Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN ILMU HAMA TANAMAN

MUSUH ALAMI LABA-LABA LOMPAT ( Jumping Spiders ), HAMA


KUTU DAUN (Aphis glycine), dan HAMA LALAT KACANG
(Ophiomyiaphaseoli) PADA TANAMAN KEDELAI

Di susun oleh :
EKO ANGGA SAPUTRA
1503015048

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018
HASIL PENGAMATAN

hari

3 5 7 14 21

Tinggi jumlah Tinggi jumlah Tinggi jumlah Tinggi jumlah Tinggi jumlah
daun daun daun daun daun
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
2 2 8,2 4 14 6 22,5 8 38,6 21

1,7 2 9 4 18 8 25,5 11 45,8 24

MUSUH ALAMI
 Laba-laba lompat

HAMA YANG MENYERANG


 Kutu daun (Aphis glycine)
 Lalat kacang (Ophiomyiaphaseoli)

PEMBAHASAN

Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia
sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi
pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai juga ikut tersebar ke berbagai negara
tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika.
Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan
pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara,
dan pulau- pulau lainnya. Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu
Glycine soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani
yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill.
Klasifikasi tanaman kedelai adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max (L.) Merr.

 MUSUH ALAMI TANAMAN KEDELAI

Laba-laba lompat ( Jumping Spiders )


Laba-laba lompat bersikap aktif hanya pada siang hari. Laba-laba lompat bermata
delapan. Dua mata besar menghadap ke depan, tetapi mata lainnya kecil. Matanya tajam dan
bisa melihat mangsanya dari jauh. Laba-laba ini dapat menerkam mangsanya dengan cepat
sekali, bahkan dapat menangkap lalat yang terbang cepat. Laba-laba ini tidak membuat
jaring, tetapi meronda di tanaman mencari mangsa. Sutera digunakan untuk menenun tali
pengaman, sehingga bila jatuh dari daun, tali itu menghindarinya jatuh sampai ke tanah.
Sutera juga dipakai untuk membuat sarung telurnya. Laba-laba dapat menangkap mangsa
yang lebih besar darinya dan merupakan pemangsa penting bagi kepik seperti Helopeltis dan
ngengat dari ulat jengkal dan hama lain. Laba-laba menusukkan racun yang melumpuhkan
mangsa, kemudian mengisap cairannya.

Daur hidup
Laba-laba jantan menggoyangkan kaki depan untuk merayu betina. Setelah kawin,
betina membuat sarung dari sutera dan meletakkan telur didalamnya. Ia menjaga sarung itu
sampai anak laba- laba keluar dan dapat pergi sendiri. Laba- laba tidak mengalami
metamorfosa Agen pengendalian hayati Sebagai bagian kompleks komunitas dalam
ekosistem setiap spesies serangga termasuk serangga hama dapat diserang oleh atau
menyerang organisme lain. Bagi serangga yang diserang organisme penyerang disebut
“musuh alami”. Secara ekologi istilah tersebut kurang tepat karena adanya musuh alami tidak
tentu merugikan kehidupan serangga terserang. Hampir semua kelompok organisme dapat
berfungsi sebagai musuh alami serangga hama termasuk kelompok vertebrata, nematoda,
jasad renik, invertebrata di luar serangga. Kelompok musuh alami yang paling penting adalah
dari golongan serangga sendiri.

Keuntungan Pemanfaatan Musuh Alami :


1. Relatif murah & sangat menguntungkan
2. Aman terhadap lingkungan, manusia dan hewan berguna
3. Berdaya guna (efektif) dalam pengendalian hama sasaran
4. Efisiensi dalam jangka panjang (tidak memerlukan ulangan pengendalian)
5. Kompatibel/dapat digabungkan dengan cara-cara pengendalian lainnya

Kelemahan Pemanfaatan Musuh Alami :


1. Perlu waktu lama, kira-kira 3-5 th
2. Tingkat keberhasilan (efektifitas) tergantung pada ketangguhan MA yang digunakan
3. Tidak dapat digunakan untuk mengendalikan hama baru karena inangnya spesifik
4. Kadang-kadang timbul kekebalan hama sasaran tetapi sangat jarang
5. Perlu waktu tertentu dalam aplikasinya (utamanya jenis jamur,bacteri & virus)

 Hama pada tanaman kedelai


 Kutu daun (Aphis glycine)
Tubuh Aphis Berukuran kecil, lunak dan bewarna hijau agak kekuning –
kuningan.Sebagian besar jenis serangga ini tidak bersayap, tetapi bila populasi meningkat
sebagian serangga dewasanya membentuk satap yang bening. Aphis dewasa yang bersayap
ini kemudian berpindah ketanaman lain untuk membentuk koloni yang baru. Serangga ini
menyukai bagian bagian yang muda dari tanaman inangnya.Panjang tubuh Aphis dewasa
berkisar antara 1 – 1,6 mm. Nimfa Aphis dapat dibedakan dengan imagionya dari jumlah
ruasaan tena. Jumlah antenanimfa instar satu umumnya 1 atau 5 ruas, instar kedua 5 ruas,
instar tiga 5 atau 6 ruas dan instar empat atau imago 6 ruas. Serangga muda (nimfa) dan
imago mengisap cairan tanaman.
GejalaSerangan:
 Tanaman Layu
 Petumbuhan tanaman menjadi lambat

 Lalat kacang (Ophiomyiaphaseoli)


Lalat bibit kacang menyerang sejak tanaman muda muncul kepermukaan tanah
hingga tanaman umur 10 hari.Lalat betina meletakkan telur pada tanaman muda yang
barutumbuh.Telur diletakkan di dalam lubang tusukan antara epidermis atas dan bawah
keeping biji atau disisipkan dalam jaringan mesofil dekat pangkal keeping biji atau pangkal
helai daun pertama dan kedua.Telurnya bewarna putih seperti mutiara dan berbentuk lonjong
dengan ukuran panjang 0,31 mm dan lebar 0,5 mm. Setelah dua hari, telur menetas dan
keluar larva.Larva masuk kedalam keeping biji atau pangkal helai daun pertama dan kedua,
kemudian membuat lubang gerekan.Selanjutnya larva menggerek batang dan berubah bentuk
menjadi kepompong.Pada pertumbuhan penuh, panjang larva mencapai 3,75 mm.
Kepompong mula – mula bewarna kuning kemudian berubah menjadi kecoklatan.

Gejala Serangan
Serangan lalat kacang ditandai oleh adanya bintik – bintik putih pada keeping biji, daun
pertama atau kedua.Bintik – bintik tersebut adalah bekas tusukan alat peletak telur
(ovipositor) dari lalat kacang betina.
KESIMPULAN

Tinggi dan jumlah daun pada tanaman kedelai di pengeruhi oleh faktor luar dan
faktor dalam dari tanaman kedelai itu sendiri. Hama dan penyakit dapat menjadi penganggu
bagi pertumbuhan tanaman kedelai oleh karena itu hama dan penyakit harus segera di
kendalikan karena jika serangan nya sudah berat dan tidak di kendalikan dapat menyebabkan
kematian bagi tanaman kedelai. dengan adanya musuh alami juga dapat membatu kita dalam
mengurangi seranga hama karena musuh alami seperti laba-laba lompat pada tanaman kedelai
dapat memangsa lalat-lalat atau hama yang singgah pada tanaman kedelai meskipun masih
dalam jumlah yang sedikit.

LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Suprapto, H. 1998. Bertanam kedelai.Penebar Swadaya. Jakarta.

Tengkano, W., M. Imandan A. M. Tohir. 1992. Bioekologi, serangan dan pengendalian hama
polong kedelai. RisalahLoka karya Pengendalian Hama Tanaman Kedelai, Balittan
Malang. pp. 117-153.
Rukamana, Rahmat dan Yuniarsih, Yuyun. 2002. Kedelai, Budidaya dan Pasca Panen.
Kanisius : Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai