Anda di halaman 1dari 30

1

LAPORAN PRAKTIKUM I

PENGUKURAN POTENSIAL (Ψ) AIR JARINGAN TUMBUH

A. Tujuan Praktikum

Menetukan nilai potensial jaringan air umbi kentang, dan menghitung

pengaruh kosentrasi sukrosa dalam tekanan osmosis umbi kentang.

B. Alat Dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang di gunakan dalam praktikum potensial jaringan

tumbuhan adalah umbi kentang, pisau lipat, beker glass, ptri dish, timbangan,

kertas saring/ kertan stensil, aluminium foil, penggaris, larutan sukrosa

dengan berbagai kosentrasi (0.00, 0.15, 0.20, 0.25, 0.30, 0.35, 0.40, 0.45,

0.50, 0.55, 0.60 M)

C. Cara Kerja

1. Siapkan 11 gelas beker da nisi masing-masing dengan 50 mL larutan

sukrosa dengan konsentrasi sebagai berikut 0.00, 0.15, 0.20, 0.25, 0.30,

0.35, 0.40, 0.45, 0.50, 0.55, 0.60 M.

2. Tahap berikutnya harus dilakukan dengan cepat. Buat 11 potongan umbi

kentang dengan ukuran 1x1x4 cm tanpa lapisan kulit luar. Letaknya

dalam wadah tertutup seperti petri dish.

3. Potonglah satu blok umbi kentang tersebut menjadi irisan setebal 1-2 mm.

4. Bilas cepat irisan umbi kentang tersebut dengan aquades, keringkan

dengan kertas saring/kertas stensil. Kemudian timbang dan catatlah

beratnya.
2

5. Selanjutnya masukkan irisan umbi kentang tersebut kedalam sukrosa

(aquades). Tutup dengan aluminium foil dan biarkan selama 2 jam. Catat

waktu anda memasukkan irisan umbi kentang kedalam larutan sukrosa.

6. Lakukan hal seperti point 4 dan 5 pada potongan umbi kentang lainnya

dan masukkan kedalam setiap larutan sukrosa, sehingga anda akan

memiliki 11 beker glass yang berisi irisan umbi kentang.

7. Setelah dua jam terendam, keluarkan irisan-irisan kentang tersebut dan

keringkan dengan kertas saring/kertas stensil dan timbanglah dengan

segera. Catat bobot akhir irisan umbi kentang tersebut dan tentukan

perubahan bobot yang terjadi.

8. Tilislah hasil bobot dalam bentuk table dengan rumus %Δ bobot=

bobot akhir−bobot awal


+100 %
bobot awal

9. Buatlah grafik dan plotkan bobot % Δbobot pada ordinat dan kosentrasi

larutan sukrosa (M) pada absis.

10. Potensial air jaringan umbi kentang sama dengan potensial air larutan

sukrosa yang tidak menyebabkan perubahan bobot irisan kentang. Oleh

karena itu, titik potong grafik dengan sumbu X (absisi) mewakili

potensial jaringan umbi kentang.

D. Hasil Dan Pembahasan

1. Hasil Perubahan bobot

No Kosentrasi Bobot irisan kentang %Δ bobot


Awal (gr) Akhir (gr)
sukrosa (gr)
1 0.00 0.60 0.45 -25.00
2 0.15 0.58 0.32 -44.83
3 0.20 0.70 0.43 -38.57
3

4 0.25 0.72 0.45 -37.50


5 0.30 0.65 0.46 -29.23
6 0.35 0.66 0.50 -24.24
7 0.40 0.66 0.61 -7.58
8 0.45 0.68 0.64 -5.88
9 0.50 0.79 0.60 -24.05
10 0.55 0.54 0.67 24.07
11 0.60 0.77 1.07 38.96

Grafik hasil pengamatan

dari data yang telah diperoleh dapat di simpulkan bahwa potensial air terletak

pada kosentrasi 0.45. kesentrasi pada dalam kentang hampir sama dengan

kosenrasi yang ad di luar dan itulah yang menyebabkan terjadinya potensial air.
4

LAPORAN PRAKTIKUM II

PENGARUH KOSENTRASI GARAM DAN LAMA PERENDAMAN

TERHADAP RESPON BENIH DALAM PROSES DIFUSI PADA BENIH

A. Tujuan

1. Untuk mengetahui keadaan benih setelah perendaman dengan

konsentrasi larutan garam.

2. Untuk mengetahui proses difusi pada benih/biji.

B. Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisau,toples, sendok,

timbangan analitik, kamera, alat tulis dan lain – lain, sedangkan bahan

yang di gunakan adalah kentang, biji pinang, benih kacang tanah, air

mineral dan lain – lain.

C. Metode Praktikum

Metode yang digunakan adalah konservasi atau pengamatan.Pada

perlakuan tiap sampel yang di gunakan.Perlakuan pertama adalah larutan

garam dan perlakuan kedua adalah lamanya perendaman benih.

1. Perlakuan pertama terdiri dari : 2. Perlakuan kedua

terdiri dari :

A0 = Air biasa (perlakuan kontrol) W1 = 30 MENIT

A1 = 100 g garam /L air W2 = 60 MENIT

A2 = 300 g garam /L air W3 = 90 MENIT

A3 = 600 g garam /L air W4 = 120 MENI


5

D. Cara Kerja

1. Sediakan alat dan bahan diatas.

2. Siapkan 4 toples yang diisi dengan garam sesuai dengan perlakuan yang

kemudian di aduk hingga garam benar – benar larut.

3. Timbang benih pinang,kentang,dan kacang tanah.untuk benih kentang

pinang kulitnya harus di kupas terlebih dahulu.Catat berapa beratnya.

4. Masukan benih tersebut ke dalam toples, dimana setiap toples berisi 4

benih pinag,4 benih kentang dan 4 kacang tanah.

5. Timbang berat benih setelah perendaman sesuai perlakuan yang ada.Catat

berat benih setelah di timbang.

E. Parameter Dan Pengamatan

1. Morfologi benih/biji setelah peredaman.

2. Besar difusi yang terjadi pada benih/biji.

3. Hasil pengamatan saaya sajikan dalam bentuk tabel.

F. TABEL HASIL PENGAMATAN

No Benih Morfologi benih Morfologi benih setelah

sebelum perendaman perendaman


1 Kentang Berat benih kentang Berat benih kentang setelah

sebelum perendaman perendaman


2 Pinang Berat benih pinang Berat benih pinang setelah

sebelum perendaman perendaman


3 Kacang tanah Berat benih kacang Berat benih kacang tanah

tanah sebelum setelah perendaman

perendaman

No Benih Perlakuan Berat setelah Berat setelah


6

perendaman perendaman
1 A0W1 103,64 105,66
A0W2 103,64 106,66
A0W3 103,64 107,26
A0W4 103,64 106,84
Kentang
2 A1W1 129,53 122,66
A1W2 129,53 120,68
A1W3 129,53 119,07
A1W4 129,53 117,17
Kentang
3 A2W1 103,19 99,40
A2W2 103,19 97,95
Kentang A2W3 103,19 96,87
A2W4 103,19 95,58
4 A3W1 121,14 113,06
A3W2 121,14 109,58
A3W3 121,14 107,47
A3W4 121,14 105,66
Kentang

No Benih Perlakuan Berat setelah Berat setelah

perendaman perendaman
1 A0W1 14,69 14,96
A0W2 14,69 14,83
Pinang A0W3 14,69 15,13
A0W4 14,69 14,86
2 A1W1 16,29 16,18
A1W2 16,29 16,31
Pinang A1W3 16,29 16,56
A1W4 16,29 16,16
3 A2W1 14,31 13,96
A2W2 14,31 13,63
Pinang A2W3 14,31 13,72
A2W4 14,31 13,34
4 A3W1 14,24 14,20
A3W2 14,24 14,31
A3W3 14,24 14,49
A3W4 14,24 14,02

No Benih perlakuan Berat sebelum Berat

perendaman setelah
7

perenda

man
1 A0W1 1,93 1,98
A0W2 1,93 2,23
Kacang Tanah A0W3 1,93 2,56
A0W4 1,93 2,33
2 A1W1 1,79 1,60
A1W2 1,79 1,61
Kacang Tanah A1W3 1,79 2,01
A1W4 1,79 1,67
3 A2W1 1,35 1,19
A2W2 1,35 1,12
Kacang Tanah A2W3 1,35 1,51
A2W4 1,35 1,12
4 A3W1 1,91 1,90
A3W2 1,91 1,81
Kacang Tanah A3W3 1,91 2,24
A3W4 1,91 1,81

G. PEMBAHASAN

Dari hasil pengamatan di atas,disini saya akan membahas perubahan

dari berat timbangan masing – masing dari biji tersebut.Pada timbangan

pertama berat dari 4 masing – masing biji sebelum direndam itu sama

beratnya.

Pada timbangan kedua yang mana biji tersebut sudah direndam selama

30 menit,hal tersebut menyebabkan berat dari masing – masing biji bertambah

daripada berat sebelum biji sebelum perendaman.

Pada timbangan ketiga yang mana biji tersebut sudah direndam selama

60 menit,hal tersebut menyebabkan berat dari masing – masing biji

berkurang,begitu pun seterusnya.paada timbangan 90 dan 120 menit berat dari

biji tersebut ada yang berkurang sebagian ada juga yang bertambah beratnya.
8

Adapun hala yang mempengaruhi difusi yaitu sebagai berikut :

1. Berat molekul semakin besar maka difusi semakin cepat

2. Kelarutan dalam medium,semakin besae kelarutan difusi semakin cepat

3. Beda potensial kimia,makin besar bedanya semakin cepat difusi terjadi

4. Perbedaan konsentrasi,makin besar perbedaan konsentrasi antara dau

bagian,makin besar proses difusi terjadi

5. Jarak tempat berlangsungnya difusi,makin dekat jarak tempat terjadinya

difusi,makin cepat proses difusi berlangsung.

6. Area tempat berlangsungnya difusi,makin luas area difusi makin cepat

proses di fusi

7. Struktur tempat belangsungnya di fusi,adanya pori – pori pada membran

meningkatkan proses difusi,makin banyak jumlah pori makin meningkat

proses difusi

8. Ukuran dan tife molekul yang berdifusi,molekul yang lebiih kecil berdifusi

lebih cepat.

H. KESIMPULAN

Difusi adalah gerakan pasif molekul dalam larutan yaang

berkonsentrasi tinggi ke yang berkonsentrasi rendah.molekul memiliki

energi kinetik intrinsik yang disebut gerak termal ( kalor).

Suatu akibat gerak termal ialah difusi,kecendrungan molekul setiap

zat untuk menyebar keseluruh ruangan yang ada.Waktu yang di gunakan

untuk berdifusi pad saat perlakuan akan lebih cepat dibandingkan yang

belum di berikan perlakuan.


9

LAPORAN PRAKTIKUM III

FOTOSINTESIS PADA BERBAGAI MACAM TANAMAN

A. Tujuan Praktikum :

1. Untuk menghitung besar fotosintesis tanaman dalam saatu hari.

2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis.

B. Alat dan Bahan :

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: oven, timbangan analitik,

guntukgn, pusau, penggaris, alat pengukur fotosintesis, alat tulis, dan lain-lain.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah: daun tanaman matoa dan daun ilalang.

C. Metodologi Praktikum

Metodologi yang digunakan dalam praktikum ini menggunakan metode

konservasi/pengamatan pada perlakuan tiap sampel yang digunakan.

D. Pelaksanaan

1. Sediakan alat dan bahan praktikum

2. Ambil daun ilalang dan matoa pada pagi hari (sebelum jam 07.00 pagi)

3. Sayat bagian daun sebelah kiri pada pagi hari dan sayat bagian daun

sebelah kanan, pada sore hari dengan ukuran 10 x 5 cm.

4. Timbang sayatan daun sebagai berat basah (BB) pada pagi maupun sore

hari.

5. Masukkan kedalam oven pada suhu 40 oC (untuk mengurangi kadar air

pada daun) biarkan selama 8 jam.


10

6. Timbang kembali catat sebagai berat kering (BK).

7. Hitung besar nya fotosintesis dengan rumus BB – BK.

8. Buat 3 ulangan untuk setiap jenis tanaman.

9. Hasil penimbangan berat kering pada sore hari dikurangkan dengan berat.

kering pada pagi hari untuk mengetahui besar fotosintesis dalam satu hari.

E. Parameter

1. Hitung besar fotosintesis tanaman dalam satu hari.

2. Data hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel.

Tabel Pengamatan

Daun Perlakuan BB (gr) BK (gr) BB-BK


0.98 0.4 0.58
Oven 0.91 0.39 0.55
0.92 0.53 0.39
Matoa (pagi)
0.96 0.79 0.17
Kering angin 0.91 0.13 0.88
1.01 0.73 0.28

0.95 0.84 0.11


Oven 0.92 0.502 0.418
0.79 0.495 0.295
Matoa (siang)
0.99 0.74 0.16
Kering angin 1.04 0.77 0.27
1.02 0.75 0.27

Daun Perlakuan BB (gr) BK(gr) BB-BK


1.46 1.14 0.32
Oven 1.58 1.23 0.35
Ilalang (pagi) 1.86 1.23 0.63
1.51 0.58 0.93
Kering angin
1.15 0.62 0.53
11

1.6 0.79 0.81


1.07 0.32 0.75
Oven 1.12 0.32 0.89
1.19 0.28 0.91
Ilalang (siang)
1.02 1.018 0.002
Kering angin 1.12 1.2 0.08
1.14 1.075 0.065

Rata-rata BB-BK Fotosintesis satu hari


Daun Perlakuan Rata-rata BK siang – Rata-rata BK
Pagi Siang/sore
pagi
Oven 0.506 0.274 0.612 - 0.44 = 0.172
Matoa
Angin 0.443 0.23 0.753 – 0.55 = 0.203
Oven 0.43 0.85 0.306 – 1.2 = -0.894
Ilalang
Angin 0.756 0.049 1.097 – 0.663 = 0.434

F. Pembahasan

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pada pagi hari tanaman belum

mengalami proses fotosintesis. Karna reaksi fotosintesis pada praktikum ini

adalah reaksi terang yang memerlukan cahaya matahari untuk berlangsungnya

proses fotosintesis. Dan daun yang diambil pada sore hari telah mengalami proses

fotosintesis, dikarnakan pada saat terjadinya proses fotosisntesis itu berlangsung

pada siang hari dan cahaya matahari sudah tampak atau muncul. Panjang dan

lebar pada daun dapat mempengaruhi berat basah dan berat kering pada daun.

Fotosintesis merupakan suatu proses biologi yang kompleks, proses ini

menggunakan energi dan cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan oleh klorofil

yang terdapat dalam kloroplas. Seperti halnya mitokondria, kloroplas mempunyai

membran luar dan membran dalam. Membran dalam mengelilingi suatu stroma
12

yang mengandung enzim-enzim tang larut dalam struktur membran yang disebut

tilakoid. Proses fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain air

(H2O), konsentrasi CO2, suhu, umur daun, translokasi karbohidrat, dan cahaya.

Tetapi yang menjadi faktor utama fotosintesis agar dapat berlangsung adalah

cahaya, air, dan karbondioksida (Salisbury, 1992).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Fotosintesis Tanaman

a. Cahaya

Cahaya merupakan sumber energi untuk fotosintesis, energi cahaya yang

diserap oleh tumbuhan tergantung pada : intensitas sumber cahaya, panjang

gelombang cahaya, dan lama penyinaran

b. Klorofil

Klorofil merupakan pigmen penyerapan energi cahaya. Untuk membuat

klorofil harus di perlukan ion (zat) magnesium yang akan diserap dari tanaman.

Kolrofil juga merupakan bagian dari proses pertumbuhan tanaman.

c. Konsentrasi Karbondioksida

Pengaruhnya paling besar terhadap fotosintesis karena keberadaanya

sangat yang sangat terbatas. Sehingga peningkatan konsentrasi karbondioksida

terhadap pertumbuhan ini dapat mempengaruhi perubahan fotosintesis.

d. Suhu

Mempengaruhi kerja enzim untuk fotointesis. Jika suhu naik, kerja enzim

akan meningkat 2 kali lipat tapi hanya pada suhu tertentu dan jika suhu terlalu

tinggi, justru akan merusak enzim.


13

e. Air

Jika kekurangan air stomata menutup sehingga menghalangi masuknya

karbondioksida. Dan air merupakan peran utama bagi tumbuhan. Selain itu air

juga merupakan pengatur suhu bagi tanaman, dan sebagai tekanan turgor.

Proses fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain air (H2O),

konsentrasi CO2, suhu, umur daun, translokasi karbohidrat, dan cahaya. Tetapi

yang menjadi faktor utama fotosintesis agar dapat berlangsung adalah cahaya,

air,dan karbondioksida ( Salisbury, 1992 ).

G. Kesimpulan

pada pagi hari tanaman belum mengalami proses fotosintesis. Karna reaksi

fotosintesis pada praktikum ini adalah reaksi terang yang memerlukan cahaya

matahari untuk berlangsungnya proses fotosintesis.

Fotosintesis dipengaruhi beberapa faktor yaitu : cahaya, klorofil, air, konsentrasi

CO2, dan suhu.


14

LAPORAN PRAKTIKUM IV

RESPON TANAMAN TERHADAP PENERIMAAN CAHAYA

MATAHARI DALAM MEMPENGARUHI PROSES

FOTOTROPISME

A. Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah :

1. Untuk mengetahui kondisi tanaman terhadap pengaruh cahaya matahari

2. Untuk mengetahui besar kecilnya derajat kemiringan tanaman akibat

rangsangan cahaya matahari

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :Bahan

tanaman (kacang kedelai), Media tanam (kapas wajah), Polybag/polycap /botol

Aqua, Handsprayer, Kotak pembungkus nasi/kardus

C. Pelaksanaan Praktikum

1. Sediakan Alat dan Bahan praktikum

2. Tanam biji kedelai kedalam media yamh disediakan

3. Letakan tanaman pada tempat yang digunakan sebagai sampai kemiringan

30* ,60* ,90* kearah Barat

4. Siram tanaman satu hari sekali

5. Amati arah tumbuh tanaman sampai umur 1 bulan setelah tanaman

6. Buat 3 ulangan untuk setiap jenis tanaman


15

D. Hasil dan pengamatan

GAGAL

E. Parameter

1. Amati apa yang terjadi pada tanaman

2. Pengambilan data dilakukan sebanyak 4 kali

3. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk table dan grafik

F. kesimpulan

1. Tanaman kacang hijau mengalami gerak fototropisme positif karena

menghadap datingnya sinar matahari.

2. Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber

energi utama dalam proses fotosintesis dan mempengaruhi kinerja hormon

auksin.

3. Tanaman kacang hijau yang berada di tempat gelap lebih panjang

dibandingkan dengan tanaman yang berada ditempat terang, karena

hormon auksin sangat aktif pada kondisi yang gelap.

4.
16

LAPORAN PRAKTIKUM V

TRANSPIRASI TANAMAN

A. Tujuan

1. Untuk mengetahui besar kecilnya proses transpirasi pada daun tanaman.

2. Mengetahui faktor factor yang mempengaruhi proses transpirasi pada

daun tanaman.

B. Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : Potometer, gunting/

pisau, alat alat tulis dan kamera. Sedangkan bahan yang digunakan dalam

praktikum ini adalah : Stek pucuk tanaman durian, batang bunga anthurium,

sawi dan air mineral.

C. Cara Kerja

 Sediakan alat dan bahan praktikum

 Isikan 10 ml air mineral kedalam potometer

 Tanam tanaman diatasnya

 Letakkan didalam rumah kaca selama 8 jam

 Amati setiap 20 menit

D. Pengamatan Dan Parameter

 Amati apa yang terjadi pada tanaman

 Ukur volume transpirasi

 Pengambilan data dilakukan sebanyak sekali

 Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk table dan grafik


17

E. Hasil Dan Pembahasan

1. Hasil

1. Pada waktu ke 20 Menit : 19 ml

2. Pada waktu ke 40 Menit : 20 ml

3. Pada waktu ke 60 Menit : 21, 9 ml

4. Pada waktu ke 80 Menit : 22,4 ml

Tabe

No. Waktu Volume Transpirasi


1. 20 1
2. 40 1,9
3. 60 0,4

2. Pembahasan

Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk

uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari

jaringan tanaman melalui bagian tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat

saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan

yang hilang melalui stomata.

Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk

mengambil karbondioksida dari udara. Lebih dari 20 % air yang diambil oleh akar

dikeluarkan ke udara sebagai uap air. Sebagian besar uap air yang ditanspirasi
18

oleh tumbuhan tingkat tinggi berasal dari daun, selain dari batang, bunga, dan

buah.

Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang

mempengaruhi pergerakannya. Besarnya uap air yang ditranspirasikan

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Faktor dari dalam tumbuhan

(jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata); (2) Faktor luar (suhu, cahaya,

kelembaban, dan angin) (Salisbury 1992).

Kelembaban udara akan berpengaruh pada proses transpirasi. Bila daun

mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju transpirasi

bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga antar

sel di daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara. Selanjutnya yaitu Suhu.

Kenaikan suhu dari 180sampai 200F cenderung untuk meningkatkan penguapan

air sebesar dua kali. Dalam hal ini akan sangat mempengaruhi tekanan turgor daun

dan secara otomatis mempengaruhi pembukaan stomata (Loveless 1991).

Faktor selanjutnya yaitu Cahaya. Cahaya memepengaruhi laju transpirasi

melalui dua cara pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat

mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi

transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata. Untuk Angin

mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju

transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan

kelembanan udara diatas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air.

Namun jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu

daun akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi. Laju

transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan alju absorbsi air di
19

akar. Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari pada

penyerapan dari tanah. Hal tersebut menyebabkan devisit air dalam daun sehingga

terjadi penyerapan yang besar, pada malam hari terjadi sebaliknya.

Mekanisme transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel sel

mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel

jaringan bunga karang merupakan rongga yang besar, sehingga dapat menampung

uap air dalam jumlah banyak. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus

berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap air. Sel-sel yang

menguapkan airnya kerongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan air

sehingga potensial airnya menurun.

Kekurangan ini akan diisi oleh air yang berasal dari xilem tulang daun,

yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima

dari akar dan seterusnya. Uap air yang terkumpul dalam ronga antara sel akan

tetap berada dalam rongga antar sel tersebut, selama stomata pada epidermis daun

tidak membuka. Aapabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara

rongga antar sel dengan atmosfer kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah

dari rongga antar sel maka uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer

dan prosesnya disebut transpirasi. Jadi syarat utama untuk berlangsungnya

transpirasi adalah adanya penguapan air didalam daun dan terbukanya stomata.

Manfaat dari transpirasi adalah untuk membantu penyerapan mineral dari

tanah dan menghasilkan panas pada daun. Bila laju transpirasi rendah terjadi

defisiensi dan sebaliknya bila laju transpirasi tinggi maka terjadi peningkatan

mineral. Umumnya penyerapan mineral dilakukan bersama dengan penyerapan


20

air, sehingga transpirasi secara tidak langsung membantu transport air keseluruh

tubuh tanaman.

Pada percobaan praktikum transpirasi ini Setiap menit yang bertambah

pada alat Fotometer maka, hasil dari volume percobaan tersebut akan menurun

karena proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui

stomata.

Untuk menghitung tabel pada hasil diatas adalah dengan cara

mengurangi hasil volume dari waktu yang terlama hingga waktu yang tercepat,

F. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa kegiatan

transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar. Faktor

dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau

tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak

sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata (Salisbury&Ross.1992) dan faktor

luar antara lain: Kelembaban,Suhu,Cahaya,Angin,Kandungan air tanah.

Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil ke

rongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel jaringan

bunga karang merupakan rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap air

dalam jumlah yang banyak. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus

berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap air. Sel-sel yang

menguapkan airnya kerongga antar sel tentu akan mengalami kekurangan air

sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan air ini akan diisi oleh air yang
21

berasal dari xylem tulang daun yang selanjutnya tulang daun akan menerima air

dari batang dan batang menerima dari akar.


22

LAPORAN PRAKTIKUM VI

PENGUKURAN KADAR KLOROFIL a Dan b DENGAN

SPELTROFOMETER

A. Tujuan

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengukuran kadar klorofil pada suatu

spesies tumbuhan

2.

B. Alat dan bahan

Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, tabung reaksi, aceton 80%,

gunting, timbangan analitik, plastik, karet gelang

Sedangkan bahan yang di gunakan adalah daun ilalang

C. Cara Kerja 1

1. Ambil 1 gr daun yang segar lalu potong kecil-kecil menggunakan gunting

2. Kemudian diekstrak dengan aceton 80%, kemudian disimpan ditempat

gelap selama 2 malam sampe seluruh klorofilnya larut

3. yakinkan bahwa semua pigmen klorofil dari daun telah larut, ditandai

dengan ampas yang berwarna putih

4. Ambil ekstrak klorofil ini lalu masukan ke dalam kuvet

5. Dengan menggunakan kuvet, ukur absorbansi atau “optical

density”larutan ekstrak tersebut dengan menggunakan panjang

gelombang649 dan 665 nm


23

6. Kadar klorofil a dan b dapat dihitung dengan rumus wintermans dan de

mots :

Klorofil total (mg/L) = 20,0 OD 649 + 6,1 OD 665

Klorofil a (mg/L) = 13,7 OD 665 - 5,7 OD 649

Klorofil b (mg/L) = 25,8 OD 649 – 7,7 OD 665

D. Parameter

1. Amati apa yang terjadi pada daun sampel

2. catat panjang gelombang 649 dan 665

3. data hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel

Daun Panjang Gelombang


649 nm 665 nm
Berwarna hijau 0,598 1,140
Berwarna merah 0,849 1,592
Berwarna kuning 0,601 0,600

NO Kadar Klorofil Berwarna Berwarna Berwarna

Hijau Merah Kuning


1. Klorofil totak (mg/L) 18,914 26,6912 18,746

=20,0 OD 649 + 6,1 OD

665
2. Klorofil a (mg/L) 13,735 16,9216 4,8464

+ 13,0 OD 665 – 5,76

OD 649
3. Klorofil b (mg/L) 6,6504 9,645 10,830

= 25,8 OD 649 – 7,7 OD

665

E. Cara Kerja 2
24

1. 0.02 g daun dihaluskan kemudian ditambah acetris 1 ml. Kemudian

dimasukan ke dalam microtube 2ml. Mortar tempat menghaluskan dan tadi

kemudian dibilas sampai microtube penuh 2 ml.

2. Kemudian dicentrifuge 14.000 rpm selama 10 detik SUPERNATAN.

Ambil 1 ml supernatan dan masukan ke dalam tabung reaksi yang telah

diisi dengan acetris 1 ml dan kemudian tutup dengan kelereng. Pada saat

pengambilan supernatan harus dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai

terjadi pembentukan gelembung udara pada saat pengambilan supernatan

dengan menggunakan injektion serta jangan endapan ikut terambil.

3. Setelah supernatan ditambahkan dengan acetris, kemudian dilakukan

pengadukan agar supernatan dan acetris tercampur rata dengan

menggunaka vortex Filtrate. Setelah itu filtrate diambil 1 ml dan diamati

kandungan klorofilnya pada panjang gelombang 537 nm, 647 nm, dan 663

nm dengan menggunakan spektrfotomer.

4. Larutan blangko sebagai acuan kalibrasi adalah acetris sebagai pelarut

yang digunakan. Hasil pembacaan dari spektrofotometer kemudian

digunakan untuk menghitung kandungan klorofil dengan menggunkan

rumus : Perhitungan untuk daun kemerahan (mengandung anthocyanin)

(sims and gamon 2002)

Anthocyanin = 0,08173*A537-0.00697*A647-0.002228*A663

Chl a = 0.01373*A663-0.000897*A537-0.003046*A647

Chl b = 0.02405*A647-0.004305*A537-0.005507*A663

F. Pembahasan :
25

Daun memiliki ciri khas yaitu pada umumnya berwarna hijau. Namun, tidak

sedikit juga daun pada tumbuhan yang berwarna selain hijau contohnya merah dan

kuning. Perbedaan warna yang dimiliki setiap daun pada tumbuhan dikarenakan

pigmen yang terkandung pada tumbuhan tersebut khusunya pada daun berbeda-

beda. Pada daun yang berwarna hijau memiliki pigmen klorofil. Klorofil ini

merupakan zat hijau daun dimana juga berfungsi atau berperan dalam proses

fotosintesis. Klorofil dalam proses fotosintesis berperan dalam menangkap cahaya

matahari (Gogahu, Y. et al, 2016).

Klorofil saat  proses fotosintesis akan menangkan energy matahari yang

akan merupakan bahan utama dalam fotosintesis menjadi energy kimia. Klorofil

sendiri memiliki 2 jenis yaitu klorofil a dan klorofil b. klorofil tersebut memiliki

peran dan fungsi yang berbeda-beda selama proses fotosintesis berlangsung.

klorofil a sendiri merupakan klorofil utama karena klorofil inilah yang mengubah

energy matahari menjadi energi kimia, sedangkan klorofil b berperan sebagai

klorofil pendukung yaitu dalam memindahkan cahaya. Seperti yang diketahui

setiap tumbuhan memiliki kandungan klorofil yang berbeda-beda. Perbedaan

kandungan klorofil pada setiap tumbuhan bisa disebabkan oleh jenis tumbuhan itu

sendiri atau juga dikarenakan perbedaan umur tanaman tersebut. Untuk itu, untuk

mengetahui kandungan klorofil pada setiap tumbuhan diperlukan pengamatan dan

perhitungan khusus.

Pada praktikum mengenai kandungan klorfil tumbuhan, disini dilakukan

penelitian terhadap bebrapa jenis tumbuhan khususnya pada bagian daun. Daun-

daun yang digunakan antara lain dari jenis tumbuhan mawar, jeruk nipis, tebu,

bayam, pisang, dan kangkung. Setiap daun dari beberapa jenis tumbuhan tersebut
26

dilakukan pengolahan dengan metode tertentu sehingga klorofil pada daun bisa

dihitung jumlahnya. Perhitungan kandungan klorofil pada daun digunakan rumus

yang berbeda antara klorfil a dan klorofil b. Rumus untuk klorofil a dan klorofil b

yaitu:

Klorofil a= (13,7 x Abs 665) – (5,76 x Abs 649) µgml-1

Klorofil b= (25,8 x Abs 649) – (7,6 x Abs 665) µgml-1

               
Pengamatan yang dilakukan setelah klorofil a maupun klorofil b telah

terbentuk dan telah dilakukan perhitungan, maka kandungan klorofil pada masing-

masing jenis daun tumbuhan yang ada dapat diketahui. Kandungan klorofil pada

daun mawar yaitu memiliki kandungan klorofil a sebesar 2,77 µgml -1 dan klorofil

b sebesar 1,66 µgml-1. Daun tanaman jeruk nipis memiliki kandungan klorofil a

sebesar 0,59 µgml-1 dan klorofil b sebesar 0.31 µgml-1. Daun Tebu memiliki

kandungan klorfil a sebesar 1,78 µgml-1 dan klorofil b sebesar 0,96 µgml-1. Daun

bayam memiliki kandungan klorofil sebesar 3,38 µgml-1 dan klorofil b sebesar

1,61 µgml-1. Daun Pisan memiliki kandungan klorofil a sebesar 0,74 µgml -1 dan

klorofil b sebesar 0,36 µgml-1. Daun kangkung memiliki kandungan klorofil a

sebesar 2,42 µgml-1 dan klorofil b sebesar 1,46 µgml-1.

Perhitungan kandungan total klorofil pada setiap daun memiliki rumus tersendiri

yaitu total klorofil (a+b)= (6,10 x Abs 665) + (20,04 x Abs 649) µgml -1. Pada

perhitungan total klorofil dilakukan pada daun yang diamati oleh kelompok

masing-masing. Daun yang kami amati pada praktikum tersebut yaitu daun

kangkung. Daun kangkung memiliki kandungan klorofil a dan klorofil b seperti


27

yang disebutkan di atas, setelah dilakukan perhitungan total klorofil dengan rumus

tadi dan dihasilkan total klorofil sebesar 3,9 µgml-1.


28

DAFTAR PUSTAKA

Naiola, BP. 2005. Akumulasi solute dan regulasi osmotic dalam sel tumbuhan

pada kondisi stress air. Berita biologi volume 7 nomor 6

Rahardjo, M. darwati, I. pengaruh cekaman air terhadap produk dan mutu

simplisia tempuyung (sonchus arvencis). Balai Penelitian Tanaman Rempah

dan Obat.

Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.

Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.

Hendrayani, Yeni. 2007. Isotonik (online),

(http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/Yeni

%20Hendrayani%20%28043824%29/m_isotonik.html, diakses 25 Maret

2015)

Guritno, B. dan Sitompul, S. M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.UGM

Press. Yogyakarta.
29

DOKUMENTASI

1. Potensial air

2. Repirasi

3. klorofil

4. difusi
30

5. fotosintesis

Anda mungkin juga menyukai