Anda di halaman 1dari 22

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehubungan Indonesia terletak di daerah tropis, maka masalah gangguan

serangan hama dan patogen tanaman hampir selalu ada sepanjang tahun, hal ini

disebabkan faktor lingkungan yang sesuai bagi perkembangan populasi hama.

Selain itu, juga karena tanaman inangnya hampir selalu ada sepanjang waktu.

Gangguan serangan hama pada tanaman pangan sangat merugikan, sehingga upaya

pengendaliannya harus senantiasa diupayakan. namun hanya 13 ordo yang

merupakan ordo penting dalam perlindungan tanaman.

Gangguan terhadap tanaman yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan

jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tumbuhan,

tetapi mereka merusak tumbuhan dengan mengganggu prosesproses dalam tubuh

tanaman sehingga mematikan tumbuhan. Oleh karena itu, tanaman yang terserang

penyakit, umumnya, bagian tubuhnya utuh. Akan tetapi, aktivitas hidupnya

terganggu dan dapat menyebabkan kematian.

Epidemi penyakit pada tanaman dapat menyebabkan kerugian yang besar

dalam hasil budidaya tanaman serta mengancam untuk memusnahkan seluruh

spesies, Epidemiologi penyakit tanaman sering dilihat dari pendekatan multi-

disiplin, yang membutuhkan biologis, perspektif statistik, agronomi dan ekologi.

Biologi diperlukan untuk memahami patogen dan siklus hidupnya. Hal ini juga

penting untuk memahami fisiologi tanaman dan bagaimana patogen yang dapat

mempengaruhi itu.

34
Penyakit tumbuhan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut biologi dan

sudut ekonomi, demikian juga penyakit tanamannya. Dari sudut biologi yang

berarti organisme yang melakukan kegiatan fisiologis seperti tumbuh, berpihak dan

lain-lain. Dari sudut ekonomi yang berarti penghasil bahan yang berguna bagi

manusia seperti buah, biji, bunga, daun, batang dan lain-lain.

Di samping itu untuk mempelajari Ilmu Penyakit Tumbuhan perlu diketahui

beberapa istilah dan definisi yang penting. Kerusakan yang ditimbulkan oleh

penyakit tumbuhan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar terhadap

masyarakat. Kerusakan ini selain disebabkan oleh karena hilangnya hasil ternyata

juga dapat melalui cara lain yaitu menimbulkan gangguan terhadap konsumen

dengan adanya racun yang dihasilkan oleh jamur dalam hasil pertanian tersebut.

Apabila tanaman mengalami kerusakan akibat serangan penyakit, tindakan

yang dilakukan adalah melakukan diagnosis. Tindakan ini dapat digunakan sebagai

dasar pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk melakukan pengendalian.

Apabila ada suatu serangan penyakit yang kurang merugikan belum perlu

dikendalikan, tetapi tetap perlu diperhatikan. Suatu saat serangan penyakit yang

kurang merugikan ini daya rusaknya bisa meningkat. Jika mendapatkan tanaman

yang rentan dan kondisi lingkungan yang sesuai dengan perkembangannya.

B. Tujuan

1. Untuk mengenal patogen utama pada tanaman hortikultura.

35
2. Untuk mengenal gejala patogen utama pada tanaman hortikultura di

lapangan.

3. Untuk membuat analisis agroekosistem berdasarkan hasil pengamatan.

36
II. TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit merupakan keadaan tanaman yang terganggu pertumbuhannya dan

penyebabnya bukan binatang (hama). Penyebab penyakit dapat berupa bakteri,

virus, jamur, ganggang, maupun karena kekurangan unsure hara. Pada umumnya

tanaman yang sakit tidak menguntungkan manusia. Namun, ada tanaman sakit yang

menguntungkan, bahkan meningkatkan nilai ekonomi tanaman itu. Tanaman yang

mengidap penyakit menunjukkan indikasi berupa gejala yang merupakan kondisi

dari penyakit dan perwujudan reaksi fisiologis tanaman terhadap aktivitas yang

merugikan dari pathogen. Setiap jenis penyakit menunjukkan gejala yang khas

hingga mencapai gejala terakhir yang dinamakan sindrom.

Definisi resistensi tanaman terhadap hama dan penyakit yang disampaikan

para ahli beragam sesuai sudut pandang mereka, antara lain: Painter (1951)

mendefinisikan resistensi tanaman merupakan sifat-sifat tanaman yang dapat

diturunkan dan dapat mempengaruhi tingkat kerusakan. Beck (1965)

mengemukakan bahwa resistensi tanaman adalah semua ciri dan sifat tanaman yang

memungkinkan tanaman terhindar, mempunyai daya tahan atau daya sembuh dalam

kondisi yang akan menyebabkan kerusakan lebih besar pada tanaman lain dari

spesies yang sama. Sedangkan Triharso (1996) menyatakan bahwa dalam praktek

pertanian, resistensi tanaman berarti kemampuan tanaman untuk berproduksi lebih

baik dibandingkan tanaman lain dengan tingkat populasi hama yang sama. Dari

berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, kita dapat mengambil

kesimpulan bahwa resistensi tanaman adalah kemampuan tanaman untuk

37
menghindar atau melindungi dirinya dari serangan hama dan penyakit yang dapat

manggangu kelangsungan hidupnya.

Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tanaman sebagai suatu reaksi

pada patogen. Penyakit yang ditimbulkan pada tanaman sangat beragam bentuknya.

Tetapi secara umum, gejala penyakit yang ditimbulkan oleh suatu penyakit ada tiga,

yaitu:

1. Tipe Nekrosa

Gejalanya disebut Nekrosis yaitu gejala yang muncul sebagai akibat dari

rusaknya atau matinya sel sel tumbuhan.

2. Tipe Hipoplastida

Gejalanya disebut hipoplasia yaitu gejala yang muncul sebagai akibat

dari terhentinya pertumbuhan sel.

3. Tipe Hiperplastida

Gejalanya disebut hiperplasia yaitu gejala yang muncul sebagai akibat

perkembangan sel yang luar biasa (Triharso, 1996)

Penyakit dapat dikenal dengan mata telanjang dari gejalanya. Penyakit

tumbuhan yang belum ada campur tangan manusia merupakan hasil interaksi antara

patogen, inang dan lingkungan. Konsep ini disebut dengan segitiga penyakit atau

plant disease triangle, sedangkan penyakit tanaman yang terjadi setelah campur

tangan manusia adalah interaksi antara patogen, inang, lingkungan dan manusia.

Konsep ini disebut segi empat penyakit atau plant disease square (Triharso, 1996).

Patogen adalah sesuatu yang dapat menyebabkan penyakit. Patogen berasal

dari bahasa Yunani,Pathos yang berarti menderita dan genesis yang berarti asal.

38
Umumnya istilah patogen hanya dipakai untuk jasad yang dalamkeadaan sesuai

dapat menimbulkan penyakit pada jasad lain (Semangun, 1996).

Penyakit pada tanaman kopi dapat disebabkan oleh penyakit parasitik dan

penyakit non parasitik. Penyakit parasitik disebabkan oleh mikroorganisme, seperti

cendawan, bakteri dan virus, sedangkan penyakit non parasitik disebabkan oleh

faktor fisik atau kimiawi, seperti suhu yang ekstrim tinggi atau rendah, kadar hara

yang terlalu tinggi atau rendah, pH tanah yang tidak sesuai dan sejenisnya

(Najiyati,2006). Cara mengatasi permasalahan penyakit tanaman yang paling tepat

adalah dengan menerapkan konsep PHT karena penerapan konsep PHT sangat

menguntungkan baik dari aspek teknis, ekonomis-bisnis, ekologis dan sosiologis

(Susanto,2004).

39
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Bahan dan alat yang digunakan meliputi pertanaman pangan yang terdiri atas:

padi, kantong plastik, gunting, kamera, kertas dan alat tulis.

B. Prosedur Kerja
Di Laboratorium

1. Praktikan dikelompokkan sesuai dengan rombongannya ( tiap kelompok 4-5

mahasiswa )

2. Hasil pengamatan dipresentasikan perkelompok oleh praktikan

Di Lapangan

1. Praktikan dikelompokkan sesuai dengan rombongannya ( tiap kelompok 4-5

mahasiswa )

2. Setiap kelompok bertugas untuk melakukan pengamatan gejala serangan

patogen di lapang sesuai pembagian kelompok kerjanya

3. Catat gejala serangan dan perkirakan nama penyakit dan penyebabnya

4. Prediksikan intensitas serangannya

5. Bawalah bagian tanaman yang diamati tersebut ke laboratorium sebagai koleksi

40
6. Tulisakan hasil analisis agroekosistem pada kertas plano, yang meliputi a)

gambar keadaan umum agroekosistem, b) data hasil pengamatan, c) penyakit

yang menyerang, d) pembahasan, e) simpulan dan f) rencana tindak lanjut.

41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hari, tanggal : Sabtu,01 Oktober 2016

Lokasi : Desa Kebanggan . Kec.Sumbang

Luas : 420 m2

Waktu pengamatan : 11.30 13.00 WIB

B. Pembahasan

Carica Papaya L. atau Caricaceae merupakan tanaman buah yang berasal

dari Meksiko Selatan dan Amerika Tengah. Nama umum dari tanaman buah ini

adalah pepaya (Indonesia), Papaw (Australia), dan Mamao (Brazil). Tanaman

pepaya dapat tumbuh di daerah tropis maupun subtropis. Selain itu, tanaman

pepaya dapat berbuah kapan saja dan tidak mengenal musim. Pepaya adalah

42
tanaman yang besar dan berumur pendek, cepat tumbuh, berkayu dan tingginya

sekitar 10 sampai 12 meter. Tanaman pepaya dapat bercabang apabila terdapat luka

batangnya. Semua bagian tanaman mengandung lateks. Batang tanaman berongga

ungu hijau, dalam, dan mempunyai diameter sekitar 2 sampai 3 inci

(Anton, 2011)

Berdasarkan taksonominya, tanaman pepaya dapat diklasifikasikan sebagai

(Muktiani, 2011):

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub kelas : Dilleniidae

Ordo : Viovales

Famili : Caricaceae

Genus : Carica

Spesies : Carica papaya L.

Tanaman pepaya dapat tumbuh di daratan rendah hingga ketinggian 1.00 m

dpl. Tanaman pepaya lebih cocok tumbuh di lokasi yang banyak hujan (cukup

43
tersedia air), dengan curah hujan 1000-2000 mm per tahun dan merata sepanjang

tahun. Di daerah yang beriklim kering, yang mempunyai musim hujan 2-5 bulan

dan mempunyai musin memarau 6-8 bulan, tanaman pepaya dapat hidup dan masih

mampu berbuah, asalkan kedalaman air tanahnya 50-150 cm. Tanah yang sesuai

untuk pepaya yaitu tanah yang subur yang ditandai dengan prioritas baik,

mengandung kapur, dan mempunyai pH 6-7. Tanaman pepaya lebih cocok ditanam

di daerah terbuka (tidak ternaungi) dan tidak trgenang air. Tanah yang berdrainase

tidak baik menyebabkan tanaman mudah tersrang penyakit terutama pada bagian

akar (Anton, 2011)

Pepaya merupakan salah satu jenis komoditas buah yang memiliki berbagai

fungsi dan manfaat. Sebagai buah segar, pepaya banyak dipilih konsumen karena

memiliki kandungan nutrisi yang baik selain harganya yang relatif terjangkau

dibandingkan buah lainnya. Sebagai bahan baku industri, pepaya adalah penghasil

papain, dimana permintaan papain ini cukup tinggi baik untuk dalam negeri

maupun untuk ekspor. Namun kendala yang dihadapi oleh para petani adalah

adanya serangan hama maupun penyakit. Masalah penyakit merupakan masalah

yang menjadi salah satu penurunan produksi dari papaya.

Penyakit yang kami temui di kebun pepaya adalah Collectrichum

gloesporiodes, Corynespora cassiicola, Erwinia papayae dan Phytopthora

palmivora

1. Antraknosa

a. Gejala

44
Penyakit ini disebabkan oleh patogen (Colletotrichum gloeosporioides).

Penyakit ini muncul pada buah yang belum matang (bewarna hijau). Gejala tersebut

dalam bentuk bercak-bercak cokelat sampai hitam pada buah. Gejala- gejala awal

adalah kebasah-basahan dan terdapat cekungan pada buah. Bintik ini kemudian

berubah menjadi hitam dan kemudian merah muda ketika jamur menghasilkan

spora daging di bawah titik menjadi lembut dan berair, yang menyebar ke seluruh

buah. Pada daun juga dapat dilihat. bintik yang akhirnya berubah menjadi cokelat.

Pada buah, gejala muncul hanya pada saat pematangan dan mungkin tidak terlihat

di waktu panen (Semangun 2000) Gejala yang nampak adalah adanya tempat

cekung di permukaan buah, yang kemudian memperbesar membentuk lesion.

Daging buah yang terkena menjadi lebih lembut dan cepat membusuk

b. Penyebab penyakit

Penyakit ini disebabkan oleh (C. gloeosporioides). Cendawan ini mempunyai

aservulus berbentuk bulat, jorong, tidak teratur, berseta atau tidak. Seta mempunyai

panjang yang variabel, tetapi jarang yang lebih dari 200 m, tebal 4-8 m, bersekat 1-

4, bewarna cokelat, pangkal agak membengkak dengan ujung meruncing yang

sering membentuk konidium pada ujungnya.

c. Daur Penyakit

C. gloeosporioides merupakan cendawan yang umum terdapat di berbagai

komoditas. Cendawan ini merupakan parasit lemah yang dapat menginfeksi dan

berkembang pada jaringan yang telah menjadi lemah, khususnya karena proses

penuaan. Cendawan ini dapat menginfeksi melalui luka atau lentisel. Konidium

45
jamur dipencarkan oleh angin dan air hujan. Infeksi buah banyak terjadi dari

konidium yang berasal dari bercak pada daun dan tangkai daun.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit

Faktor ini ditentukan oleh keadaan lingkungan dan penanganan buah

pepaya. Penyakit banyak ditemukan pada kebun-kebun yang lembab, pada tanah

pH 5,5 atau lebih rendah. Kerusakan lebih banyak terjadi pada buah yang luka.

e. Pengelolaan

Pengelolaan berbasis PHT dapat dilakukan dengan saran sebagai berikut:

Berusaha untuk tidak membuat luka pada buah, membersihkan lahan dari sisa-sisa

tanaman yang berpenyakit, mengatur jarak tanam, tidak menanam pepaya secara

tumpangsari dengan tanaman lain yang dapat menjadi inang C. gloeosporioides,

pemetikan buah pada saat buah asih bewarna hijau dll (Lim 1984).

2. Bercak Daun Corynespora

a. Gejala

Penyakit ini tersebar luas di daerah-daerah penanaman papaya di seluruh

dunia.. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah pada daun terdapat bercak-

bercak bulat dengan garis tengah mencapai 3cm, bewarna cokelat. Pusat bercak

sering pecah sehingga bercak berlubang. Jika menyerang tangkai daun maka akan

berbentuk jorong yang diliputi oleh miselium jamur tua bewarna cokelat.

b. Penyebab penyakit

46
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Corynespora cassiicola. Dulunya nama

pathogen ini adalah Helminthosporium cassiicola. Miselium bewarna cokelat muda

dengan tebal 2-6 m membentuk konidiofor tunggal, tegakbatau agak lentur.

Konidium berbentuk lurus, melengkung, atau seperti gada terbalik

c. Daur penyakit

Konidium banyak ditemukan pada bercak daun dan disebarkan oleh angin dan

air hujan. Di udara konidium paling banyak ditemukan pada tengah hari. Patogen

yang menginfeksi jaringan daun dan buah muda tidak dapat berkembang sebelum

jaringan tersebut menua.

d. Pengelolaan

Umumnya penyakit ini tidak menimbulkan kerugian yang sangat berarti.

Pengendalian yang selama ini dilakukan adalah menggunakan fungisida sintetik.

3. Penyakit bakteri

a. Gejala

Penyakit pada daun papaya ini pertama kali dilaporkan terjadi di Jawa Timur.

Penyakit ini menimbulkan kerugian yang besar terutama pada musim penghujan.

Gejala yang ditimbulkan adalah pada tanaman muda daun menguning dan

membusuk. Umumnya setelah beberapa lama tanaman akan mati pada tanaman

atas, lama-kelamaan diikuti matinya seluruh tanaman.

47
b. Penyebab penyakit

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Erwinia papayae. Sebelumnya pernah

disebut sebagai Bacillus papayae. Bakteri ini berbentuk basil, panjang 1,0-1,5 m,

berantai, tidak berspora, gram negative, dan aerob.

c. Daur penyakit

E. papayae dapat ditularkan oleh serangga. Cara pemencaran lainnya belum

pasti. Infeksi dapat terjadi pada sisi atas maupun sisi bawah daun. Percobaan

penularan ke tanaman lain tidak memberikan hasil. Penyakit ini berkembang baik

pada musim penghujan.

d. Pengelolaan

Sebelum meluas hal yang bisa dilakukan adalah bagian tanaman yang

terinfeksi segera dibuang (dipotong dan dibakar). Hal lain yang bisa dilakukan

adalah dengan budidaya dan pengelolaan tanaman yang baik sehingga dapat

terhindar dari penyakit ini.

4. Busuk Akar dan Pangkal batang

a. Gejala

Penyakit ini merupakan salah satu penyakit penting di Indonesia. Hawar

Phytophthora dapat menjadi salah satu penyakit yang menghancurkan sebagian

48
besar dari pepaya. Penyakit ini muncul pada bermacam-macam umur. Selain pada

akar dan batang, penyakit ini juga timbul di buah baik yang masih muda atupun

dalam penyimpanan. Jamur ini menyebabkan berbagai kerusakan, termasuk

damping-off, busuk akar, batang membusuk dan girdling, dan busuk buah. Gejala

yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah mula-mula daun layu, menguning, dan

menggantung di sekitar batang sebelum rontok. Daun mudapun juga menunjukkan

gejala yang sama sehingga tanaman hanya mempunyai sedikit daun-daun kecil di

puncaknya. Pada akar gejalanya adalah terdapat akar-akar lateral yang membusuk

menjadi massa bewarna cokelat tua, lunak, dan sering berbau tidak sedap. Pada

semai penyakit ini menyebabkan rebah kecambah (damping off). Pangkal batang

membusuk dan tampak seperti selai. Terdapat anggapan bahawa tanaman pepaya

itu mudah. Jika penanaman hanya untuk kebutuhan sendiri, memang demikian.

Namun, saat dikebunkan secara komersial, penyakit dumping off dan kapang daun

di pembibitan menjadi masalah yang serius.

Dumping off timbul kerana aerasi jelek atau kelembapan tinggi.Pemakaian

pupuk kandang belum matang memicu munculnya penyakit ini. Di dataran tinggi,

Phythium aphanidermatum tidak aktif. Peranannya diambil alih oleh Rhizoctonia

dengan gejala serangan sama. Rebah batang dapat dihindari dengan memakai media

semai steril. Sterilisasi dilakukan dengan medium suap air panas atau pemberian

Basamid atau formalin 4% selama 24 jam.

b. Penyebab penyakit

49
Penyakit ini disebabkan oleh patogen Phytophthora palmivora. Dahulu

patogen ini sering disebut sebagai Ph. Faberi Maubl atau Ph. Theobromae. Patogen

ini mudah dibiakkan. Patogen mempunyai banyak sporangium besar dalam

karangan simpodial, mempunyai papil terminal yang menonjol. Setelah masak

sporangium lepas dari sporangiofornya beserta dengan pedisel (tangkai) yang

pendek.

c. Daur penyakit

Patogen ini merupakan patogen tular tanah dan dapat bertahan lama di dalam

tanah yang mengandung banyak bahan organik. Selain itu, dapat menginfeksi

berbagai tumbuhan inang, Patogen ini menyebar dengan bantuan air yang mengalir

dia atas permukaan tanah. Diduga penyakit dapat menyebar dengan perantaraan

sporangium yang terdapat pada permukaan buah yang terinfeksi.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit

Penyakit ini umumnya dapat berkembang baik pada lingkungan yang sesuai.

Kerugian besar dapat terjadi pada keadaan tanah yang basah, khususnya jika air

mengalir di permukaan tanah. Selain itu suhu udara juga sangat membantu dalam

perkembangan penyakit. Penyakit ini berkembang optimal pada suhu udara 20-30

C. Infeksi lebih banyak terjadi pada akar yang luka. Selain itu juga pada buah mtang

yang lebih rentan terhadap penyakit ini. Penyakit rebah kecambah yang sering

menyerang persemaian terjadi pada suhu dan kelembaban yang tinggi. Penyakit

dibantu oleh tanah yang basah, drainase, dan aerasi tanah yang buruk, penanaman

biji terlalu dalam, dan jarak tanam yang terlalu rapat (Alfaeez 1987)

50
e. Pengelolaan

Dalam pengelolaan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara adanya drainase

yang baik, mencegah penularan pada tanaman lain dengan membongkar dan

memusnahkan bagian tanaman agar tidak menjadi sumber inokulum, selain itu

diadakan rotasi dengan tanaman lain. Untuk pengendalian di persemaian dilakukan

dengan cara menjaga pola pembibitan sehingga drainase dan aerasinya baik

51
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dan pembahasan maka dapat

ditarik beberapa kesimpulan antara lain :

1. Dari hasil pengamatan kelompok kami ditemukan beberapa penyakit yang

menyerang tanaman pepaya diantaranya adalah penyakit Collectrichum

gloesporiodes, Corynespora cassiicola, Erwinia papayae dan Phytopthora

palmivora

B. Saran

Sebaiknya pengamatan pada pertanaman di lapangan praktikan didampingi

seorang asisten agar dalam pengamatan lebih terarah dan tidak salah identifikasi.

52
DAFTAR PUSTAKA

Alvarez AM, Nishijima WT. 1987. Post harvest disease of papaya. Plant
Disease71:681-686

Beck, S.D. 1965. Report on European Corn Borer Resistance in Vestigation Iowa
Statw Col Jour.

Lim TK, Tang SC. 1984. Anthracnose and some local fruit trees. Seminar Nasional
buah-buahan Malaysia. UPM. Malaysia

Painter, H. 1951 Insect Resistance in Crop Plants, The Macmillan Company. New
York
Semangun, Haryono. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tanaman. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.

Siswoputranto, P. S., 1978. Perkembangan Teh, Kopi, Coklat Internasional.


Gramedia, Jakarta. Hal. 129-135.

Susanto, L., E. Pramono, dan Kustantinah. 2004. Sebuah Bahan Ajar, Penyakit
Penting Tanaman Utama. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Hal.
116.

Triharso. 1996. Dasar Dasar Perlindungan Tanaman. Universitas Gadjah Mada


Press, Yogyakarta.

53
LAMPIRAN

Perhitungan sintensitas seragan


0 = tidak ada
1 = 1-25% terserang.
2=26-50% terserang.
3=51-75% terserang.
4=76-100% terserang.

Kategori dari 10 sampel tanaman


1. 40% = 2
2. 70% = 3
3. 30% = 2
4. 20% = 1
5. 55% = 3
6. 50% = 2
7. 60% = 3
8. 80%= 3
9. 80,90%= 4
10. 75%= 3

1=1
2=3
3=5
4=1

I= n x v/ (n x 2) x 100%
= (1x1)+(2x3)+(3x5)+(4 x 1) / 10 x 4 x 100% = 65%

54
55

Anda mungkin juga menyukai