Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRATIKUM PERLINDUNGAN HAMA KERAPATAN

SPORA

Disusun Oleh :
ZAINI : A32202566 / GOLONGAN B

DOSEN PENGAMPU :

DYAH NUNING ERAWATI, S.P., M.P

DESCHA GIATRI CAHYANINGRUM, S.P., M.P.

GALLYNDRA FATKHU DINATA, S.P., M.P.

TEKNISI :

Totok Dwi Sukmayoga, A.Md 

Agustin Jaka Putri, A.Md

PROGRAM STUDI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2022
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jamur pengendali hayati sebagai entomopatogen mempunyai


kapasitas produksi tinggi, siklus hidup pendek, dapat membentuk spora yang
dapat bertahan lama di alam, aman, selektif, dan kompatibel dengan berbagai
insektida kimia. Cara menghitung kerpatan sporanya adalah berdasarkan
jumlah mikroorganisme yang berada dalam suatu sampel atau bahan sangat
bervariasi, tergantung dari jenis bahan itu sendiri dan kondisi
lingkungannya. Pada individu multiseluler, bila sel-selnya membelah, maka
individunya bertambah banyak, pada mikroorganisme uniseluler
pembelahannya cendawan multiplikasi. Cendawan bermultiplikasi secara
seksual dengan cara pembelahan menjadi dua, dua menjadi empat, empat
menjadi delapan, dan seterusnya. Jumlah mikroorganisme dalam suatu
sampel dapat dihitung dengan menggunakan beberapa metode yaitu analisa
secara langsung yaitu dalam hal ini digunakan ruang hitung (counting
chamber). Alat ini biasa digunakan adalah hoemocytometer, keuntungannya
menggunakan alat ini adalah pemeriksaan secara cepat dan tidak
menggunakan banyak peralatan, namun kelemahannya tidak dapat
dibedakan sel hidup dan sel mati. Sedangkan analisa secara langsung terdiri
atas beberapa cara yaitu metode cawan tuang dan metode cawan permukaan.
Berdasarkan teori tersebut maka perlu untuk dilakukan percobaan ini untuk
dapat mengetahui secara langsung percobaan yang akan dilakukan.
Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari
mikroorganisme (organism hidup yang ukurannya terlalu kecil untuk dapat
dilihat dengan mata biasa) atau mikroba. Oleh karena itu objek kajiannya
biasanya adalah alga miskroskopik, protozoa, archaea dan virus. Virus
dimasukkan dalam obyek kajian walaupun sebenarnya ia tidak sepenuhnya
dapat dianggap sebagai mahluk hidup. Mikroorganisme adalah mikroba atau
organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya
diperlukan alat pembesar. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal
meskipun beberapa protista bersel tunggal masih dapat terlihat oleh mata
telanjang dan ada beberapa spesies multisel yang tidak dapat terlihat oleh
mata telanjang. Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semua
prokariota, protista dan alga renik. Fungi terutama yang berukuran kecil dan
tidak membentuk hifa, dapat pula dianggap sebagai bagiannya meskipun
banyak yang tidak menyepakatinya.

1.2 Tujuan
1. Mengenal dan memahami arti kerapatan spora.
2. Menetapkan kerapatan spora cendawan pengendali hayati
dengan haemocytometer.
BAB 2. TINJAUAN TEORI

Haemocytometer ditemukan oleh Louis Charles dan terdiri dari


sebuah slide mikroskop kaca tebal dengan lekukan persegi panjang yang
menciptakan sebuah kamar. Ruangan atau kamar tersebut diukir dengan
laser grid tergores garis tegak lurus. Perangkat tersebut dibuat dengan hati-
hati sehingga daerah yang dibatasi oleh garis diketahui dan kedalaman ruang
tersebut telah diketahui. Oleh karena itu, alat tersebut berguna untuk
menghitung jumlah sel atau partikel dalam suatu volume cairan tertentu,
sehingga dapat menghitung konsentrasi dalam cairan secara keseluruhan
(Pelczar, 2011). Haemocytometer sering digunakan untuk menghitung sel-sel
darah, organel dalam sel, sel-sel darah dalam cairan tulang punggung ke otak
setelah melakukan tusukan lumbal atau jenis sel lain (Waluyo, 2009).

            Cara menghitung kerapatan spora didalam volume sangat kecil


biasanya dilakukan dengan Counting Chamber. Counting Chamber diatur
sedemikian rupa sehingga kotak-kotak dengan luas tertentu dengan lapisan
cairan dengan kedalaman yang diketahui dapat dimasukkan diantara gelas
objek dengan gelas tutup. Akibatnnya volume cairan yang menutupi setiap
kotak diketahui dengan tepat. Perhitungan langsung ini dikenal dengan
jumlah sel total (Stainer, 2007).

            Pada perhitungan mikroskopis langsung, sampel ditaruh disuatu ruang


hitung seperti Haemocytometer dan jumlah kerapatan spora ditentukan
secara langsung dengan bantuan mikroskop. Keuntungan metode ini ialah
pelaksaannya adalah cepat dan tidak memerlukan banyak peralatan. Namun
kelemahannya ialah tidak dapat membedakan sel-sel yang hidup dan yang
mati. Dengan perkataan lain hasil yang diperoleh ialah jumlah total sel yang
didalam populasi (Campbell, 2009).
BAB 3. METEDOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Pratikum dilaksanakan tanggal 25 April 2022 di laboratorium PHT


Politeknik Negeri Jember.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan isolat metarizium anisopliae, isolat tricoderma


harzium, aquades, label, kertas tisu.

3.3 Prosedur Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan.


2. Menggunakan haemachytometer untuk melihat
mikroskopis kerapatan spora pada metarizium dan
trichoderma.
3. Lalu menghitungnya menggunakan rumus berdasarkan
jumlah kotak – kotak di haemachytometer
BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Metarizium

Kotak 1 9
Kotak 2 4
Kotak 3 2
Kotak 4 4
Kotak 5 5
Pengenceran dilakukan dengan 1 yakni 10’ dapat dihitung dengan

txd
menghitung rumus S= x 10n maka dapat menghasilkan yaitu :
n x 0,25

Dik :

t = (9+4+2+4+5)= 24
d=101 karena menggunakan pengenceran pertama
n= 80
dit….?

t xd
S= x 10n
n x 0,25

( 9+ 4+ 2+ 4+ 5 ) x 10
S= x 106
80 x 0,25

24 x 10
S= x 106
20

S=1,2 x 107

S=12 x 106 spora/ml


4.1.2 Beauveria Bassiana

Kotak 1 66
Kotak 2 86
Kotak 3 95
Kotak 4 76
Kotak 5 80
Pengenceran dilakukan dengan 3 yakni 10 3 dapat dihitung dengan
txd
menghitung rumus S= x 10n maka dapat menghasilkan yaitu :
n x 0,25
Dik :
t = (66+86+95+76+80)= 403
d=103 karena menggunakan pengenceran ketiga (1000)
n= 80
dit….?

t xd
S= x 10n
n x 0,25

( 66+ 86+95+76+ 80 ) x 10 00
S= x 106
80 x 0,25

403 x 10 00
S= x 106
20

S=20,15 x 109

S=20,15 x 109 spora/ml

4.2 Pembahasan

Kerapatan spora pada metarizium dalam 5 kotak sampel yaitu


berturut – turut 9, 4, 2, 4, 5 maka dalam 5 kotak sampel berjumlah 24 dalam
5 kotak sampel, sampel digunakan adalah pengenceran pertama, sehingga
jumlah keseluruhan dalam kotak – kotak yang digunakan adalah sebanyak
12 x 106 spora dalam 1 ml.

Kerapatan spora pada beauveria bassianan dalam 5 kotak sampel


yaitu berturut – turut 66, 86, 95, 76, 80 maka dalam 5 kotak sampel
berjumlah 403 dalam 5 kotak sampel, sampel digunakan adalah pengenceran
pertama, sehingga jumlah keseluruhan dalam kotak – kotak yang digunakan
adalah sebanyak 2 0,15 x 109 spora dalam 1 ml.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang


mempelajari mikroorganisme (organism hidup yang ukurannya terlalu kecil
untuk dapat dilihat dengan mata biasa) atau mikroba. Mikroorganisme
adalah mikroba atau organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk
mengamatinya diperlukan alat pembesar. Haemocytometer ditemukan oleh
Louis Charles dan terdiri dari sebuah slide mikroskop kaca tebal dengan
lekukan persegi panjang yang menciptakan sebuah kamar. Perangkat
tersebut dibuat dengan hati-hati sehingga daerah yang dibatasi oleh garis
diketahui dan kedalaman ruang tersebut telah diketahui. Counting Chamber
diatur sedemikian rupa sehingga kotak-kotak dengan luas tertentu dengan
lapisan cairan dengan kedalaman yang diketahui dapat dimasukkan diantara
gelas objek dengan gelas tutup. Akibatnnya volume cairan yang menutupi
setiap kotak diketahui dengan tepat. Pada perhitungan mikroskopis
langsung, sampel ditaruh disuatu ruang hitung seperti Haemocytometer dan
jumlah kerapatan spora ditentukan secara langsung dengan bantuan
mikroskop. Namun kelemahannya ialah tidak dapat membedakan sel-sel
yang hidup dan yang mati.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, A., 2009. Biologi.Erlangga. Jakarta

Palezar, C. 2008. Dasar – dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta

Pelezar, J.R., Michael, E.S.C . Chan.,2011. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press.


Jakarta.

Stainer J., 2007. Dunia Mikroba 1. Biantara Aksara. Jakarta.

Waluyo, L., 2009. Mikrobiologi Umum. UPT Penerbitan UMM. Bandung.

Waluyo, 2007. Mikrobiologi Umum. Erlangga. Jakarta.

Waluyo, L. 2007., Mikrobiologi Umum. UPT Penerbitan UMM. Malang.

Anda mungkin juga menyukai