daya toleransi yang besar
terhadap perubahan salinitas tersebut atau dalam hal ini bersifat stenohalin
(Isnani, 2006).
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam
air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.
Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air
alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air
tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang
dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau
menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia
disebut brine. Salinitas menjadi faktor pembatas bagi kehidupan hewan
aquatik (termasuk ikan nila) (Affandi, 2002).
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu spesies
dari kelas Osteichtyes (Dwijayanti, 2011). Ikan nila merupakan ikan
konsumsi yang umum hidup di perairan tawar, terkadang ikan nila juga
ditemukan hidup di perairan yang agak asin (payau). Ikan nila dikenal
sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada kisaran salinitas
yang lebar) (Harrysu, 2012). Nila bisa tumbuh dan berkembangan biak di
perairan dengan salinitas 0-29‰ (promil). Ikan ini masih bisa tumbuh
tetapi tidak bisa bereproduksi di perairan dengan salinitas 29-35‰
(Khairuman dan Khairul, 2003).
Fisiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
fungsi, mekanisme dan cara kerja dari organ, jaringan dan sel-sel
organisme. Fisiologi menerangkan faktor-faktor fisik dan kimia yang
bertanggung jawab akan asal, perkembangan, dan gerak maju kehidupan
(Fajlan, 2016). Fisiologi ikan mencakup beberapa macam sistem satu
diantaranya adalah osmoregulasi (Eckertt, 1988).
Osmoregulasi merupakan proses yang terjadi pada organisme
hewan aquatik termasuk, menyatakan bahwa osmoregulasi terjadi pada
hewan perairan, karena adanya perbedaan tekanan osmosis (bahasa Yunani
= mendorong) antara larutan di dalam tubuh dan di luar tubuh. Larutan
yang dimaksud biasanya kandungan garam – garam atau salinitas (Lantu,
2010).
C. Alat dan Bahan
a. Alat :
1. Gelas beker 200ml
2. Tabung ukur
3. Pipet tetes
4. Pinset
5. Stopwatch
6. Kertas label
b. Bahan :
1. Akuades
2. Larutan NaCl (3%, 5%, dan 9%)
3. Ikan nila/mas
4. Planaria/ lintah
D. Cara Kerja
1. Menyediakan hewan percoban percobaan
2. Menyediakan 6 gelas beaker dengan volume dan bentuk yang sama
lalu diisi dengan medium dan diberi kode pada gelas beaker sesuai
perlakuan
3. Memasukkan hewan percobaan ke dalam gelas beaker yang berbeda
sesuai urutan perlakuan lalu biarkan selama 10 menit
4. Melakukan observasi dan pencatatan sebagai berikut :
Pergerakan : skor 1 jika kurang aktif, 2 jika normal, dan 3 jika
sangat aktif
Frekuensi pergerakan operculum per menit
Presentase jumlah individu yang hidup setelah 2 jam perlakuan
Gejala-gejala pengeluaran secret setelah akhir percobaan dan
gejala pendarahan pada permukaan tubuh, sirip, insang, dan
mata
Tingkat kekeruhan air setelah akhir percobaan (jernih skor 0,
agak keruh skor 1, keruh skor 2, sangat keruh 3)
E. HASIL PENGAMATAN
Agromedia. Jakarta.
Eckertt R., Randall D., Augustine G., 1988. Animal Physiology, Mechanism and
https://www.academia.edu/15534821/Laporan_Fisiologi_Hewan_Air
Lantu, Sartje. 2010. Osmoregulasi Pada Hewan Akuatik . Pekanbaru : Unri Press.
LAMPIRAN