Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH NUTRISI TANAMAN

“DIAGNOSIS OF NUTRIENT DEFICIENCY”

Disusun oleh:
Kelompok 1 Kelas A
1. Gusti Angger Gumilang 175040207111016
2. Muhammad Rafi Hadi Utomo 175040207111164
3. Abdul Chafid Al Ansori 185040200111034
4. Shafa Salsabilaa Zahirah 185040200111038
5. Muhammad Abrar Arsul 185040200111043
6. Twenty Imelda Permata 185040200111061
7. Ivan Fadilla Suyuti 185040200111066

Dosen pengampu:
Prof.Dr.Ir. Moch.Dawam Maghfoer, MS.

MINAT BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021

1
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 4
BAB II ISI ............................................................................................................... 5
2.1 Diagnosis Defisiensi Unsur Hara .................................................................. 5
2.2 Defisiensi Unsur Hara ................................................................................... 8
a. Nitrogen ....................................................................................................... 8
b. Fosfor ........................................................................................................... 9
c. Kalium ........................................................................................................ 10
d. Sulfur ......................................................................................................... 11
e. Magnesium ................................................................................................. 12
f. Kalsium....................................................................................................... 13
g. Besi ............................................................................................................ 14
h. Mangan ...................................................................................................... 15
i. Seng ............................................................................................................ 16
j. Tembaga ..................................................................................................... 17
k. Boron ......................................................................................................... 18
l. Molibdenum................................................................................................ 20
m. Klor ........................................................................................................... 21
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 23
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24

2
DAFTAR GAMBAR
No Hal
Teks
1. Diagnosis Defisiensi ........................................................................................... 7
2. Terminologi Gejala Defisiensi ............................................................................ 8
3. Defisiensi Unsur Hara Nitrogen .......................................................................... 8
4. Defisiensi Unsur Hara Fosfor.............................................................................. 9
5. Defisiensi Unsur Hara Kalium .......................................................................... 10
6. Defisiensi Unsur Hara Sulfur ............................................................................ 12
7. Defisiensi Unsur Hara Magnesium ................................................................... 13
8. Defisiensi Unsur Hara Kalsium ........................................................................ 14
9. Defisiensi Besi Pada Daun Jeruk ...................................................................... 15
10. Defisiensi Mangan Pada Daun Jeruk .............................................................. 16
11. Defisiensi Seng Pada Daun Jeruk ................................................................... 17
12. Defisiensi Unsur Hara Tembaga ..................................................................... 18
13. Defisiensi Unsur Hara Boron .......................................................................... 19
14. Defisiensi Unsur Hara Molibdenum ............................................................... 21
15. Defisiensi Unsur Hara Klor ............................................................................. 22

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan membutuhkan sinar matahari sebagai sumber energi untuk
fotosintesis. Namun, untuk mensintesis zat organik, tanaman juga membutuhkan
bahan baku berupa bahan anorganik seperti karbondioksida, air dan berbagai zat
anorganik yang ada sebagai ion anorganik di dalam tanah. Melalui sistem perakaran
dan sistem tunas yang terjalin, jaringan kerja antara tanaman dan unsur hara
anorganik tanaman, lingkungan, tanah dan udara sangat luas.
Salah satu faktor yang mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman secara
optimal adalah ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Pertumbuhan tanaman tidak
hanya dikendalikan oleh faktor internal tetapi juga oleh faktor eksternal. Salah satu
faktor eksternal adalah unsur hara esensial. Unsur hara essensial adalah elemen
penting untuk pertumbuhan tanaman. jika unsur unsur tersebut tidak cocok untuk
tanaman maka tanaman akan menunjukkan gejala kahat dan pertumbuhan tanaman
akan terganggu. Berdasarkan kuantitas yang dibutuhkan, kita mengenali
keberadaan makronutrien dan mikronutrien, tanaman membutuhkan banyak
makronutrien (0,5-3% dari bobot badan tanaman). pada saat yang sama, jumlah
mikronutrien yang dibutuhkan tanaman relatif kecil.
Jika tanah tidak dapat memberikan nutrisi yang cukup untuk tanaman, pupuk
harus digunakan untuk mengatasi kekurangan ini. Tentunya setiap unsur hara yang
dibutuhkan tanaman memiliki fungsi, kelebihan dan kekurangannya masing
masing. Tentunya dalam menyuplai unsur hara kepada tanaman sangat penting
dilakukan untuk menjaga keseimbangan dan menyesuaikan kandungan unsur hara
tersebut, karena jika pemberian unsur hara yang berlebihan tidak akan memberikan
pengaruh yang baik, maka hal yang sama berlaku bila unsur hara tersebut diberikan.
Kurang dari dosis yang seharusnya diberikan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut:
a. Untuk menjelaskan gejala gejala abnormal pertumbuhan tanaman
b. Untuk menjelaskan cara mendiagnosis defisiensi unsur hara pada tanaman

4
BAB II
ISI
2.1 Diagnosis Defisiensi Unsur Hara
Diagnosis defisiensi dan toxisitas unsur hara pada tanaman adalah studi
gejala atau indikator yang ditunjukkan tanaman yang mengalami kekurangan
(defisiensi) dan kelebihan (keracunan) unsur hara. Perlakukan yang dilakukan
• Diagnosis Visual
• Uji Jaringan
• Uji Enzim
• Uji Tanah
Menurut Ade Supriyadi et.al (2013) Diagnosis Visual Prinsip dasar dalam
diagnosis defisiensi dan toxisitas unsur hara yang perlu dicermati :

• Diagnosis yang tepat (akurat) sangat penting jika masalah nutrisi akan
ditangani secara efektif

• Gejala visual defisiensi dan toxisitas unsur hara sering memainkan peranan
penting dalam diagnosis pada kondisi lapangan, dan metode visual
mempunyai kelebihan yang tidak tergantung langsung pada peralatan atau
layanan laboratorium yang mahal

• Dengan masalah nutrisi yang berbeda yang dapat kadang-kadang


menghasilkan gejala visual yang agak sama, konfirmasi hasil diagnosis
visual dengan analisis tanaman, tanah atau keduanya diperlukan

• Gejala yang dikenali dengan jelas pada banyak tanaman terjadi hanya pada
tingkat defisiensi yang tinggi

• Kesulitan dapat terjadi dalam interpretasi gejala visual defisiensi unsur hara
pada tanaman, sehingga analisis kimia jaringan tanaman atau tanah tidak
dapat dihindari untuk penegasan status nutrisi yang dialami tanaman

• Sikap hati-hati dan kecermatan dalam diagnosis gejala defisiensi dan


keracunan unsur hara dan unsur kimia lain.

Faktor Lingkungan merupakan Unsur hara perlu diperhatikan dalam


diagnosis karena defisiensi dan toxisitas nutrisi pada tanaman terjadi tidak hanya
melulu karena kuantitas nutrisi dalam media perakaran (tanah), tapi juga karena

5
keadaan lingkungan yang mempengaruhi ketersediaan nutrisi dalam media
perakaran. Faktor lingkungan yang mempengaruhi ketersediaan unsur hara dalam
tanah termasuk air, suhu, jarak unsur hara dari akar, dan pH.

Pada dasarnya, diagnosis gejala defisiensi dan toksisitas unsur hara pada
tanaman dapat dilakukan melalui dua acara yaitu diagnosis visual dan uji tanaman
pada laboratorium. Dari segi keunggulan, diagnosis visual membutuhkan waktu
yang lebih singkat jika dibandingkan dengan uji laboratorium, akan tetapi
persentase tingkat keakuratannya tidak sebaik dengan uji laboratorium.
Penggunaan diagnosis visual juga tidak bergantung pada peralatan yang mahal atau
layanan penunjang laboratorium. Penggunaan diagnosis visual memerlukan
pemahaman yang baik tentang gejala toksisitas atau defisiensi unsur hara serta
pengalaman yang tidak singkat. Gejala visual dari defisiensi nutrisi dan toksisitas
sering memainkan peran penting di lapangan. Namun, salah satu tantangan dari
penggunaan diagnosis visual ini adalah adanya kemiripan kenampakan gejala
defisiensi dan toksisitas pada tanaman. Berikut merupakan beberapa prinsip
penyediaaan unsur hara pada tanaman terhadap gejala defisisensi atau toksisitas
pada tanaman: 1.Ketersediaan unsur hara pada tanaman salah satunya dipengaruhi
oleh tekstur atau struktur tanah; 2.Beberapa gejala yang tampak pada tanaman
merupakan dampak kelanjutan dari gejala utama; 3.Tidak semua bentuk unsur hara
yang terkandung dalam tanah dapat diserap oleh tanaman (Taufiq, 2014).
Uji tanah bertujuan untuk mengetahui sifat fisik tanah yang merupakan media
tanam tanaman. untuk perlakuanya menggunakan metode kualitatif atau kuantitatif.
Pada penggunaan metode kuantitatif, dijabarkan menjadi variable yang bersangkut,
sedangkan penggunaan metode kualitatif dijabarkan menjadi atribut yang
bersangkut atau mendeskripsikan jenis sifat fisik tanah.
Untuk uji jaringan, Analisa jaringan tanaman digunakan untuk diagnosa
kebutuhan hara suatu pertanaman pada masing-masing saat selama
pertumbuhan pertanaman yang gayut dengan masa-masa (periods) hidup yang
mengendalikan berbagai anasir hasil. Kiranya tidak perlu dijelaskan kembali,
bahwa kerendahan kemampuan penyediaan hara tanah tidak selalu berarti
hanya dapat diperbaiki dengan jalan pemupukan. Tidak jarang perbaikan itu
dapat dilaksanakan dengan baik melalui perbaikan pergiliran tanaman,

6
perbaikan struktur tanah, perbaikan pengairan, pengatusan yang lebih baik,
jarak tanam yang lebih lebar, penyiangan yang lebih mempan (effective),
penggunaan varietas yang lebih baik dan sebgainya. Sering perbaikan itu telah
dapat dicapai dengan cara-cara yang lebih murah daripada penggunaan pupuk
buatan. Jadi bagaimanapun, pengetahuan tentang tanah sebagai suatu edafon
tidak dapat disampingkan oleh analisa jaringan tanaman.
Pada uji enzim untuk mengetahui unsur hara dalam pertumbuhannya yang
berada dalam mikrobia, uji enzim dilakukan di laboratorium didalam pertdish
dimana medium pertumbuhan dibuat selektif terhadap beberapa unsur
sehingga dapat diketahui bagaimana respon dibuat selekti mikroorganisme
yang dibiakkan.
Berikut merupakan lokasi dan tipe beberapa gejela defisiensi unsur hara dan
toksisitas pada tanaman (Taufiq, 2014) :

Gambar 1. Diagnosis Defisiensi

7
Terminologi yang digunakan untuk menyatakan gejala defisiensi tertentu disajikan
berikut ini :

Gambar 2. Terminologi Gejala Defisiensi


2.2 Defisiensi Unsur Hara
a. Nitrogen
Nitrogen umumnya diserap tanaman dari media pertumbuhan (tanah) dalam
bentuk NO3 - dan NH4 +. Nitrogen berfungsi sebagai unsur penyusun molekul
protein dan khlorofil, sehingga penyediaan N yang cukup akan ditandai dengan
pertumbuhan vegetatif yang lebat dengan warna hijau gelap.
Nitrogen dibutuhkan oleh tumbuhan untuk produksi protein, asam nukleat
(DNA dan RNA), dan klorofil. Gejala defisiensi N adalah klorosis umum pada daun
bagian bawah (hijau muda sampai kuning), pertumbuhan kerdil dan lambat, dan
nekrosis daun tua pada kasus yang parah. (Jones, 2012)

Gambar 3. Defisiensi Unsur Hara Nitrogen


Cara mengatasi defisiensi unsur hara N pada tanaman yakni dengan
diberikannya pupuk anorganik seperti pupuk urea dan pupk organik seperti sisa

8
hasil panen, jerami, dan kotoran ternak yang sudah dijadikan pupuk kendang.
Menurut Himawan (2011) bahwa pemberian pupuk anorganik, pupuk kandang sapi
dan seresah sengon (Paraserianthes falcataria L.) dapat meningkatkan Nitrogen (N)
total tanah, Nitrogen (N) total tertinggi (0,07%) dicapai oleh pemberian 45% pupuk
kandang sapi + 100% dosis rekomendasi + Seresah sengon 5% bobot pupuk
kandang sapi
b. Fosfor
Tanaman menyerap unsur P dalam bentuk H2PO4 - dan HPO4 -2 , tetapi
serapan H2PO4 - lebih dominan yang jumlahnya dalam tanah dikendalikan oleh
reaksi tanah (pH). Ketersediaan P sangat penting pada awal pertumbuhan yang
merupakan primordia reproduktif yang, karenanya, menentukan potensi hasil akhir.
Tanaman membutuhkan P untuk pengembangan ATP (energi), gula, dan asam
nukleat. Gejala kahat P biasanya lebih terlihat pada tanaman muda, yang memiliki
kebutuha relatif lebih tinggi untuk P daripada tanaman yang lebih dewasa.
Defisiensi P yang sering terjadi pada tanah masam, akan mengakibatkan
penghambatan pertumbuhan dan tanaman menjadi kerdil sebagai akibat dari
kekurangan energi untuk reaksi metabolisme. Ini dapat disertai dengan warna hijau
gelap akibat penghambatan pembesaran sel dan daun yang lebih tinggi dari
penghambatan pembentukan khlorofil. Pengaruhnya terlihat pada daun tua terlebih
dahulu berupa timbulnya warna ungu karena adanya akumulasi gula pada daun
yang kekurangan P yang menyebabkan sintesis antosianin (Barker et al,2007)

Gambar 4. Defisiensi Unsur Hara Fosfor


Cara mengatasi defisiensi yang terjadi akibat kekurangan unsur hara P pada
tanaman ialah dengan mengaplikasikan pupuk kendang atau campuran bahan
lainnya ( mulsa organik, kompos) atau kombinasi dari bahan – bahan tersebut.

9
Mengubur sisa – sisa tanaman setelah panen juga dapat membantu menjaga
keseimbanagan fosfor dalam jangaka panjang dan dapat memperbaiki struktur
tanah (Zahra,2010)
c. Kalium
Tanaman menyerap K dalam bentuk K+ yang merupakan kation paling banyak
dalam sitoplasma dan sangat mobil dalam tanaman baik pada tingkat sel maupun
jaringan dan organ. Unsur K juga berfungsi untuk menetralisir anion makromolekul
dapat atau tidak dapat larut dan memelihara pH sekitar 7-8 yang optimum untuk
kebanyakan reaksi enzimatis.
Diagnosis defisiensi unsur kalium digunakan oleh tanaman dalam aktivasi
enzim dan ko-enzim (protein khusus yang berfungsi sebagai katalis dan ko-faktor),
fotosintesis, pembentukan protein, dan transportasi gula. Daun tua yang terkena
akan menunjukkan daerah berbintik-bintik atau klorotik terlokalisasi dengan daun
terbakar di tepi Gejala klorosis biasanya dimulai pada ujung daun, tetapi tidak
seperti efek 'V' yang disebabkan oleh defisiensi N, klorosis defisiensi K akan
berkembang di sepanjang tepi daun menuju pangkal, biasanya meninggalkan
pelepah hidup dan berwarna hijau. Tanaman lebih rentan terhadap serangan
penyakit dan kekurangan air karena pengendalian kehilangan air melalui stomata
tidak bekerja baik (Barker et al,2007).

Gambar 5. Defisiensi Unsur Hara Kalium


Cara mengatasi defisiensi yang terjadi akbiat kekuarangan unsur hara K pada
tanaman Membiarkan atau mengembalikan jerami dan brangkasan jagung ke lahan
pertanian sangat bermanfaat dalam mempertahankan kesuburan tanah. Unsur K
yang terdapat dalam jerami/brangkasan akan cepat larut melalui pelapukan dan
dekomposisi. Hampir seluruh K jerami akan dilepaskan dalam waktu 30 hari setelah

10
jerami dibenamkan ke dalam tanah yang tergenang (De Datta dan Mikkelsen 1985).
Memanfaatkan sisa hara dari pemupukan pertanaman sebelumnya juga dapat
menghemat pupuk K. Pupuk K yang diberikan pada tanaman tidak seluruhnya habis
dimanfaatkan dan sebagian hilang. Oleh karena itu, pengelolaan hara K dengan
pendekatan pola tanam merupakan langkah strategis karena dapat mengefisienkan
pemupukan K (Suyamto et al,1993)
d. Sulfur
Sulfur umumnya diserap tanaman dalam bentuk SO4-2 dari tanah, dan juga
dapat diabsorbsi daun dari atmosfir dalam bentuk SO2. Sulfur (S) berperan untuk
pertumbuhan tanaman, menyusun protein dan membentuk klorofil sehingga sangat
penting bagi tanaman karena apabila kekurangan sulfur maka tanaman tidak dapat
tumbuh dengan baik dan tanaman akan menjadi kerdil, kurus, dan daun menguning
termasuk daun yang baru muncul. Sulfur merupakan salah satu hara makro esensial
tanaman yang berkontribusi terhadap peningkatan hasil tanaman yaitu dengan
memberikan hara secara langsung, memberikan hara secara tidak langsung sebagai
bahan perbaikan tanah terutama tanah dengan pH tinggi dan meningkatkan efisiensi
penggunaan unsur hara esensial lainnya terutama nitrogen dan fosfor (Danapriatna,
2008).
Defisiensi kandungan sulfur (S) yang kemungkinan terjadi pada tanah masam,
umumnya menunjukkan warna kuning pada daun muda karena immobilitas unsur
ini dalam tanaman. Sering terjadi, daun menunjukkan khlorosis antar tulang daun
sama dengan defisiensi Zn yang umumnya terjadi pada tanah alkalis. Upaya yang
dapat dilakukan yaitu dengam penambahan pupuk yang mengandung Sulfur seperti
pupuk amonium sulfat, atau superfosfat (SP-36). Seperti pada gambar dibawah ini

11
Gambar 6. Defisiensi Unsur Hara Sulfur
e. Magnesium
Magnesium diserap dalam bentuk Mg+2 , merupakan bagian dari khlorofil.
Kekurangan zat ini maka akibatnya adalah khlorosis, gejala-gejalanya akan tampak
pada permukaan daun. Magnesium juga dibutuhkan dalam aktivasi banyak enzim
yang berkaitan dengan metabolisme karbohidrat dan sangat penting dalam siklus
asam sitrat yang penting dalam respirasi sel. Magnesium dibutuhkan dalam
aktivitas enzim-enzim dan sebagai atom pusat dari molekul klorofil. Magnesium
mengaktifkan enzim ribulose 1,5-bisphosphate (RuBP) carboxylase yang penting
dalam proses fotosintesis (Yang et al., 2012).
Pada kebanyak spesies tanaman, tanda defisiensi adalah khlorosis antara tulang
daun sementara tulang daun dapat tetap hijau, dan daun akan nampak pucat
kemudian coklat dan nekrosis dengan defisiensi yang berat. Aplikasi nitrogen (N)
dan potasium (K) dalam tanah tanpa pemberian Magnesium dapat menyebabkan
defisiensi magnesium (khlorosis). Pada tingkat kekahatan berat khlorosis diikuti
oleh nekrosis (Oviasogie et al., 2011).
Pemberian pupuk yang mengandung magnesium harus dilakukan untuk
mengantisipasi gejala kekurangan unsur hara ini. Pupuk yang dapat digunakan
diantaranya adalah pupuk magnesium tunggal (MgO), atau pupuk kieserite
(MgSOs4.H2O) yang mengandung 27% hara magnesium dan 22% hara sulfur
maupun pupuk dolomite CaMg (CO3)2 yang selain mengandung unsur hara
magnesium sebesar 18-22%, sekaligus juga mengandung unsur hara kalsium
sebanyak 30-40%.

12
Gambar 7. Defisiensi Unsur Hara Magnesium
f. Kalsium
Kalsium termasuk unsur hara yang esensial, unsur ini diserap dalam bentuk Ca+2
. Sebagian besar terdapat dalam daun dalam bentuk kalsium pektat yaitu dalam
lamella pada dinding sel. Kalsium berperanan penting dalam kekuatan mekanis
jaringan, dan organisasi membran sel dengan pemeliharaan selektivitasnya pada
ion. Kalsium dan magnesium merupakan hara makro sekunder. Kalsium berperan
sebagai nutrisi tanaman yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
khususnya akar dan tunas (Tuteja dan Mahajan, 2007). Kalsium juga bersifat
immobile, oleh karena itu pemberian unsur hara kalsium harus dilakukan secara
teratur pada tiap fase pertumbuhan tanaman. Kalsium juga dapat mencegah
terjadinya cracked. Cracked merupakan gangguan fisiologis bukan merupakan
penyakit yang disebabkan jamur, bakteri, atau virus. Cracked yang terjadi pada
tanaman akibat kurangnya pasokan kalsium pada buah. Ini juga bisa terjadi bila
tanaman mengalami stres air (Resh, 2004)
Gejala tanaman yang kekurangan Ca yaitu terhambatnya pertumbuhan pucuk
(titik tumbuh), kemudian pertumbuhan tanaman kerdil dan mati (Baker dan Pilbean,
2006). Apabila zat ini tidak diperhatikan atau ditiadakan, maka pertumbuhan ujung
dan bulu-bulu akar akan terhenti sedangkan bagian-bagian yang telah terbentuk
akan mati dan berwarna coklat kemerah-merahan. Pada keadaan defisiensi berat,
akar dapat tumbuh membengkok atau berlekuk-lekuk.

13
Gambar 8. Defisiensi Unsur Hara Kalsium
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi defisiensi kalsium yaitu
dengan memberikan pupuk kalsium dalam bentuk tunggal (CaO) maupun pupuk
NPK yang ditambahi kandungan (Ca) nya sehingga menjadi pupuk NPK plus Ca.
pupuk lain yang mengandung kalsium adalah RP (Rock Phosphate) dengan
kandungan fosfat sekitar 30% dan CaO sekitar 45%, TSP dengan kandungan 46%
fosfat dan 20% kalsium, serta pupuk SSP (Single Super Phosphate) yang
mengandung 18% fofat dan 25% kalsium.
g. Besi
Besi (Fe) diserap tumbuhan dalam bentuk Fe2+ dan Fe3+ yang digunakan
dalam pembentukan sturuktur kloroplas (Bozorgi, 2012). Jika tanaman mengalami
defisiensi Fe maka akan menyebabkan terjadinya klorosis pada daun. Selain itu
defisiensi Fe dapat menyebabkan terhambatnya pembentukan klorofil, penyusunan
protein menjadi tidak sempurna, penurunan jumlah ribosom, penurunan kadar
pigmen dan terjadi pengurangan aktivitas enzim. Fe juga merupakan unsur hara
esensial karena merupakan enzim-enzim tertentu yang merupakan bagian dari
protein yang berfungsi sebagai pembawa electron pada fase fotosintesis dan
respirasi (Zuhaida et al., 2012).
Gejala defisieni Fe yang terdapat pada daun sangat khas dan memiliki pola
yang teratur yaitu semua tulang daun mulai dari tulang primer hingga tulang daun
sekunder dan tersier berubah warna menjadi hijau pucat sedangkan helau daun
kekuningan. Jika dilihat lebih teliti, kerangka daun terlihat yaitu berupa tulang daun
yang menghijau

14
Gambar 9. Defisiensi Besi Pada Daun Jeruk
Gejala pertama dapat dilihat pada daun-daun muda. Jika defisiensi semakin
parah maka helai daun akan semakin pucat dan tulang-tulang daun akan semakin
jelas terlihat bahkan daun akan memutih. Gejala defisiensi Fe sering muncul pada
awal musim penghujan hal ini dapat terjadi karena pada saat musim penghujan
khususnya pada tanah yang memilki pH tinggi seperti tanah berkapur dan tanah
berpasir yang sering mengalami leaching dan tanah tergenang. Upaya untuk
mengatasi defisiensi Fe pada tingkat defisiensi ringan dapat menggunakan mulsa
organic sehingga menghindari leaching. Selain itu juga dapat dilakukan dengan
meningkatkan kandungan Fe melalui biofortifikasi yaitu meningkatkan konsentrasi
pada pupuk yang diberikan pada tanaman. Menurut Zuhaida et al. (2012),
pemupukan Fe dilakukan dengan mengaplikasikan pupuk mikro yang mengandung
Fe-EDDHA atau Fe-EDTA.
h. Mangan
Mangan (Mn) diserap tanaman dalam bentuk ion Mn2+. Mn digunakan
dalam proses fotosintesis dengan adanya peningkatan aktivitas fotosintesis maka
konsentrasi korofil akan meningkat sehingga kondisi hijau daun juga akan semakin
meningkat. Hal ini disebabkan karena Mn memegang peranan yang penting dalam
pembentukan klorofil meskipun daun tanaman sudah tua (Dewantoro, 2017). Selain
itu, Mn juga berperan penting bagi proses respirasi dan metabolism nitrogen karena
Mn membentuk jembatan antara enzim dengan substrat. Menurut Soepardi (1983),
Mn merupakan bagian penting dari kloroplas dan ikut dalam reaksi yang
menghasilkan oksigen.
Gejala defisiensi Mn pada tanaman memiliki gejala yang hampir sama
dengan gejala defisiensi Fe pada tanaman. Pada daun muda akan terlihat klorosis
pada tulang-tulang daun dimulai dengan warna hijau lama kelamaan menjadi

15
kuning lalu putih. Perbedaannya terdapat pada warna tulang-tulang daun yaitu tetap
berwarna hijau sampai ke bagian sisi-sisi tulang daun. Jaringan pada bagian daun
yang mengalami klorosis akan mati, mengering, mengeriput dan ada juga yang
jatuh.

Gambar 10. Defisiensi Mangan Pada Daun Jeruk


Ketersediaan Mn berhubungan erat dengan pH tanah. Mangan tersedia pada
tanah dengan pH tinggi dan pada pH rendah dapat menjadi toksik seperti tanah
masam dan berpasir. Tanah yang kekurangan Mn dapat diatasi dengan memberikan
1% MnSO4H2O dan disarankan dalam bentuk larutan agar mudah diserap tanaman.
Selain itu, dapat dilakukan penyemprotan MnSO4 melalui daun agar lebih efektif
(Seran, 2017).
i. Seng
Seng (Zn) diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn2+. Unsur Zn
diperlukan tanaman sebagai katalisator dalam proses metabolisme, trasnformasi
pati menjadi gula, pembentukan klorofil dan sistem enzim yang mengatur
pertumbuhan (Rezamela et al., 2018). Selain itu, unsur Zn juga berperan dalam
metabolism asam nukleat, pembelahan sel dan sintesis protein (Sarwar, 2011).
Unsur hara Zn juga berperan dalam mengendalikan OPT, hal ini sesuai dengan
pernyataan Gogi et al. (2012) yaitu Zn dapat meningkatkan kesehatan dan
produktivitas tanaman serta meningkatkan resistensi terhadap serangan OPT.
Secara fisiologis, kekurangan unsur Zn dapat menyebabkan pertumbuhan
tanaman menjadi lambat akibat melemahnya sintesis hormon pertumbuhan dan
menurunnya sintesis pati pada tanaman. Gejala defisiensi unsur Zn pada daun
sangat spesifik. Gejala ditandai dengan adanya pola kuning pada helai daun diantara

16
tulang-tulang daun utama dan tulang daun sekunder. Tulang daun utama dan kedua
berwarna hijau kontras dan tebal sedangkan pada tulang daun ketiga menguning.
Pada kondisi awal ukuran daun akan normal tetapi lama kelamaan akan mengecil
dan berwana lebih kuning sangat berbeda dengan tulang daunnya. Pada kondisi
parah daun akan mengecil, empit dan berwarna kuning seluruhnya.

Gambar 11. Defisiensi Seng Pada Daun Jeruk


Tanah yang memiliki pH rendah cenderung memicu terjadinya defisiensi
Zn, pH tanah yang optimal untuk menyediakan Zn adalah ± 6. Defisiensi Zn juga
sering ditemukan pada tanah berpasir yang sering mengalami leaching. Cara
mengatasi defisiensi Zn dapat dilakukan dengan aplikasi seng sulfat yang umumnya
diaplikasikan dalam bentuk pupuk cair yang disemprotkan ke daun (Haq et al.,
2015).
j. Tembaga
Tembaga merupakan salah satu unsur hara essensial yang diperlukan dalam
jumlah sedikit bagi tanaman. Meskipun dibutuhkan dalam jumlah sedikit unsur hara
ini berperan penting dalam sistem tarnsportasi elektron fotosintesis,pembentuk
klorofil, metabolisme protein dan karbohidrat serta fiksasi nitrogen (Adelia,2013).
Selain itu juga tembaga berperan dalam penyusun enzim cytochrome oxidase,
ascorbic,acid oxidase dan laccase (Utami,2018). Unsur hara ini dapat terserap
dalam bentuk ion Cu2+ dan juga dapat diserap dalam bentuk senyawa kompleks
organik misalnya Cu-EDTA (Cu-ethilen diamine tetra acetate acid) dan Cu-DTPA
(Cu diethilen triamine penta acetate acid).
Ketersediaan maksimum Cu terdapat pada tanah pH 5-6,5. Sedangkan
dalam tubuh tanaman unsur tembaga berkisar antara 5-20 ppm. Jika kandungan Cu
berlebih sekitar >400 mengakibatkan tanaman mengalami keracunan yang

17
mengakibatkan pertumbuhan akar buruk , daun menguning dan akhirnya mati. Jika
jumlah unsur hara Cu dibawah 5-20 ppm maka tanaman akan mengalami defisiensi
yang biasanya terdapat pada tanah-tanah organik yang agak asam. Oleh karena itu
defisiensi unsur hara ini berbanding terbalik dengan kandungan bahan organik
didalam tanah dan pada tanah berpasir dengan intensitas perlindian yang tinggi.
Karena bersifat immobil maka defisiensi tembaga akan tampak pada ujung-ujung
daun muda terlihat dengan layunya daun muda tetapi tanpa klorosis dan tunas titik
tumbuh tetap hidup (Hanafiah,2010). Berikut gejala defisiensi Cu pada beberapa
jenis tanaman.

Gambar 12. Defisiensi Unsur Hara Tembaga


1. Jagung, daun muda terjadi etiolasi dan daun bagian bawah terjadi etiolasi
dari arah pangkal ke pucuk (ujung), pucuk daun tampak hijau muda dan
akhirnya terjadi etiolasi pada seluruh daun.
2. Kedelai, daun menjadi kuning terutama diantara venanya. Tunas pucuk yang
akan berkembang mengering.
3. Kacang panjang, daun pucuk mengalami pengeringan dan terdapat
bercakbercak ungu. Daun-daun yang terletak di bawah menjadi kuning.
4. Timun, daun pucuk menjadi kuning diantara vena-venanya.
5. Padi, terdapat bercak-bercak kuning di helaian daun yang akhirnya
mengering.
(Utami,2018)
k. Boron
Boron merupakan unsur hara genetis yang sama seperti N,P dan Mg karena
berperan secara genetis bagi tanaman. Unsur hara ini dapat diserap oleh tanaman
dalam bentuk B4O7-2, H2BO3-, HBO3-2 atau BO3-3. Menurut Rahma et.al
(2015), Pemberian Unsur Hara Boron dapat memperkuat dinding sel dan

18
meningkatkan pertumbuhan suatu tanaman secara optimal. Boron berperan penting
pada sintesis salah satu dasar pembentukan RNA pada pembentukan sel, respirasi
serta pertumbuhan. Selain itu boron berperan dalam transportasi karbohidrat hasil
fotosintesis, dimana karbohidrat digunakan untuk pertumbuhan tanaman sehingga
pemberian unsur boron mampu mengoptimalkan pertumbuhan tanaman dan pada
fase generatif boron dapat meningkatkan bobot buah dan panjang buah. Sedangkan
menurut Sugianto et.al (2014) Boron mampu mempercepat metabolisme sehingga
waktu tanam menjadi singkat. Kebutuhan kandungan boron pada tiap jenis tanaman
berbeda-beda contohnya pada tanaman monokotil membutuhkan 6-18 ppm
sedangkan pada tanaman dikotil 20-60 ppm. Ketersediaan B pada tanah berkisar
pH 5-7 dan 8,75 sehingga ketersediaan unsur hara mikro ini tergantung dari tingkat
dekomposisi bahan organik (Hanafiah,2010).

Gambar 13. Defisiensi Unsur Hara Boron


Boron bersifat immobil sehingga jika tanaman mengalami defisiensi akan
menimbulkan gejala pada daun pucuk muda dan pada jaringan akar muda. Sehingga
jika tanamann kekurangan unsur ini akan mengakibatkan daun hingga bunga gagal
terbentuk selain itu dapat diketahui dengan melihat kondisi pucuk mati, distorsi
(pengurangan ukuran bagian tumbuhan) pada pangkal atau ujung daun muda,daun
muda yang terpilin dengan pangkal memucat terang bahkan dapat menimbulkan
penyakit “brown/black heart” yaitu penyakit yang mengakibatkan kerusakan
internal pada akar sehingga menimbulkan warna gelap (Hanafiah,2010). Berikut
merupakan gejala kekurangan boron pada jenis-jenis tanaman tertentu:
1. Jagung, daun pucuk menjadi kuning pucat, daun-daun muda menjadi kuning
dengan ujung dan tepi menjadi merah muda.
2. Kedelai, daun-daun muda berwarna kuning pucat, pada daun muda terdapat
bercak-bercak karat.

19
3. Kacang panjang, daun pucuk kuning dengan tanpa bintil akar.
4. Timun, daun berwarna kuning kehijauan.
5. Padi, daun-daun pucuk pucuk mengalami etiolasi, daun muda dan tua bagian
ujungnya mengering (Utami,2018)
l. Molibdenum
Unsur Hara MO masuk kedalam hara enzimetik seperti Cu,Fe,Zn dan Mn karena
berperan penting dalam transport elektron dan sebagai katalis reaksi atau aktivitas
enzimatik. Ketersediaan unsur hara Mo (Molibdenum) sangat terbatas di dalam
tanah khususnya tanah masam, sementara keberadaannya sangat menentukan
proses penambatan nitrogen secara biologis. Unsur hara ini dapat dierap oleh
tanaman dalam bentuk MoO42-. Pada tanah masam populasi rhizobium sedikit,
tanah masam sendiri merupakan faktor pembatas proses fiksasi N2 yang akan
membatasi ketahanan hidup rhizobium dan menurunkan jumlah bintil akar. Mo
sendiri merupakan komponen meta-protein nitgorenase yang membantu proses
penambatan nitrogen dan merupakan komponen essensial yang diperlukan untuk
metabolisme N bakteria. Agar dapat berfungsi dengan baik, enzim nitrogenase
memerlukan unsur hara Mo. Sifat unsur hara Mo immobil dalam tanah. Mo di
dalam tanah dipengaruhi oleh adanya pengapuran, perubahan suasana reduksi
oksidasi, mikroorganis dan Mo itu sendiri yang tersedia (Ma’aruf,2017).
Ketersediaan Mo meningkat seiring dengan meningkatnya pH, sehingga
pemberian kapur dapat meningkatkan ketersediaan Mo. Pada pH rendah, hampir
tidak ada Molibdenum yang tersedia namun pH maksimal ketersediaan Mo bagi
tanaman yaitu pada pH 7. Semakin rendah pH maka semakin rendah pula
kelarutannya, karena semakin rendah pH maka semakin tinggi kelarutan Fe dan Al
kemudian Fe akan mengikat Mo. Ikatan yang terjadi antara Fe dan Mo tergolong
kuat sehingga Mo menjadi tidak tersedia untuk tanaman.

20
Gambar 14. Defisiensi Unsur Hara Molibdenum
Fungsi Mo dalam tanaman dapat menjadi bagian dari enzim nitrat reductase
yang mereduksi ion nitrat menjadi nitrit. Mo berperan sebagai katalis dan hanya
dalam satu atau beberapa enzim saja. Fungsi Mo dalam tanaman adalah
mengaktifkan enzim nitrogenase, nitrat reduktae dan xanthine oksidae. Gejala
defisiensi Mo pada tanaman sangat bervariasi, yang sering timbul adalah gejala
klorosis daun. Gejala defisiensi Mo umumnya terdapat pada tanah masam seperti
daun akan membentuk cupping akibat laju perkembangan daun ketepi-tepi
dibandingkan kebagian tengahnya sehingga daun akan memanjang dan ramping
serta akan terjadi klorosis diantra urat-urat daun. Selain itu juga tanaman akan
tumbuh abnormal dan pucat (Hanafiah,2010).
m. Klor
Klor (Cl) merupakan ion yang didistribusikan secara luas, dapat didaur
ulang secara cepat dan diserap tanaman dalam bentuk Cl-. Klor didalam tanah
terbentuk dalam garam larut yaitu NaCl, CaCl2, MgCl2. Ion klorida didalam tanah
tidak akan diserap oleh mineral namun terfiksasi dari organik. Klor ini yang paling
banyak bergerak atau dalam artian lain dapat pindah dari suatu bagian tanaman ke
bagian lain tanaman akan tetapi mudah tercuci. Proses masuknya klor kedalam
tanah melalui air hujan, air irgasi, letusan gunung berapi dan air laut. Klor memiliki
fungsi yaitu berpengaruh terhadap tekanan turgor dalam mengatur tekanan osmosis
cairan sel, mengatur membuka menutup stomata, pergerakan air dan zat zat terlarut
dalam sel tanaman, mengatur keseimbangan ion dalam penyerapan hara dan
fotosintesis, berpengaruh terhadap evolusi o2 dalam kloroplas dan dalam jumlah
kecil mungkin essensial dalam fotosistem II dan membantu stabilitas proses
oksidasi (Marschner, P. 2012) Unsur Cl berguna untuk membantu metabolisme

21
pertumbuhan tanaman. Unsur Cl lebih banyak ditemukan di dalam tanah daripada
di dalam tanaman (Suhariyono et al., 2005).
Umumnya gejala defisiensi Cl yaitu khlorosis dan layu untuk daun muda.
Khlorosis terjadi pada bagain depresi datar antar tulang daun dari helai daun. Selain
itu, layu pada bagian tepi daun dan sistem perakaran yang bercabang banyak juga
merupakan ciri khusus yang banyak dijumpai pada tanaman serealia. Gejala ini
adanya bercak khlorosis dan nekrosis pada sepanjang daun dengan batas yang jelas
antara bagian jaringan yang mati dan hidup. Kahat cl menunjukkan tanaman tidak
menghasilkan buah, berwarna tembaga dan layu pada pucuk daun (Hodges, 2011).
Selain kekahatan pada cl, terdapat toksisitas yaitu tanaman yang mengalami
kelebihan cl menunjukkan daun yang menebal dan cenderung menggulung.

Gambar 15. Defisiensi Unsur Hara Klor


Kekahatan Cl ditunjukkan oleh gejala layu sebagian atau kehilangan turgor
daun, klorosis pada daun muda diikuti nekrosis berwarna coklat dan pertumbuhan
akar terganggu. Biasanya, gejala ini muncul apabila kadar cl 70-700 ppm dalam
jaringan tanaman. Oleh karena itu, perlu adanya penambahan sekitar 4-10 kg cl per
Ha untuk memperbaiki keadaan tersebut. Penambahan cl ini dapat menggunakan
pupuk KCL (65% Cl), MgCl2 (74% Cl) dan NaCl (66% Cl) (Hanafiah,2010).

22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehilangan hasil yang besar dengan kuliatas produk yang rendah disamping
kerusakan lingkungan sering terjadi akibat informasi rekomendasi penggunaan
pupuk yang tidak memadai menyebabkan berdampak buruk bagi tanaman yang
disebut dengan defisiensi unsur hara. Terdapat berbagai cara untuk mendiagnosisa
defisiensi yaitu diagnosis visual, uji jaringan, uji tanah dan uji enzim. Setiap unsur
hara memiliki kekahatan dan toksisitas masing masing. Defisiensi N adanya daun
hijau kekuningan, pendek dan layu yang terjadi pada daun tua di seluruh tanaman,
defisiensi fosfor yaitu warna daun berubah menjadi lebih tua tampak mengkilap
kemerahan dan terjadi pada daun tua, defisiensi kalium daun tua akan mengkerut
dan keriting serta timbul bercak merah kecoklatan. Defisiensi kalsium ditandai
dengan mengalami khlorosis pada daun muda yang menjalar ke tulang daun.
Defisiensi magnesium ditandai pada daun tua tampak bercak cokelat. Defisiensi
sulfur yaitu warna daun muda menjadi kuning kehijauan. Kekurangan klor
menujukkan gejala daun agak keriput, pada unsur hara besi ditandai defisiensi
warna menjadi kekuningan pada daun muda. Defsiensi mangan ditandai daun yang
berwarna merah kekuningan, sedangkan defisiensi tembaga adanya ujung daun
tidak merata serta layu. Untuk seng dan boron ditandai masing masing daun tua
menjadi kekuningan, kemerahan dan gejala khlorosis dari tepi daun dan terakhir,
gejala defisiensi pada molibdenum ialah daun berubah warna menjadi keriput dan
kering serta pertumbuhan terhenti kemudian akan mati.

23
DAFTAR PUSTAKA
Ade Supriyadi, Ika Rochdjatun S., dan Syamsuddin Djauha. 2013. Kejadian
Penyakit Pada Tanaman Bawang Merah Yang Dibudidayakan Secara
Vertikultur di Sidoarjo. Jurnal Hama Penyakit Tanaman Universitas
Brawijaya 1(3) : 27-39
Adelia. P,F. Koesriharti dan Sunaryo. 2013. Pengaruh Penambahan Unsur Hara
Mikro (Fe Dan Cu) Dalam Media Paitan Cair Dan Kotoran Sapi Cair
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Bayam Merah (Amaranthus Tricolor L.)
Aji Sahbana. 2017 .Implementasi Sistem Pakar Dalam Mengidentifikasi Penyakit
Tanaman Padi Menggunakan Metode Certainty Factor. Semarang.
Universitas Negeri Semarang
Baker, A.V., D.J. Pilbean. 2006. Hunger Sign in Crops. In Handbook of Plants
Nutrition 117. CRC Pr, Florida, USA.
Barker, A.V., and D.J. Pilbeam. 2007. Handbook of Plant Nutrition. Taylor and
Francis Publ. CRS Press.
Bozorgi, H. R. 2012. Effects of foliar spraying with marine plant Ascophyllum
nodosum extract and nano iron chelate fertilizer on fruit yield and several
attributes of eggplant (Solanum melongena). J. Agr Bio Sci. 7(5):357-362.
Danapriatna, N. 2008. Peranan sulfur bagi pertumbuhan. Journal Universitas Islam
45 Bekasi 9(1) : 153-166
Dewantoro, T.G. 2017. Pengaruh Penyemprotan Silika dan Mangan Terhadap
Pertumbuhan, Produksi dan Mutu Benih Kedelai (Glycine max [L.] Merrill)
(Skripsi). Bandar Lampung: Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Gogi, M. D, J. M Arif, M. Asif, Zain-ul-Abdin, M. H. Bashir, M. Ashad, M. A.
Khan, Q. Abbas, M. R. Shahid, and A. Anwar. 2012. Impact of nutrient
management schedules on infestation of Bemisia tabaci on yield of non-BT
cotton (Gossypium hirsu-tum) under unsprayed condition. Pak. Entomol. 34
(1) : 87-92.
Hanafiah, K.A. 2010. Dasar Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Haq, M. S., Fauziah, F., & Karyudi. 2015. Pengaruh pupuk daun nitrogen dan zink
dengan pestisida metomil pada tanaman teh yang terserang hama Empoasca
sp.: ( 1 ) Pengaruh terhadap peningkatan hasil pucuk dan komponen hasil.
Jurnal Penelitian Teh Dan Kina, 18(1), 45–54.

24
Himawan, G. 2011. N Total Dan Serapan N Tanaman Padi Pada Berbagai
Imbangan Pupuk Anorganik Pupuk Kandang Sapi Dan Seresah Sengon
(Paraserianthes falcataria L.). Skripsi Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Perpustakaan.uns.ac.id. Isrun, 2010. Perubahan
Serap
Hodges, S.C. 2011. Soil Fertility Basic NC Certified Crop Advisor Training. Soil
Sc. Extention North Carolina State University.
Jones, J.B. 2012. Plant Nutrition and Soil Fertility Manual. John Wiley and Sons.,
New York.
Ma’ruf, A. (2017). Peranan Unsur Hara Molibdenum Dalam Penambatan
Nitrogen.https://osf.io/4usgk/download. Diakses pada 19 Februari 2021
Marschner, P. 2012. Marschner’s Mineral Nutrion of Higher Plants. 3rd ed.
Academic Press. London.
Oviasogie, P.O., A.E. Aghimien, M.O. Ekebafe. 2011. Chemical fractionation of
magnesium in soil cultivated to the oil palm. Nig. J. Life Sci. 1:53-57.
Rahma, E.D., Y.C Ginting dan A.H Bakrie. 2015. Pengaruh Pemberian Boron
Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Dua Varietas Melon (Cucumis Melo
L.) Pada Sistem Hidroponik Media Padat. Jurnal Agrotek Tropika. Vol. 3,
No. 1: 92-98. ISSN 2337-4993.
Resh, H. 2004. Hydroponic Food Production Sixth Edition. New Jersey: New
concept. p. 53.
Rezamela, Erdiansyah., Y. Rachmiati dan T. Trikamulya. 2018. Pengaruh Dosis
Dan Interval Pemupukan Zn-30% Terhadap Produksi Dan Komponen Hasil
Tanaman Teh. Jurnal Of Industrial and Beverage Crops 5 (2) : 87-94.
Sarwar, M. 2011. Effects of zinc fertilizer application on the incidence of rice
stem borers (Scirpophaga species) (Lepidoptera: Pyralidae) in rice (Oryza
sativa L.) crop. Journal of Cereals and Oilseeds, 2(5), 61–65.
Seran, Regina. 2017. Pengaruh Mangan Sebagai Unsur Hara Mikro Esensial
Terhadap Kesuburan Tanah dan Tanaman. Jurnal Pendidikan Biologi 2 (1)
: 13-14.

25
Soepardi,G. 1988. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Institut Pertanian Bogor. 591p
Dalam Skripsi Sri, Y. 2002. Kajian dosis dan frekuensi pupuk nitrogen pada
pertumbuhan dan hasil jagung (Zea mays L.). Yogyakarta. 57h.
Sugianto, Hermawan., L. Darsana dan Pardono. 2014. Penggunaan Boron untuk
Meningkatkan Pertumbuhan, Hasil, dan Kandungan Minyak Kacang Tanah.
Agrosains 16(2): 29-32, 2014; ISSN: 1411-5786.
Suhariyono, G dan Yulizon Menry. 2005. Analisis Karakteristik Unsur – Unsur
Dalam Tanah Di Berbagai Lokasi Dengan Menggunakan XRF. Jurnal ISSN
0216-3128. Yogyakarta. Puslitbang Teknologi Maju – Batan.
Suyamto and Sumarno. 1993. Direct and residual effect of potassium fertilizer in
rice-maize cropping rotation on Vertisol. Indones. J. Crop Sci. 8: 29-38.
Tuteja, N., S. Mahajan. 2007. Further characterization of calcineurin B-like protein
and its interacting partner CBL-interacting protein kinase from Pisum
sativum. Plant Signal Behav. 2:358-361.
Yang, G.H., L.T. Yang, H.X. Jiang. 2012. Physiological impacts of magnesium-
deficiency in Citrus seedlings: photosynthesis, antioxidant system and
carbohydrates. Trees 26:1237-1250.
Utami, 2018. Gejala Simtomatik Unsur Hara Essensial Pada Beberapa Jenis
Tanaman, Denpasar
Zuhaida, Laila. E. Ambarwati dan E. Sulistyaningsih. 2012. Pertumbuhan dan Hasil
Selada (Lactuca sativa L.) Hidroponik Diperkaya Fe. Jurnal Vegetalika 1
(4).
Zahrah, S. 2010. Serapan Hara N, P, K, dan Hasil Berbagai Varietas Tanaman Padi
Sawah dengan Pemberian Amelioran Ion Cu, Zn, Fe pada Tanah Gambut.
Jurnal Natur Indonesia 12(2), 102-108

26

Anda mungkin juga menyukai