Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

ACARA 8
PENGIKATAN N OLEH BAKTERI NON SIMBIOSIS

Disusun Oleh :
Nama : Dsta Dwi Prayoga
NPM : 1710401058
Kelompok : 03
Asisten : Wahyu Aji S

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada daur nitrogen, terlihat bahwa banyak bakteri-bakteri yang mengubah
senyawa nitrogen menjadi gas nitrogen karena unsur tersebut tidak dapat
dimanfaatkan oleh tanaman secara langsung. Akan tetapi, terdapat banyak bakteri
yang dapat membantu tanaman untuk menambat nitrogen dari atmosfer dan
membuatnya tersedia kembali bagi tanaman sebagai amonia atau nitrat. Bakteri-
bakteri tersebut disebut dengan bakteri penambat nitrogen dan ada yang bersifat
simbiotik dan nonsimbiotik.

Mikoriza merupakan asosiasi simbiotik antara akar tanaman dengan jamur.


Asosiasi antara akar tanaman dengan jamur ini memberikan manfaat yang sangat
baik bagi tanah dan tanaman inang yang merupakan tempat jamur tersebut
tumbuh dan berkembang biak. Prinsip kerja dari mikoriza ini adalah menginfeksi
sistem perakaran tanaman inang, memproduksi jalinan hifa secara intensif
sehingga tanaman yang mengandung mikoriza tersebut akan mampu
meningkatkan kapasitas dalam penyerapan unsur hara (Iskandar, 2002).

Keragaman dan populasinya tersebar di tanah subur dan tanah marginal, di


dataran rendah hingga dataran tinggi. Kehidupan bakteri penambat nitrogen
dalam tanah dipengaruhi oleh tingkat keasaman dan kandungan hara utama
seperti karbon (C), nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), dan sejumlah macam
unsur makro (Alexander dalam Widawati, 2015), selain juga dipengaruhi oleh
kondisi aerasi, pH, dan kesuburan tanah. Beberapa spesies dapat beradaptasi dan
belajar tumbuh pada berbagai habitat yang mempunyai perbedaan temperatur,
keasaman, dan tekanan oksigen yang ekstrim (Wibowo dalam Widawati, 2015).

Rhizobium yang berasosiasi dengan tanaman legum mampu memfiksasi


100-300 kg N/ha dalam satu musim tanam dan meninggalkan sejumlah N untuk
tanaman berikutnya. Permasalahan yang perlu diperhatikan adalah efisiensi
inokulan Rhizobium untuk jenis tanaman tertentu.Rhizobium mampu mencukupi
80% kebutuhan nitrogen tanaman legum dan meningkatkan produksi antara 10-
25%.Tanggapan tanaman sangat bervariasi tergantung pada kondisi tanah da
efektivitas populasi asli (Sutanto, 2002).
Salah satu contoh bakteri yang bersifat simbiotik adalah bakteri
Rhizobium dimana bakteri tersebut terdapat pada bintil akar tanaman kacang-
kacangan. Menurut Allen (1981), pemanfaatan rhizobia sebagai inokulan pupuk
hayati sangat mendukung upaya peningkatan produktivitas tanaman legume.
Rhizobium adalah bakteri penambat nitrogen simbiotik yang mampu menginfeksi
akar leguminosa. Setelah menginfeksi akar, bakteri menjadi sel yang berbentuk
tidak beraturan (bakteroid) dan membentuk bintil akar ditempat infeksi.

1.2 Tujuan dan Maksud


Mahasiswa dapat mengisolasi dan mengamati bakteri pengikat N secara
non simbiotik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri Rhizoma merupakan mikroba yang mampu mengikat nitrogen bebas
yang berada di udara menjadi ammonia (NH3) yang akan diubah menjadi asam amino
yang selanjutnya menjadi senyawa nitrogen yang diperlukan tanaman untuk tumbuh
dan berkembang, sedangkan Rhizoma sendiri memperoleh karbohidrat sebagai
sumber energi dari tanaman inang (Prayitno, 2009).

Mikoriza merupakan asosiasi simbiotik antara akar tanaman dengan jamur.


Asosiasi antara akar tanaman dengan jamur ini memberikan manfaat yang sangat baik
bagi tanah dan tanaman inang yang merupakan tempat jamur tersebut tumbuh dan
berkembang biak. Prinsip kerja dari mikoriza ini adalah menginfeksi sistem perakaran
tanaman inang, memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman yang
mengandung mikoriza tersebut akan mampu meningkatkan kapasitas dalam
penyerapan unsur hara (Iskandar, 2008).

Bintil akar tidak selalu tumbuh di pangkal akar, ada juga yang tumbuh di
ujung-ujung akar. Tidak selalu bintil akar dihuni oleh bakteri rhizoma yang tepat dan
efektif. Bintil-bintil ini timbul karena infeksi rambut akar dengan bakteri dari dalam
tanah. Bakteri yang menimbulkan bintil pada tanaman leguminosa, yaitu bakteri
bintil, dikelompokan dalam genus Rhizoma (Sadikin, 2004).

Bakteri-bakteri yang menimbulkan bintil pada tanaman Leguminose, yaitu


bakteri bintil, dikelompokkan dalam genus Rhizobium. Batang-batang Gram-negatif
ini yang hidup bebas dalam tanah, tumbuh secara anaerob ketat dengan senyawa
organik sebagai nutrein. Bakteri-bakteri ini amat cepat memperbanyak diri, tumbuh
menjadi sel dengan bentuk tidak teratur dengan volume 10-12 kali lipat dari
Rhizobium yang dapat bebas, dan akhirnya terletak dalam sitoplasma sel-sel tumbuh-
tumbuhan sebagai sel-sel individual (Somaatmadja, 2004).

Penambahan input luar seperti pupuk hayati berisikan inokulan mikroba juga
diperlukan untuk menyuplai kesediaan unsur hara bagi tanaman. Inokulan yang
ditambahkan terdiri dari inokulan bakteri penambat N non-simbiotik, bakteri pelarut P
non-simbiotik dan bakteri pelarut K. Penggunaan pupuk hayati sangat efektif untuk
meningkatkan efisiensi pemupukan dan produktivitas tanaman dengan biaya relatif
murah (Rosiana dkk, 2013).
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa, 6 November 2018 pada pukul
08.00 sampai selesai. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Fakultas
Pertanian Universitas Tidar di Ruang P2.03.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah berberapa
macam tanah pengikat N pertanian (tanah sawah, tanah lapang, dan tanah tegal),
tepung kanji, aquades, cawan petri 4 buah, mortir dan alu, plastik wrap, saringan
dan timbangan.

3.3 Langkah Kerja

Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang 100 gram dari tiap
macam tanah pertanian yang telah dihaluskan. Kemudian, mencampurkan 3 gram
tepung kanji ke dalam masing-masing tanah yang telah ditimbang. Selanjutnya,
mencampurkan campuran tersebut dengan menggunakan aquades hingga
merupakan suatu pasta. Setelah itu, memasukkan masing-masing pasta tersebut ke
dalam cawan petri dan menandainya menggunakan label. Lalu, membuat kontrol
dari tiap macam tanah tersebut. Selanjutnya, mendiamkannya selama kurang lebih
7 hari dan kemudian melakukan pengamatan.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tanah Kontrol Sawah


Tanah Kontrol tegal Tanah Kontrol Lapang

Tanah Tegal
Tanah Lapang Tanah Sawah

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan pengujian keberadaan bakteri penambat N
non simbiotik pada tanah sawah, tanah lapang, dan tanah tegal. Berdasarkan hasil
praktikum yang telah dilakukan, bakteri penambat N non simbiotik terlihat pada
ketiga tanah yang dapat dilihat dari adanya titik-titik hitam pada tanah. Masing-
masing tanah tersebut dicampurkan dengan tepung kanji.

Tepung kanji digunakan sebagai sumber makanan bagi bakteri sehingga


dapat membantu pertumbuhan bakteri. Tepung kanji memiliki kandungan amilum
sehingga mempunyai kemampuan untuk mengabsorbi air yang menyebabkan
melekatnya partikel satu dengan partikel yang lainnya pada bahan baku sehingga
terbentuk granular (Sadikin, 2004).
Azotobacter adalah bakteri penambat N yang hidup bebas, banyak
dijumpai di daerah rizosfer (dalam tanah 20 – 8000 sel g-1), pada pH tanah antara
5,9 – 8,4 (tidak jumpai jika pH masam). Pada tanah dimana Azotobacter tidak
ditemukan, maka bakteri penambat N yang hidup bebas lainnya dapat dijumpai
(Beijerinckia) yang tumbuh aerob pada tanah tropik masam. Pseudomonas sp.
adalah bakteri penambat N untuk tanah masam (Sadikin, 2004). Menurut Sadikin,
klasifikasi Azotobacter sp. adalah :

Domain : Bacteria
Filum : Protobacteria
Kelas : Zymobacter
Ordo : Pseudomonadales
Family : Pseudomonadaceae
Genus : Azotobacter
Spesies : Azotobacter sp.
Menurut Rosiana dkk (2013), bakteri Azospirillum sp. adalah salah satu
mikroorganisme yang dapat memfiksasi N dari udara yang bersifat mikroaerobik
dan mampu berasosiasi dengan tanaman tingkat tinggi. Dalam proses fiksasi N
atmosfer, bakteri Azospirillum sp. menambat N bebas dan mengubahnya menjadi
sebuah jaringan yang kemudian melalui proses pelapukan, amonifikasi dan
nitrifikasi akan memberikan sebagian nitrogen udara sebagai nitrogen yang
tersedia bagi tanaman tingkat tinggi.
BAB 5
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa bakteri
Azotobacter merupakan bakteri penambat N non simbiotik untuk mengikat N yang
bebas di udara yangg dipengaruhi oleh ketersediaan N, keadaan medium tumbuh
tanaman serta tingkat keasaman lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, O.N and E.A. Allen. 1981. The Leguminose: A Source Book of Characteristic,
Uses, and Nodulation. The University of Wisconsin Press: Wisconsin.
Iskandar, 2002. Pupuk Hayati Mikoriza Untuk Pertumbuhan dan Adapsi Tanaman Di
Lahan Marginal. Surya press. Malang.

Iskandar, 2008. Dasar – Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.

Prayitno, 2009. Analisis Mikroorganisme di Lab. Erlangga. Jakarta.

Rosiana , Ferina, dkk. 2013.”Aplikasi Kombinasi Kompos Jerami, Kompos Azolla


Dan Pupuk Hayati Untuk Meningkatkan Jumlah Populasi Bakteri Penambat
Nitrogen Dan Produktivitas Tanaman Padi Berrbasis Ipat-Bo”. Agrovigor. Vol 6,
No. 1.
Somaatmadja, 2004. Mikrobiologi Umum.: Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta

Susilowati, Ari, dan Shanti Listyawati. 2001.”Keanekaragaman Jenis Mikroorganisme


Sumber Kontaminasi Kultur In vitro di Sub-Lab. Biologi Laboratorium MIPA
Pusat UNS”. Jurnal Biodiversitas. Vol : 2 , No 1.
Sutanto, R 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta.

Widawati, Sri. 2015.”Uji Bakteri Simbiotik dan Nonsimbiotik Pelarutan Ca Vs. P dan
Efek Inokulasi Bakteri Pada Anakan Turi (Sesbania grandiflora L. Pers.)”.
Jurnal Biologi Indonesia.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai