Sawah adalah lahan pertanian yang secara fisik permukaan lahannya rata,
dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau tanaman budidaya
lainnya. Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok tanam padi (Sofyan dkk,
2007). Untuk keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena
Untuk mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari mata air, sungai dan air hujan.
Pada lahan yang memiliki kemiringan tinggi, sawah dicetak berteras untuk
menghindari erosi dan menahan air. Sawah berteras banyak terdapat di lereng-lereng
Perubahan kimia tanah sawah berkaitan erat dengan proses oksidasi reduksi
(redoks) dan aktifitas mikroba tanah yang menentukan tingkat ketersediaan hara dan
tanah sawah sangat mempengaruhi dinamika dan ketersediaan hara padi. Keadaan
reduksi akibat penggenangan akan merubah aktifitas mikroba tanah dimana mikroba
aerob akan digantikan oleh mikroba anaerob, yang menggunakan sumber energi dari
senyawa teroksidasi yang mudah direduksi yang berperan sebagai elektron seperti
pemupukan yang efisien. Aplikasi pupuk baik jenis, takaran, waktu maupun cara
4
5
pemupukan nitrogen dimana jenis, waktu dan cara pemberian harus memperhatikan
perubahan perilaku hara nitrogen pada lahan sawah agar pemupukan lebih efisien.
Sifat fisik tanah sangat menentukan kesesuaian suatu lahan dijadikan lahan
sawah. Identifikasi dan karakterisasi sifat fisik tanah mineral memberikan informasi
penggunaan air. Jika lahan akan disawahkan sifat tanah yang penting untuk
diperhatikan adalah tekstur, struktur, permeabilitas, drainase dan tinggi muka air
tanah. Sifat-sifat tersebut sangat berhubungan erat dengan pelumpuran dan efisiensi
Karakteristik tanah sawah dapat diamati seperti tebal solum, tekstur, kadar
bahan organik, reaksi tanah, kandungan hara tanaman dan kemampuan mengikat air.
profil tanah. Kualitas tanah merupakan hasil interaksi antara karakteristik tanah,
Gambar 2.1
Profil tanah
5
6
diberikan pada suatu lahan untuk menjaga dan mempertinggi produktivitas lahan
sawah yaitu :
struktur tanah yang lebih baik bagi tanaman, terhidar dari gulma. Pengolahan
unsur hara. Oleh karena itu dosis pupuk dan jenis pupuk sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan hasil dari tanaman padi, sehingga dari kedua faktor tersebut
menjadi permasalahan yang sering dialami oleh petani karena dalam proses budidaya
padi jarang menggunakan jarak tanam dan dosis pupuk yang baik. Menurut pendapat
Dahlan (2012) dosis pemupukan yang sering digunakan petani yaitu 100 kg/ha Urea,
6
7
Provinsi Bali, Kabupaten Tabanann, Kecamatan Penebel disajikan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1
Takaran Pemupukan (Keputusan Mentri Pertanian, 2006)
Takaran pupuk
Tanpa bahan organik Dengan 5 t jerami ha Dengan 2 t pupuk kandang
(kg ha-1) (kg ha-1) (kg ha-1)
Urea SP-36 KCL Urea SP-36 KCl Urea Sp-36 KCl
250 100 50 230 100 0 225 50 30
Sumber: KepMentan No 1/2006
sturktur tanah, penurunan keragaman dan populasi biota tanah serta pencemaran
unsur hara (eutrofication), menurunnya kualitas air, matinya ikan sebagai sumber
protein murah di kawasan perairan. Selain itu akan mengganggu kesehatan juga
organik dapat dilakukan sebagai berikut; pada umur 1-10 HST tanaman padi
digenangi dengan ketinggian air ratarata 1cm, kemudian pada umur 10 hari
7
8
Untuk perlakuan yang masih membutuhkan penyiangan berikutnya, maka dua hari
diberikan air dan setelah padi matang susu tanaman dikeringkan kembali sampai
panen.
digunakan pestisida nabati dan atau digunakan pengendalian secara fisik dan
Kualitas tanah yang baik adalah kondisi tanah yang menggambarkan tanah
mempunyai sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang baik, serta produktivitasnya
mengintegrasikan komponen fisik, kimia dan biologi tanah. Kualitas tanah menjadi
kapasitas spesifik suatu tanah untuk berfungsi secara alami atau dalam batasan-
tumbuhan, memelihara atau meningkatkan kualitas udara dan air, serta mendukung
tempat tinggal dan kesehatan manusia. Mutu tanah adalah kapasitas suatu tanah
untuk berfungsi. Tanah dengan kualitas baik tidak akan menunjukkan polusi yang
pangan yang aman dikonsumsi baik oleh manusia maupun hewan, dan memberikan
indikator kualitas tanah. Pengukuran indikator sifat fisik, kimia dan biologi sebagai
8
9
dasar menentukan kualitas tanah. Kualitas tanah merupakan nilai dan bobot tiap
Indikator kualitas tanah adalah sifat, karakteristik atau proses fisika, kimia
dan biologi tanah yang dapat menggambarkan kondisi tanah (SQR, 2001). Menurut
Doran & Parkin (1994), indikator-indikator kualitas tanah harus (1) menunjukkan
proses-proses yang terjadi dalam ekosistem, (2) memadukan sifat fisika tanah, kimia
tanah dan proses biologi tanah, (3) dapat diterima oleh banyak pengguna dan dapat
pengelolaan tanah dan perubahan iklim, dan (5) apabila mungkin, sifat tersebut
indikator berdasarkan konsep minimum data set (MDS), yaitu seminimal mungkin
tetapi dapat memenuhi kebutuhan. Penelitian ini mendasarkan pada MDS untuk
Kriteria evaluasi kualitas tanah mencakup parameter fisik, kimia, dan biologi
yang sensitif terhadap perubahan kondisi tanah (Doran, 2002). Larson dan Pierce
(1991) mengusulkan set data minimum untuk menilai kualitas tanah. Sifat tanah
yang dipilih berdasarkan tiga kriteria berikut (1) sensitif terhadap variasi tanah dan
praktik budidaya tanaman (2) dapat dideteksi dalam jangka waktu relatif singkat dan
(3) mudah dilakukan. Meskipun banyak sifat tanah yang potensial untuk dijadikan
indikator kualitas tanah, namun pemilihan sifat-sifat tanah yang akan dilakukan
Selanjutnya Lal (1994) menggusulkan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sebagai
9
10
indikator untuk menilai kualitas tanah di daerah tropis. Indikator kualitas tanah dan
proses yang diperlukan oleh indikator tersebut disajikan dalam Tabel 2.2
Tabel 2.2
Indikator Kualitas Tanah dan Proses yang Dipengaruhi
Penciri Proses
Sifat fisik:
Tekstur Kekompakan, difusi udara, infiltrasi
Berat volume Kekompakan, pertumbuhan akar, infiltrasi
Retensi dan transmisi air, pertumbuhan akar, dan
Porositas
pertukaran udara
Cekaman kekeringan, produksi biomassa, kadar bahan
Kapasitas ketersediaan air
organik
Sifat kimia:
pH Keasaman dan reaksi tanah, ketersediaan hara
Kejenuhan Basa (KB) Penyerapan dan pelepasan, pelarutan
Kapasitas Tukar Kation
Pertukaran ion, pelindian
(KTK)
Ketersediaan Hara (N,P,K) Kesuburan tanah dan cadangan hara
Pembentukan struktur, mineralisai, retensi nutrisi
Bahan Organik
karbon biomassa
Sifat Biologi
Karbon Biomassa (C-labil) Transformasi dan respirasi mikroba, sumber dan
tanah pengikat hara tanah
Sumber : Lal (1994)
Fisika tanah merupakan cabang Ilmu Tanah yang berhubungan dengan sifat
fisik tanah. Seperti pengukuran, peramalan dan mengontrol proses fisik yang terjadi
di dalam dan di seluruh tanah. Fisika tanah ditujukan pada pergerakan bahan dan
Sifat fisik yang mencirikan kualitas tanah adalah tekstur tanah, berat volume
tanah, porositas dan kadar air kapasitas lapang (Lal, 1994). Sifat lain adalah tanah
10
11
tersebut mudah diolah, aerasi baik, media respirasi akar dan aktivitas mikrobia tanah
debu dan liat. Tekstur tanah relatif tidak berubah. Kerapatan isi (Bulk Density)
adalah berat (massa) satu satuan volume tanah kering, umumnya dinyatakan dalam
mg/m3. Volume tanah dalam hal ini termasuk volume butiran padat dan ruang pori.
Kerapatan isi berguna untuk menghitung berat tanah di lapangan dan ditentukan oleh
porositas dan padatan tanah. Tanah yang renggang berpori-pori mempunyai bobot
kecil per satuan volume dan tanah yang padat berbobot tinggi per satuan volume
(Pairunan, 1985)
Bulk density dipengaruhi oleh padatan tanah, pori-pori tanah, struktur, tekstur
tanah, ketersediaan bahan organik, serta pengelolaan tanah sehingga dapat dengan
cepat berubah akibat pengelolaan tanah dan praktek budidaya (Hardjowigeno, 2003).
Kandungan bahan organik yang besar mengakibatkan bulk density tanah kecil
sehingga aerasi dalam tanah tersebut menjadi lebih baik (Pairunan, 1985)
Berat volume tanah mineral berkisar antara 0.6-1.4 g cm-3. Tanah Andisols
mempunyai berat volume yang rendah (0.6-0.9 g cm-3), sedangkan tanah mineral
yang lainnya mempunyai berat volume antara 0.8-1.4 g cm-3. Tanah gambut
Porositas adalah total pori dalam tanah yang ruang dalam tanah yang
ditempati oleh air dan udara. Pada keadaan basah seluruh pori baik makro, meso,
maupun mikro terisi oleh air, pada keadaan kering pori makro dan sebagian porimeso
terisi oleh udara (Foth, 1994). Pengelolaan tanah untuk sementara waktu dapat
11
12
prositas. Penambahan bahan organik adalah tindakan yang perlu dilakuakan untuk
dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah dan tekstur tanah. Tanah
yang mengandung bahan organik tinggi porositas tanah menjadi tinggi. Tanah
dengan tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit
menahan air. Ruang pori merupakan bagian dari volume tanah yang ditempati oleh
Kadar air kapasitas lapang dapat dihitung dengan selisih berat tanah basah
dengan berat tanah kering dibagi dengan berat tanah basah dikali seratus persen.
Kadar Air Kapasitas Lapang tanah pada saat keadaan jenuh dengan keadaan pada
saat pengambilan sampel dilapangan tidak terlalu ada perbedaan kandungan tanah
yang masih sama. Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh
tekstur tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil
daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah
atau liat.
banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya
muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-
garam, dan kedalaman solum tanah atau lapisan tanah (Hakim dkk, 1986).
12
13
kimia yang bereaksi antara penyusun tanah dan bahan yang ditambahkan ke dalam
tanah dalam bentuk pupuk ataupun pembenah tanah lainnya. Pada umumnya,
reaksi-reaksi yang terjadi di dalam tanah diimbas oleh tindakan faktor lingkungan
Sifat kimia tanah yang terpaut sebagai kualitas tanah adalah C-Organik, pH,
KTK, KB, kandungan hara (N, P, K) (Lal, 1994). Karbon disimpan dalam tanah
dalam bentuk yang relatif stabil, baik melalui fiksasi CO2 atmosfer secara langsung
tanah umumnya tinggi dalam tanah alami, tetapi akibat dari budidaya tanaman
organik yang ada di dalam tanah. Pemberian bahan organik ke dalam tanah tidak
hanya menambah unsur hara bagi tanaman tetapi juga dapat menciptakan kondisi
yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman dan dapat memperbaiki kapasitas menahan
tanah, KTK dan serapan hara. Sisa-sisa tanaman hasil panen yang dimasukkan
kembali ke dalam tanah dapat berperan sebagai salah satu sumber utama bahan
13
14
alkalinitas atau commonly termas hydrogen ion activity. Ini penting untuk
penentuan hara tanah sebagai media tumbuh tanaman, beberapa unsur hara yang
alkalinitas tanah yang sudah dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan
banyaknya konsentrasi ion hydrogen (H+) didalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+
didalam tanah semakin masam tanah tersebut. Didalam tanah selain ion H+ dan ion-
ion lain ditemukan pula ion OH- yang jumlahnya berbanding terbalik dengan
banyaknya ion H+. Tanah-tanah yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada ion
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan jumlah total kation yang dapat
KTK dipengaruhi oleh kadar liat, karena tanah yang didominasi oleh fraksi liat
memiliki kapasitas pertukaran ion dan kapasitas memegang air yang tinggi, oleh
karena itu tanah yang didominasi oleh fraksi liat memiliki stabilitas agregat yang
tinggi karena adanya ikatan dalam partikel tanah. Faktor yang mempengaruhi KTK
yaitu reaksi tanah (pH), tekstur tanah, jenis mineral liat, bahan organik, pengapuran
dan pemupukan.
14
15
Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara
lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Karena unsur-unsur hara terdapat
dalam kompleks jerapan koloid maka unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang
dengan jumlah semua kation (kation basa dan kation asam) yang terdapat dalam
kompleks jerapan tanah. Menurut Purwanto (2008) kejenuhan basa tinggi berarti
ketersediaan kation-kation basa cukup banyak untuk keperluan tanaman dari segi
hara tanah. Jumlah maksimum kation yang dapat diserap tanah menunjukkan
besarnya nilai kapasitas tukar kation tanah tersebut. Kation-kation basa umumnya
alam. Nitrogen juga merupakan salah satu unsur hara esensial yang mempengaruhi
sekitar 1,5 % bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein
(Hanafiah 2008).
pada lapisan 0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang 3 % dari jumlah
mudah dicuci oleh air hujan (leaching) dan tidak bisa dipegang oleh koloid tanah.
Nitrat yang tercuci akan dibawa ke lapisan tanah bagian bawah perakaran dan masuk
15
16
Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal
dari aktifitas didalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik
khususnya terdapat pada tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan
Bentuk organik dalam tanah umumnya terdapat dalam bentuk asam-asam amino,
protein, gula-gula amino. Bentuk-bentuk anorganik meliputi NH4+, NO3-, NO2-, N2O
dan unsur N2. Tanaman menyerap unsur ini terutama dalam bentuk NO3-, namun
bentuk lain yang juga dapat dijerap adalah NH4+. Selanjutnya, dalam siklusnya,
tanaman, hilang ke atmosfer dan kembali lagi, hilang melalui pencucian dan
Ketersediaan fosfor dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu (1) pH tanah (2)
Fe, Al, Mn yang terlarut (3) jumlah bahan organik (4) kegiatan mikroorganisme.
Selain faktor tersebut, temperatur dan lamanya kontak antara akar dan tanah
merupakan faktor yang menentukan juga terhadap tersedianya fosfor di dalam tanah
Fosfor organik dalam tanah terdapat dalam beberapa fraksi terikat aluminium
(AL-P) dan terikat besi (Fe-P). Bentuk-bentuk fosfor yang diserap tanah adalah
orthofosfat primer dan sekunder (H2PO4- dan HPO42-). Ketersediaan ini di dalam
tanah dipengaruhi oleh pH tanah. Jika pH tanah rendah (masam) H2PO4- lebih
dominan dan apabila pH tanah tinggi (basa) HPO42- lebih dominan. Ketersediaan P
16
17
tanaman mampu melarutkan fosfat seperti itu dan mengubahnya sehingga dengan
sifat dan ciri tanah itu sendiri. P menjadi tersedia atau tidak larut disebabkan oleh
fiksasi mineral-mineral lempung dan ion-ion Al-Fe dan Mg atau Ca yang banyak
larut, sehingga membentuk senyawa komplek yang tidak larut (Hakim et al., 1986).
Penjerapan unsur P pada tanah andisol merupakan hambatan apabila tanah ini
digunakan untuk lahan pertanian. Selain itu ketersediaan Al yang cukup tinggi dapat
peran dalam aliran energi dan siklus hara berkaitan erat dengan produksi bahan
(Hanafiah et al., 2008). Mikrobia tanah merupakan faktor yang penting dalam
ekosistem tanah, karena berpengaruh terhadap siklus dan ketersediaan hara tanaman,
stabilitas agregat tanah, kapasitas memegang air, struktur tanah (Hartatik et al.,
2007).
tanah dapat digunakan sebagai parameter fraksi aktif dari bahan organik tanah. C-
biomassa mempunyai korelasi yang erat dengan sifat biologi tanah lainnya. Hartatik
perubahan kadar bahan organik dalam tanah dan untuk menilai perubahan sifat tanah
secara umum
17
18
menjadi penting karena dapat digunakan untuk mengetahui tingkat degradasi lahan,
CO2, yang merupakan hasil respirasi dari kegiatan organisme. Gas CO2 yang
terlepas dari tanah dapat dipakai sebagai aktivitas biologi dalam tanah dan dapat
Van der Werf dan Verstraete (1987a) mengajukan sebuah metode baru untuk
2. Aktifitas substrat
Van der Werf dan Verstraete (l987b) menggunakan model simulasi ini pada
berbagai jenis tanah dan kemudian membuat korelasi antara konsumsi O2 atau
produksi CO2 selama 10 jam dengan biomassa mikroorganisme tanah yang aktif.
Dengan cara ini, prosedur untuk menetapkan biomassa mikroorganisme tanah yang
aktif dapat disederhanakan dengan hanya mengukur konsumsi oksigen total atau
produksi CO2 selama 10 jam, dan mereka menemukan hubungan antara konsumsi O2
18
19
atau produksi CO2 selama 10 jam dengan biomassa mikroorganisme tanah yang aktif
melalui persamaan:
Xo = 0.788 YO2
Di mana:
basah).
per 10 jam).
Persamaan ini didasarkan pada data konsumsi O2 yang bervariasi antara 3.5 -
350 mg O2 per kg berat tanah basah per 10 jam. Persamaan dalam bentuk ini hanya
berlaku untuk suhu inkubasi pada 20 °C, dan hubungan antara produksi CO2 dengan
Xo = 0.283 YCO2
Di mana:
basah).
YCO2 = produksi rata-rata C~ selama 10 jam inkubasi (mg CO2 kg-I tanah
melalui immobilisasi dan terpendam dalam bentuk kurang tersedia. Hal ini diduga
karena laju respirasi yang terbentuk mungkin bukan berasal dari hasil aktivitas
19
20
sel-sel mikrobia yang mati akibat kompetisi dalam perebutan substrat (Prawanto,
2002).
utama dari hasil perombakan substrat organik melalui metabolisme oleh mikrobia
yang selanjutnya dimanfaatkan untuk energi dan produksi biomassa (Prawito, 2007).
tanah. Bahan organik merupakan sumber hara tanaman, disamping itu juga sumber
dari sebagian besar mikroorganisme tanah. Bahan organik sangat berpengaruh pada
tanaman baik secara langsung atau tidak langsung. Pengaruh langsung adalah bahan
tersebut mampu diserap oleh tanaman dan pengaruh tak langsung melalui perubahan
tanah. Bahan organik itu penting untuk pembentukan agregat tanah dan karenanya
juga untuk pembentukan struktur tanah yang pada akhirnya menentukan sampai
sejauh mana aerasi tanah dan kebiasaan perakaran tanaman. Bahan organik
membantu dalam konservasi nutrisi tanah dengan mencegah erosi dan peluruhan
20