Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
I.
PENDAHULUAN
2.1 Materi
Alat-alat
yang
digunakan
dalam
praktikum
ini
yaitu
akuarium,
Nt
No
x 100%
Keterangan :
SR : Derajat sintasan ikan
Nt
Salinitas (ppt)
1
2
3
4
0
10
20
30
10
80%
90%
20%
0%
40
80%
80%
10%
0%
Tabel 3.1.2. Hasil sintasan ikan nila pada perlakuan Direct transfer
No
Salinitas (ppt)
1
2
3
4
0
10
20
30
24
80%
50%
0%
0%
96
10%
10%
0%
0%
Table 3.1.3. Hasil Sintasan Ikan Nila Pada Perlakuan Gradual Transfer
No
Salinitas (ppt)
1
2
3
4
0
10
20
30
24
100%
96
60%
-
Tabel 3.1.4 Hasil Sintasam Ikan Nilem pada Perlakuan Direct Tranfer
No
1
2
3
4
Salinitas
(ppt)
0
10
20
30
10
80%
90%
20%
0%
40
80%
80%
10%
0%
Tabel 3.1.5 Hasil Sintasan Ikan Nilem pada Perlakuan Direct Transfer
No
1
2
3
4
Salinitas
(ppt)
0
10
20
30
24
80%
30%
0%
0%
96
0%
20%
0%
0%
Tabel 3.1.6 Hasil Sintasan Ikan Nilem pada Perlakuan Gradual Transfer
No
1
2
3
4
Saalinitas
(ppt)
0
10
20
30
24
30%
96
0%
0%
10%
Tabel 3.1.7 Data Pengamatan Osmolalitas Plasma dan Medium Ikan Nila
No
Salinitas (ppt)
Osmolalitas
Kapasitas Osmoregulasi
Plasma
Medium
741 mmol/kg
393 mmol/kg
1,88 mmol/kg
954 mmol/kg
509 mmol/kg
1,87 mmol/kg
10
524 mmol/kg
685 mmol/kg
0,76 mmol/kg
15
840 mmol/kg
740 mmol/kg
1,13 mmol/kg
20
743 mmo/kg
518 mmol/kg
1,43 mmol/kg
25
321 mmol/kg
831 mmol/kg
0,38 mmol/kg
30
828 mmol/kg
857 mmol/kg
0,96 mmol/kg
No
Salinitas (ppt)
10
15
20
6
7
Osmolalitas
Plasma
Medium
563 mmol/kg
393
773 mmol/kg
509
Kapasitas Osmoregulasi
1,43 mmol/kg
1,51 mmol/kg
454 mmol/kg
725 mmol/kg
685
740
0,66 mmol/kg
0,97 mmol/kg
25
857 mmol/kg
901 mmol/kg
806
831
1,06 mmol/kg
1,08 mmol/kg
30
680 mmol/kg
857
0,79 mmol/kg
Tabel 3.1.9 Data Pengamatan Osmolalitas Plasma dan Medium Ikan Nilem
No
Salinitas (ppt)
1
2
3
4
5
6
7
0
5
10
15
20
25
30
Osmolalitas
Plasma
Medium
Lisis
393
Lisis
509
Lisis
685
Lisis
740
Lisis
806
Lisis
831
998
857
Kapasitas Osmoregulasi
Lisis
Lisis
Lisis
Lisis
Lisis
Lisis
1,16
3.2 Pembahasan
Osmoregulasi adalah proses untuk menjaga keseimbangan antara jumlah air
dan zat terlarut yang ada di dalam tubuh. Proses ini dilakukan untuk
mempertahankan keseimbangan antara jumlah air dan zat terlarut pada tingkatan
yang tepat karena adanya perbedaan konsentrasi. Jika sebuah sel menerima terlalu
banyak air maka ia akan meletus, sedangkan jika menerima terlalu sedikit air
maka sel akan mengerut serta mati. Proses inti dalam osmoregulasi yaitu osmosis
atau pergerakan air dari cairan yang mempunyai kandungan air lebih tinggi
menuju ke yang lebih rendah. Berdasarkan konsentrasi osmotik, suatu cairan
dapat
dibedakan
menjadi
hipoosmotik,
isoosmotik
dan
hiperosmotik.
dengan
keterbatasan
toleransi
terhadap
bermacam-macam
pola perubahan yang terjadi pada internal tubuhnya terhadap konsentrasi osmosis
cairan tubuh sebagai respon terhadap variasi eksternalnya. Contoh ikan
euryhalin adalah Cyprinodon variegates, Mozambique tilapia, Morone saxatillis,
dan Oreochromis
niloticus (Prosser,
1961). Menurut
Djarijah
(1995),
yang diuji toleransi salinitas. Uji toleransi salinitas yang digunakan adalah 0 30
ppt secara gradual transfer. Salinitas ke 10 ppt pada jam ke 24 setelah perlakuan
dari 10 ekor semuanya masih tetap hidup, dilanjut dengan penggunaan 20 dan 30
ppm, jumlah ikan uji semakin berkurang (mati). Hal ini karena ikan tidak mampu
menjaga keseimbangan cairan pada tubuhnya. Hasil yang diperoleh dari data
pengamatan sintasan pada ikan Nilem pada berbagai salinitas dan lamanya
waktu menunjukkan
kesesuaian
bahwa
ikan
nilem
merupakan
ikan stenohalin yaitu ikan yang tidak dapat beradaptasi pada dua lingkungan
berbeda yang mampu berpindah dari perairan tawar ke perairan laut dan
sebaliknya, ikan nilem memiliki sifat hipertonik yakni kadar konsentrasi pada
plasma darah lebih tinggi dari pada nilai konsentrasi medianya. Ikan Nilem tidak
mampu berdaptasi terhadap lingkungan dengan salinitas tinggi (Hurkat and
Mathur, 1976). Berbeda dengan pengujian ikan nila, Hasil yang diperoleh pada
pengujian ikan nila dapat diketahui bahwa kapasitas osmoregulasi ikan nila pada
salinitas 30 ppt bersifat hipoosmotik karena kapasitas osmoregulasinya kurang
dari 1. Semakin tinggi salinitas maka akan semakin tinggi osmolalitas plasma
darahnya, oleh karena itu ikan Nila termasuk hipoosmotik yaitu konsentrasi
osmotik dalam tubuhnya lebih rendah dari pada lingkungannya (Lagler, 1977).
Peningkatan salinitas pada beberapa ppt merupakan fase bagi hewan untuk
menyesuaikan diri, semakin singkat waktu penyesuaian maka semakin besar
kesempatan hidupnya. Teori yang ada menyatakan bahwa difusi substansi akan
keluar dari tubuh melalui insang. Rasio insang dengan permukaan tubuh sangat
mempengaruhi difusi tersebut. Ikan kecil dengan metabolisme tinggi mempunyai
permukaan insang luas dari pada ikan besar dalam satu spesies (Johnson et
al.,1984). Ikan Nila digolongkan dalam hewan perairan eurihalin. Ikan ini
merupakan ikan air tawar yang bersifat hipertonik terhadap air tawar, sehingga
bila dimasukkan dalam air dengan salinitas tinggi maka ikan akan bersifat
hipotonik terhadap lingkungan barunya (Hurkat and Mathur, 1976).
Perbedaan dalam hasil sintasan menunjukkan adanya mekanisme berbeda
dalam osmoregulasi antar ikan air tawar dengan ikan air laut. Ikan air tawar
memiliki insang yang berbeda dengan ikan air laut sehingga berpengaruh terhadap
transport ion. Kadar salinitas berpengaruh terhadap asupan ion dalam tubuh bagi
hewan air laut kelebihan ini mampu diantisipasi dengan pengeluaran produk
buangan sedangkan pada ikan air tawar hampir semuanya memiliki sel klorida.
Selain itu, masuknya ion ini juga sangat berpengaruh pada timbulnya HCO3dalam plasma darah ini disebabkan kelebihanya asupan Na+ (Evans, 2010).
Tingkat osmolitas plasma pada hewan hewan euryhalin dapat berubahubah menyesuaikan habitatnya. Pada proses osmoregulasi, mekanisme transport
aktif dalam upaya menjaga konsentrasi osmotik internal homeostasis, ikan
memanfaatkan protein membran seperti Na+, K+ dan ATPase untuk melakukan
transport aktif ion yang terjadi di inang, eosofagus, dan intestine (Susilo, 2010).
Menurut Campbell et al,. (2004), terdapat dua penyelesaian dasar terhadap
permasalahan keseimbangan antara perolehan dan kehilangan air. Satu
penyelesaian untuk hewan laut adalah tetap bersifat isoosmotik dengan
lingkungan air asinnya. Hewan seperti itu yang tidak secara aktif menyesuaikan
osmolaritas
internalnya,
dikenal
sebagai
osmokonformer.
Sebaliknya
jantung sehingga ikan tidak dapat melakukan fungsi metabolisme dengan baik
(Goenarso, 1989). Berdasarkan jurnal penelitian lain dengan menggunakan
pertumbuhan pada rotifera (Brachionus plikatilis) kematian dapat terjadi karena
kekurangan oksigen, salah satu akibat dari osmoregulasi adalah luas permukaan
insang untuk respirasi menjadi lebih kecil (Rukka, 2011). Beberapa teori diatas
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi perlakuan yang diberikan,
maka tingkat kelangsungan ikan lebistes semakin rendah. Perubahan salinitas
medium yang menyebabkan perubahan osmolalitas plasma juga menghasilkan
perubahan kapasitas osmoregulasi. Kapasitas osmoregulasi adalah rasio antara
nilai osmolalitas plasma dengan nilai osmolalitas media. Jika nilai kapasitas
osmoregulasi mendekati dua maka ikan dikelompokkan ke dalam kondisi
hiperosmotik, bila nilai kapasitas osmoregulasi berkisar satu ikan dikatakan
isoosmotik, dan bila nilai kapasitas osmoregulasi dibawah satu maka ikan
dikatakan dalam kondisi hipoosmotik. Menurut Kay (1998), konsentrasi osmotik
ikan nila lebih tinggi dari lingkungannya (hiperosmotik).
Menurut Hitckman (1972) yang menyatakan bahwa hubungan antara plasma
darah, media dan konsentrasi media atau salinitas dapat dituliskan bahwa semakin
tinggi konsentrasi media, maka semakin tinggi pula media dan konsentrasi plasma
darahnya. Besarnya osmolalitas pada plasma darah lebih besar jika dibandingkan
dengan osmolalitas media. Hal ini disebabkan karena hewan-hewan air tawar
harus menyimpan kadar garam pada cairan tubuhnya lebih tinggi daripada yang
terdapat dalam media (air). Oleh karena itu, air akan masuk ke dalam tubuh secara
osmosis dan garam keluar secara difusi. Karena lingkungan yang hiperosmotik
maka ikan nila akan mengalami permasalahan kemasukan air melalui osmosis dan
kehilangan ion-ion tubuh melalui difusi. Berdasarkan hal tersebut ikan nila harus
mempertahankan ion tubuhnya dan mengeluarkan urin hipoosmotik untuk
mengeluarkan air dan mengganti ion tubuh atau garam yang hilang dengan
absorbsi melalui permukaan tubuh tertentu seperti insang (Kay, 1998). Ikan nila
pada umumnya memiliki toleransi salinitas sempit yaitu sebesar 0,1 sampai 10 ppt
(Gordon, 1982).
Osmometer adalah alat yang digunakan pada percobaan ini untuk mengukur
osmolalitas media dan osmolalitas plasma sehingga didapatkan kapasitas
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembhasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:
1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) termasuk hewan eurihalin karena mampu
bertahan hidup pada salinitas yang luas, sedangkan Ikan Nilem (Ostechilus
hasseti) termasuk hewan stenohalin karena hanya mampu bertahan hidup pada
salinitas yang sempit. Kepiting Bakau (Scylla serrata) termasuk kedalam
hewan hiperosmotik
2. Ikan nila (Oreochromis niloticus) lebih mampu bertahan hidup dari pada ikan
nilem (Osteochilus hasseti) pada suatu lingkungan dengan salinitas yang
berubah-ubah.
DAFTAR REFERENSI
Campbell, N.A., J.B Reece dan L.G. Mitchell. 2004. Biologi Edisi kelima Jilid III.
Jakarta: Erlangga.
Djarijah, A. S. 1995. Nila Merah; Pembenihan dan Pembesaran Secara
Intensif. Yogyakarta: Kanisius.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Jakarta: Kanisius.
Evans,D.H.1998. The Physiology of Fishes Second Edition. CRC Press, New
York.
Evans, D.H. 2010. Freshwater Fish Gill Ion Transport: August Krogh to
morpholinos and microprobes. Acta Physiologica 2010 Scandinavian
Physiological Society, doi: 10.1111/j.1748-1716.2010.02186.x.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Goenarso. 1989. Fisiologi Hewan. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
Gordon, M S. 1977. Animal Physiology. McMillan Publishing co. ltd., New York
Gordon, M.S. 1982. Animal Physiology Principles and Adaptation. Mac Millan
Publishing Co Inc, New York.
Hartono. 1993. Fisiologi Ikan, Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Hickman, C. F. 1972. Biology of Animals. The C. V. Mosby Company, Saint
Louis.
Hurkat and Mathur, P. N. 1976. A Text Book of Animal Physiology. S. Chank and
Co (P) Ltd, New Delhi.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius
Johnson, K.D, D.C Rayle and H.L. Alberg. 1984. Biology on Introduction. S.
Chand and Co, New Delhi.
Karim, M. Y. 2006. Perubahan Osmolaritas Plasma Larva Ikan Bandeng (Chanos
Chanos) Sebagai Respon Adaptasi Salinitas. J. Sains & Teknologi, 6 (3),
pp.143148.