Anda di halaman 1dari 16

TRANSPIRASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Tumbuhan

Disusun Oleh : Kelompok 4 Kelas III B


Asep Permana P
Fahmi Lazuardi
Fina Mailiana
Riska Febrianti
Tria Sabatini

Program Pendidikan Biologi


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
UNIVERSITAS KUNINGAN
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan salah satu faktor penentu bagi berlangsungnya kehidupan
tumbuhan. Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi
tergantung pada kecepatan proses masuknya air ke dalam tubuh tumbuhan, kecepatan
proses penggunaan air oleh tumbuhan, dan kecepatan proses hilangnya air dari tubuh
tumbuhan. Proses kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi,
hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara
kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk
menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem
pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar.
Transpirasi penting bagi tumbuhan, karena berperan dalam hal membantu
meningkatkan laju angkutan air dan garam-garam mineral, mengatur suhu tubuh dengan
cara melepaskan kelebihan panas dari tubuh, dan mengatur turgor optimum di dalam sel.
Agar transpirasi dapat berjalan maka stomata harus membuka. Apabila stomata
membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfir. Kalau
tekanan uap air di atmosfir lebih rendah dari rongga antar sel, uap air dari rongga antar
sel akan keluar ke atmosfir. Banyaknya stomata pada tanaman berbeda-beda antara
spesies satu dengan spesies yang lain. Pada tanaman darat, umumnya stomata terdapat
pada permukaan bawah daun dan pada beberapa tanaman air, stomata terdapat pada
permukaan atas dan bawah daun.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah organ (daun,batang,akar) tanaman jagung (monokotil) mempengaruhi laju
transpirasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui struktur anatomi dan morfologi pada tanaman jagung
2. Untuk mengetahui laju transpirasi pada organ tanaman jagung (monokotil)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari
jaringan tumbuhan melalui stomata. Transpirasi merupakan pengeluaran berupa uap
H2O dan CO2, terjadi siang hari saat panas, melaui stomata (mulut daun) dan lentisel
(celah batang). Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan
dengan udara luar, yaitu melalui pori-pori daun seperti stomata, lubang kutikula, dan
lentisel oleh proses fisiologi tanaman. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman
melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangna tersebut
sangat kecil dibanding dengan yang hilang melalui stomata.
Sebagian besar dari air, sekitar 99 persen, yang masuk kedalam tumbuhan
meninggalkan daun dan batang sebagai uap air. Proses tersebut dinamakan transpirasi.
Sebagian besar dari jaringan yang terdapat dalam daun secara langsung terlibat dalam
transpirasi. Pada waktu transpirasi, air menguap dari permukaan sel palisade dan mesofil
bunga karang ke dalam ruang antar sel. Dari ruang tersebut uap air berdifusi melalui
stomata ke udara. Air yang hilang dari dinding sel basah ini diisi air dan protoplas.
Persediaan air dari protoplas, pada gilirannya, biasanya diperoleh dari gerakan air dari
sel-sel sekitarnya, dan akhirnya tulang daun, yang merupakan bagian dari sistem
pembuluh yang meluas ke tempat persediaan air dalam tanah. Sebatang tumbuhan yang
tumbuh di tanah dapat dibayangkan sebagai dua buah sistem percabangan, satu di bawah
dan satu lagi di atas permukaan tanah. Kedua sistem ini dihubungkan oleh sebuah sumbu
utama yang sebagian besar terdapat di atas tanah. Sistem yang ada dalam tanah terdiri
atas akar yang bercabang-cabang menempati hemisfer tanah yang besar, terutama akar-
akar terkecil yang menempati bagian luar hemisfer tersebut. Karena sumbu yang
menghubungkan akar dan daun memungkinkan air mengalir dengan tahanan wajar, maka
tidak dapat dielakkan lagi bahwa air akan mengalir sepanjang gradasi tekanan air yang
membentang dari tanah ke udara dalam tubuh tumbuhan. Tumbuhan menyerap air dari
tanah melalui akar, mengalirkannya melalui batang dan kemudian menguapkannya ke
udara dari daun-daun. Aliran air ini dikenal dengan istilah alur transpirasi.

Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di
dalam daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan
kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air
dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak
langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya.
Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak
menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami
tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari
penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas
dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus transportasi.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Transpirasi


a. Faktor Dalam yang Mempengaruhi Transpirasi
Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor-faktor dalam ataupun
faktor-faktor luar, yang terhitung sebagai faktor-faktor dalam adalah:
Besar kecilnya daun
Tebal tipisnya daun
Berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun
Banyak sedikitnya bulu di permukaan daun
Banyak sedikitnya stomata
Bentuk dan lokasi stomata
b. Faktor Luar yang Mempengaruhi Transpirasi
Disamping itu kita kenal faktor-faktor luar seperti radiasi (sinar matahari), temperatur,
kebasahan udara, tekanan udara, angin, keadaan air dalam tanah.
1. Sinar matahari
Seperti yang telah dibicarakan didepan, maka sinar menyebabkan membukanya stomata
dan gelap menyebabkan tertutupnya stomata, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat
transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama sinar infra-merah), maka
banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan temperatur.
Kenaikan temperatur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya
stomata dan dengan demikian memperbesar transpirasi.
Kita merumuskan bahwa suhu daun dan sekitarnya adalah sama. Pada kenyataannya
daun-daun yang terkena cahaya matahari langsung mempunyai suhu beberapa derajat
lebih tinggi daripada udara disekitarnya, dan karena itu cahaya mempengaruhi
transpirasi bukan hanya melalui pengendalian pembukaan dan penutupan stomata tetapi
juga melalui efek sekunder terhadap suhu daun, Tjitrosomo (1990) merumuskan bahwa
cahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui dua cara sebagai berikut :
Sehelai daun yang dikenai cahaya matahari secara langsung akan mengabsorbsi energi
radiasi. Hanya sebagian kecil dari energi tersebut yang digunakan dalam fotosintesis.
Pemanasan tersebut meningkatkan transpirasi, karena suhu daun biasanya merupakan
faktor terpenting yang mempengaruhi laju proses tersebut. Fakta yang menunjukkan
bahwa daun yang kena cahaya matahari mempunyai laju suhu yang lebih tinggi daipada
suhu udara memungkinkan laju transpirasi yang cepat, bahkan dalam udara yang jenuh.
Cahaya tidak usah selalu berbentuk cahaya langsung, dapat pula mempengaruhi
transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata.
2. Temperatur
Merupakan faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi transpirasi daun yang
ada dalam keadaan turgor. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama dengan suhu
udara, tetapi daun yang kena sinar matahari mempunyai suhu 10 -20 F lebih tinggi
daripada suhu udara. Pengaruh temperatur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau
dari sudut lain, yaitu didalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan
tekanan uap air di luar daun. Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam
daun. Kenaikan tempratur itu sudah barang tentu juga menambah tekanan uap di luar
daun, akan tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak di dalam ruang yang terbatas,
maka tekanan uap tidak akan setinggi tekanan uap yang terkurung didalam daun. Akibat
dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air akan mudah berdifusi dari dalam daun ke
udara bebas.

3. Kebasahan udara (Kelembaban udara)


Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang
demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari pada tekanan uap di
luar daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun itu lebih kenyang akan uap air
daripada udara di luar daun, jadi molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi tinggi (di
dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun). Kesimpulannya ialah, udara yang
basah menghambat transpirasi, sedang udara kering melancarkan transpirasi. Pada
kondisi alamiah, udara selalu mengandung uap air, biasanya dengan konsentrasi antara 1
sampai 3 persen. Sebagian dari molekul air tersebut bergerak ke dalam daun melalui
stomata dengan proses kebalikan transpirasi. Laju gerak masuknya molekul uap air
tersebut berbanding dengan konsentrasi uap air udara, yaitu kelembaban. Gerakan uap
air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang hilang. Dengan
demikian, seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan
meningkatnya kelembaban udara
4. Angin
Pada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi. Karena angin
membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stomata. Dengan demikian, maka
uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk difusi ke luar.
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju
transpirasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa angin cenderung untuk
meningkatkan laju transpirasi, baik di dalam naungan atau cahaya, melalui penyapuan
uap air. Akan tetapi, di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu
daun, dengan demikian terhadap penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting
daripada pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air. Dalam udara yang sangat tenang
suatu lapisan tipis udara jenuh terbentuk di sekitar permukaan daun yang lebih aktif
bertranspirasi. Jika udara secara keseluruhan tidak jenuh, maka akan terdapat gradasi
konsentrasi uap air dari lapisan udara jenuh tersebut ke udara yang semakin jauh
semakin tidak jenuh. Dalam kondisi seperti itu transpirasi terhenti karena lapisan udara
jenuh bertindak sebagai penghambat difusi uap air ke udara di sekitar permukaan daun.
Oleh karena itu, dalam udara yang tenang terdapat dua tahanan yang harus ditanggulangi
uap air untuk berdifusi dari ruang-ruang antar sel ke udara luar. Yang pertama adalah
tahanan yang harus dilalui pada lubang-lubang stomata, dan yang kedua adalah tahanan
yang ada dalam lapisan udara jenuh yang berdampingan dengan permukaan daun. Oleh
karena itu dalam udara yang bergerak, besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh
lebih besar terhadap transpirasi daripada dalam udara tenang. Namun, pengaruh angin
sebenarnya lebih kompleks daripada uraian tadi karena kecendrungannya untuk
meningkatkan laju transpirasi sampai tahap tertentu dikacaukan oleh kecendrungan
untuk mendinginkan daun-daun sehingga mengurangi laju transpirasi. Tetapi efek angin
secara keseluruhan adalah selalu meningkatkan transpirasi.
5. Keadaan air dalam tanah
Air di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari mana akar-akar tanaman
mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air lewat bagian-bagian lain yang ada di
atas tanah seperti batang dan daun juga ada, akan tetapi pemasukan air lewat bagian-
bagian itu tidak seberapa kalau dibanding dengan penyerapan air melalui akar.
Tersedianya air dalam tanah adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi laju
transpirasi. Bila kondisi air tanah sedemikian sehingga penyediaan air ke sel-sel mesofil
terhambat, penurunan laju transpirasi akan segera tampak. Laju transpirasi dapat
dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar. Pada siang hari,
biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat daripada penyerapannya dari
tanah. Hal tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pada malam hari akan terjadi
kondisi yang sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun lebih rendah. Jika kandungan
air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke
dalam akar menjadi lebih lambat.

B. Hipotesis
Organ (daun, batang, akar) tanaman jagung (monokotil) mempengaruhi laju transpirasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan tempat
Praktikum dilakukan di rumah pada tanggal 26 Oktober 2013, pukul 11.30 sampai pukul
12.30.
B. Alat dan Bahan
Alat
4 Bekas botol mineral
Kapas
Penggaris
Spidol
Bahan
Tanaman jagung:
Lengkap
Tanpa daun
Tanpa akar
Tanpa akar dan daun
Air
C. Cara kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan,
2. Memasukan air ke dalam masing-masing 4 bekas botol mineral sekitar 12 cm,
3. Kemudian memasukan tanaman jagung (lengkap, tanpa daun, tanpa akar, tanpa akar dan
daun) ke dalam masing-masing 4 bekas botol mineral,
4. Menutup ujung mulut botol dengan menggunakan kapas agar menghindari terjadinya
penguapan oleh sinar matahari.
5. Lalu memberi tanda tinggi air pada setiap masing-masing bekas botol mineral dengan
spidol untuk mengetahui air yang berkurang,
6. Setelah itu di simpan di tempat yang terkena cahaya matahari selama 1 jam,
7. Setelah 1 jam, tinggi air yang berkurang di ukur dengan penggaris pada bagian yang
sudah di tandai dengan spidol pada bekas botol mineral,
8. Lalu mencatat hasil pengamatan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

Gambar.1
Table hasil pengamatan
Tanaman jagung Tinggi awal Tinggi akhir Tinggi volume
volume air volume air air yang
(cm) (cm)
berkurang (cm)
1. Lengkap 12 cm 11,2 cm 0,8 cm
2. Tanpa daun 12 cm 11,6 cm 0,4 cm
3. Tanpa akar 12 cm 11,6 cm 0,4 cm
4. Tanpa akar dan daun 12 cm 11,8 cm 0,2 cm

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dengan 4 percobaan dan dilakukan di
bawah sinar matahari, di lihat bahwa tanaman jagung yang lengkap tinggi volume air
yang berkurangnya lebih banyak yaitu 0,8 cm, ini dikarenakan tanaman yang lengkap
dengan daun, akar dan batang akan menyerap air lebih banyak dan penguapannya juga
lebih besar. Sebagian besar dari air, sekitar 99 persen, yang masuk kedalam tumbuhan
meninggalkan daun dan batang sebagai uap air . Bahwa daun yang kena cahaya matahari
mempunyai laju suhu yang lebih tinggi, yang menyebabkan melebarnya stomata dan
dengan demikian memperbesar transpirasi sehingga penguapannya juga banyak.
Sedangkan pada tanaman yang tanpa akar dan tanaman yang tanpa daun tinggi volume
air yang berkurangnya sama yaitu 0,4 cm, ini dikarenakan bahwa tanaman yang tanpa
daun proses penguapanya sedikit, dan tanaman tanpa akar proses penyerapannya juga
kecil karena tidak adanya akar untuk menyerap air ke daun. Dan pada tanaman yang
tanpa akar dan daun tinggi volume air yang berkurangnya sedikit yaitu 0, 2 cm, ini
dikarenakan tidak adanya akar untuk menyerap air dan tidak adanya daun untuk
penguapan sehingga laju transpirasinya lambat dan penguapannya juga sedikit.
Diamana cahaya matahari merupakan faktor yang dapat menyebabkan transpirasi
berlangsung dengan cepat. Karena sinar matahari akan menyebabkan temperatur
permukaan daun menjadi tinggi dan uap air di permukaan daun mengering, karena
konsentrasi di luar tubuh lebih rendah dari pada di dalam, sehingga air berdifusi dari
dalam ke luar. Hal ini disebabkan karena adanya proses transpirasi yaitu proses
kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan. Sinar menyebabkan
membukanya stomata dan gelap menyebabkan tertutupnya stomata, jadi banyak sinar
berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama
sinar infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian
menaikkan temperatur. Kenaikan temperatur sampai pada suatu batas yang tertentu
menyebabkan melebarnya stomata dan dengan demikian memperbesar transpirasi.

Klasifikasi Jagung
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays
Struktur Morfologi Tanaman Jagung
1. Daun
Jagung memiliki daun yang sempurna/lengkap karena memilikki helaian daun
(lamina), tangkai daun (petiolus), dan upih/pelepah daun (vagina). Bentuknya memanjang.
Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang
daun. Bangun daunnya adalah bangun pita (ligulatus), ujung daunya runcing (acutus),
batang daunnya seperti memeluk batang, tepi daun rata (integer). Daun jagung tebal
sehingga hambatan untuk transpirasi lebih besar dan laju transpirasinya lambat. Jagung
memiliki permukaan daun yang berambut dan tidak lebar sehingga mengurangi laju
transpirasi karena kebutuhan air di daunnya juga sedikit.

2. Batang
Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk silindris, dan
terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang
berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang
produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis),
jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Bundles vaskuler tertata
dalam lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles yang tinggi, dan lingkaran-
lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan bundles berkurang begitu
mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang tinggi di bawah epidermis
menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe jagung yang mempunyai batang kuat
memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis
batang dan sekeliling bundles vaskuler. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak
mengandung lignin sehingga daya serap airnya pun rendah dan laju transpirasinya
menjadi lambat.

3. Akar
Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal,akar
adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari
radikula dan embrio. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup jagung.
Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Akar kait atau penyangga
adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah.
Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi
rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air. Sistem akar serabut
menyebabkan tumbuhan tersebut mendapatkan banyak air dan mineral tanah dan
menambatkan tumbuhan secara kuat ke dalam tanah. Karena system akarnya
terkonsentrasi beberapa setimeter di bagian atas tanah, rumput-rumputan akan menahan
lapisan atas tanah tetap berada di tempatnya dan membuat penutup tanah yang sangat
bagus untuk mencegah erosi.
Jika kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air
melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat sehingga laju transpirasinya pun
menjadi lambat.

Struktur Anatomi Tanaman Jagung


1. Penampang melintang daun jagung
Perbesaran 100x10
Gambar.1
Mempunyai stomata dengan bentuk halter. Pada perbesaran 100 x 10, tampak
bagian sel inti, sel tetangga, dan sel penutup. Sel penutup stomata Z. mays memanjang
dengan bagian ujung membesar dan kecil dibagian tengah yang membuktikan bahwa pada
daun Zea Mays terdapat modifikasi epidermis berupa stomata yang berbentuk halter. Pada
daun Z. mays yang memiliki pertulangan daun sejajar, ruang antar selnya lebar,
stomatanya tersusun berderet sejajar sehingga ketika penguapan akan terjadi mikro
klimat yang menyebabkan kelembaban semakin tinggi dan laju transpirasi semakin
rendah. Sel penutup berbentuk seperti halter. Bagian ujungnya membesar dan berdinding
tipis. Adanya peningkatan turgor pada sel penutup ini meyebabkan bagian ujung sel
membesar sehingga menekan bagian tengah sel yang memanjang. Bagian tengahnya
memanjang, berdinding tebal, dan lumen selnya sempit. Karena struktur tersebut, inti sel
penutupnya tampak sebagai 2 elips yang dihubungkan dengan sebuah benang sempit.
Tidak bisa di bedakan antara palisade dan bunga karang. Mempunyai sel kipas yang
mengakibatkan daun menggulung sehingga mengurangi laju transpirasi.
Sinar matahari menyebabkan membukanya stomata dan gelap menyebabkan
tertutupnya stomata, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar
itu juga mengandung panas, maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan
demikian menaikkan temperatur. Kenaikan temperatur sampai pada suatu batas yang
tertentu menyebabkan melebarnya stomata dan dengan demikian memperbesar
transpirasi.
Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel sel mesofil ke rongga antar sel
yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel jaringan bunga karang merupakan
rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap air dalam jumlah banyak. Penguapan
air ke rongga antar sel akan terus berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh
dengan uap air. Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel, tentu akan mengalami
kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan ini akan diisi oleh air
yang berasal dari xilem tulang daun, yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari
batang dan batang menerima dari akar dan seterusnya. Uap air yang terkumpul dalam
ronga antara sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut, selama stomata pada
epidermis daun tidak membuka. Apabila stomata membuka, maka akan ada penghubung
antara rongga antar sel dengan atmosfer kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah
dari rongga antar sel maka uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan
prosesnya disebut transpirasi. Jadi syarat utama untuk berlangsungnya transpirasi adalah
adanya penguapan air didalam daun dan terbukanya stomata.
2. Penampang melintang batang jagung

Gambar.2
Zea mays merupakan salah satu tumbuhan monokotil, yang memiliki ciri khas
berkas pembuluhnya yaitu tersebar dan biasanya tidak beraturan. Ikatan pembuluhnya
bertipe kolateral tertutup dimana floem dan xilem berdampingan dan tidak dibatasi
kambium. Xilem dikelilingi floem membentuk satu ikatan pembuluh dan ikatan pembuluh
tersebut tersebar tidak beraturan disetiap bagian dalam batang. Batang monokotil
biasanya tidak mengalami pertumbuhan sekunder, penebalan batang biasanya dilakukan
oleh meristem penebalan primer.

3. Penampang melintang akar jagung

Gambar.3
Susunan sel-selnya rapat dan setebal satu lapis sel, dinding selnya mudah dilewati
air. Fungsi dari epidermis yaitu melindungi kerusakan mekanis pada jaringan lunak yang
berada di sebelah dalam jaringan epidermis mencegah penguapan air yang berlebihan
pada jaringan dalam, Epidermis disebut juga dengan jaringan pelindung.
Akar jaringan tanaman jagung memiliki jaringan endodermis, korteks, epidermis, xylem
dan floem. Pembuluh xylem mempunyai dinding tebal, sedangkan floem dinding ujungnya
berlubang. Xylem dan floem merupakan jaringan campuran. Epidermis terletak dibagian
terluar dari sel. Letak xylem terletak di bagian tengah. Korteks terletak dibagian luar
endodermis. Endodermis terletak di tengah. Epidermis adalah lapisan terluar, tempat
munculnya rambut akar di belakang titik tumbuh akar. Korteks merupakan area yang
cukup luas di bawah epidermis, sedangkan endodermis tebalnya hanya satu lapisan sel dan
memiliki pita yang kedap air yang disebut pita kaspari yang mengelilingi sisi dinding sel.

BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari
jaringan tumbuhan melalui stomata. Transpirasi merupakan pengeluaran berupa uap
H2O dan CO2, terjadi siang hari saat panas, melaui stomata (mulut daun) dan lentisel
(celah batang). Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan
dengan udara luar, yaitu melalui pori-pori daun seperti stomata, lubang kutikula, dan
lentisel oleh proses fisiologi tanaman. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman
melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangna tersebut
sangat kecil dibanding dengan yang hilang melalui stomata.
Tanaman jagung yang lengkap tinggi volume air yang berkurangnya lebih banyak
yaitu 0,8 cm, ini dikarenakan tanaman yang lengkap dengan daun, akar dan batang akan
menyerap air lebih banyak dan penguapannya juga lebih besar. Sedangkan pada tanaman
yang tanpa akar dan tanaman yang tanpa daun tinggi volume air yang berkurangnya sama
yaitu 0,4 cm, ini dikarenakan bahwa tanaman yang tanpa daun proses penguapanya
sedikit, dan tanaman tanpa akar proses penyerapannya juga kecil karena tidak adanya
akar untuk menyerap air ke daun. Dan pada tanaman yang tanpa akar dan daun tinggi
volume air yang berkurangnya sedikit yaitu 0, 2 cm, ini dikarenakan tidak adanya akar
untuk menyerap air dan tidak adanya daun untuk penguapan sehingga laju transpirasinya
lambat dan penguapannya juga sedikit.
Jagung memiliki permukaan daun yang berambut dan tidak lebar dan mempunyai
sel kipas yang mengakibatkan daun menggulung sehingga mengurangi laju transpirasi.
Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin sehingga daya serap
airnya pun rendah dan laju transpirasinya menjadi lambat. Jagung mempunyai akar
serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal,akar adventif, dan akar kait atau
penyangga. Tanaman jagung termasuk monokotil dan laju transpirasinya lambat.
Diposkan oleh imajinasi saya di 07.01

http://cerminimajinasi.blogspot.co.id/2014/04/makalah-transpirasi.html

Anda mungkin juga menyukai