Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

Hal
PENDAHULUAN
Latar Belakang .........................................................................................................1
Tujuan Praktikum .....................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................4
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat ...................................................................................................7
Bahan dan Alat .........................................................................................................7
Prosedur Praktikum ..................................................................................................7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil .........................................................................................................................8
Perhitungan ..............................................................................................................9
Pembahasan ............................................................................................................10
KESIMPULAN ......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................15
LAMPIRAN

i
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Alat yang digunakan untuk memanen dapat berupa ketam dan sabit.

Penggunaan alat-alat ini sering kali dikaitkan dengan persentase kerontokan gabah

pada varietas padi tertentu. Varietas padi yang mempunyai sifat mudah rontok

memerlukan penanganan yang lebih cepat dibandingkan dengan varietas padi

yang tidak rontok.

Perontokkan merupakan bagian dari kegiatan pascapanen. Untuk

memisahkan gabah dari malai, ada beberapa cara yakni:

- Padi yang dipanen dengan sabit, dapat dirontokkan di sawah dengan mesin

perontok thresher, alat perontok kaki (pedal thresher).

- Di samping itu, perontokkan dapat dilakukan dengan memukulkan hasil

panen tersebut pada kayu; dan untuk mengurangi kehilangan produksi, perlu

diberi alas, misalnya : plastik.

Ada beberapa cara untuk merontokkan gabah dari bulirnya:

a. Cara diiles. Dengan menggunakan kedua kaki, padi diinjak dan diputar-

putar.

b. Cara digedig. Tumpukan padi dipukul-pukul dengan menggunakan pelepah

daun kelapa.

c. Cara gebot atau dibanting dengan alat kotak dari bambu atau kayu. Caranya

kotak diletakkan pada alas dari plastik atau terpal, kemudian padi

dibantingkan pada kotak tersebut.

d. Perontokkan padi dengan pedal thresher yang digerakkan dengan kaki.

e. Perontokkan padi dengan mesin perontok.


1
2

Panen merupakan saat yang ditunggu-tunggu setiap petani. Pada dasarnya

panen dan penanganan lepas panen (pascapanen) padi yang ditanam secara

organik tidak berbeda dengan padi yang ditanam secara konvensional. Sekitar

sepuluh hari sebelum panen, sawah harus dikeringkan agar masaknya padi

berlangsung serentak. Selain itu, keringnya sawah akan lebih memudahkan

pemanenan.

Setelah dipanen, gabah harus segera dirontokkan dari malainya. Tempat

perontokkan dapat dilakukan di lahan atau di halaman rumah setelah diangkut ke

rumah. Perontokkan ini dapat dilakukan dengan perontok bermesin ataupun

dengan tenaga manusia. Bila menggunakan mesin, perontokkan dilakukan dengan

menyentuhkan malai padi ke gerigi alat yang berputar. Sementara perontokkan

dengan tenaga manusia dilakukan dengan cara batang padi dipukul-pukulkan ke

kayu hingga gabah berjatuhan. Selain dipukul-pukulkan, malai padi pun dapat

diinjak-injak agar gabah rontok. Untuk mengantisipasi agar gabah tidak terbuang

saat perontokkan maka tempat perontokkan harus diberi alas dari anyaman bambu

atau lembaran plastik tebal (terpal). Dengan alas tersebut maka seluruh gabah

diharapkan dapat tertampung.

Mengirik padi dapat menggunakan mesin pengirik gabah (thresher). Mesin

ini ada yang sederhana, berupa roda yang digerakkan dengan pedal seperti kalau

kita mengayuh sepeda. Dengan mesin ini, jelas pekerjaan panenan akan lebih

cepat selesai, di samping penunjang pengembangan teknologi pengolahan hasil

yang baru dan salah satu penerapan teknologi tepat guna yang sedang digalakkan

dalam masa pembangunan ini.

2
3

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui prinsip kerja

alat dan menghitung kapasitas kerja alat.

3
4

TINJAUAN PUSTAKA

Genom beras dianggap genom rumput sederhana karena ukurannya yang

kecil. Analisis urutan DNA padi, bagaimanapun, mengungkapkan bahwa memiliki

genom kompleks yang mengandung duplikasi segmental kuno dan atau polipoidi.

Sebuah evaluasi awal informasi sekuensi beras mengungkapkan bahwa sekitar 15

gen padi yang dikenal digandakan dan tinggal di homolog kolonial daerah dalam

genom padi. Menyusul rilis dari urutan genom padi yang lebih lengkap serta

urutan pengkodean digabung dengan pendekatan komputasi, jumlah duplikasi

homolog dalam genom ditemukan lebih tinggi pada kisaran 50% dari urutan

pengkodean (Brar, et al, 2005).

Perontokkan merupakan bagian dari kegiatan pasca panen. Untuk

memisahkan gabah dari malai, ada beberapa cara yakni:

- Padi yang dipanen dengan sabit, dapat dirontokkan di sawah dengan mesin

perontok thresher, alat perontok kaki (pedal thresher).

- Di samping itu, perontokkan dapat dilakukan dengan memukulkan hasil

panen tersebut pada kayu; dan untuk mengurangi kehilangan produksi, perlu

diberi alas, misalnya : plastik.

(AAK, 1990).

Adapun beberapa cara untuk merontokkan gabah dari bulirnya:

a. Cara diiles. Dengan menggunakan kedua kaki, padi diinjak dan diputar-

putar.

b. Cara digedig. Tumpukan padi dipukul-pukul dengan menggunakan pelepah

daun kelapa.

4
5

c. Cara gebot atau dibanting dengan alat kotak dari bambu atau kayu. Caranya

kotak diletakkan pada alas dari plastik atau terpal, kemudian padi

dibantingkan pada kotak tersebut.

d. Perontokkan padi dengan pedal thresher yang digerakkan dengan kaki.

e. Perontokkan padi dengan mesin perontok.

(Suparyono dan Setyono, 1997).

Setelah dipanen, gabah harus segera dirontokkan dari malainya. Tempat

perontokkan dapat langsung dilakukan di lahan atau di halaman rumah setelah

diangkut ke rumah. Perontokkan ini dapat dilakukan dengan perontok bermesin

ataupun dengan tenaga manusia. Bila menggunakan mesin, perontokkan

dilakukan dengan menyentuhkan malai padi ke gerigi alat yang berputar.

Sementara perontokkan dengan tenaga manusia dilakukan dengan cara batang

padi dipukul-pukulkan ke kayu hingga gabah berjatuhan (Andoko, 2002).

Salah satu cara untuk melepaskan gabah dari malainya ialah dengan diirik.

Mengirik padi dapat menggunakan mesin pengirik gabah (thresher). Mesin ini ada

yang sederhana, berupa roda yang digerakkan dengan pedal seperti kalau kita

mengayuh sepeda. Dengan mesin ini, jelas pekerjaan panenan akan lebih cepat

selesai, di samping penunjang pengembangan teknologi pengolahan hasil yang

baru dan salah satu penerapan teknologi tepat guna yang sedang digalakkan dalam

masa pembangunan ini (Sugeng, 2001).

Mesin pemanen-perontok terpadu, atau combine, pemotong bulir-bulir

tanaman yang berdiri, merontok, dan membersihkan gabahnya sambil berjalan di

lapangan. Oleh sebab itu, mesin ini menggantikan dan meniadakan dari

pemanenan alat-alat pengikat buliran, pemotong, perontok stasioner, dan

5
6

pekerjaan yang melelahkan seperti menjemur dan menimbun buliran dan

mengangkat ikatan-ikatan. Mekanisme perontokan, yang memisahkan gabah dari

tangkai, terutama terdiri dari atas silinder yang berputar dan cekungan-cekungan.

Suatu penyalur pemukul biasanya di tempatkan di depan silinder dan di ujung atas

dari penyalur-pengangkat untuk membantu penyalur-pengangkat dalam

memasukkan bulir-bulir ke mekanisme perontokan. Kebanyakan pemanen terpadu

dilengkapi dengan silinder jenis batang parut dan cekungan. Gabah dilepaskan

dari tangkainya tanpa pemotongan merang yang berarti. Silinder bergigi dan

cekungan tersedia juga untuk beberapa pemanen terpadu. Alat pengatur

disediakan dengan jenis tanaman yang dituai. Pada kebanyakan pemanen terpadu

digunakan sebagai penggerak sabuk-V dengan kecepatan yang dapat diubah-ubah

(Smith and Wilkes, 1984).

Jenis padi yang ditanama di Indonesia ada dua macam, yaitu padi bulu dan

padi cere (tidak berbulu). Alat sederhana yang banyak dipakai adalah pedal

perontok (thresher). Mesin perontok yang digerakkan dengan motor biasanya

dilengkapi dengan alat penghembus kotoran (blower). Alat perontok bermotor

(power-thresher) dapat dilengkapi dengan sebuah rantai pengumpan di muka

drum perontok (Hardjosentono, dkk, 1996).

6
7

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 2 Desember 2011

pukul 07.30 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Bahan

Adapun bahan yang digunakan di dalam praktikum ini adalah alat

perontok padi (thresher) sebagai objek praktikum.

Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pulpen sebagai

alat untuk mencatat data, buku data sebagai tempat mencatat data, dan penggaris

sebagai alat untuk membuat tabel data.

Prosedur Praktikum

- Dipersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum.

- Dioperasikan atau dijalankan thresher.

- Dibuat spesifikasi alat thresher beserta ukurannya.

- Dihitung kapasitas proses dan kapasitas alat thresher dengan rumus:

jumlah bahan
KP = (ton / jam)
waktu

jumlah hasil
KM = (ton / jam)
waktu

- Dicatat data di buku data.

- Didokumentasikan.

7
8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

No Spesifikasi Fungsi Ukuran Cara Kerja


1 Elektromotor Sebagai sumber 8.5 HP Elektromotor
(motor bakar) tenaga 1500 rpm dihidupkan. Padi
dimasukkan
2. Reducer Menurunkan 1:50 melalui pintu
kecepatan pemasukkan.
perputaran Dirontokkan oleh
kerangka perontok.
3. Pulley Menghubungkan D=15.5 cm Gabah padi dan
daya kotoran jerami
disaring dengan
4. V-belt Penyalur daya A55 alat penyaring.
Kotoran akan
5. Rangka Penopang alat L= 98 cm keluar melalui
D= 121 cm lubang pintu
keluaran yang
6. Pintu masukkan Memasukkan padi = 125.5 diarahkan oleh
sudu. Gabah akan
7. Lubang Tempat keluarnya ditampung di
pembuangan gabah penapungan gabah.

8. Sudu Mengarahkan
kotoran ke lubang
pembuangan

9. Saringan Memisahkan
kotoran dengan
gabah

10. Kerangka Merontokkan padi D = 45 cm


perontok

11. Penampung gabah Menampung gabah

Perhitungan

Mesin thresher selama 1 menit beroperasi dapat menghasilkan 60 kg

gabah, 70 kg jerami dan kotoran. Jika dioperasikan selama 1.5 jam, berapa kg

8
9

gabah dan berapa kg jerami dan kotoran kemudian hitung kapasitas proses dan

kapasitas material.

Jawab:

Dik: 1 menit beroperasi dihasilkan

- 60 kg gabah

- 70 kg jerami + kotoran

Jika 1.5 jam dioperasikan

1.5 jam = 90 menit

Maka, dihasilkan: gabah = 90 x 60 kg = 5400 kg = 5.4 ton

Jerami = 90 x 70 kg = 6300 kg = 6.3 ton

massa bahan
KP =
waktu

11.7 ton
=
1.5 jam

= 7.8 ton / jam

massa hasil
KM =
waktu

5.4 ton
=
1.5 jam

= 3.6 ton / jam

9
10

Pembahasan

Menurut literatur AAK (1990) perontokkan dapat dilakukan dengan

beberapa cara, yakni:

- Padi yang dipanen dengan sabit, dapat dirontokkan di sawah dengan mesin

perontok thresher, alat perontok kaki (pedal thresher).

- Di samping itu, perontokkan dapat dilakukan dengan memukulkan hasil

panen tersebut pada kayu; dan untuk mengurangi kehilangan produksi, perlu

diberi alas, misalnya : plastik.

Selain dengan cara-cara yang telah dipaparkan, ada beberapa cara lain

dalam hal merontokkan gabah dari malainya, yaitu dengan cara diirik yang

dikenal dengan mesin pengirik (thresher). Hal ini sesuai dengan literatur

Sugeng (2001) yang menyatakan bahwa salah satu cara melepaskan gabah dari

malainya ialah diirik. Mengirik padi dapar menggunakan mesin pengirik gabah

(thresher).

Penggunaan mesin dalam proses pemanenan dan perontokkan sangat

efisien dan cepat serta mengurangi persentase kehilangan gabah. Hal ini sesuai

dengan literatur yang dinyatakan Smith and Wilkes (1990) bahwa mesin-mesin

perontok yang canggih dan terpadu dapat dengan mudah melakukan dan

meringankan kegiatan pemanenan dengan tenaga manusia dan membutuhkan

lahan yang cukup besar. Mesin pemanen-perontok terpadu atau combine,

memotong bulir-bulir tanaman yang terdiri dari merontok dan membersihkan

gabahnya sambil berjalan di lapangan. Oleh sebab itu, mesin ini menggantikan

dan meniadakan dari pemanenan alat-alat pengikat butiran, pemotong, bentuk

stasioner, dan pekerjaan yang melelahkan.

10
11

Spesifikasi dari thresher yaitu, motor bakar sebagai sumber tenaga;

reducer untuk menurunkan kecepatan putaran; pulley untuk meneruskan daya :

v-belt untuk menyambung pulley; rangka untuk penyangga alat; pintu masukkan

untuk memasukkan padi dan jerami; lubang pembuangan tempat mengeluarkan

hasil dan kotoran; saringan untuk menyaring atau memisahkan kotoran dengan

gabah; sudu untuk mengarahkan kotoran ke lubang pembuangan; kerangka

perontok untuk merontokkan padi; dan penampung gabah untuk menampung

gabah.

Cara kerja daripada thresher adalah elektromotor dihidupkan, padi

dimasukkan dan dirontokkan oleh kerangka perontok, gabah dan kotoran disaring

menggunakan alat saringan. Kotoran akan keluar melalui lubang pengeluaran

yang digerakkan oleh sudu dan gabah akan ditampung di penampung gabah.

Perontokkan dapat dilakukan dengan perontok bermesin ataupun dengan

tenaga manusia. Berdasarkan literatur Andoko (2002) bila menggunakan mesin,

perontokkan dapat dilakukan dengan menyentuhkan malai padi ke gerigi alat yang

berputar. Sementara perontokkan dengan tenaga manusia dilakukan dengan cara

dipukul-pukulkan ke kayu sehingga gabah berjatuhan.

Kelebihan dari thresher adalah mobilitas tinggi, pengumpanan jerami

fleksibel, metode potong pendek, metode potong panjang, dan kecepatan putar

kipas penghembus dapat diatur. Hal ini sesuai dengan literatur

Suparyono dan Setyono (1997) yang menyatakan kapasitasnya tinggi 500-1200

kg/jam, kehilangan hasil rendah, gabah bersih, bermutu tinggi, dan pekerjaan

cepat selesai.

11
12

Kekurangan dari thresher adalah biaya awal lebih mahal dan biaya

perawatan yang lebih mahal. Hal ini sesuai dengan literatur

Suparyono dan Setyono (1997) yang menyatakan bahwa kekurangan dari power

thresher adalah alatnya berat, kurang mobile, harga mahal, dan harga tidak

terjangkau oleh pemanen.

Dari hasil percobaan pengoperasian alat (thresher) didapat hasil dari gabah

selama 1.5 jam adalah 5.4 ton dan jerami beserta kotoran dengan waktu yang

sama adalah 6.3 ton. Kapasitas proses dan kapasitas material yang dapat

dihasilkan dalam percobaan pengoperasian alat (thresher) selama 1.5 jam adalah

7.8 ton/ jam dan 3.6 ton/jam. Hal ini sesuai dengan literatur

Suparyono dan Setyono (1997) yang menyatakan kapasitas thresher antara 500

1200 kg/jam.

Kapasitas proses adalah banyaknya bahan yang dapat diproses per waktu

dengan satuan ton/jam. Dari hasil praktikum, diperoleh kapasitas proses sebesar

7.8 ton/jam. Artinya, banyaknya bahan yang dapat diproses thresher adalah

sebesar 7.8 ton dalam waktu satu jam.

Kapasitas material adalah banyaknya hasil yang dapat diproses per waktu

dengan satuan ton/jam. Dari hasil praktikum, diperoleh kapasitas material sebesar

3.6 ton/jam. Artinya, banyaknya hasil yang dapat diproses thresher adalah sebesar

3.6 ton dalam waktu satu jam.

12
13

KESIMPULAN

1. Perontokkan pada padi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan

menggunakan mesin perontok thresher, alat perontok kaki (pedal thresher),

dan dilakukan dengan memukulkan hasil panen tersebut pada kayu.

2. Perontokkan pada padi lebih efisien bila dilakukan dengan menggunakan

mesin perontok (thresher) daripada menggunakan tenaga manusia.

3. Spesifikasi dari thresher, yaitu elektromotor (motor bakar), reducer, pully,

v-belt, rangka, pintu pemasukkan, lubang pembuangan, sudu, saringan,

kerangka perontok, dan penampung gabah.

4. Cara kerja dari thresher, yaitu elektromotor dihidupkan, padi dimasukkan dan

dirontokkan oleh kerangka perontok, gabah dan kotoran disaring dengan

menggunakan alat saringan, kotoran akan keluar melalui lubang pengeluaran

yang digerakkan oleh sudu, dan gabah akan ditampung di penampung gabah.

5. Thresher adalah alat yang menggunakan motor penggerak untuk memisahkan

atau merontokkan butiran padi dari jerami.

6. Setelah dipanen, gabah harus segera dirontokkan dari malainya. Tempat

perontokkan dapat langsung di lahan atau di halam rumah.

7. Perontokkan dengan menggunakan mesin pengirik gabah (thresher) yang

merupakan mesin sederhana berupa roda yang digerakkan dengan pedal.

8. Kelebihan dari thresher adalah kapasitasnya tinggi, kehilangan hasil rendah,

gabah bersih, bermutu tinggi, dan pekerjaan cepat selesai.

9. Kekurangan dari thresher adalah alatnya berat, kurang mobile, harga mahal,

dan harga tidak terjangkau oleh pemanen.

13
14

10. Hasil yang didapat dari percobaan pengoperasian alat (thresher) sesuai dengan

spesifikasi alat thresher, yaitu kapasitasnya antara 500-1200 kg/jam.

14
15

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1990. Budidaya Tanaman Padi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Andoko, A., 2002. Budi Daya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.

Brar, S.D. ,D.J. Mackill and B. Hardy, 2005. Rice Grenetics V. World Scientific.
Philipines.

Hardjosentono, M., Wijanto, E. Rachlan, I.W. Badra dan R.D. Tarmano, 1996.
Mesin-Mesin Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Smith,H.P. and L.H. Wilkes, 1984. Farm Machinery and Equipment. McGraw-
Hill, Inc. New York.

Sugeng, H.R., 2001. Bercocok Tanam Padi. Penerbit Aneka Ilmu. Semarang.

Suparyono dan A. Setyono, 1997. Mengatasi Permasalahan Budi Daya Padi.


Penebar Swadaya. Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai