Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

ACARA II

AIR DAN TUMBUHAN

Dosen Pembimbing :
Listika Yusi Risnani. M.Pd

Disusun Oleh :
Dina Aurora 2101070020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2022
Selasa, 04 Oktober 2022

ACARA II

AIR DAN TUMBUHAN

A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya transpirasi.
2. Untuk mengetahui pengaruh cahaya dan keasaman terhadap membuka-
menutupnya stomata.
3. Untuk mengetahui proses terjadinya transpirasi pada tanaman Bayam
(Amarantus sp.)
B. DASAR TEORI
Air merupakan komponen utama dalam tumbuhan, diman air menyusun
60-90 % dari berat daun. Jumlah air yang dikandung tiap tanaman berbeda-beda,
hal ini bergantung pada habitat dan jemis spesies tumbuhan tersebut. Tumbuhan
herba lebih banyak mengandung air daripada tumbuhan perdu. Tumbuhan yang
berdaun tebal mempunyai kadar air antara 85-90 %, tumbuhan hidrofik 85-98 %
dan tumbuhan mesofil mempunyai kadar air antara 100-300 % (Fitter dan Hay,
1981).
Pentingnya air sebagai pelarut dalam organisme hidup tampak amat jelas,
misalnya pada proses osmosis. Dalam suatu daun, volume sel dibatasi oleh
dinding sel dan relative hanya sedikit aliran air yang dapat diakomodasikan oleh
elastisitas dinding sel. Konsekuensi tekanan hidrostatis (tekanan turgor)
berkembang dalam vakuola menekan sitoplasma melawan permukaan dalam
dinding sel dan meningkatkan potensial air vakuola. Dengan naiknya tekanan
turgor, sel-sel yang berdekatan saling menekan, dengan hasil bahwa sehelai daun
yang mulanya dalam keadaan layu menjadi bertambah segar (turgid). Pada
keadaan seimbang, tekanan turgor menjadi atau mempunyai nilai maksimum dan
disini air tidak cenderung mengalir dari apoplast ke vakuola (Fitter dan Hay,
1981).

1
Di muka bumi ini, air merupakan bahan yang paling kerap ditemui
terutama dalam bentuk cair. Walau bagaimanapun, terdapat juga kuantiti air yang
besar yang wujud dalam bentuk gas (uap) di atmosfer dan dalam bentuk pepejal.
Molekul air boleh diuraikan kepada unsur asas dengan mengalirkan arus elektrik
melaluinya. Proses ini yang dikenali sebagai elektrolisis menguraikan dua atom
hidrogen menerima elektron dan membentuk gas H2 pada katod sementara empat
ion OH- bergabung dan membentuk gas O2 (oksigen) pada anod. Gas-gas ini
membentuk buih dan boleh dikumpulkan air juga merupakan bahan pelarut
semesta. Ini disebabkan molekul air terdiri daripada dua atom hidrogen
bergabung dengan satu atom oksigen pada sudut 105 darjah antara keduanya.
Struktur ini menjadikan molekul air mempunyai caj positif di sebelah atom
hidrogen dan negatif di sebelah atom oksigen. Oleh yang demikian, molekul air
adalah dwikutub. (Anonimous, 2008).
Transpirasi ialah suatu proses kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke
atmosfer dalam bentuk uap air. Air diserap dari akar ke rambut tumbuhan dan air
itu kemudian diangkut melalui xilem ke semua bagian tumbuhan khususnya
daun. Bukan semua air digunakan dalam proses fotosintesis. Air yang berlebihan
akan disingkirkan melalui proses transpirasi. Jika kadar kehilangan air melalui
transpirasi melebihi kadar pengambilan air tumbuhan tersebut, pertumbuhan
pokok akan terhalang. Akibat itu, mereka yang mengusahakan pernanaman
secara besar – besaran mungkin mengalami kerugian yang tinggi sekira
mengabaikan faktor kadar transpirasi tumbuh – tumbuhan (Devlin, 1983).
Ruang interseluler udara dalam daun mendekati keseimbangan
dengan larutan dalam fibrill sel pada dinding sel. Hal ini berarti sel-sel hampir
jenuh dengan uap air, padahal banyaknya udara di luar daun hampir kering.
Difusi dapat terjadi jika ada jalur yang memungkinkan adanya ketahanan yang
rendah. Kebanyakan daun tertutup oleh epidermis yang berkutikula yang
memiliki resistansi (ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air. Namun stomata

2
memiliki resistansi rendah ketika membuka dan uap air berdifusi ke luar melalui
stomata (Kimball, 1990).
Pada epidermis terdapat lubang kecil yang dibatasi oleh dua sel khusus,
yang disebut sel penutup. Sel penutup dengan lubangnya disebut stoma. Pada
beberapa tumbuhan, sel stoma aada mempunyai tetangga. Stoma secara
morfologi berbeda dengan sel epidermis lainnya. Pada umumnya stoma terdapat
pada daun. Stoma pada umunya membuka saat matahi terbit dan menutup saat
hari mulai gelap. Proses pembukaan stomata berlangsung selama satu jam dan
penutupan berlangsung bertahap sepanjang sore. Banyak sekali daktor yang
memperngaruhi membuka dan menutupnya stomata. Faktor lingkungan adalah
faktor krusial yang dapat mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata.
Misalnya kelembaban udara, intensitas cahaya, dan suhu udara. Bila intensitas
cahaya tinggi, suhu yang dihasilkan juga tinggi artinya kelembaban rendah dan
hal ini menyebabkan stomata membuka. Sebaiknya, bila intensitas cahaya
rendah, suhu rendah, dan kelembaban tinggi, stomata akan menutup (Heddy dan
Abidin, 1996).
Stomata merupakan lubang tempat keluar masuknya air dan udara pada
tumbuhan. keluar masukknya air dan udara ini dilakukan dengan cara osmosis
dan difusi dimana pada proses tersebut berlangsung keadaan sel akan berubah s
esuai dengan konsentrasi zat yang masuk dan keluar, baik zat pelarut maupun zat
terlarut. Apabila konsentrasi air di luar lebih tinggi, maka air akan masuk ke
dalam sel hingga keadaan sel menjadi turgid. Begitu pula zat terlarut (misalnya
gula) yang konsentrasinya lebih tingi di luar sel, zat terlarut tersebut akan masuk
ke dalam sel. Akan tetapi, zat terlarut itu tidak membuat sel menjadi turgid atai
kencang, namun menjadikan sel lembek atau flaccid. Keadaan turgid dan
flacidnya sel ini diindikasikan menjadi penyebab membuka dan menutupnya
stomata (Lildahdshiro, 2009).
Stomata akan membuka jika kedua sel penjaga meningkat. Peningkatan
tekanan turgor sel penjaga disebabkan oleh masuknya air ke dalam sel penjaga

3
tersebut. Pergerakan air dari satu sel ke sel lainnya akan selalu dari sel yang
mempunyai potensi air lebih tinggi ke sel ke potensi air lebih rendah. Tinggi
rendahnya potensi air sel akan tergantung pada jumlah bahan yang terlarut
(solute) di dalam cairan sel tersebut. Semakin banyak bahan yang terlarut maka
potensi osmotic sel akan semakin rendah. Dengan demikian, jika tekanan turgor
sel tersebut tetap, maka secara keseluruhan potensi air sel akan menurun. Untuk
memacu agar air masuk ke sel penjaga, maka jumlah bahan yang terlarut di
dalam sel tersebut harus ditingkatkan (Antono, 2008).

4
C. ALAT DAN BAHAN
1) Mengukur besar transpirasi pada bayam
a. Alat
1. Septotong bayam yang masih segar
2. Air
b. Bahan
1. Alat potoneter
2. Hp
3. Log book
4. Pulpen
5. Label
2) Pengaruh turgor terhadap membuka menutupnya stomata
a. Alat
1. Larutan sukrosa 10%
2. Daun rhoeo discolor
b. Bahan
1. Pipet tetes
2. Mikroskop
3. Gelas objek dan penutupnya
4. Silet dan kertas kering
3) Pengaruh cahaya dan keasaman terhadap membuka menutupnya stomata
a. Alat
1. Larutan 0,001 N HCl
2. Larutan 0,001 N NaOH
3. Aquades
b. Bahan
1. Botol kultur sebanyak 6 buah
2. Mikroskop, gelas objek, gelas penutupnya
3. Silet

5
D. CARA KERJA
a. Mengukur besarnya transpirasi pada tanaman bayam (Amaranthus sp)
1. Mengambil satu batang tanaman yang masih segar, yang ukurannya tidak
terlalu besar
2. Memotong batang tanaman tersebut dekat pangkalnya dan segera
memasukannya ke dalam pipa poto meter yang telah diisi air, ganjal
dengan kapas agar tidak mudah lepas
3. Membagi kelompok praktikan menjadi 2 yaitu: kelompok genap dan
kelompok gasal
4. Kelompok genap melakukan percobaan dengan perlakuan tiupan angin
menggunakan kipas angin, sedang kelompok gasal tanpa perlakuan
5. Biarkan batang tersebut selama 2 jam, dan setiap 30 menit diamati
banyaknya air yang berkurang pada pipa yang berskala
6. Menghitung berapa banyaknya air yang berkurang selama 2 jam tersebut
7. Mendata yang digunakan untuk laporan adalah data kolektif, dengan
membandingkan 2 macam perlakuan tersebut (rata-rata data dengan
perlakuan tiupan angin dan rata rata data tanpa perlakuan tiupan angin)
b. Pengaruh cahaya dan keasaman pada membuka dan menutupnya stomata
1. Menyiapkan enam botol kultur, bagi menjadi dua bagian, masing-masing
3 botol. Botol pertama dan kedua disi dengan 20 ml larutan HCL, botol
ketiga dan keempat diisi dengan 20 ml larutan NaOH dan botol kelima
dan keenam diisi dengan 20 ml larutan alcohol.
2. Memotong daun Rhoeo discolor ukuran 1cm persegi sebanyak 6 lembar
dan masukkan pada larutan HCL, aquades, dan NaOH tersebut dengan
epidermis bagian bawah daun di sebelah atas (tengkurap).
3. Meletakkan satu botol larutan HCL di tempat gelap dan 1 botol ditempat
terang. Letakkan juga satu botol larutan NaOH di tempat gelap dan 1
botol di tempat terang.

6
4. Menunggu selama satu jam, setelah satu jam buat sayatan epidermis
bagian bawan dan masukkan alcohol 70%.
5. Menunggu selama 5 menit, setelah 5 menit ambil sayatan tersebut dan
letakkan pada geas objek keudian amati menggunakan mikroskop.
6. Menghitung 25 stomata, dari jumlah tersebut berapa jumlah stomata yang
membuka dan berapa stomata yang menutup.
7. Sebagai control, hitung 25 stomata dari daun tanpa perlakuan.
c. Pengaruh cahaya terhadap membuka menutupnya stomata
1. Menyiapkan 6 botol kultur bagi menjadi 2 bagian, asing-masing 3 botol,
botol pertama diisi dengan 20 ml aquades, botol kedua diisi dengan 20
ml larutan 0,001 N HCl dan botol ketiga diisi dengan 0,001 N NaOH
2. Memotong daun Rhoeo discolor ukuran 1 cm² dan masukan pada larutan
tersebut dengan epidermis bawah pada bagian atas (diletakan tengkurap)
3. Meletakan 1 botol ditempat yang gelap dan 1 botol ditempat yang terang
4. Menunggu 1 jam kemudian buat sayatan epidermis bawah dan masukan
ke dalam alkohol 70%
5. Menunggu 5 menit, kemudian ambil sayatan tersebut, letakan pada gelas
objek dan amati dengan mikroscop
6. Menghitung 25 stomata, dari jumlah tersebut berapa jumlah stomata yang
mebuka dan berapa yang menutup
7. Sebagai kontrol, menghitung 25 stomata dari daun yang tidak diberi
perlakuan.

7
E. DATA HASIL PENGAMATAN
1. Mengukur besarnya transpirasi

kelompok Tanpa perlakuan Perlakuan tiupan angin


1 0,5 ml
2 1,7 ml
3 0,5 ml
4 0,5 ml
5 1,5 ml

2. Pengaruh turgor terhadap membuka-menutupnya stomata

No Perlakuan Stomata
Membuka Menutup
1 Air Sukrossa ✓ ✓
2 Air Sukrossa ✓ ✓

3. Pengaruh cahaya dan keasaman terhadap membuka-menutupnya


stomata

Perlakuan Jumlah stomata Jumlah stomata


membuka menutup
0,001 N HCl 6 20
(terang)
0,001 N HCl 7 18
(gelap)
0,001 N NaOH 13 12
(terang)
0,001 N NaOH 16 9
(gelap)
Aquadest 15 10
Kontrol 17 8

8
F. PEMBAHASAN
1. Mengukur besarnya transpirasi pada tanaman soka (Amaramthus sp)
Pada praktikum mengukur besarnya transpirasi (penguapan) digunakan
(Amaranthus sp), tanaman dipilih karena kokoh untuk mengukur laju transpirasi
dan batangnya tidak terlalu besar untuk dimasukkan ke dalam pipa photometer
serta mudah didapat. Percobaan transpirasi pada tanaman soka dilakukan dengan
dua perlakuan dengan dibiarkan saja dan dengan tiupan angin menggunakan
kipas angin. Lamanya waktu percobaan trasnpirasi dilakukan selama 2 jam dan
setiap 30 menit dicatat perubahan air yang terukur dalam pipa photometer.
Praktikan dibagi menjadi dua kelompok, kelompok gasal dengan perlakuan
tiupan angin dan kelompok genap dengan dibiarkan saja.
Berbedanya hasil pengamatan dari setiap perlakuan dapat dijelaskan,
bahwa transpirasi dengan perlakuan dibiarkan saja atau tanpa diberi perlakuan
mempunyai laju transpirasi yang lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan
pemberian tiupan angin menggunakan kipas angin. Hal ini terjadi karena tidak
ada faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuhan tersebut tetapi hanya ada
faktor dalam yaitu jumlah dan letak stomata, tebal dan tipis permukaan daun
serta tebal dan tipis kutikula yang mempengaruhinya. Sehingga air yang
tertranspirasikan tidak secepat dengan pemberan perlakuan tiupan angin.
Pemberian perlakuan tiupan angin pada pengamatan trasnpirasi
didapatkan hasil transpirasi yang lebih besar atau cepat. Hal ini sesuai literasi
bahwa angin mempengaruhi laju transpirasi. Angin dapat memacu laju transpirasi
jika udara yang bergerak melewati permukaan daun tersebut lebih kering
(kelembaban nisbinya lebih rendah) dari udara disekitar tumbuhan tersebut
Angin menyapu air hasil transpirasi sehingga angin menurukan kelembaban
udara di atas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika

9
angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan
menurun dan hal ini akan menurunkan tingkat transpirasi (Loveless. 1991).
2. Pengaruh cahaya dan keasaman terhadap membuka dan menutupnya
stomata pada daun Rhoeodiscolor
Stomata merupakan lubang mikroskopik pada tumbuhan terutama pada
daun yang berfungsi sebagai tempat pertukanran gas CO2 dan O2, serta sebagai
tempat transpirasi. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan daun
Rhoeodiscolor. Daun Rhoeodiscolor dipotong sebesar 1cm persegi sebanyak
enam buah. Kemudian masukkan ke masing-masing botol yang telah diisi larutan
HCl 0,001 N 20ml, aquades 20ml, dan NaOH 0,001 N 20 ml dengan posisi
epidermis bagian bawah daun menghadap ke atas (tenkurap). Dengan perlakuan
3 botol HCl, aquades, NaOH diletakann di tempat terang dan 3 botol HCl,
aquades, NaOH diletakann di tempat gelap, diamkan selama 60 menit.
Percobaan pertama adalah dengan merendam daun Rhoeodiscolor ke dalam
larutan HCl 0,001 N. didapati hasil pengamatan pada kondisi gelap stomata
membuka sebanayak 8 dan yang menutup 17. Dan pada kondisi terang stomata
yang membuka sebanyak 19 dan yang menutup 6 stomata. Hal ini terjadi karena
pada kondisi gelap kadar kosentrasi CO2 akan meningkat dan turunnya
kelembaban sehingga menyebabkan stomata menutup atau lebih banyak yang
menutup dibandingkan yang membuka. Sedangkan pada keadaan terang stomata
membuka lebih banyak dibandingkan yang menutup, membukanya stomata yaitu
untuk menangkap gelombang cahaya yang nantinya dugunakan untuk bahan
fotosintesis, membukanya stomata pada keadaan terang juga untuk mempercepat
transpirasi akibat kelebihan air pada tumbuhan karena intesnsitas cahaya
berbanding lurus dengan suhu, semakin tinggi intensitas cahaya semakin tinggi
suhu semakin cepat transpirasi.
Pada aquades didapati hasil yang variatif, pada keadaan terang stomata
yang membuka 0 dan stomata yang menutup 25. Sedangkan pada keadaan gelap
stomata yang membuka 21 dan yang mentup 24. Data pengamatan yang kami

10
peroleh jika berpatokkan pada teori maka stomata yang membuka hasrunya lebih
banyak pada keadaan terang dibandingkan dengan keadaan gelap. Karena
stomata membuka pada saat terang untuk mentranspirasikan kandungan
kelebihan air di dalam tumbuhan, dan untuk menangkap cahaya sebagai bahan
fotosintesis. Mungkin pada saat menghitung stomata kami kurang teliti dan
mendapatkan data yang demikian.
Namun pada percobaan aquades tidak sepenuhnya kurang tepat,
membuka dan menutupnya stomata bisa dijelaskan, hal ini karena air memiliki
tekanan zat pelarut yang rendah pada potensial air pada sel penutup meningkat
(kadar air di luar lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air di dalam sel
sehingga air diluar akan masuk). Dengan meningkatnya potensial air di dalam
sel, maka tekanan turgor di dalam sel semakin besar dan menyebabkan stomata
membuka dan berlaku pada keadaan terang maupun gelap.
Ketiga adalah perlakuan dengan merendam daun Rhoeodiscolor ke dalam
larutan basa NaOH 0,001 N 20ml. Diperoleh data hasil pengamatan yaitu pada
keadaan gelap membuka 23 stomata dan yang menutup 2, sedangkan pada
keadaan ternag stomata yang membuka 4 dan yang menutup 21. Hasil yang
diperoleh berbanding terbalik dengan HCl yang bersifat asam. NaOH (natrium
hidroksida) adalah larutan basa yang apabila bercampur dengan air akan
menghasilkan alkalin atau logam alkali. Logam alkali merupakan golangan
logam yang paling rekatif artinya logam alkali sangat mudah melepaskan
electron. Hubungannya dengan hasil percobaan gelap dan terang adalah pada
saat gelap didapati lebih banyak stomata yang membuka dari pada yang
menutup, sesuai literasi membukanya stomata yaitu untuk transpirasi dan
menangkap electron (cahaya), sel stomata pada daun membuka pada keadaan
gelap karena mendeteksi adanya electron yang berada disekitarnya. Sedangkan
pada keadaan terang lebih banyak menutup karena eletron cahaya yang akan
masuk ke daun terhalangi oleh electron yang dilepasan alkali.

11
G. KESIMPULAN
1. Tranpirasi adalah penguapan atau keluarnya air dari dalam tumbuhan ke udara
bebas melalui stomata. Dari hasil pengamatan transpirasi terhadap tanaman soka
(Rhoeo discolor) teramati bahwa angina (faktor luar) mempengaruhi laju
transpirasi. Terbukti dari data hasil pengamatan pada perlakuan menggunakan
tiupan angin diperoleh rata-rata tranpirasi 0,7 ml air. Sedangkan pada tanpa
perlakuan (dibiarkan saja) data rata-rata transpirasi sebesar 0,35 ml air, yang
diamati selama 2 jam dan pengukuran transpirasi dilakukan selama 30menit
sekali.
2. Transpirasi adalah proses keluarnya air dari dalam tumbuhan baik dalam bentuk
gas maupun cairan melalui stomata. Faktor yang mempengaruhi transpirasi
dibagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
meliputi jumlah dan letak stomata, kedalaman dan pliferasi akar, tebal dan tipis
permukaan daun serta tebal dan tipis kutikula yang mempengaruhinya. Faktor
eksternal atau dari luar meliputi angin, cahaya, suhu atau temperatur,
kelembaban udara, dan keadaan air di dalam tanah. Terbukti pada pengamtan
transpirasi dalam percobaan ini, bahwa pemberian perlakuan tiupan angin,
memacu proses transpirasi lebih cepat dibandingkan dengan tanpa perlakuan.
3. Pengaruh cahaya mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata semakin
tinggi intensitas cahaya semakin banyak stomata yang membuka, dan
menghasilkan suhu yang tinggi juga (panas), jika intesitas cahaya dan suhu yang
dihasilkan melebihi batas normal maka stomata akan kembali menutup. Dari
ketiga larutan HCL, aquades, dan NaOH, larutan HCl diperoleh data yang paling
berbeda, dimana stomata yang membukaa pada keadaan terang lebih banyak
dibandingkan keadaan gelap, berbeda dengan aquades dan NaOH yang
berbading terbalik dari HCl.

12
DAFTAR PUSTAKA
Antono, A.G., 2008. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan, tentang sel
dan  jaringan. Bina Aksara. Jakarta.
Devlin, R. M and F. H Witham. 1975. Plant Physiology. Rinelang book
Corporation a Subsidiarey of Champion Reinhold inc: New York
Fitter, A.H & Hay, R.K.M. 1981. Environment Physiology of Plants.Academic
Press, London.
Heddy dan Abidin, 1996, Biologi Edisi III, Erlangga, Jakarta.
Kimball, J.W. 1990. Biologi. Jakarta : Erlangga
Lildhashiro, 2009,  Fisiologi Tumbuhan, Kanisius, Jakarta.
Loveless. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 1.
Jakarta: PT Gramedia.

13
H. LAMPIRAN

1 Rhoeo discolor non sukrosa (10/0,25) 2.Rhoeo discolor pake sukrosa ( 10/0,25)
.

3 Rhoeo discolor pake sukrosa 4. Rhoeodi scolor dengan Aquades


. (10/0,25)

5 Rhoeo discolor dengan larutan NaOH 6.Rhoeo discolor dengan larutan HCl
.

14
7 Proses Transpirasi 30 menit 8.Proses Trnaspirasi 60 menit
.

9 Proses Transpirasi 90 menit 10. Proses Tranpirasi 120 menit


.

15
16

Anda mungkin juga menyukai