Anda di halaman 1dari 16

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Filum annelida terdiri atas cacing-cacing yang tubuhnya terbagi-bagi

menjadi segmen-segmen. Segmentasi itu jelas bersifat eksternal, tapi juga internal

dalam wujud membrane (septum) yang membagi-bagi bagian interior cacing.

Annelida memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya. Filum Annelida

mencakup berbagai jenis cacing yang mempunyai ruas-ruas sejati, seperti Nereis,

cacing tanah dan lintah. Berasal dari bahasa latin “annelus” berarti cincin kecil-

kecil dan “oidos” berarti bentuk, karena bentuk cincin seperti sejumlah besar

cincin kecil yang diuntai. (Alvyanto, 2010).

Pada metamerisma yang sempurna. Semua organ pembuluh darah, syaraf,

alat ekskresi dan gonad terdapat pada tiap ruas. Segmentasi pada Annelida tidak

hanya membagi otot dinding tubuh saja melainkan juga menyekat rongga tubuh

atau coelom dengan sekatan yang disebut septum, jamak septa. Tiap septum

terdiri atas dua lapis periotoneum, masing-masing berasal dari ruas di muka dan

dibelakangnnya. Phylum Annelida terdiri dari sekitar 75.000 spesies, meliputi 3

kelompok besar, yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Harudinea. Polychaeta adalah

kelompok hewan invertebrata terbesar, yaitu sekitar 8000 spesies, kelompok

terbesar ditemukan di laut (Ilyas, 2009).

Pada cacing tanah, sejenis anelida terestrial yang khas, keseluruhan tubuh

terbagi-bagi menjadi segmen-segmen yang secara umum mirip satu sama lain.

Setiap segmen memiliki empat pasang bulu kejur (bristle) eksternal, yang

digunakan untuk menambatkan dan menggerakkan cacing tersebut. Segmentasi

terekspresi secara iternal dengan adanya tabung-tabung nefridia (ekskretoris) dan


2

pori-pori ekskretoris pada nyaris semua segmen. Akan tetapi, saluran

pencernaannya tidak tersegmentasi (James, 2000).

Sebagian besar annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit

dengan menempel pada vertebrata, termasuk manusia. Habitat annelida umumnya

berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang sebagian hidup di tanah

atau tempat-tempat lembap. Annelida hidup diberbagai tempat dengan membuat

liang sendiri. Annelida umumnya bereproduksi secara seksual dengan

pembantukan gamet. Namun ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi, yang

kemudian beregenerasi (Nurwati, 2011).

Berdasarkan hal yang disebutkan diatas, maka dilaksanakan praktikum

pada phylum annelida agar para praktikan dapat mengetahui secara langsung

struktur/morfologi dari phylum annelida. Dimana pada praktikum kali ini

organisme yang akan menjadi bahan pengamatan adalah cacing tanah ( Lumbricus

terrestris ) (Suin, 2012).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui morfologi

bagian luar dan dalam cacing tanah.

Kegunaan penulisan

Sebagai salah satu syarat untuk dapat melengkapi komponen penilaian di

Laboratorium Biologi Tanah Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang

membutuhkan.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Cacing Tanah

Cacing tanah secara umum di klasifikasikasikan kedalam

Kingdom : Animalia, Phylum : Annelida, Kelas : Clitellata,

Sub kelas : Oligochaeta, Ordo : Haplotaxida, Sub ordo : Lumbricina,

Famili : Lumbricidae, Genus : Lumbricus, Spesies : Cacing tanah (Lumbricus

terestris) (Rusyan, 2011).

Cacing tanah (Lumbricus terresteris) memiliki peran penting bagi

kesuburan tanah, cacing menghancurkan bahan organic sehingga memperbaiki

aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan penyerapan nutrisi

oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah sangat bermanfaat antara

laian meningkatkan infiltrasi, memampatkan agregasi tanah, mengangkut bahan

organic ke bagian tanah yang lebih dalam meningkatkan populasi mikroba yang

menguntungkan tanaman (Nurwati, 2011).

Cacing tanah (Lumbricus terresteris) dapat mempengaruhi sifat fisik dan

kimia tanah. Aktivitas cacing yang memankan dan mengeluarkannya dalam

bentuk cast sangant bermanfaat bagi sifat fisik maupun sifat kimia tanah. Cacing

tanah mampu mempengaruhi struktu tanah melalui pencernaan, pemilihan partikel

berukuran kecil dan membentk struktur yang lebuh spesifik, sehingga cacing

tanah disebut sebagai biofabrik (Afriani, 2013).

Cacing tanah juga dapat mempengaruhi laju dekomposisi bahan organic,

sehingga dapat meningkatkan kadar unsure hara dalam tanah. Pengaruh tersebut

tergantung pada jenis cacing, jenis tanah dan kualitas bahan organic. Selain itu,

cacing tanah juga berperan dalam memperbaiki tata ruang tanah, memperbaiki
4

pori tanah, memperbaiki infiltrasi tanah, sebagai pengurai seresah dan sebagai

agen bioturbasi atau agen yang membantu pembalikan tanah untuk distribusi

bahan organic, sehingga bahan organic merata dalam tanah (Elparida, 2011).

Sistem sirkulasi (peredaran darah/cardiovasculare) cacing tanah tanah

adalah sistem peredaran tertutup. Pembahasan sistem cardiovasculare meliputi :

(a) benda yang diedarkan, yaitu darah; (b) saluran yang dilalui darah, ialah

pembuluh-pembuluh darah, (c) peredaran darah; (d) fungsi darah; (e) Lympa.

Darah terbagi atas bagian cair yang disebut plasma , dan sel-sel darah atau

korpuskula. Korpuskula terdapat di dalam plasma darah. Eritrosit mengandung

hemoglobin (haima=darah, globus=butir) yang mempunyai kemampuan mengikat

oksigen. Pembuluh-pembuluhdarah terdiri atas aorta dorsalis, dan aorta ventralis

(Subardi dan Nuryani, 2009).

Tubuh hewan Annelida bilateral simetris, panjang dan jelas bersegmen-

segmen, serta memiliki alat gerak yang berupa rambut-rambut kaku (setae) pada

tiap segmen. Polychaeta dengan tentakel pada kepalanya dan setae pada bagian-

bagian tubuh yang menonjol ke lateral, atau pada lobi lateralis yang disebut

parapodia. Tubuh tertutup oleh kutikula yang licin yang terletak di atas epithelium

yang bersifat glanduler (Slamet dan Kodri, 2008).

Dinding tubuh dan saluran pencernaan dengan lapisan-lapisan otot sirkuler

dan longitudinal, sudah mempunyai rongga tubuh (coelom) dan umumnya terbagi

oleh septa, saluran pencernaan lengkap, tubuler, memanjang sesuai dengan sumbu

tubuh. Sistem cardiovasculare adalah sistem tertutup, pembuluh-pembuluh darah

membujur, dengan cabang-cabang kecil (kapiler) pada tiap segmen (metamer),

plasma darah mengandung hemoglobin (Afriani, 2011).


5

Respirasi dengan kulit, atau dengan branchia. Organ ekskresi terdiri atas

sepasang nephridia pada tiap segmen. Sistem nervosum terdiri atas sepasang

ganglia cerebrales pada ujung dorsal otak. Yang berhubungan dengan berkas saraf

medio-ventral yang memanjang sepanjang tubuh dengan ganglia pada tiap

segmen, terdapat juga sel-sel tangoreceptor dan photoreceptor. Kebanyakan

bersifat hemaphrodit dan perkembangan secara langsung atau bersifat

gonochoristis dan perkembangan melalui stadium larva. Reproduksi dengan

membentuk tunas terjadi pada beberapa spesies. Salah-satu contoh Annelida

adalah Lumbricus terrestris (cacing tanah). Banyak tipe cacing tanah, tetapi

Lumbricus terrestris adalah merupakan salah-satu contoh spesies yang baik atau

represenatif bagi filum Annelida (Hanafiah et al., 2010).

Cacing tanah oleh beberapa praktisi dikelompokan berdasarkan warnanya

yaitu kelompok merah dan kelompok abu-abu. Kelompok warna merah antara lain

adalah Lumbricus rubellus (the red woorm), L. terestris (the night crawler),

Eisenia foetida (the brandling worm), Dendroboena, Perethima dan Perionix.

Sedangkan kelompok abu-abu antara lain jenis Allobopora (the field worm) dan

Octolasium. Pada dasarnya cacing tanah adalah organisme saprofit, bukan parasit

dan tidak butuh inang. Ia murni organisme penghancur sampah (Solihah, 2007).

Pengamat pertam-tama menyiapkan alat berupa kaos tangan dan koran

bekas. Bahan berupa cacing tanah dan belalang. Pengamat selanjutnya memakai

kaos tangan dan menyiapkan koran bekas di atas meja. Pengamat kemudian

mengambil cacing tanah dan meletakkanya di atas koran bekas yang telah

disiapkan. Selanjutnya, pengamat mengamati bagian-bagian cacing tanah.

Pengamat kemudian mengambil belalang dan mengamati bagian-bagain tubuh


6

belalang tersebut. Pengamat selanjutnya menggambar morfologi cacing tanah dan

belalang dengan memberi keterangan pada setiap bagian-bagian tubuhnya.

Pengamat kemudian membuat kesimpulan dari pengamatan yang telah dilakukan

(Adianto, 2004).

Bentuk tubuh Lumbricus terrestris panjang silindris, dengan 2/3 bagian

posteriornya sedikit memipih kea rah dorsoventral. Tubuh bersegmen-segmen dan

jelas ada annuli external bersesuaian dengan jumlah segmen dalam, yaitu kurang

lebih 150 segmen dalam seluruh tubuh. Warna tubuh : permukaan atas (facies

dorsalis) berwarna merah sampai biru kehijau-hijauan dan dari luar aorta dorsalis

kelihatan jelas, permukaan bawah (facies ventralis) lebih pucat, umumnya merah

jambu dan kadang-kadang putih. Mulut terdapat di ujung anterior pada bagian

yang disebut prostomium, yang tidak merupakan segmen yang sebenarnya. bagian

ventral mulut dibatasi oleh prostomium yang merupakan segmen pertama. Anus

terletak pada ujung segmen yang terakhir (Morario, 2009).

Dinding tubuh cacing tanah mempunyai 2 lapis otot, yaitu stratum

circulare, adalah lapisan otot sebelah luar dan stratum longitudinal, yaitu lapisan

otot sebelah dalam. Jika musculi ini berkontraksi akan menimbulkan gerakan

menggelombang dari cacing tanah itu sehingga ia bergerak. Dinding intestine juga

mempunyai lapisan otot, yaitu stratum longitudinal. Jika otot ini berkontraksi,

akan menimbulkan gerak peristaltik yang dapat mendorong makanan dalam

saluran pencernaan dan mendorong keluar sisa-sisa pencernaan. Ada juga musculi

di dalam dinding-dinding pembuluh darah, di dalam pipa-pipa muscular pada

nephridia dan di bagian luar berkas saraf. Pada faring juga ada musculi yaitu

musculi yang melekatkan faring pada dinding tubuh (Pelczar dan Michael, 2008).
7

Setae digerakkan oleh 2 berkas otot yaitu musculus protactor, yang

mendorong setae keluar, dan musculus retractor yang menarik kembali setae

masuk ke dalam rongganya. Kedua berkas musculi ini melekat pada ujung-ujung

dalam dari setae. Jadi cacing tanah bergerak dengan setae dan kontraksi otot-otot

dinding tubuh. Cacing tanah bernapas dengan kulinya, sebab kulitnya bersifat

lembab, tipis, dan banyak mengandung kapiler-kapiler darah. Saluran pencernaan

makanan (saluran pencernaan) cacing tanah sudah lengkap dan sudah terpisah dari

sistem cardiovaskulare. Saluran pencernaan ini terdiri atas mulut, pharynx,

esophagus, proventriculus, ventriculus, intestine, dan anus (Muslimin, 2016).

Sistem ekskresi/excretorium cacing tanah berupa nephridia (nephridios=

ginjal). Pada tiap segmen tubuh terdapat sepasang nephridia, kecuali tiga segmen

yang pertama dan segmen yang terakhir tidak ada. Tiap nephridium terdiri atas :

(a) suatu bangunan berbentuk corong dan bersilia yang disebut nephrostoma, dan

(saluran atau pipa yang berkelok-kelok. Jika silia itu bergetar , mereka

menimbulkan aliran cairan tubuh, yang mengandung sisa-sisa metabolisme dari

coelom masuk ke dalam saluran ekskresi. Kemudian cairan ini keluar dari tubuh

cacing melalui nephridioporus, yaitu sebuah lubang kecil yang merupakan muara

keluar dari saluran ekskresi dan terletak pada permukaan ventral tubuh cacing. Di

antara nephrostoma dan saluran ekskresit terdapat sekat yang disebut septum

intersegmentale (Rahelmi, 2004).


8

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Biologi Tanah Program Studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada hari

Selasa, 1 Oktober 2019 pukul 12.40 WIB sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah cacing tanah

yang masih hidup sebagai objek praktikum, air untuk membersihkan alat, aquades

untuk mencuci cacing tanah,alcohol untuk membius cacing, sterofom sebagai

tempat meletakkan cacing, tisu untuk membersihkan darah cacing.

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum adalah botol semprot untuk

aquades, pisau silet untuk membelah cacing tanah, jarum sebagai pemisah setiap

septum cacing, kamera sebagai alat dokumentasi dan alat tulis sebagai alat bantu

praktikum.

Prosedur Praktikum

Pengamatan Morfologi Luar cacing tanah

1. Badan dari cacing tanah terdiri dari lebih dari 100 segmen. Segmen tersebut

terlihat seperti cincin. Segmen diberi nomor dari anterior ke ujung.

2. Dihitung panjang cacing jika sedang kontraksi bergerak, dan dalam keadaan

diam

3. Diperhatikan warna cacing,apakah ada warna yang berbeda pada daerah dorsal

dan ventral

4. Dihitung jumlah segmen yang terdapat sepanjang badan cacing tanah.

Dilakukan perhitungan sebanyak 2 kali


9

5. Dihitung jumlah segmen sampaiklitellum dijumpai. Klitellum merupakan

bagian yang membengkak, dimana telur cacing disimpan

6. Diamati bentuk prostomium dari cacing tanah dibawah mikroskop, ditentukan

apakah prostomium cacing termasuk bentuk zygolobous, prolobous, pro-

epilobous,open epilobous, closed epilobous,epi-tanylobous dan tanylobous

7. Diamati lubang kelamin jantan dan betina. Lubang kelamin jantan ditandai

dengan bentuk yang menonjol. Dengan mengamati lubang kelamin jantan dan

betina, maka dapat ditentukan family dari cacing yang diamati.

Pengamatan Morfologi dalam Cacing Tanah

1. Ditusuk cacing diatas sterofom atau busa lateks dengan jarum pentul

2. Dibelah cacing pada bagian dorsal sampai klitellum dengan menggunakan

pisau silet yang tajam

3. Dibuka bekas irisan dengan hati-hati menggunakan forcep dan scalpel.

Dipisahkan setiap septum dari tengan tabung/badan cacing dengan

menggunakan jarum

4. Dilakukan pengamatan dan hasil pengamatan


10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengamatan Gambar Keterangan

Segmen Setelah diamati dengan loop,


diperoleh segmen pada bagian atas
13 segmen dan segmen bagian
bawah 49 segmen

Panjang cacing Panjang cacing saat masih aktif


adalah 18 cm
saat hidup

Panjang cacing Panjang cacing saat sudah mati


adalah 11 cm
saat sudah mati

Morfologi Terdiri dari cerebral ganglion,


pharynx, esophagus, seminal
dalam cacing
receptacle, hearts, seminal vesicle,
crop, gizzard, median dorsal vessel,
septa, intestine, ventral nerve cord,
median ventral vessel, kotoran
(castcing), lubang pengeluaran

Pembahasan

Cacing tanah (Lumbricus terresteris) memiliki bentuk tubuh simetri

bilateral, panjang silindris, membulat didepan, menumpul dibagian ekornya.

Cacing dewasa dapat mencapai 150 mm panjang 3 sampai 5 mm lebar. Tubuh

bersegmen-segmen, warna tubuh cacing berwarna coklat gelap atau liat,

permukaan atas berwarna merah sampai biru kehijau-hijauan dan dari luar aorta
11

dorsalis kelihatan jelas permukaan bawah lebih pucat. Mulut terdapat di ujung

anterior, mulut cacing tanah terletak di dalam rongga oris. System ekskrasi cacing

tanah berupa nephridios pada setiap segmen terdapat sepasang. Hal ini sesuai

dengan literatur Subardi dan Nuryani (2009), yang menyatakan bahwa Cacing

tanah (Lumbricus terresteris) memiliki bentuk tubuh simetri bilateral, panjang

silindris, membulat didepan, menumpul dibagian ekornya. Cacing dewasa dapat

mencapai 150 mm panjang 3 sampai 5 mm lebar.

Pada cacing terdapat clitellum yaitu satu bagian hal kelenjar yang

ditebalkan dari tembok tubuh di cacing tanah dan lintah, yang mengeluarkan satu

kantung lekat-lekat dimana telor adalah deposited. Ini hadir 2 sentimeter kesana-

sini (0. 79 di) di belakang di depan akhir dari tubuh (di sekitar ke-14, Segmen ke-

15 dan ke-16). Hal ini sesuai dengan literatur Suin (2012), yang menyatakan

bahwa pada cacing terdapat clitellum yaitu satu bagian hal kelenjar yang

ditebalkan dari tembok tubuh di cacing tanah dan lintah, yang mengeluarkan satu

kantung lekat-lekat dimana telor adalah deposited.

Satu clitellum menjadi bagian dari sistem reproduktif dari clitellates, satu

bagian jenis dari annelids yang mengandung oligochaetes (cacing tanah). clitellum

adalah satu tebal, seperti pelana, cincin ditemukan pada epidermis (kulit) dari

cacing, biasanya dengan satu pigmen berwarna lembut. Untuk membentuk satu

kokon untuk telor ini, clitellum mengeluarkan satu zalir kental. Anggota tubuh ini

dipergunakan di reproduksi seksual dari beberapa annelids. clitellum menjadi

nyata pada matang annelids tapi susah untuk menempatkan terlihat pada annelids

lebih muda. Di lintah, ini tampak musiman. Warna ini biasanya korek api sedikit

dibandingkan tersebut tubuh dari annelid. Adakalanya, segmen hidup dari cacing
12

akan ditumpahkan dengan clitellum. Hal ini sesuai dengan literatur Suin (2012),

yang menyatakan bahwa pada cacing terdapat clitellum yaitu satu bagian hal

kelenjar yang ditebalkan dari tembok tubuh di cacing tanah dan lintah, yang

mengeluarkan satu kantung lekat-lekat dimana telor adalah deposited.

Dinding tubuh cacing (Lumbricus terresteris) mempunyai 2 lapis otot,

yaitu circulare dan longitudinal, mulut cacing terletak di dalam rongga oris.

Phatynx terdapat di dalam segmen ke-4 dan ke-5, system sirkulasi cacing tanah,

dengan darah yang terdiri atas bagian cair yang disebu plasma, dan sel-sel darah

atau korpuskula. System ekskresi cacing tanah berupa nephridia. Pada setiap

segmen tubuh terdapat sepasang, system saraf cacing tanah, terletak di sebelah

dorsal pharynx di salam segmen yang ke-3 dan terdiri ganglion ceberal, yang

tersusun atas 2 kelompok sel-sel saraf dengan commisura, berkas saraf ventralis

dengan cabang-cabangnya. Cacing tanah tidak mempunyai mata, tetapi pada kulit

tubuhnya terdapat sel-sel saraf tertentu yang peka terhadap sinar. Hal ini sesuai

dengan literatur Hanafiah et al., (2010), yang menyatakan bahwa Dinding tubuh

cacing (Lumbricus terresteris) mempunyai 2 lapis otot, yaitu circulare dan

longitudinal, mulut cacing terletak di dalam rongga oris. Phatynx terdapat di

dalam segmen ke-4 dan ke-5, system sirkulasi cacing tanah, dengan darah yang

terdiri atas bagian cair yang disebu plasma, dan sel-sel darah atau korpuskula.

Bagian mulut cacing disebut juga prostomium. Funsi dari prostomium

adalah untuk makan dan menghancurkan seresah. Bagian atas cacing atau disebut

sebagai peristomium adalah bagian ujung depan cacing sampai batas lambung

cacing. Fungsi dari peristomium adalah untuk membuat lubang pada tanah.

Bagian cacing yang menebal disebut clitellum. Clitellum adalah batas bagian
13

depan dengan bagian belakang tubuh cacing. Fungsi dari clitellum adalah untuk

memperbesar lubang tanah. Selain itu, clitellum juga berkaitan dengan

pembentukan cocoon atau telur cacing. Bagian belakang cacing yang dekat

dengan anus disebut periproct. Periproct berfungsi sebagai organ pembuangan

cast atau kotoran. Cacing juga memiliki seta atau bulu-bulu kecil yang membantu

pergerakan cacing dalam tanah. Hal ini sesuai dengan litertaur Morario (2009),

yang menyatakan bahwa bagian cacing yang menebal disebut clitellum. Clitellum

adalah batas bagian depan dengan bagian belakang tubuh cacing. Fungsi dari

clitellum adalah untuk memperbesar lubang tanah.

Sistem saraf terdiri dari ganglion otak dihubungkan dengan tali saraf yang

memanjang sehingga berupa tangga tali. Alat eksresi disebut nephridium. Alat

pencernaan makanan sempurna mulai dari mulut, saluran pencernaan dan anus.

Mulut dilengkapi gigi kitin yang berada di ujung depan sedangkan anus berada di

ujung belakang. Respirasi dengan menggunakan epidermis pada seluruh

permukaan tubuh dan berlangsung secara difusi. Sistem peredaran darah tertutup.

Hewan ini bersifat hermafrodit dan memiliki klitelum sebagai alat kopulasi.

Tempat hidup air tawar, air laut dan darat. Sebagian ada yang bersifat parasit

(merugikan karena menempel pada inangnya). Hal ini sesuai dengan litertaur

Alvyanto (2010), yang menyatakan bahwa mulut cacing dilengkapi gigi kitin yang

berada di ujung depan sedangkan anus berada di ujung belakang. Respirasi

dengan menggunakan epidermis pada seluruh permukaan tubuh dan berlangsung

secara difusi. Sistem peredaran darah tertutup. cacing. Fungsi dari clitellum adalah

untuk memperbesar lubang tanah.


14

KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil dari pengamatan yang telah diamati beberapa contoh bentuk

dari cacing yaitu Acanthodrilid, Megascoleid, dan Lumbrid.

2. Morfologi luar cacing tanah terdiri dari lebih dari 100 segmen, dan segmen

tersebut terlihat seperti cincin.

3. Morfologi dalam cacing tanah terdiri dari pharynx, septa, esopaghus, gizzard,

intestine, cerebral ganglion, median dorsal vessel, hearts, seminal receptacle,

ventralnerve cord, dan medan ventral vessel.

4. Dengan mengamati posisi lubang kelamin jantan dan betina pada cacing, maka

dapat ditentukan family dari cacing tersebut.

5. Bentuk-bentuk prostomium cacing terdiri dari bentuk zygolobous, prolobous,

pro-epilobous,open epilobous, closed epilobous,epi-tanylobous dan bentuk

tanylobous.
15

DAFTAR PUSTAKA

Adianto. 2004. Pengaruh Inokulasi Cacing Tanah (Pontoscolex corethrurus Fr


Mull) Terhadap Sifat Fisika Kimia Tanah dan Pertumbuhan Tanaman
Kacang Hijau (Vigna radiata L.Wilczek) Varietas Walet. Jurnal
Matematika dan Sains Vol. 9 (1) : 175-182.

Afriani. 2013. Hubungan Kepadatan dan Distribusi Cacing Tanah. Universitas


Andalas. Padang.

Alvyanto. 2010. Filum Annelida. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Anas, I. 2009. Petunjuk Laboratorium Biologi Tanah dan Praktek. Pusat Antar
Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Budiyanto. 2013. Ternak Cacing Tanah. Universitas Jakarta Press. Jakarta. Jurnal
Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)3(2) – Juni 2014 : 087-091
(ISSN :2303-2162).

Elparida, N. 2011. Komposisi Komunitas Cacing Tanah pada Areal Kebun Kelapa
Sawit PTPN III Sei Mangket yang Diberi Pupuk Limbah Cair Pabrik
Kelapa Sawit di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. USU. Medan.

Hanafiah KA, Napoleon A, Ghoffar N. 2010. Biologi Tanah: Ekologi dan


Makrobiologi Tanah. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Ilyas M. 2009. Vermicomposting sampah daun sonokeling (Dalbergia latifolia)


menggunakan tiga spesies cacing tanah (Pheretima sp, Eisenia foetida,
dan Lumbricus rubellus). Tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

James SW. 2000. Karakter Morfologi dan Pertumbuhan Tiga Jenis Cacing Tanah
Lokal Pekanbaru pada Dua Macam Media Pertumbuhan. Universitas
Semarang. Semarang.

Morario. 2009. Komposisi dan Distribusi Cacing Tanah di Kawasan Perkebunan


Kelapa Sawit PT. Moeis dan Diperkebunan Rakyat Desa Simodong
Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara. USU. Medan.

Muslimin, D. 2016. Panduan Pratikum Konsep Dasar IPA 2. FIP UNM.


Makassar.

Nurwati , SR. 2011. Pemanfaatan limbah baglog jamur sebagai media budidaya
cacing Pheretima sp. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Pelczar, Jr dan Michael J. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas


Indonesia.Jakarta
16

Rahelmi. 2004. Cacing Tanah Pada Timbunan Sampah Kotamadya Padang..


Universitas Andalas. Padang.

Rusyan, A. 2011. Zoologi invertebrate (teori dan praktik). Alfeta. Bandung.

Slamet, A dan M. Kodri.2 008. Zoologi Vertebrata.laboratorium biologi program


studi pendidikan biologi FKIP UNSRI. Indralaya.

Solihah. A.F.Z. 2007. Dekomposisi serasah daun komunitas Medang (Lauraceae)


oleh cacing tanah. Skripsi. Bogor: Departemen Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Subardi, dan Nuryani. 2009. Biologi Kelas X SMA dan MA. Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Suin, N.M. 2012. Ekologi Hewan Tanah. Bumi aksara. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai