Anda di halaman 1dari 25

OUTLINE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

IDENTIFIKASI NEMATODA PADA PRODUK PERTANIAN


DI BALAI BESAR UJI STANDAR KARANTINA PERTANIAN

Oleh:
Diva Zelvia
NIM A1L013036

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016

1
I. PENDHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman pangan merupakan komoditi yang memiliki arti penting bagi

manusia, di indonesia yang temasuk tanaman pangan adalah Padi, Jagung, Kentang,

dan Kedelai, Kacang tanah. Semua jenis tanaman tersebut paling sering

dibudidayakan oleh petani di indonesia. untuk menjaga ketahanan pangan maka

pemerintah melakukan impor beras, dalam prosesnya memungkinkan terbawanya

OPT dan OPTK yang dapat mengganggu keaneka ragaman hayati di Indonesia.

Perlindungan terhadap komoditi tanaman pangan merupakan bagian integral

dari system perlindungan terhadap OPT dan OPTK dari luar .Peran perlindungan

tanaman dalam mendukung keberhasilan pengembangan tanaman pangan yang

bebas OPT dan OPTK sangat besar, terutama dalam mempertahankan produktivitas

melalui upaya penekanan kehilangan hasil akibat serangan.

Karantina Tumbuhan adalah tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan

tersebarnya Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) dari luar negeri

maupun di dalam negeri dan mencegah keluarnya Organisme Pengganggu

Tumbuhan (OPT) dari wilayah Negara Republik Indonesia. Tugas pokok dan fungsi

Karantina Tumbuhan berdasarkan Perundangan-undangan yang berlaku yaitu

Undang-Undang No.16 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2002

dan menjadikannya sebagai salah satu sub system dalam upaya perlindungan

terhadap sumberdaya alam hayati.

2
Kegiatan perkarantinaan tumbuhan dilakukan dengan melaksanakan tindakan

Karantina yaitu 8 P yang meliputi Pemeriksaan, Pengasingan, Pengamatan,

Pelakuan, Penahanan, Penolakan, Pemusnahan dan Pembebasan. Tujuan

dilaksanakannya tindakan Karantina Tumbuhan adalah untuk menyelamatkan

sumber daya alam hayati Indonesia dari ancaman Organisme Pengganggu

Tumbuhan (OPT) berbahaya yang dapat menimbulkan dampak yang sangat luas

pada stabilitas ekonomi nasional. Adanya komoditas pertanian yang diantar pulau

di dalam wilayah Republik Indonesia melalui wilayah kerja Pelabuhan Tanjung

Priok baik untuk komoditas hortikultura yang masuk maupun yang keluar, dapat

dimungkinkan terdapat Organisme PenggagguTumbuhan (OPT) dan Organisme

Penggannggu Tumbuhan Karantina (OPTK) pada komoditas pertanian tersebut.

B. Tujuan dan Sasaran Praktik Kerja Lapangan

1. Praktik Kerja Lapangan yang akan dilaksanakan mempunyai tujuan:

a. Mengetahui kondisi, persyaratan, dan prosedur tindakan karantina

terhadap komoditas tanaman pangan di Balai Besar Karantina Pertanian

Tanjung Priok.

b. Mengetahui jenis nematoda maupun OPTK yang ada pada komoditas

tanaman pangan di Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok

c. Mengetahui metode metode identifikasi nematoda maupun OPTK

pada komodiats tanaman pangan di Balai Besar Karantina Pertanian

Tanjung Priok.

3
2. Praktik Kerja Lapangan yang akan dilaksanakan mempunyai sasaran:

a. Memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan keterangan lebih lanjut

mengenaiproses identifikasi Nematoda pada tanaman pangan di Balai

Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok.

b. Mendapatkan pengalaman kerja secara langsung dan memperluas

wawasan di lapangan mengenai proses identifikasi Nematoda pada

tanaman pangan di Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok,

sehingga mampu mengaplikasikan ilmu yang diterima di bangku kuliah

C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan

Manfaat yang diharapkan dari kegiatan praktik kerja lapangan yaitu:

1. Mengetahui tugas pokok dan fungsi dari Balai Besar Karantina Pertanian

Tanjung Priok.

2. Mendapatkan pengetahuan tentang cara pengujian laboratorium di Balai Besar

Karantina Pertanian Tanjung Priok.

3. Menambah wawasan, keterampilan dan kemampuan mahasiswa dalam

menganalisis identifikasi Nematoda maupun OPTK

4. Menambah pengalaman kerja yang tidak didapatkan dalam perkuliahan dan

sebagai studi banding antara teori dengan praktik di lapangan.

5. Hasil praktik kerja lapangan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

untuk melaksanakan penelitian dan informasi bagi yang membutuhkan.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Dropkin (1992), nematoda (nama tersebut berasal dari kata Yunani,

yang artinya benang) berbentuk memanjang, seperti tabung, kadang- kadang seperti

kumparan, yang dapat bergerak seperti ular. Mereka hidup di dalam air, baik air

laut maupun air tawar, di dalam film air, di dalam tanah, di dalam jaringan jasad

hidup berair. Filum nematoda merupakan kelompok besar kedua setelah serangga

apabila didasarkan atas keaneka-ragaman jenisnya. Nematoda telah dikenal sejak

zaman purba sebagai parasit pada manusia. Namun ketika mikroskop yang lebih

baik ditemukan dan para ahli hewan abad kesembilan belas mengeksplorasikan

makhluk hidup dalam lingkup yang luas, maka nematoda dilupakan.

Menurut Soesanto (2008) Nematoda merupak salah satu mikroba tanha ynag

memarasit tanaman dngan menimbulkan kerugian besar. Sam seperti patogen tular

tanah lainya, begitu pula serangan nematoda sering terlambat diketahui karena

gejala yang ditimbulkan terlambat jika dibandingkan dengan saat nematoda

menginfeksi akar tanaman didalam tanah.

A. Struktur dan Fungsi

Menurut Dropkin (1992) dinding tubuh nematoda bagian dalam berisi cairan

untuk melindungi adanya tekanan dan berperan sebagai kerangka cair yang

menyebabkan otot-otot dapat bekerja. Dinding tubuh terdiri dari atas kutikula

bagian luar, lapisan antara, hipodermis dan bagian dalam otot-otot membujur.

Kutikula merupakan pembatas antara nematoda dengan dunia luar. Bersifat

lentur, licin da bergerak didalam subtratnya seta ulet unutk menahan luka karena

5
kikisan. Dinding tubuh mengatur pergerakan air yang melintas kutikula untuk

menahan tingginya tekanan tubuh bagian dalam. Kutikula pada kebanyakan

nematoda terdiri atas tiga lapisan Korteks luar, Matriks tengah, dan lapisan basal

bagian dalam.

Hipodermis adalah batas permukanan bagian dalam kutikula dengan lapisan

jaringan.beberapa nematoda mempunyai hipodermis sel yang dipisahkan oleh

membran. Hipodermis mempunyai semua sifat karakteristik dari jaringan yang

aktif. Intiselnya jauh lebih besar dari pada intisel jaringan , mitokondria banyak,

dan adanya organel melimpah pada sintesis protein. Selama hidupnya nematoda

menghasilkan enzim yang dapat melebur bagian kutikula lama yang ada dan

mengsekresikan dengan yang baru, hal tersebut terjadi sebnayak empat kali.

Menurut Dropkin (1992) sistem pencernaan nematoda merukan tabung yang

merentang dari mulut sampai anus. Saluran tersebut terdiri atas empat bagian yaitu

: Stoma (mulut), Farink (esofagus), usu dan anus. Mulut mematoda memiliki

berbagai macam bentuk mulut, sesuai dengan sumber makanannya. Nematoda

pakan bakteri memiliki mulut yang silindris seperti tong atau rongga kerucutyang

bagian depanya terus terbuka dan bagian belakanganya terhubung dengan esofagus,

Berbeda dengan halnya nematoda parasit tanaman pada jenis ini nematoda

dilengkapi dengan alat pencucuk yaitu stilet yang digunkan unutk menerobos

didnding sel dan menghisap isisnya.

Farink (esofagus) merupakan alat yang berotot terletak diantara mulut dan

usus yang berkmabng menjadi alat penghisap cairan sel inangnya, dengan adanya

kontraksi otot-otot esofagus maka bagian dinding akan mengerucut dan terjadi

6
pengisapan cairan sel jaringan inang, esofagus pada kebanyakan nematoda dibagi

menjadi empat bagian:

1. Prokorpus (Bagian Depan)

2. Metakorpus (Bagian yang lebih lebar dibelakang prokorpus, kadang-

kadang berbentuk pompa berotot yang disebut median bulbus).

3. Isthmus ( Bagian yang sempit menghubungkan metakorpus dan bagian

basal)

4. Basal bulbus (Bagian yang terletakndidepan usus, biasanya mempunyai

kelanjar-kelenjar esofagus)

Usus pada nematoda tersusun oleh sel-sel besar berbentuk seperti jari,

mkrofili unutk mempersiapkan permukaan lumenya guna menyerap sari makanan,

usus berfungsi ganda yaitu metabolisme dan penimbunan cadangan makanan.

Bagian dari pencernaan lainya yaitu Anus, anus tetap tertutup oleh tekanan dari

dalam tubh nematoda yang tinggi, otot-otot dari anus ke dinding tubuh mendorong

anus untuk membuka sewaktu pelepasan.

B. Sistem Reproduksi

Menurut Dropkin (1992) Kebanyakan Nematoda mempunyai alat kelamin

yang terpisah dan perkawinan diperlukan unutk berkembang biak. Akan tetapi

pada beberapa jenis nametoda kedaua alat kelamin tersebut terdapat pada satu

individu yang disebut Hemaprodit, didalamnya terdapat sel telur dan sperma dalam

satu gonad. Tipe saluran alat kelamin pada betina fitonematoda ialah berstruktur

memanjang terdiri atas ovarium pada bagian ujung diikutisaluran telur dan torak

7
mani sebagai tempat penyimpanan sperma pada nemaota jantan dan uterus yaitu

tempat telu-telur yang telah dibuahi berada, sampai telur telur itu keluar dari tubu

induknya melalui vulva.

Sistem reproduksi pada nematoda jantan dibagi menjadi kedalam beberapa

bagian bagian tertentu

1. Testis terdapat pada bagian ujung mempunyai tempat pembenihan sperma

dan daerah perkembangan (Growh Zone) tempat sperma di produksi dan

berkembang.

2. Kantung mani adalah bagian yang menggelembung, tempat menyimpan

sperma.

3. Vasa diferensia biasanya berkelenjar dan berotot

4. Kloaka saluran yang diperuntukan keluarnya hasil reproduksi dan hasil

pencernaan.

5. Spikula bagian tubuh nematoda yang berbentuk seperti kait yang temasuk

bagian ujung dari gonad nematoda jantan. Pada nematoda jantan terdapat

sepasang spikula, spikula tersebut membentuk jalan keluarnya untuk

sperma, selama proses kopulasi spikula diselipkan kedalam vagina

nematoda betina.

6. Sayap ekor adalah bagian kutikula yang meluas pada ekor bagian lateral,

kutikula yang meluas tersebut juga bursa.

C. Identifikasi Nematoda

Nematoda adalah mikroorganisme yang berbentuk cacing, bentuk tubuh

bilateral simetris, dan speciesnya bersifat parasit pada tumbuhan, berukuran sangat

8
kecil yaitu antara 300 1000 mikron, panjangnya sampai 4 mm dan lebar 15 35

mikron. Karena ukurannya yang sangat kecil ini menyebabkan nematoda ini tidak

dapat dilihat dengan mata telanjang, akan tetapi hanya bisa dilihat dengan

mikroskop.

Gambar 1. Morfologi Nematoda

Menurut Dropkin (1992) Secara garis besar filum nematoda dikelompokkan

ke dalam tiga Ordo yaitu : Ordo Tylenchida, Ordo Dorylaimida, dan Ordo

Rhabditida. Nematoda parasit tanaman biasanya terdiri dari Ordo Tylenchida dan

Dorylaimida; sedangkan nematoda yang saprofitik dan beberapa jenis yang

bertindak sebagai parasit serangga merupakan kelompok Ordo Rhabditida. Tanda

karakteristik Ordo Tylenchida dan Dorylaimida dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Tanda Karakteristik dari Ordo yang termasuk Anggota


Fitonematoda
Ordo Tylenchida Ordo Dorylaimida

1. Stilet ramping, lancip, biasanya 1. Kebanyakan memiliki stilet pendek

pada pangkal stilet terdapat knob dan gemuk, ujungnya miring tanpa

9
yang terdiri dari tiga bagian sebagai knob pada pangkal stilet, atau pada

tempat melekatnya otot-otot. bagian mulutnya bergigi. Yang

2. Farink dibagi menjadi empat bagian parasitik terhadap tanaman

yaitu : prokorpus, metakorpus biasanya mempunyai stilet yang

(berupa lembaran berbentuk seperti panjang.

bulan sabit, tempat melekatnya otot- 2. Farink tidak memiliki median

otot radial), isthmus (ramping bulbus (metakorpus). Terdiri atas

memanjang yang dilingkari oleh bagian anterior yang ramping dan

sebuah cincin syaraf), dan bagian bagian posterior yang agak lebar.

bawah adalah basal bulbus atau Dapat pula berbentuk silindris

lobus. seluruhnya.

3. Kutikulanya memiliki anulasi yang 3.Anulasi kutikula biasanya tidak

jelas. nampak apabila diamati dengan

mikroskop cahaya.

Deskripsi karakteristik famili dari Ordo Tylenchida adalah sebagai berikut:

1. Tylenchidae

Kerangka kepala tidak ada atau kurang berkembang, Stilet kecil. Baik jantan

maupun betina aktif, berupa nematoda berbentuk memanjang. Ovarium tunggal,

vulva terletak di antara pertengahan panjang tubuh dan anus. Ekor nematoda betina

meruncing. Nematoda jantan mempunyai sayap ekor tetapi tidak mencapai ujung

ekor. Kelenjar esofagus berada di dalam basal bulbus sebagian kecil tumpang tindih

dengan usus, yaitu Anguina dan Ditylenchus.

d. Tylenchorhynchidae

10
Kerangka kepala lemah sampai sedang. Stilet berkembang dengan basal knob.

Kedua jenis kelamin aktif, berbentuk memanjang dengan panjang0,8-1,5 mm.

Mempunyai dua ovarium. Vulva terletak di tengah panjang tubuhnya. Ujung ekor

betina membulat atau meruncing. Sayap ekor memanjang sampai ujung ekor.

Kelenjar esofagus di dalam basal bulbus. Tylenchorhynchus.

e. Pratylenchidae

Kerangka kepala mengeras dan nampak jelas. Kedua jenis kelamin aktif,

tubuhnya memanjang. Kepada pada dua jenis kelamin rendah, lebar dan membulat

atau bagian anterior mendatar, (kecuali pada Radopholus), lebar kira-kira setengah

sampai tiga perlima panjang stilet. Stilet kekar dengan basal knob besar. Tiga

kelenjar esofagus pada lobus bertindihan dengan usus. mempunyai satu atau dua

ovarium. Panjang ekor betina dua kali atau lebih lebar dari bagian anus. Sayap ekor

mencapai ujung ekor. Pratylenchus, Radopholus, Hirschmaniella, dan Nacobbus.

4. Hoplolaimidae

Kepala tinggi, membulat konoid atau lebar membulat. Kedua jenis kelamin

aktif. Berbentuk memanjang. Kerangka kepala berkembang baik. Stilet lebar

dengan basal knob nampak jelas. Kelenjar esofagus tumpang tindih dengan usus.

Anulasi pada kutikula terlihat dengan jelas. Mempunyai satu atau dua ovarium.

Ekor yang betina pendek, biasanya kurang dari dua kali lebar tubuh bagian anus.

Sayap ekor meluas sampai ujung ekor. Hoplolaimus, Scutellonema, Rotylenchus,

Helicotylenchus, dan Rotylenchulus.

5. Belonolaimidae

11
Jantan dan betina vermiform, anulasi jelas. Kepala berlekuk, kerangka kepala

sedang, stilet silindris dan panjang. Kelenjar esofagus di dalam lobus dan

bertindihan dengan usus. Mempunyai dua ovarium. Ekor yang jantan membulat,

paling sedikit dua kali atau lebih lebar dari tubuh bagian anus. sayap ekor mencapai

ujung ekor. Belonolaimus.

6. Heteroderidae

Tubuh betina menggelembung (seperti buah per, jeruk), jantan vermiform dan

aktif bergerak. Kerangka kepala betina lembek tidak mengeras sedang yang jantan

berkembang dengan baik. Tidak mempunyai sayap ekor. Pada betina Heterodera

dan Globodera mempunyai kista, sedang pada Meloidogyne tetap lunak.

Mempunyai dua buah ovarium. Vulva terdapat pada bagian ujung belakang tubuh

bagian tengah. Globodera Heterodera dan Meloidogyne.

7. Criconematidae

Anulasi kutikula kasar, pada beberapa jenis anulasi berbentuk sisik yang

saling tumpang tindih. Metakorpus besar dan oval menyatu dengan prokorpus.

Berupa lembaran seperti bulan sabit yang memanjang. Isthmus pendek dan

ramping. Kelenjar dalam basal bulbus kecil. Ovarium tunggal, vulva terletak di

bagian belakang tubuh. Jenis kelamin jantan tidak ada atau mengalami degradasi.

Pada beberapa jenis memiliki stilet sangat panjang pada yang betina.

Criconemoides, Macroposthonia, Criconema, dan Hemicycliophora.

8. Paratylenchidae

12
Bertubuh kecil, esofagus seperti Criconematidae. Anulasi halus, tidak

memiliki hiasan atau tumpang tindih. Mempunyai satu ovarium, vulva terletak pada

tubuh bagian belakang.

9. Tylenchulidae

Tubuh betina seperti kantung atau setengah bola. Esofagus seperti

Criconematidae, stiletnya pendek, pada betina stilet berkembang dengan baik

sedang pada yang jantan mereduksi atau tidak memiliki stilet.

10. Aphelenchoididae

Kelenjar esofagus dorsal bermuara di dalam metakorpus anterior yaitu pada

lembaran yang berbentuk seperti bulan sabit. Metakorpus besar. Stilet tanpa knob

jelas. Mempunyai satu ovarium. Spikula berbentuk seperti duri. Bidang lateral

memiliki takik yang berjumlah kurang dari enam buah. Aphelenchoides,

Bursaphelenchus, dan Radinaphelenchus.

11. Longidoridae

Tubuh berukuran panjang, silindris dan ukuran stilet sangat panjang.

Memiliki esofagus dengan bagian anterior yang berotot panjang dan bagian

posterior yang berkelenjar besar dan pendek. Longidorus dan Xiphinema

12. Trichodoridae

Nematoda bertubuh pendek, lebar dengan kutikula tebal dan melengkung,

mempunyai stilet yang terdiri atas tiga bagian. Bentuk ekor tumpul dan membulat.

Kelenjar esofagus membentuk basal bulbus. Trichodorus dan Paratrichodorus.

13
Gambar 2. Membandingkan ukuran, morfologi dan karakteristik kunci dari
setiap genus

D. Pengendalian Nematoda

Menurut Soesanto (2008) pengendalian Nematoda menggunakan Nematisida

memiliki dampak negatif jika digunkan dalam jangka waktu yang lama,dan juga

jangkauan agensia kimia yang terbatas didalam tanah, shingga penggunaan agensia

hayati perlu dipertimbangkan unutk mengatasi nematoda parsit tanaman.

Menurut dropkin (1992) pengendalian Nematoda dapat dibagi menjadi

beberapa yaitu:

1. Sanitasi

Sanitasi merupak tindakan pencegahan yang paling mudah dilakukan oleh

setiap petani, seperti membersihkan masin-masin pertanian dengan

semprotan uap panas sebelum meninggalkan lahan yang terinfeksi oleh

nematoda.

2. Pergiliran Tanaman

14
Pergiliran tanaman merupakan tindakan yang sederhana, tiap jenis

fitonematoda memiliki kisaran inang yang cukup luas tetapi tidak meliputi

semua tanaman, petani harus mengkombinasikan tanaman / tumpang ari

antara tanaman inang dan bukan tanaman inang,agar populasi nematoda

dapat terkendali, Selain itu pergiliriran tanaman dengan peberoan dapat

mengurangi populasi nematoda.

3. Cara Bercocok Tanam

Mengatur waktu tanam yang tepat dapat membuat tanaman lebih mampu

unutk menahan serangan nematoda, Pengeringan dan pemanasan pada

lahan sawah dapat mengandalikan populasi beberapa nematoda,

perbaikan mutu tanah dengan menambahkan bahan organik dapat

meningkatkan organisme predator bagi nematoda.

4. Nematisida

Nematisida dibagi menjadi dua kelompok yaitu fumigan dan bukan

fumigan, Fumigan berupa cairan yang dapat menguap da larut didalam

cairan tanah. tekanan upa yang tinggi mendistribusukan gas kesemua arah

melaliu pori-pori tanah, Bukan fumigan nematisida terdiri dari atas

duatipe yaitu; organofosfat,tionazin,etoprop dan fnsulfotion.Karbamat

seperti oksamil,aldikrab,kabufuran,tirpat sodium metam dam metomil.

5. Pengendalian Hayati

Menurut Soesanto (2008) Jenis agensia hayati nematoda khususnya dari

kelompok mikroba jamur dan bakteri amat beragam yang masing-masing

15
jenis tersebut mempunyai sifat tersendiri. Keberadaan agensia hayati

menatoda umumnya berada didalam tanah yang sesuai dengan keberadaan

nematoda parasit tanaman, kinerja agensia hayati khusunya bakteri

antagonis dipengaruhi oleh lingkungan Abiotik dan Biotik.

Bakteri patogan yang mempengaruhi nematoda parasit tanaman, terbesar

dari genus Pasteuria misalnya Pasteuria Penetrans, bakteri ini telah

ditemukan menginfeksi sejumlah besar spesies nematoda bakteri

menempel dan memenetrasi kutikula nematoda, sebagai parasit obligat

nematoda Meloidogyne spp. Selain Pasteuria dikenal juga beberapa strain

Bacillus thuringiensis Berliner. Jamur yang mempengaruhi nematoda

pemarasit tanaman, sekelompok besar jamur menyerang nematoda

didalam tanah pada semua jenis tanah. adapun sistem penarasitanya yaitu

dengan menggunakan konidium rekat, yaitu konidium menempel pada

kutikula nematoda , kemudian berkecambah dan melepaskan senyawa

nematokin yang menyebabkan penghentian gerak yang cepat dan

menimbulkan kematian pada nematoda. Jamur dari genus

Monacrosporium, Arthrobotrys dan Nematoctonus, Jamur tersebut

menangkap nematoda dengan memodifikasi misellium menjadi organ.

(Soesanto, 2008)

Dalam prosenya pengendalian,dan pemantauan penyebaran nematoda

menjadi hal yang sangat serius bagi petani, peran pemerintah dalam mencegah,

mengendaliakan dam memantau penyebaran hama tertuan dalam cara cara

pengendalian yang efektif, menguntungkan, dan aman terhadap lingkungan.

16
Menurut Untung (2006), ada dua pendekatan dalam prinsip prinsip pengendalian

hama, yaitu proaktif dan reaktif. Proaktif merupakan upaya mengekang

perkembangan hama agar populasinya tetap di bawah ambang ekonominya.

Pendekatan ini dapat dilakukan dengan penanaman varietas tahan, cara bercocok

tanam, penggunaan musuh alami, dan lain lain. Reaktif merupakan upaya

menekan perkembangan hama agar populasinya kembali di bawah ambang

ekonominya. Umumnya berupa pengendalian kimiawi.

Menurut Arief (1994), cara pengendalian hama dengan peraturan atau

perundang undangan atau karantina yaitu dengan menggunakan peraturan

peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah sehubungan dengan kegiatan pertanian

dan pengendalian hama. Tindakan karantina dapat dilakukan dengan perlakuan

pestisida, pelarangan masuk, dan dengan pemusnahan atau eradikasi.Sertifikasi

diberikan sebagai keterangan yang membuktikan bahwa tanaman tersebut sehat

sehingga dapat dibudidayakan atau diternakkan dan dapat dikeluarkan atau

dimasukkan dari dan ke daerah atau Negara.

Indonesia sebagai Negara agraris telah melakukan impor benih atau plasma

nutfah untuk meningkatkan produksi dan memperbaiki kualitas produk

pertanian.Impor benih atau plasma nutfah ke Indonesia mempunyai peraturan untuk

pengawasan impor.Menurut UU No. 16 tahun 1992 tentang hewan,ikan, dan

karantina tumbuhan yang telah dipublikasikan dan efektif pada 8 Juni

1992.Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2002yang menyediakan fondasi legal

yang kuatdalam aktivitas pelaksanaan karantinatumbuhan pada 23 April

2002.Sedangkan menurut keputusan Menteri, semua peraturan yang dibuat

17
tidakbertolak belakang dengan Undang undangNo. 16 tahun 1992 (Sartiami dan

Purnama, 2005). Menurut Suwanda (2010), terdapat larangan impor, diantaranya:

1. Material perbanyakan tanaman dan produktanaman Hevea dan material

perbanyakantanaman nonHevea dari negara AmerikaSelatan Leaf blight.

2. Tanah dan kompos, termasuk sphagnum dan serabut kelapa.

3. Materi tanaman yang menggunakan materipengepakan (jerami padi, sampah

kapas,daun pisang, serabut kelapa, dan lain lain).

Persyaratan Impor ada yang memerlukan Phytosanitary Certificate dan ada

yang tidak memerlukan Phytosanitary Certificate.Persyaratan Impor yang

memerlukan Phytosanitary Certificate adalah semua material tumbuhan, buah

segar, benih dan bagian daritanaman hidup untuk tujuanpertumbuhan selanjutnya

atauperbanyakan. Sedangkan imporyang tidak memerlukanpersyaratan

Phytosanitary Certificate diantaranya proses atau perakitan material tanamanyang

tidak membawa hama, diperbolehkanmasuk tanpa phytosanitary

certificates.Berdasarkan Keputusan Menteri No. 38tahun 2006, Indonesia

mempunyaiperaturan daftar hama. Disiapkan oleh expert dari anggota NPPO,

Universitas, dan Badan Penelitian. Daftar hama tersebut harus ditinjau kembali

setiap dua tahun (Suwanda, 2010).

Ada beberapa persyaratan karantina, yaitu:

1. Persyaratan Karantina (impor)

18
a. Melampirkan phytosanitary certificate darinegara asal dan dibawa pada

saat kedatanganuntuk tanaman atau bagian tanaman, kecualimembawa

klasifikasi yang digunakan sebagai artikel lainnya.

b. Melalui tempat masuk.

c. Notified dan menyampaikan kepada petugaskarantina tumbuhan di tempat

kedatanganuntuk pengecekan tentang karantina.

d. Material tanaman dilampiri surat izin impormelalui Kementerian

Pertanian.

2. Persyaratan Karantina(domestik)

a. Melampirkan sertifikat kesehatan daridaerah asal tanaman atau bagian

tanaman, kecuali membawa klasifikasi artikel lainnya.

b. Melalui tempat masuk yang ditetapkan dan tempat keluar.

c. Membawa dan diberikan kepada petugaskarantina di tempat keluar dan

masukuntuk pengecekan kegiatan karantina.

3. Persyaratan Karantina(ekspor)

a. Melampirkan sertifikat kesehatantanaman atau bagian tanaman, kecuali

membawa klasifikasi artikel lainnya.

b. Melalui tempat ekspor yang telah ditentukan.

c. Membawa dan menyampaikan kepada petugas karantina di tempat ekspor

untukkegiatan pengecekan karantina (Suwanda, 2010).

Tambahan persyaratan umum, impor materi tanaman ke wilayah Republik

19
Indonesia harus memenuhi secara teknik.Persyaratan atau tambahan

berdasarkananalisis risiko hama atau pest riskanalysis (PRA).Persyaratan

teknikmaterial tanaman diantaranya (Suwanda, 2010):

1. Hasil produksi oleh produsen yang telahterdaftar melalui lembaga kompeten di

negara asal.

2. Memperoleh keterangan tentang areabebas hama atau produksinya bebas dari

hama.

3. Bebas dari hama karantina.

4. Bebas dari kotoran tanaman, tanah, ataubagian tanaman lainnya.

5. Aman dari infeki hama atau kontaminasi selama di perjalanan atau

transportasi.

6. Perlakuan dengan pestisida tertentu jika diperlukan.

7. Cek secara visual dan atau laboratoriummelalui petugas karantina pada saat

kedatangan.

8. Musnahkan jika materi tidak bebas dari hama (tidak dapat perlakuan, hama

golongan 1).

20
III. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

Praktik Kerja Lapangan Identifikasi dan Inventarisasi Nematoda pada

Tanaman Pangan akan dilaksanakan selama minimal 25 hari antara Bulan Juli

sampai Agustus 2015. Pelaksanaan bertempat di Balai Besar Karantina Pertanian

Tanjung Priok.

B. Materi Praktik Kerja Lapangan

Materi atau objek yang akan dikaji dalam Praktik Kerja Lapangan ini adalah

identifikasi dan inventarisasi nemtoda pada benih maupun bibit tanaman pangan di

Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok.

C. Metode Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

Praktik Kerja Lapangan ini menggunakan metode observasi partisipasi,

yaitu dengan cara melakukan pengamatan dan wawancara langsung serta ikut

berperan aktif di lapangan mengenai identifikasi dan inventarisasi nematoda pada

benih maupun bibit tanaman pangan di Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung

Priok.

Pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder.

1. Data primer diperoleh dari:

a. Pengamatan secara visual dari praktik secara langsung dan pencatatan

data di lapangan.

21
b. Wawancara langsung dengan karyawan, staf, dan petugas lain di Balai

Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok.

c. Foto atau dokumentasi yang diambil saat pelaksanaan praktik kerja

lapangan.

f. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari arsip atau dokumentasi instansi, literatur,

buku dan telaah pustaka lain yang berhubungan dengan proses Identifikasi

dan inventarisasi nemtoda pada tanaman pangan di Balai Besar Karantina

Pertanian Tanjung Priok.

22
IV. JADWAL PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Praktik Kerja Lapangan akan dilaksanakan selama minimal 25 hari antara

Bulan Juli sampai Agustus 2015. Pelaksanaan PKL bertempat di Balai Besar

Karantina Pertanian Tanjung Priok, dengan pembagian kerja sebagai berikut:

Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

Minggu ke
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5

1. Persiapan dan

orientasi lapangan

2. Praktik lapangan

3. Pengumpulan data

4. Pembuatan

laporan mingguan

dan presentasi

5. Penyusunan

Laporan PKL

23
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Arifin. 1994. Perlindungan Tanaman Hama Penyakit dan Gulma. Usaha
Nasional, Surabaya.

Dropkin,Victor H. 1992. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Edisi kedua. Gadjah


Mada University Press. Yogyakarta

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002 tentang


Penyediaan Fondasi Legal yang Kuat dalam Aktivitas Pelaksanaan Karantina
Tumbuhan. 2003. PlantQuarantineInIndonesia_Suwanda_I.pdf

Sartiami, Dewi dan Purnama Hidayat.2005a. Pengantar Perlindungan


Tanaman.(On line), http://ipb.ac.id/phidayat/perlintandiakses 24 Mei 2015.

. 2005b. Perkembangan dan Metamorfosis Serangga serta Kerusakan yang


Ditimbulkannya.(On line), http://ipb.ac.id/phidayat/perlintan diakses 24
Mei 2015.

Suwanda, I. 2010. Peraturan Karantina Tumbuhan untuk Benih di Indonesia.


Disampaikan dalam Regional Workshop on Seed Potatoes for Asian
Countries, Bandung (West Java), 19 21 Oktober 2010.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1992 tentang Hewan, Ikan
dan Karantina Tumbuhan. 1992.
PlantQuarantineInIndonesia_Suwanda_I.pdf

24
Untung, Kasumbogo. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Edisi kedua.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Soesanto, Loekas. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman


Suplemen ke Gulma dan Nematoda.Rajawali press.Jakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai