Anda di halaman 1dari 17

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL

LINGKUNGAN
(Laporan Praktikum Fisiologi Ikan)

Oleh

Mahasiswa/i Budidaya Perairan


Angkatan 2022

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Respon Organisme Akuatik Terhadap Variabel Lingkungan


Tempat : Laboratorium Budidaya Perairan
Hari, tanggal : Selasa, 11 Maret dan 12 Maret 2023
Oleh : Mahasiswa/i Budidaya Perairan Angkatan 2022
Prodi : Budidaya Perairan
Jurusan : Perikanan dan Kelautan
Fakultas : Pertanian
Universitas : Universitas Lampung

Mengetahui,
Dosen Pengampu

Yeni Elisdiana, S.Pi., M.Si. Hilma Putri Fidyandini, S.Pi., M.Si.

Mengetahui,
Dosen PJ

Munti Sarida, Ph.D.


DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan bawal bintang merupakan animalia yang tergolong dalam genus
Trachinotus. Vertebrata dengan nama latin Trachinotus blochii ini merupakan
salah satu komoditas budi daya yang prospektif lantaran kemudahan pemeliharaan
dan kemampuan atau ketahanannya terhadap penyakit. Selain itu, ikan ini ialah
salah satu organisme akuatik yang kerap dijadikan objek penelitian dalam respon
stress terhadap variabel-variabel lingkungan. Lingkungan atau habitat merupakan
bagian atau daerah di sekitar yang terdiri dari faktor biotik dan abiotik. Faktor-
faktor tersebut berkesinambungan dalam membentuk suatu ekosistem yang
seimbang. Artinya, apabila terjadi gangguan dalam salah satu faktor, maka faktor
lain pun akan terganggu. Oleh karena itu, ketika habitat perairan tempat ikan
hidup diberi pelakuan, maka ikan yang berada di perairan tersebut akan
melakukan penyesuaian dalam tubuh tiap-tiap ikan. Penyesuaian terhadap kondisi
perairan atau habitat yang baru tersebut merupakan cara atau respon agar ikan
mampu bertahan hidup (Isyaku dan Solomon, 2016).

Schausberger, et al., 2017 menambahkan bahwa pada organisme akuatik,


lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan.
Pengaruh-pengaruh tersebut misalnya perkembangan, perilaku, dan fisiologis.
Faktor-faktor alam maupun aktivitas manusia dapat menyebabkan kondisi
lingkungan fluktuatif atau tak menentu. Perubahan lingkungan yang tak menentu
inilah yang menjadi tantangan bagi organisme akuatik dalam bertahan hidup.
Variasi respon organisme akuatik tergantung pada jenis atau kondisi perubahan
lingkungan yang dihadapi. Respon organisme akuatik terbagi menjadi respon
biokimia, respon fisiologi, dan respon tingkah laku. Selain tiga respon tersebut,
tingkat kelulushidupan ikan yang dapat terlihat berdasarkan jumlah dan waktu
ketahanan ikan terhadap perubahan variabel-variabel lingkungan juga menjadi
indikator respon (Arumdani, 2019). Variabel lingkungan fisika dan kimia yang
sangat berpengaruh terhadap lingkungan organisme akuatik ialah suhu, salinitas,
kekeruhan, oksigen, pH, dan beberapa logam berat.

Ikan bawal bintang yang bersifat euryhaline menyebabkan ikan tahan terhadap
rentang salintas yang luas, sehingga tahan terhadap perubahan salinitas. Namun,
kisaran salinitas yang optimal sangat penting dalam menunjang pertumbuhan
ikan. Salinitas diketahui dapat mengganggu siklus hidup ikan, baik dari fisiologi,
tingkah laku, nafsu makan, dan kelangsungan hidupnya atau angka kematian ikan.
Beberapa aspek fisiologi yang dipengaruhi oleh salinitas ialah tekanan osmotik
dan kebutuhan atau konsumsi oksigen (Ezraneti, et al., 2019). Selain salinitas,
variabel lingkungan yang memengaruhi aktivitas ikan ialah suhu. Ketidakstabilan
suhu akan menyebabkan terganggunya proses metabolisme dalam tubuh ikan
(Ariska, et al., 2018). Perubahan suhu perairan yang mendadak dan cepat bahkan
dapat menyebabkan terganggunya metabolisme sampai menyebabkan kematian.
Respon organisme akuatik yang bervariasi pada perubahan variabel-variabel
lingkungan tersebut perlu diamati lebih lanjut untuk mengetahui lebih jelas
pengaruhnya pada serangkaian perubahan perilaku pada tiap ikan.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum respon organisme akuatik terhadap variabel lingkungan
adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana respon organisme akuatik terhadap
variabel lingkungan seperti suhu, pH, dan salinitas
2. Mahasiswa dapat mengevaluasi pengaruh suhu, pH, dan salinitas terhadap
respon fisiologis, kadar glukosa darah, dan histologi insang ikan yang
dipaparkan dalam waktu tertentu
3. Mahasiswa dapat menganalisis dan memantau aktivitas organisme pada saat
percobaan
4. Mahasiswa dapat mengetahui salinitas, suhu, serta pH yang baik dan yang
tidak baik, di mana dapat menyebabkan kematian pada organisme tersebut

1.3 Manfaat Praktikum


Manfaat yang diperoleh dari praktikum respon organisme akuatik terhadap
variabel lingkungan adalah sebagai berikut.
1. Memberikan pengetahuan terhadap pembaca laporan tentang bagaimana respon
yang terjadi pada organisme sehubungan dengan perubahan lingkungan berupa
respon biokimia, respon struktur sel organ tubuh, respon fisiologis, dan respon
tingkah laku organisme
2. Memberikan informasi terkait respon organisme terhadap perlakuan pH,
salinitas, air panas, dan air dingin
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Bawal Bintang


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 11 Maret dan 12 Maret 2023, di
Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kontainer, aerator, termometer,
pH-meter, refraktometer, timbangan digital, ember/baskom, heater (alat pemanas
air), lap, pengaduk, tissue, stopwatch, handtally counter, botol film, alat bedah
(pinset dan gunting), baskom, spektrofotometer. Bahan yang digunakan adalah
ikan bawal bintang ukuran 4-5 cm, air laut, aquades, HCl dan NaOH, garam
krosok, formalin 10%, botol film.

3.3 Prosedur Kerja


Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
3.3.1 Adaptasi organisme terhadap suhu
prosedur kerja adaptasi organisme terhadap suhu adalah sebagai berikut.
Disiapkan 2 buah akuarium/container sebagai tempat untuk uji coba. Akuarium
1 berfungsi sebagai control (untuk semua perlakuan), akuarium 2 untuk
perlakuan panas : 400C (P1) dan suhu dingin 200C (P2).

Diisi container dengan 20 liter air suhu normal (control), suhu 400C (P1), suhu
dingin 200C (P2).
Ditimbang biomasa ikan tiap perlakuan dengan timbangan digital dan dicatat
bobot awalnya.

Dimasukkan ikan secara bersama-sama ke dalam container perlakuan.

Dijaga suhu agar tetap stabil.

Diamati tingkah laku ikan, respon terhadap sentuhan, respon makan, bukaan
mulut, dan bukaan operculum setiap 5 menit selama 30 menit dan dicatat
jumlah ikan uji yang mati selama percobaan. Ditimbang bobot akhir dari ikan
uji tiap akuarium.

Diambil dua lamella insang untuk difiksasi dalam formalin 10% selama
semalaman kemudian dibilas dan diisi dengan 70% etanol sampai menutupi
jaringan yang akan dihistologi.

Hasil.

3.3.2 Adaptasi Organisme Terhadap pH


Prosedur kerja adaptasi organisme terhadap pH adalah sebagai berikut.

Disiapkan 2 buah container yang diisi 20 liter air dengan berbagai tingkat pH
yang berbeda-beda sebagai tempat untuk uji coba. Akuarium 1 dan 2 untuk
perlakuan yang berbeda (asam : pH 5; basa: pH 10.

Ditimbang ikan sebelum dimasukkan ke dalam akuarium dan dicatat bobot


awalnya menggunakan timbangan digital.

Dimasukkan ikan ke dalam akuarium secara bersama-sama.


Diamati tingkah laku ikan, respon terhadap sentuhan, respon makan, bukaan
mulut, dan bukaan operculum setiap 5 menit selama 30 menit dan dicatat
jumlah ikan uji yang mati selama percobaan. Ditimbang bobot akhir dari ikan
uji tiap akuarium.

Diambil dua lamella insang untuk difiksasi dalam formalin 10% selama
semalaman kemudian bilas dan isi dengan 70% etanol sampai menutupi
jaringan yang akan dihistologi.

Hasil.

3.3.3 Adaptasi Organisme Akuatik Terhadap Perubahan Salinitas


Prosedur kerja adaptasi organisme akuatik terhadap perubahan salinitas adalah
sebagai berikut.

Disiapkan media yang memiliki salinitas berbeda, 32 ppt (control), 24 ppt, 14.

Dimasukkan ke dalam masing-masing media tersebut 10 ekor ikan yang telah


diketahui beratnya (ukuran ikan yang digunakan harus seragam, baik panjang
maupun beratnya).

Diusahakan kondisi media dalam keadaan baik terutama kadar oksigennya.

Diamati tingkah laku ikan, respon terhadap sentuhan, respon makan, bukaan
mulut, dan bukaan operculum setiap 5 menit selama 30 menit dan dicatat
jumlah ikan uji yang mati selama percobaan. Ditimbang bobot akhir dari ikan
uji tiap akuarium

Dihitung penurunan berat ikan yang terjadi pada masing-masing media


Diambil 2 lembar lamella insang untuk pengamatan histologi.
.

Dihitung juga ikan yang masih hidup untuk menghitung survival rate (SR).

Ditimbang bobot mucus/lendir tubuh.

Hasil.
.

3.4 Parameter Yang Diamati


Adapun parameter yang diamati pada pratikum ini adalah sebagai berikut.
1. Respon tingkah laku, yaitu aktifitas berenang, cara makan, respon terhadap
sentuhan, pergerakan sirip.
2. Respon fisiologi, yaitu bukaan operkulum dan bobot mucus.
3. Respon struktur sel/organ/ tubuh, yaitu histologi insang dan kadar glukosa
darah ikan.

3.5 Analisis Data


Data hasil percobaan dianalisis menggunakan microsoft excel 2021 dengan
menginterpretasikannya kedalam bentuk grafik untuk dibanding perbedaan
parameter yang diamati disetiap perlakuan. Untuk uji histologi insang dilakukan
secara deskriptif.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
4.1.1 Grafik Bukaan Operkulum
Grafik bukaan operkulum yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai
berikut.

Gambar 1. Perlakuan control


Gambar 2. Perlakuan suhu 40 dan 20

Gambar 3. Perlakuan Ph 5 dan Ph 10

Gambar 4. Perlakuan 24 PPT, 14 PPT, dan 4 PPT


4.2 Pembahasan
V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Simpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Organisme akuatik sangat rentan terhadap perubahan lingkungan seperti suhu,
pH, dan salinitas. Perubahan suhu dapat mempengaruhi metabolisme dan kadar
glukosa dalam darah organisme akuatik. Tingkat pH yang tidak stabil dapat
mengganggu keseimbangan asam-basa dan aktivitas enzim, berdampak buruk
pada fisiologi mereka. Tingkat salinitas yang tinggi dapat mempengaruhi
osmoregulasi, menyebabkan perubahan metabolisme glukosa dan gangguan
dalam proses fisiologis organisme akuatik.
2. Organisme akuatik memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan kondisi
lingkungan yang spesifik, namun bahkan perubahan kecil pun dapat memiliki
dampak yang signifikan pada fisiologi dan kelangsungan hidup mereka. Suhu
yang tinggi telah terbukti menyebabkan perubahan pada struktur jaringan
insang ikan, yang berdampak pada fungsi pernapasan mereka. Peningkatan
tingkat pH dapat memicu respons stres pada organisme akuatik, mengubah
keseimbangan glukosa mereka dan mengancam kesehatan secara keseluruhan.
Tingkat salinitas yang tinggi dapat menyebabkan perubahan pada histologi
jaringan insang, mempengaruhi fungsi pernapasan dan berpotensi mengganggu
regulasi glukosa.
3. Perubahan suhu, salinitas, dan pH dapat memengaruhi respon ikan yaitu
aktivitas Ikan yang menjadi lambat dan mempercepat respirasi ikan, di mana
terlihat dari bukaan operculum ikan yang meningkat.
4. Menurut literatur yang ada ikan bawal memiliki salinitas toleransi sekitar 14-19
ppt, suhu sekitar 25°-30°, dan pH sekitar 7,2-7,7. Dari Hal ini dapat diartikan
apabila Perubahan dari ketiga variabel baik kurang maupun meningkat dapat
memicu terjadinya kematian pada ikan.

5.2 Saran
Adapun saran pada praktikum ini yaitu sebaiknya agar seluruh praktikan lebih
serius lagi dalam melaksankan setiap rangkaian praktikum, membawa alat dan
bahan, melakukan praktikum sesuai dengan panduan dan mengindahkan instruksi
dari asdos agar praktikum terlaksana semaksimal mungkin.

Anda mungkin juga menyukai