Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

AGROKLIMATOLOGI

PEMBUATAN OMBROMETER SEDERHANA

Oleh:
Yanuar Fatahul Razak
NIM A1C019037

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2020
DAFTAR ISI

halaman
DAFTAR ISI.....................................................................................................................i
I. PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B.Tujuan...........................................................................................................1
II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
III. METODOLOGI.......................................................................................................4
A. Alat dan Bahan..........................................................................................4
B.Prosedur Kerja...............................................................................................4
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................5
A. Hasil...........................................................................................................5
B.Pembahasan...................................................................................................6
V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................12
A. Kesimpulan..............................................................................................12
B.Saran............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................13
LAMPIRAN...................................................................................................................15

i
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hujan merupakan penentu dan pengendali iklim. Hujan di suatu tempat


biasanya tidak sama dengan tempat lain walaupun lokasinya berdekatan. Saat
datangnya hujan dan periode musim hujan bisa berbeda untuk setiap kawasan
yang berbeda.

Ombrometer adalah alat untuk mengukur curah hujan yang umumnya


dinamakan penakar hujan. Alat ini dipasang di tempat terbuka, sehingga air hujan
akan diterima langsung oleh alat ini. Satuan yang digunakan adalah milimeter
(mm) dan ketelitian pembacaannya sampai dengan 0,1 mm. Pembacaan dilakukan
sekali yaitu pada pukul 07.00 pagi hari. Alat ukur curah hujan ini terdapat dua
versi yaitu otomatis dan manual.

Pengukur hujan (ombrometer) dalam standar jumlah air hujan diukur


menggunakan pengukur hujan atau ombrometer. Dinyatakan sebagai kedalaman
air yang terkumpul pada bidang datar dan dikuru kurang lebih 0,25 mm. Satuan
curah hujan menurut SI (Satuan Internasional) adalah milimeter yang merupakan
penyingkatan dari liter per meter persegi.

Ombrometer biasanya hanya terlihat di Stasiun Klimatologi. Alat ini


berbentuk seperti tabung dengan kran di bagian bawahnya. Alat ini juga bisa
dibuat secara sederhana sebagai bahan pembelajaran dan penelitian. Banyak orang
yang sudah mencoba membuat alat ini. Karena mungkin saja di daerah orang
tersebut tidak ada Stasiun Klimatologi. Jadi untuk mengukur curah hujan mereka
membuat sendiri ombrometer sederhana.

ii
B. Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui cara membuat alat pengukur curah hujan.


2. Mahasiswa mengetahui cara kerja alat pengukur curah hujan.
3. Mahasiswa mengetahui cara pengukuran alat pengukur curah hujan.

iii
II. TINJAUAN PUSTAKA

Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah selama
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter diatas permukaan
horizontal. Curah hujan 1 mm adalah jumlah air hujan yang jatuh di pemukaan pe
satuan luas dengan volume sebanyak 1 liter tanpa ada yang menguap, meresap
atau mengalir (Aldrian, dkk., 2011).

Unsur-unsur klimatologi dan cuaca seperti suhu dan kelembapan udara,


curah hujan, intensitas penyinaran matahari, kecepatan dan arah angin, serta unsu
lainnya merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha di bidang pertanian.
Dan pengukuran besar-besaran tersebut lazim digunakan di stasiun-stasiun
klimatologi. Cara dan alat ukur di stasiun meteorologi dan klimatologi di
Indonesia umumnya masih secara manual yang hasil keakuratan dan kelengkapan
datanya sangat tergantung pada manusia pencatatnya. Beberapa alat pencatat
otomatis buatan pabrik juga sudah digunakan tetapi harganya yang relatif mahal.

Ombrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan. Alat
ini dipasang ditempat terbuka, sehingga air hujan akan diterima langsung oleh alat
ini. Satuan yang digunakan adalah milimeter dan ketelitian pembacaannya sampai
0,1 mm. Pembacaan dilakukan sekali sehari pada pukul 07.00 pada pagi hari. Alat
ukur curah hujan ini terdapat juga versi manual (Cut Mutiawati, 2016).

Di beberapa negara banyaknya curah hujan masih dinyatakan dengan inchi.


Penakar hujan merupakan alat untuk mengukur curah hujan, ada 2 jenis penakar
hujan yaitu penakar hujan rekam (recording) dan penakar hujan non-rekam (non-
recording), salah satunya yaitu penakar hujan jenis Hellmani. Alat ini termasuk
jenis penakar hujan recording atau alat yang dapat mencatat sendiri. Alat ini telah

iv
dikenal lama dan sering dipakai observer untuk melakukan observasi/pengamatan
curah hujan.

v
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Corong berjumlah 2 buah


2. Cutter
3. Gunting
4. Korek api
5. Lem tembak
6. Lilin
7. Paralon
8. Selang

B. Prosedur Kerja

1. Persiapkan alat dan bahan.


2. Satukan bagian atas berupa corong satu dengan selang yang sudah dipotong
menggunakan lem bakar.
3. Lalu, lekatkan bagian bawah dengan corong dua pada bagian diameter
besarnya menggunakan lem tembak.
4. Kemudian, pada bagian atas peralatan direkatkan dengan corong satu yang
sudah direkatkan dengan selang menggunakan lem tembak.
5. Cek ombrometer sampai tidak ada kebocoran yang terjadi.

vi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambar Ombrometer Sederhana

1)

2)

3)

4)

Gambar 1. Ombrometer sederhana

a. Keterangan :
1) Corong satu
2) Paralon
3) Corong dua
4) Selang
2. Alat dan Bahan
a. Corong berjumlah 2 buah
b. Cutter
c. Gunting
d. Korek api
e. Lem tembak
f. Lilin
g. Paralon

vii
h. Selang
3. Cara Pembuatan
a. Persiapkan alat dan bahan.
b. Satukan bagian atas berupa corong satu dengan selang yang sudah
dipotong menggunakan lem bakar.
c. Lalu, lekatkan bagian bawah dengan corong dua pada bagian diameter
besarnya menggunakan lem tembak.
d. Kemudian, pada bagian atas peralatan direkatkan dengan corong satu
yang sudah direkatkan dengan selang menggunakan lem tembak.
e. Cek ombrometer sampai tidak ada kebocoran yang terjadi.

4. Cara Kerja Alat


a. Saat terjadi hujan, air masuk ke corong satu.
b. Air yang masuk ke corongsatu akan di alirkan melewati paralon menuju
corong dua.
c. Kemudian air akan keluar melalui selang yang menempel pada ujung
corong dua.
d. Air yang keluar akan di tampung pada gelas ukur.
e. Pada jam-jam pengamatan tertentu air hujan yang tertampung akan
diukur dengan menggunakan gelas ukur tersebut.

B. Pembahasan

Ombrometer merupakan alat pengukur curah hujan yang umumnya disebut


dengan penakar hujan. Ombrometer ini biasanya dipasang di tempat terbuka.
Sehingga air hujan dapat diterima langsung oleh alat ini. Satuan yang digunakan
adalah milimeter dan ketelitian pembacaannya sampai 0,1 mm. Pembacaan
dilakukan sekali sehari pada pukul 07.00 pada pagi hari. Adapun jenis-jenis hujan
menurut BMKG, yaitu hujan kecilyang berkisar antara 0‒21 mm per hari, hujan

viii
sedang yang berkisar antara 21‒50 mm per hari dan hujan lebat berkisar diatas 50
mm per hari (Cholidatul C, 2018).

Ombrometer atau alat pengukur hujan biasa adalah alat pengukur yang
terdiri dari corong dan botol penampang berada disuatu tabung silinder dan
ditempatkan di tempat terbuka yang tidak dipengaruhi pohon-pohon dan gedung-
gedung yang ada di sekitarnya (Petonengan A., dkk., 2016).

Menurut BMKG (dalam Wahdianty R., dkk., 2016) mengemukakan bahwa


ombrometer atau sering disebut alat ukur hujan tipe Observatorium adalah alat
dengan mulut penakar seluas 100 cm2 dan dipasang dengan ketinggian penakar
1,2 meter dari permukaan tanah.

Ombrometer atau alat penakar hujan adalah instrumen yang digunakan


untuk mendapatkan dan mngukur jumlah hujan pada satuan waktu tertentu.
Dengan mengukur tinggi hujan seolah-olah air yang jatuh ke tanah menumpuk ke
atas merupakan kolom air sehingga air yang tertampung volumenya dibagi dengan
luas corong penampung, hasilnya adalah tinggi atau tebal, satuan yang dipakai
adalah milimeter (Nurhayati, 2016).

Ombrometer merupakan alat pengukur hujan dengan menampung air


hujan pada sebuah penampungan air dan terdapt kran yang berfungsi untuk
mengeluarkan air hujan yang tertampung pada penampungan air tesebut (Permana
R. G., dkk 2015). Prinsip pengukuran hujan ialah mengukur tinggi air hujan lebih
dari 0,5 mm. Alat pengukuran terdapat tipe kolektor (penampungan) dan tipe
perekam data (otomatis) . Ombrometer merupakan alat pengukur hujan tipe
kolektor. Pendapat lain tentang ombrometer adalah alat penakar hujan biasa
dengan tipe kolektor yang menggunakan gelas ukur untuk mengukur air hujan
(Sunarno, 2010).

ix
Menurut Prawaka F. (2016) agar memperoleh hasil pengukuran yang baik,
beberapa syarat harus dipenuhi untuk pemasangan alat ukur hujan antara lain:

1. Tidak dipasang di tempat yang selalu terbuka (over exposed), seperti di


puncak bangunan dan di puncak bukit.
2. Tidak dipasang di tempat yang tertutup (under exposed) seperti di antara dua
bangunan gedung yang tinggi.
3. Paling dekat berjarak 4 kali tinggi bangunan/rintangan terdekat.
4. Mudah memperoleh tenaga pengamat.
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan ombrometer sederhana yaitu
cutter yang berfungsi untuk memotong paralondan selang sesuai ukuran yang
ditentukan. Korek api berfungsi untuk menyalakan lilin dan memanaskan ujung
selang yang akan disambungkan dengan corong agar lebih mudah. Lem tembak
berfungsi untuk merekatkan paralon dengan corong di kedua ujungnya. Lilin
berfungsi untuk membakar lem. Corong satu berfungsi sebagai penangkapair
hujan dan corong sebagai penyalur air yang sudah tertangkap menuju wadah.
Paralon befungsi untuk media penyalur air hujan dari corong satu menuju corong
dua. Dan selang sebagai pengalir air yang akan disalurkan ke wadah penampung.
Ombrometer dalam perhitungannya yaitu dengan cara membagi volume air
hujan tetampung dengan luas mulut ukuran (volume air : luas mulu penakar). Alat
ini biasanya di tempatkan di daerah-daerah tertentu dengan ketinggian 120‒150
cm (Hasyimzoem, 2019)
Menurut Manullang (2013) dalam penggunaan ombrometer untuk mengukur
tinggi hujan seolah-olah air hujan yang jatuh ke tanah menumpuk ke atas
merupakan kolom air. Air yang tertampung volumenya dibagi dengan luas corong
penampung kemudian akan menghasilkan tinggi atau tebal dengan satuan
milimeter.
Menurut Hasyimzoem (2019) cara perhitungan curah hujan menggunakan
ombrometer sederhana yaitu sebagai berikut:
1. Mengamati jumlah volume air.

x
2. Volume air digunakan untuk mencari curah hujan pada jam-jam tertentu di
tempat pengamatan.
3. Perhitungan curah hujan dilakukan berdasarkan menikus dengan syarat curah
hujan jika angka memiliki koma maka digunakan dengan angka terdekat dan
jika berada antara 13,5 maka ditetapkan menjadi angka ganjilnya. Misal 15,5
menjadi 15 dan 28,5 menjadi 29.
Ombrometer sederhana dalam pembuatannya memiliki prosedur atau
langkah-langkah. Langkah yang pertama yaitu persiapkan alat dan bahan, kedua
satukan bagian atas berupa corong satu dengan selang yang sudah dipotong
menggunakan lem bakar. Langkah selanjutnya yaitu lekatkan bagian bawah
dengan corong dua pada bagian diameter besarnya menggunakan lem tembak,
kemudian pada bagian atas peralatan direkatkan dengan corong satu yang sudah
direkatkan dengan selang menggunakan lem tembak. Setelah jadi cek kembali
ombrometer sampai tidak ada kebocoran terjadi.
Berikut adalah alat-alat yang digunakan dalam pembuatan ombrometer
sederhana:

Gambar 2. Corong

Gambar 3. Cutter

xi
Gambar 4. Gunting

Gambar 5. Korek api

Gambar 6. Lem tembak

xii
Gambar 7. Lilin

Gambar 8. Paralon

Gambar 9. Selang
Kendala yang dihadapi saat praktikum adalah kurang memahami materi
praktikum karena mahasiswa tidak dapat melaksanakan praktikum secara
langsung. Adapun kendala eksternal yang juga berpengaruh terhadap pelaksanaan
praktikum yaitu jaringan internet yang kurang stabil dan kuota internet yang
kurang memadai.

xiii
xiv
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Ombrometer sederhana dalam pembuatannya memiliki prosedur atau


langkah-langkah. Langkah yang pertama yaitu persiapkan alat dan bahan,
kedua satukan bagian atas berupa corong satu dengan selang yang sudah
dipotong menggunakan lem bakar. Langkah selanjutnya yaitu lekatkan bagian
bawah dengan corong dua pada bagian diameter besarnya menggunakan lem
tembak, kemudian pada bagian atas peralatan direkatkan dengan corong satu
yang sudah direkatkan dengan selang menggunakan lem tembak. Setelah jadi
cek kembali ombrometer sampai tidak ada kebocoran terjadi.
2. Cara kerja ombrometer sederhana yaitu saat terjadi hujan, air masuk ke
corong satu. Air yang masuk ke corongsatu akan di alirkan melewati paralon
menuju corong dua. Kemudian air akan keluar melalui selang yang menempel
pada ujung corong dua. Air yang keluar akan di tampung pada gelas ukur.
Pada jam-jam pengamatan tertentu air hujan yang tertampung akan diukur
dengan menggunakan gelas ukur tersebut.
3. Ombrometer dalam perhitungannya yaitu dengan cara membagi volume air
hujan tetampung dengan luas mulut ukuran (volume air : luas mulu penakar).
Alat ini biasanya di tempatkan di daerah-daerah tertentu dengan ketinggian
120‒150 cm.

B. Saran

Sehubungan dengan adanya paandemi covid-19 yang sedang terjadi dan


mengharuskan praktikum dilaksanakan secara online. Praktikan hanya melihat
cara pembuatan ombrometer sederhana melalui modul. Saran saya, assiten
praktikum membuat video tutorial membuat ombrometer sederhana secara

xv
langsung sehinggan materi yang disampaikan pada materi ini tersampaikan
dengan baik.

xvi
DAFTAR PUSTAKA

Aldrian, E., Mimin & Budiman. 2011. Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di
Indonesia. Jakarta: Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara.

Cholidatul, C., & Irzunnafis. (2018). Prototipe Perancangan Alat Pengukur Curah
Hujan Otomatis Tipe Hellman Berbasis Arduino Uno. Tugas akhir.
Fakultas Teknik. Universitas Jember.

Hasyimzoem, Edwin Faisol. 2019. Perbandingan Analisis Data Curah Hujan yang
Hilang Menggunakan Metode Reciprocal, Normal Ratio dan Rata-Rata
Aljabar. Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas Lampung.

Manullang, Valentina Sophia. 2013. Modifikasi Penakar Hujan Otomatis Tipe


Tipping Bucket dengan Hall Effect Sensor ATS276. Skripsi. Fakultas MIPA.
Universitas Sumatera Utara Medan.

Mutiawati, Cut. 2016. Penakar Hujan Manual. Fakultas Teknik. Universitas


Malahayati Lampung.

Nurhayati. 2016. Rancang Bangun Alat Deteksi Intensitas Curah Hujan. Skripsi.
Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Alauddin Makassar.

Permana. G. R., Rahmawati, E. & Dzulkiflih. 2015. Perancangan dan Pengujian


Penakar Hujan Tipe Tipping Bucket dengan Sensor Photo-Interupter
Berbasis Arduino. Jurnal Inovasi Fisika Indonesia. 4(3): 71‒76.

xvii
Petonengan, A., Sumarauw, J. S. F. & Wuisan E. M. 2016. Pola Distribusi Hujan
Jam-Jaman di DAS Tondano Bagian Hulu. Jurnal Sipil Statik. 4(1): 21‒28.

Prawaka, F. (2016). Analisis Data Curah Hujan yang Hilang Dengan


Menggunakan Metode Normal Ratio, Inversed Square Distance dan Rata-
Rata Aljabar. Studi Kasus Curah Hujan Beberapa Stasiun Hujan Daerah
Bandar Lampung.

Wahdianty, R., Ridwan, I. & Nurlina. 2016. Verifikasi Data Curah Hujan dari
Satelit TRMM dengan Pengamatan Curah Hujan BMKG di Provinsi
Kalimantan Selatan. Jurnal Fisika Flux. 13(2): 139‒147.

Sunarno. 2010. Rancang Bangun Sistem Pengukur Curah Hujan Jarak Jauh Real
Time Sebagai Peringatan Banjir Lahar Dingin. Jurnal Forum Teknik. 33(3):
175‒180.

xviii
LAMPIRAN

xix
xx
xxi

Anda mungkin juga menyukai