Anda di halaman 1dari 15

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Daun merupakan organ fotosintesis utama di dalam tanaman tempat proses


pengolahan energi cahaya menjadi energi kimia dan karbohidrat (glukosa) yang
diwujudkan dalam bentuk bahan kering. Oleh karena itu perkembangan daun
sebagai parameter utama dalam analisis pertumbuhan tanaman. Komponen
analisis pertumbuhan tanaman diantaranya adalah laju unit daun (unit leaf rate),
nisbah luas daun (leaf area ratio), luas daun spesifik dan rasio berat daun (specific
leaf area and leaf weight ratio), indeks luas daun (leaf area index), laju tumbuh
tanaman (crop growth rate), lamanya luas daun dan lamanya biomassa (leaf area
duration and biomass duration).
Luas daun merupakan variabel penting dalam pengamatan pertumbuhan
tanaman. Perbedaan ukuran helaian daun antar tanaman karena adanya perbedaan
tingkat pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dipengaruhi oleh
perbedaan lingkungan tumbuh. Parameter luas daun digunakan untuk menduga
kandungan total klorofil tanaman bersama dengan parameter jumlah daun dan
kadar klorofil. Ada dua pendekatan pengamatan luas daun yaitu bersifat destruktif
dan non destruktif. Pengamatan dengan metode destruktif memiliki keunggulan
akurasi lebih tinggi tetapi merusak sampel yang diukur. Metode destruktif terdiri
atasmetode kertas milimeter, metode gravimetri, metode planimetri dan metode
leaf area meter, sedangkan metode non destruktif memiliki keunggulan tidak
merusak sampel daun namun tingkat akurasinya biasanya lebih rendah. Saat ini
sedikitnya ada enam metode yang digunakan untuk pengukuran luas daun

tanaman, yaitu metode kertas milimeter, metode gravimetri, metode plong,


metode planimeter, metode panjang kali lebar, dan metode leaf area meter.
B. Tujuan
Untuk mengukur luas daun dan membandingkan beberapa metode dalam
mengevaluasi luas daun suatu tanaman hortikultura.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan tanaman merupakan proses peningkatan jumlah dan ukuran


daun dan batang. Oleh karena itu peningkatan ukuran daun sering dijadikan suatu
ukuran pertumbuhan tanaman. Daun merupakan satu dari struktur utama tanaman
yang memiliki fungsi utama melaksanakan proses fotosintesis.
Dalam proses tersebut daun melakukan fungsi eksternal yaitu melakukan
respirasi, transpirasi dan absorbsi cahaya. Daun memiliki morfologi tertentu,
diantaranya adalah luas daun. Menurut Taize dan Zeiger

(2010) luas daun

memegang peranan penting, karena fotosintesis biasanya proposional terhadap


luas daun. Dalam analisis pertumbuhan dan vigour tanaman, luas daun sering
dijadikan sebagai suatu parameternya (Sitompul dan Guritno, 1995). Oleh karena
itu menjadi penting untuk melakukan pengukuran luas daun secara cermat. Selain
factor kecermatan, factor kemudahan dan biaya dalam melakukan pengukuran
luas daun juga menjadi pertimbangan.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran
daun. Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan bahwa pengukuran luas daun
dapat dilakukan dengan (1) metode kertas millimeter, (2) gravimetric, (3)
planimeter (4) metode pengukuran panjang dan lebar dan (5) metode fotografi.
Sejauh ini tidak diketahui tingkat ketelitian metode-metode manual tersebut. Di
dalam metode numeric ada beberapa cara untuk menghitung integral tertentu.
Karena dalam ruang dua dimensi, integral tertentu dapat ditafsirkan sebagai luas
daerah yang dibatasi kurva maka kita bisa menggunakan metode- metode tersebut
untuk menghitung luas daun. Batas kesalahan metode Simpson dapat diketahui
asalkan bentuk fungsionalnya diketahui (Kiusalaas, 2005 ).

III.

PROSEDUR KERJA
A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah daun tanaman


hortikultura, kertas millimeter dan kertas HVS . Dan alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah timbangan ketelitian minimal 0,1 gram, gunting dan pensil.
B. Prosedur Kerja
1. Bahan dan alat praktikum disiapkan
2. Metode Gravimetri.
a. Daun sampel di blak di atas kertas HVS, kemudian gambar daun yang sudah
diblak dan dipotong.
b. Potongan kertas gambar daun kemudian ditimbang (a gram)
c. Buat gambar persegi empat dengan luas tertentu (L cm2) pada potongan kertas
gambar daun tsb
d. Potong gambar persegi empat tersebut, kemudian ditimbang (b gram)
e. Luas potongan kertas gambar daun = a gram/b gram x L cm2
f. Luas daun = luas potongan kertas gambar daun
Untuk daun yang sempit :
a. sediakan kertas persegi empat seluas L cm2, ditimbang, a gram
b. Buat gambar daun pada kertas tersebut, potong dan timbang gambar daunnya,
b gram
c. Luas daun = b gram/a gram x L cm2

3. Metode Plong
a. Daun yang akan diukur luasnya (a gram) ditimbang .
b. Gambar segi empat dengan luas tertentu (L cm2) pada daun tersebut
c. Potong gambar segi empat tersebut, kemudian ditimbang (b gram)
d. Luas daun= a gram/b gram x L cm2
4. Metode kertas millimeter (mm)
a. Sediakan daun dan kertas mm blok
b. Letakkan daun secara telungkup (sisi atas daun menghadap ke bawah) dan
tekan sedikit di kertas mm blok agar rata
c. Gambar daun pada kertas tersebut
d. Tentukan luas gambar daun dengan menghitung kotak pada kertas mm blok
e. Luas daun = luas gambar daun
5. Leaf Area meter.
a. Sediakan daun yang mau dianalisis
b. Letakkan semua daun di atas alat leaf area meter.
c. Jalankan alat, luas daun dapat dibaca (menggunakan leaf area meter).
IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

Terlampir

B. Pembahasan

Daun merupakan modifikasi dari batang, bagian tubuh tumbuhan yang


paling banyak mengandung klorofil sehingga kegiatan fotosintesis lebih banyak
berlangsung di daun. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam
melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia
harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya
matahari menjadi energi kimia.
Secara morfologi dan anatomi, daun merupakan organ tumbuhan yang
paling bervariasi menurut bentuk dan ukuran. Fungsi utama daun ialah
menjalankan sintesis senyawa-senyawa organik dengan menggunakan cahaya
sebagai sumber energi. Daun monokotil pada umumnya tegak sehingga kedua
permukaannya mendapat sinar matahari. Struktur eksternal dan internal daun
berkaitan dengan peranannya dalam fotosintesis dan transpirasi (Fahn, 1991).
Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam mengukur luas daun adalah
ketepatan hasil pengukuran dan kecepatan pengukuran. Masing-masing faktor
tersebut memiliki kepentingan sendiri dalam penggunaannya, seperti pada
pengukuran laju fotosintesis dan proses metabolismelain tentunya ketepatan
pengukuran yang diperlukan. Untuk pengukuran indek luas dauntentunya
kecepatan pengukuran yang diperlukan. Namun demikian ketepatan dan
kecepatan pengukuran sangat tergantung pada alat dan cara atau teknik
pengukuran (Bambang dan Haryadi, 2008).

Pengukuran luas daun dapat dilakukan dengan memetik daun maupun tanpa
memetik daun. Bilamana pengukuran harus dilakukan dengan cara memetik daun
bersangkutan, maka tanaman mengalami kerusakan daun. Daun-daun tersebut
kemudian diukur dengan menggunakan alat Leaf Area Meter (LAM) ataupun
Metode Timbang. Sebaliknya pengukuran dengan tanpa memetik daun, maka
tanaman akan tetap tumbuh baik karena daun-daun tidak berkurang atau bahkan
habis terpetik.
Pengukuran daun dengan tidak memetik daun dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan atau rumus. Pengukuran luas daun dengan tidak harus
memetik daun merupakan teknik pengukuran yang lebih baik karena tanaman
tidak rusak dan pengukuran cepat serta tidak mensyaratkan peralatan yang
mungkin sulit tersedianya. Pada beberapa tanaman pangan seperti jagung dan
kedelai digunakan faktor koreksi terhadap luas daun yang diperoleh dari
pengukuran panjang dan lebar daun (Pearce et.al., 1988). Selain itu, dapat
menggunakan metode milimeter block dan gravimetri.
Metode milimeter block menggunakan kertas milimeter dan peralatan
menggambar untuk mengukur luas daun. Metode ini dapat diterapkan cukup
efektif pada daun dengan bentuk daun relatif sederhana dan teratur. Pada
dasarnya, daun digambar pada kertas milimeter yang dapat dengan mudah
dikerjakan dengan meletakkan daun diatas kertas milimeter dan pola daun diikuti.
Luas daun ditaksir berdasarkan jumlah kotak yang terdapat dalam pola daun.
Sekalipun metode ini cukup sederhana, waktu yang dibutuhkan untuk mengukur

suatu luasan daun relatif lama, sehingga ini tidak cukup praktis diterapkan apabila
jumlah sampel banyak (Jumin, 2005).
Pada prinsipnya luas daun ditaksir melalui perbandingan berat (gravimetri)
dilakukan dengan menggambar daun yang akan ditaksir luasnya pada sehelai
kertas, yang menghasilkan replika (tiruan) daun. Replika daun kemudian
digunting dari kertas yang berat dan luasnya sudah diketahui. Luas daun
kemudian ditaksir berdasarkan perbandingan berat replika daun dengan berat total
kertas dikalikan dengan luas kertas konversi (Jumin, 2005)
Metode plong, prinsip pengukuran luas daun hampir sama dengan Metode
Gravimetri, tetapi pada metode ini tidak menggunakan kertas. Daun sampel
dipotong dengan ukuran yang telah diketahui luasnya, berat potongan daun
ditimbang sehingga diketahui beratnya. Hasil pengukuran tersebut digunakan
sebagai konstanta untuk melakukan estimasi terhadap daun sampel.
Metode planimeter, pengukuran menggunakan alat planimeter yang sering
digunakan untuk mengukur suatu luasan dengan bentuk yang tidak teratur dan
berukuran besar seperti peta. Alat ini dapat digunakan untuk mengukur luas daun
apabila bentuk daun tidak terlalu rumit. Jika daun banyak dan berukuran kecil,
metode ini kurang praktis karena membutuhkan waktu yang lama.
Metode panjang kali lebar, metode yang dipakai untuk daun yang bentuknya
teratur, luas daun dapat ditaksir dengan mengukur panjang dan lebar daun.

Menurut Bambang et al (2008) menyatakan bahwa pengukuran yang cepat


dan mudah tentunya akan diperoleh dengan menggunakan LAM (Leaf Area
Meter)
a.

Kekurangan Metode LAM


Menurut Maftuchah dan Idiyah (1995), kekurangan dari pengukuran luas
daun dengan metode LAM adalah :

1)

Perlu pengukuran berulang dan menghindari pengrusakan daun, maka


penggunaan teknik pengukuran lainnya diperlukan.

2)

Ukuran daun yang besar diperlukan ketelitian ekstra, karena daun-daun


berukuran besar perlu dipotong dan kemudian ditata secara hati-hati pada
permukaan alat dan saat menutup daun-daun tidak terlipat.

3) Kondisi tenaga batere perlu diperhatikan pula, dengan tingkat kekuatan batere
yang mulai melemah akan menghasilkan kesalahan pengukuran. Gejala yang
nampak pada saat batere melemah adalah pengulangan pengukuran satu sampel
daun yang sama akan memberikan hasil yang berbeda jauh.
4) Harga alat LAM mahal.
5) Merusak daun atau memetik daun dari tanaman.
b.

Kelebihan Metode LAM


Menurut Maftuchah dan Idiyah (1995), kelebihan dari pengukuran luas daun
dengan metode LAM adalah :

1)

Pengukuran yang cepat dan mudah tentunya akan diperoleh dengan


menggunakan LAM.

2)

Hasil menjadi lebih akurat.

10

3)

Penggunaan LAM sangat baik digunakan untuk mengukur luas daun dari suatu
tanaman yang memang dalam percobaan akan dirusak (destruktif).
Hasil yang didapat dari praktikum pengukuran luas daun pada daun jambu
biji adalah: pada metode gravimetri 54cm, milimeter blok 45 cm , Leaf area
meter 49,6 cm dan metode plong 41,92cm.
Hasil yang didapat dari praktikum pengukuran luas daun pada daun jambu
biji besar adalah: pada metode gravimetri 162,29cm, milimeter blok 165,29 cm ,
Leaf area meter 141,28 cm dan metode plong 167,34 cm.
Hasil yang didapat dari praktikum pengukuran luas daun pada daun bayam
adalah: pada metode gravimetri 27 cm, milimeter blok 29,7 cm , Leaf area meter
29,84 cm dan metode plong 28,35 cm.
Hasil yang didapat dari praktikum pengukuran luas daun pada daun caisim
adalah: pada metode gravimetri 105,6cm, milimeter blok 122,76 cm , Leaf area
meter 138,4 cm dan metode plong 468,32 cm.
Berdasarkan hasil perhitungan dan pengukuran luas daun di atas didapatkan
hasil pengukuran yang berbeda dari keempat metode pengukuran tersebut.
Perbedaan tersebut tidak hanya dikarenakan jenis tanaman yang berbeda, tingkat
keakuratan dari keempat metode tersebut juga berbeda sehingga memperoleh hasil
pengukuran luas daun yang beda pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bambang
et al (2008) Pengukuran luas daun dengan menggunakan pendekatan faktor
koreksi maupun dengan alat LAM, menunjukkan tingkat kosistensi yang berbeda.
Konsistensi penggunaan teknik perhitungan harus sesuai untuk menggambarkan

11

kondisi sebenarnya di lapangan. Selain itu pertimbangan dalam menentukan


sampel daun yang diukur dari suatu tegakan tanaman perlu menjadi bahan
pertimbangan.
Perbedaan luas daun juga dipengaruhi pada masa pertumbuhan suatu
tanaman. Jika suatu tanaman berada pada puncak masa vegetatifnya, biasanya luas
daun tanaman mencapai titik optimum. Pada daun tanaman bayam, luas daun
tanaman bayam 1 memilki luas daun lebih tinggi dari pada luas daun tanaman
bayam 2. Hal ini dikarenakan pertumbuhan kedua tanaman tersebut berbeda.
Begitu halnya dengan daun jagung. Meskipun dalam satu tanaman, luas helai
daun berbeda pada masing-masing helai. Pada tanaman dewasa ukuran helaian
daun bervariasi dari yang berukuran kecil, berukuran sedang hingga berukuran
besar. Ukuran daun yang lebih kecil biasanya diperoleh pada percabangan yang
terletak di bawah, dikarenakan porsi penyerapan sinar matahari sudah di
reduce/diserap sebesar 50% oleh daun yang berada di atasnya. Daun-daun yang
berada ditengah biasanya lebih besar, dan kemudian berukuran kecil lagi pada
bagian ujung percabangan (Bambang et al. 2008). Perbedaan ukuran helaian daun
pada tanaman yang sama disebabkan perbedaan tingkat perkembangan tanaman.
Sedangkan perbedaan ukuran helaian daun antar tanaman tentunya dikarenakan
perbedaan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang disebabkan perbedaan
lingkungan tumbuh (Finkedey, 2005)

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

12

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan , dapat disimpulkan bahwa;
1. Dari beberapa metode perhitungan luas daun metode yang paling akurat
adalah dengan menggunakan Leaf Area Meter /LAM dibandingkan metode
lainnya.
B. Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan , saran yang dapat
diberikan diantaranya :
1. Dalam menghitung luas daun diharapkan lebih teliti agar hasil yang didapat
akurat.

DAFTAR PUSTAKA

13

Bambang, B., Santoso, dan Hariyadi. 2008. Metode Pengukuran Luas Daun Jarak
Pagar. Magrobis. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. 8(1):17-22.
Finkeldey, R. 2005. An Introduction to Tropical Forest Genetics. Diterjemahkan
Djamhuri, E. et.al. Pengantar Genetika Hutan Tropis. ASEAN-EU University
Network Programme (AUNP). Bogor.
Kiusalaas, J., Numerical Methods in Engineering with MATLAB. Cambrigde
University Press, New York, 2005.
Maftuchah dan S. Idiyah. 1994. Buku Petunjuk Praktikum Analisa Pertumbuhan
Tanaman. FP- UMM.
Pearce, SC., G.M. Clark, G.V. Dyke, R.E. Kempson. 1988. A Mannual of
CropExperimentation. London, Charles Griffin & Company.
Sitompul,S.M. B.Guritno ,l995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada
University Press.Yogyakarta.
Taiz, L., Zeiger, E., Plant Physiology, Sinauer Associates Incorporated, 2010.

LAMPIRAN

14

15

Anda mungkin juga menyukai