Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH CARA PATOGEN MENYERANG TANAMAN

ZPT dalam Penyakit Tanaman

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Lathifah Nur Amalia (134180115)
Addina Attasya D (134180116)
Eka Yuliana (134180118)
Wahyu yalukalfauza Reka ( 134180120)
Siti Fajar Utami (134180124)
Nurul Nur Latifah (134180126)
Anisa Fitri Nurmayanti (134180133)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memenuhi tugas
mata kuliah Teknologi Pengelolan Penyakit . Selain itu, juga bertujuan untuk
menambah wawasan khususnya pada penulis dan umumnya pada pembaca.
Penuis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian penyusunan laporan ini serta semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian penyusunan laporan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.
Baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Yogyakarta, Februari 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Pembangunan pertanian yang memanfaatkan komponen lokal untuk
peningkatan produksi dan ramah lingkungan haruslah didukung dan
diaplikasikan di tingkat petani. Salah satu komponen lokal tersebut adalah
dengan kelompok bakteri dan hormon-horman yang mampu mengatur
pertumbuhan tanaman. Hormon atau zat yang mampu memberikan
pengaruh terhadap pengaturan pertumbuhan tanaman merupakan potensi
besar dalam memproduksi suatu komoditi pertanian. Hormon atau zat
tersebut dapat dikelola dalam bentuk ZPT (Zat Pengatur Tumbuh).
Dalam dunia pertanian, penggunaan hormon tumbuhan atau dikenal
juga dengan istilah ZPT merupakan faktor pendukung yang dapat
memberikan kontribusi besar dalam keberhasilan usaha budidaya pertanian.
Namun, penggunaan hormon ini harus dilakukan dengat tepat. Pemahaman
mengenai fungsi dan peran hormon terhadap laju pertumbuhan maupun
perkembangan tanaman sangat penting. Pemanfaatan ZPT oleh petani dapat
mengurangi pemakaian produk-produk buatan/industri dengan fungsi yang
sama. Produk ZPT akan aman untuk lingkungan sehingga sesuai dengan
pembangunan pertanian berkelanjutan (go green).
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apa fungsi dari ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) pada tanaman?
2. Apa saja zat pengatur yang penting bagi tanaman?
3. Apa peran pathogen pada zat pengatur?
4. Apa efek infeksi pathogen pada ZPT?
III. TUJUAN
1. Mengetahui fungsi dari ZPT pada tanaman
2. Mengetahui zat pengatur yang penting bagi tanaman
3. Mengetahui peran pathogen pada zat pengatur
4. Mengetahui efek infeksi pathogen pada ZPT
BAB II
ISI
A. Fungsi ZPT
Konsep Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) diawali dari konsep hormon. Hormon
tanaman atau fitohormon adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang
dalam konsentrasi rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-
proses fisiologis terutama mengenai proses pertumbuhan, diferensiasi dan
perkembangan tanaman. Proses-proses lain seperti pengenalan tanaman,
pembukaan stomata, translokasi dan serapan hara dipengaruhi oleh hormon
tanaman. Dengan berkembangnya pengetahuan biokimia dan industri kimia
banyak ditemukan senyawa-senyawa yang mempunyai fisiologis serupa dengan
hormon tanaman. Senyawa ini dikenal dengan nama ZPT.
Batasan tentang zat pengatur tumbuh pada tanaman (plant regulator), adalah
senyawa organik yang tidak termasuk hara (nutrient), yang mempunyai 2 fungsi
yaitu menstimulir dan menghambat atau secara kualitatif mengubah
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sedangkan fitohormon adalah
senyawa organik yang bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil yang
disintetis pada bagian tertentu, yang umumnya ditranslokasikan ke bagian lain
tanaman yang menghasilkan suatu tanggapan secara biokimia, fisiologis dan
morfologis.

B. Zat Pengatur yang Penting Bagi Tanaman


Berikut adalah zat pengatur bagi tanaman :
1. Auksin
Auxin alami pada tanaman adalah indole-3-acetic acid (IAA).
Hormon ini diproduksi secara terus-menerus dalam jaringan tanaman yang
sedang tumbuh dan cepat ditranslokasikan daun muda ke daun yang lebih
tua. IAA secara konstan didedgradasi oleh IAA oxidase. IAA dibutuhkan
untuk pemanjangan dan diferensiasi sel, mempengaruhi permeabilitas
membran, meningkatkan respirasi, meningkatkan sintesis mRNA dan
protein. Beberapa patogen dapat meningkatkan IAA tetapi ada pula yang
menurunkan tingkat IAA pada tanaman. Beberapa patogen yang
menyebabkan meningkatnya IAA adalah Exobasidium azaleae penyebab
tumor pada daun dan bunga azalea, Plasmodiophora brassicae penyebab
akar gada kubis, A. tumefaciens penyebab crown gall, Ustilago maydis
penyebab corn smut, Gymnosporangium juniperi-virginianae penyebab
karat aple, Fusarium oxysporum f.sp cubense penyebab layu pisang dan
nematode Meloidogyne sp. penyebab bintil akar. Beberapa bakteri
penghasil IAA adalah Ralstonia solanacearum penyebab layu pada
solanaceae, Pseudomonas savastanoi penyebab knot pada olive dan
oleander, Rhodococcus fascians penyebab leafy gall.
Mekanisme Kerja Auksin
Auksin berkerja dengan menginisiasi pemanjangan sel dan juga
memacu protein tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk
memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ mengaktifkan enzim tertentu
sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul
selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat
air yang masuk secara osmosis. Auksin yang dikombinasikan dengan
giberellin dapat memacu pertumbuhan jaringan pembuluh dan mendorong
pembelahan sel ada kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan
diameter batang.
Salah satu manfaat auksin (IBA) yaitu merangsang enzim yang
berguna dalam mengaktifkan metabolisme sel yang salah satunya untuk
mengambil oksigen. Oksigen diperlukan untuk proses oksidasi cadangan
makanan yang terdapat dalam benih. Dengan demikian, hasil oksidasi dapat
digunakan untuk pertumbuhan benih. Proses perkecambahan terjadi karena
sel-sel embrional memiliki kemampuan membelah dan bertambah banyak.
Kemampuan tersebut mengakibatkan benih tumbuh menjadi kecambah.
Pertumbuhan akan terus berlanjut terutama pada bagian ujung batang dan
akar pertumbuhan dapat berlangsung jika tersedia makanan yang digunakan
untuk pembentukan akar dan mempertahankan sifat geotropisme. Setelah
itu enzim yang terdapat pada benih akan aktif. Auksin disintesis di pucuk
batang dekat meristem pucuk, jaringan muda (misal daun muda) dan
terutama bergerak arah ke bawah batang (polar), sehingga terjadi perbedaan
kadar auksin di pucuk batang dan di akar. Aktivitasnya meliputi
perangsangan dan penghambatan pertumbuhan, tergantung pada
konsentrasi auksinnya. Jaringan yang berbeda memberikan respon yang
berbeda pula terhadap kadar auksin yang dapat merangsang atau
menghambat pertumbuhan tanaman.
2. Giberelin
Gibberellin merupakan komponen dari tumbuhan dan dihasilkan
oleh beberapa mikroba. Gibberellin pertama kali diisolasi dari patogen
Gibberella fujikuroi penyebab foolish seedling pada padi. Salah satu bentuk
gibberellin yang paling dikenal adalah gibberellic acid. Gibberellin
merangsang pembungaan dan meningkatkan pemanjangan sel pada batang,
akar dan buah. Gibberellin menginduksi pembentukan IAA dan bekerja
secara sinergis. Hormon ini sepertinya mengaktifkan kembali gen-gen yang
sudah diinaktifkan. Aplikasi gibberellin dapat menghilangkan gejala bantut
(kerdil) yang disebabkan oleh patogen.
Mekanisme/Cara Kerja
Kejadian di dalam alam. Di dalam alam telah ditemukan lebih dari
sepuluh buah jenis gibberellin. Menurut Mac Millan dan Takashashi (1968),
Kang (1970) dan Weaver (1972), gibberellin ada yang diketemukan dalam
jamur Gibberella Fujikuroi, ada yang diketemukan pada tanaman tinggi dan
ada juga yang diketemukan pada keduanya. Jenis gibberellin yang
diketemukan pada jamur yaitu ; GA1, GA2, GA3, GA4, GA7, GA9, s.d
GA16, GA24, GA25, GA36. Sedangkan jenis gibberellin yang diketemukan
pada tanaman derajat tinggi yaitu ; GA1, s.d GA9, GA13, GA17, s.d GA23,
GA26, s.d GA35. Dan yang terakhir yaitu gibberellin yang diketemukan
pada jamur dan tanaman derajat tinggi yaitu ; GA1, s.d GA4, GA7, GA9,
dan GA13. Gibberellin ; GA1 s.d GA5, GA7 s.d GA9, GA19, GA20, GA26,
GA27, dan GA29 diketemukan pada Pharbitis nil, GA1, GA5, GA8, GA9,
GA13, diketemukan pada umbi tulip, kemudian GA3, GA4, GA7,
diketemukan pada anggur, GA18, GA19, GA20, diketemukan pada pucuk
bambu, GA3, GA4, GA7, dijumpai pada biji apel, selanjutnya GA21, dan
GA22, dijumpai pada sword bean. Pada tanaman lain yaitu: Lipinus lutens
(GA18, GA23, GA28), pada pucuk tanaman jeruk dan biji mentimun
diketemukan GA1, tebu (GA5), pisang (GA7), kacang, jagung, barley wheat
diketemukan GA1. Adapun pada tanaman Phaseolus coclirecus
diketemukan ; GA1, GA3 s.d GA6, GA8, GA13, GA17, dan GA20.
Kemudian pada Rudbeckia bicolor diketemukan ; GA1, GA4, GA7, s.d
GA9. Dan yang terakhir yaitu pada Calonyction aculeatum diketemukan :
GA30, GA31, GA33, dan GA34. Hasil penelitian Meizger dan Zeivaart
(1980) menunjukan bahwa pada pucuk bayam (spinach) didapatkan
gibberellin ; GA53, GA44, GA19, GA17, GA20, dan GA29,.
Metabolisme gibberellin adalah zat kimia yang dikelompokan
kedalam terpinoid. Semua kelompok terpinoid terbentuk dari unit isoprene
yang terdiri dari 5 atom karbon. Unit-unit isoprene ini dapat bergabung
sehingga menghasilkan monoterpene (C-10), Sesqueterpene (C-15),
diterpene (C-20) dan triterpene (C-30). Biosintesis gibberelline yang
terdapat dalam jamur Gibberella Fujikuroi berproses dari Mevalonic acid
sampai menjadi gibberellin. Di dalam proses biosintesis telah diketemukan
zat penghambat (growth retardant) di dalam aktivitas ini. Beberapa contoh
growth retardant yang menghambat biosintesis gibberelline pada tanaman
antara lain Amo-1618 (2-isopropil-4-dimetil-kamine-5 metil phenil-
4pipendine karboksilatmetil klorida) menghambat biosintesis gibberelline
pada tanaman mentimun liar (Exhmocytis macrocarpa). Amo-1618
menghambat dalam proses perubahan dari Geranylgeranyl pyrophosphat ke
Kaurene. Begitu pula growth retardant CCC (2-chloroethyl) trimethyl (-
amonium chloride) memperlihatkan aktivitas yang sama dengan Amo-1618.
3. Sitokinin
Cytokinin merupakan hormon yang penting untuk pemanjangan dan
diferensiasi sel. Hormon ini menghambat pemecahan protein dan asam
nukleat sehingga menunda senesence dan dapat mengarahkan asam amino
dan nutrisi lain ke bagian tanaman yang konsentrasi cytokinin-nya tinggi.
Beberapa senyawa cytokinin adalah kinetin dari ikan hering, zeatin dan
isopentenyl adenosine (IPA) dari tumbuhan. Cytokinin bekerja dengan
mencegah matinya gen dan mengaktifkan kembali (turn on) gen-gen yang
telah mati. Cytokinin patogen berperan dalam membentuk tumor (gall) pada
inang yang terinfeksi bakteri, sapu setan (witches broom) oleh fungi dan
mollicute, dan diduga terkait dengan green island pada infeksi virus.
Aplikasi cytokinin sebelum atau segera sesudah inokulasi virus dapat
mengurangi jumlah infeksi dan menekan multiplikasi virus pada tanaman
terinfeksi.
Mekanisme/Cara Kerja
Struktur kimia Cytokinin, bentuk dasar dari cytokinin adalah adenin
(6-amino purine). Adenin merupakan bentuk dasar yang menentukan
terhadap aktifitas cytokinin. Di dalam senyawa cytokinin, panjang rantai
dan hadirnya suatu double bond dalam rantai tersebut akan meningkatkan
aktifitas zat pengatur tumbuh ini. Arti Cytokinin bagi fisiologi tanaman,
penelitian pertumbuhan pith tissue culture dengan menggunakan cytokinin
dan auxin dalam berbagai perbandingan telah dilakukan oleh Weier et al
(1974). Dihasilkan bahwa apabila dalam perbandingan cytokinin lebih besar
dari auxin, maka hal ini akan memperlihatkan stimulasi pertumbuhan tunas
dan daun. Sebaliknya apabila cytokinin lebih rendah dari auxin, maka ini
akan mengakibatkan stimulasi pada pertumbuhan akar. Sedangkan apabila
perbandingan cytokinin dan auxin berimbang, maka pertumbuhan tunas,
daun dan akar akan berimbang pula. Tetapi apabila konsentrasi cytokinin
itu sedang dan konsentrasi auxin rendah, maka keadaan pertumbuhan
tobacco pith culture tersebut akan berbentuk callus. Sedangkan dalam
pembelahan sel, dikemukakan bahwa IAA dan kinetin, apabila digunakan
secara tersendiri akan menstimulasi sintesis DNA dalam tobacco pith
culture. Dan menurut ahli tsb, kehadiran IAA dan kinetin ini diperlukan
dalam proses mitosis walaupun IAA lebih dominan pada fase tersebut.
Interaksi Cytokinin, Gibberellin dan Auxin dalam perkembangan
tanaman, di dalam alam tidak satu unsurpun yang berdiri sendiri.
Kesemuanya berinteraksi antara satu sama lainnya, sehingga merupakan
suatu sistem. Begitu pula dengan zat pengatur tumbuh. Pada tanaman, zat
pengatur tumbuh auxin, gibberellin dan cytokinin bekerja tidak sendiri-
sendiri, tetapi ketiga hormon tersebut bekerja secara berinteraksi yang
dicirikan dalam perkembangan tanaman.
4. Etilen
Tanaman menghasilkan ethylene secara alami dan menyebabkan
berbagai efek seperti klorosis, absisi daun, epinasty, stimulasi akar adventif,
dan pematangan buah. Etilen meningkatkan permeabilitas membran sel.
Peningkatan produksi etilen pada jaringan terinfeksi sering diikuti dengan
pembentukan phytoalexin dan peningkatan sintesis atau aktivitas beberapa
enzim atau senyawa signal yang meningkatkan ketahanan tanaman. Etilen
diproduksi oleh beberapa fungi dan bakteri patogen. Infeksi Ralstonia
solanacearum pada pisang meningkatkan etilen di dalam tanaman secara
proporsional dengan menguningnya daun secara prematur. Pada penyakit
layu, etilen juga terlibat dalam gejala epinasty dan gugurnya daun secara
prematur pada beberapa penyakit tanaman. Pada layu Verticillium tomat
kehadiran etilen pada waktu infeksi dapat menghambat perkembangan
penyakit, namun bila etilen ada setelah infeksi dapat meningkatkan
perkembangan penyakit.
Mekanisme / Cara Kerja
a. Pematangan Buah
Pematangan buah merupakan suatu variasi dari proses penuaan
melibatkan konversi pati atau asam-asam organik menjadi gula,
pelunakan dinding-dinding sel, atau perusakan membran sel yang
berakibat pada hilangnya cairan sel sehingga jaringan mengering. Pada
tiap-tiap kasus, pematangan buah distimulasi oleh gas etilen yang
berdifusi ke dalam ruang-ruang antarsel buah. Gas tersebut juga dapat
berdifusi melalui udara dari buah satu ke buah lainnya, sebagai contoh
satu buah apel ranum akan mampu mematangkan keseluruhan buah
dalam satu lot. Buah akan matang lebih cepat jika buah tersebut
disimpan di dalam kantung plastik yang mengakibatkan gas etilen
terakumulasi.
Pada skala komersial berbagai macam buah misalnya tomat sering
dipetik ketika masih dalam keadaan hijau dan kemudian sebagian
dimatangkan dengan mengalirkan gas etilen. Pada kasus lain, petani
menghambat proses pematangan akibat gas etilen alami. Penyimpanan
buah apel yang dialiri dengan gas CO2 yang selain berfungsi
menghambat kerja etilen, juga mencegah akumulasi etilen. Dengan
teknik ini buah apel yang di panen pada musim gugur dapat disimpan
untuk dijual pada musim panas berikutnya.
b. Pengguguran Daun
Seperti halnya pematangan buah, pengguguran daun pada setiap
musim gugur yang diawali dengan terjadinya perubahan warna,
kemudian daun mengering dan gugur adalah juga merupakan proses
penuaan. Warna pada daun yang akan gugur merupakan kombinasi
pigmen-pigmen baru yang dibentuk pada musim gugur, kemudian
pigmen-pigmen yang telah terbentuk tersebut tertutup oleh klorofil.
Daun kehilangan warna hijaunya pada musim gugur karena daun-daun
tersebut berhenti mensintesis pigmen klorofil.
Peranan etilen dalam memacu gugurnya daun lebih banyak
diketahui daripada peranannya dalam hal perubahan warna daun yang
rontok dan pengeringan daun. Pada saat daun rontok, bagian pangkal
tangkai daunnya terlepas dari batang. Daerah yang terpisah ini disebut
lapisan absisi yang merupakan areal sempit yang tersusun dari sel-sel
parenkima berukuran kecil dengan dinding sel yang tipis dan lemah.

C. Peran Patogen Pada Zat Pengatur


Mikroorganisme penghasil ZPT biasanya merupakan pupuk hayati
sekaligus juga sebagai biopestisida. Mikroorganisme penghasil IAA dan
giberelin diantaranya Pseudomonas, Bacillus, Azotobacter, Azospirillum (Berg,
2009; Simarmata, 2013). Zat pengatur tumbuh dapat dihasilkan dengan dua cara
yaitu dengan :
1. Interaksi langsung antara mikroba dengan tanaman.
2. Dengan cara tidak langsung melalui aktivitas pengendalian patogen (Berg,
2009).
Bakteri yang berkembang dan berkoloni di sekitar rizosfer perakaran
(rhizosferic level) atau di intra seluler (endophytic level) dan memacu
pertumbuhan tanaman dikenal sebagai PGPR (Berg, 2009). PGPR (Plant
Growth-Promoting Rhizobacteria) adalah bakteri pemacu pertumbuhan
tanaman. Bakteri yang terdapat dalam PGPR adalah sejenis bakteri yang biasa
hidup di akar tanaman. Mikroorganisme ini hidup berkoloni di sekitar akar
tanaman yang dapat membantu memacu pertumbuhan tanaman dan
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap jamur patogen.
Bakteri PGPR mampu mengikat nitrogen bebas dari alam atau istilahnya
fikasi nitrogen bebas. Nitrogen bebas diubah menjadi amonia kemudian
disalurkan ke tanaman. Bakteri akar ini juga mampu menyediakan beragam
mineral yang dibutuhkan tanaman seperti besi, fosfor, atau belerang. PGPR juga
memacu peningkatan hormon tanaman. Peningkatan hormon tanaman inilah
yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Secara umum fungsi PGPR dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman
yaitu :
1. Sebagai pemacu pertumbuhan (biostimulan) dengan mengatur konsentrasi
berbagai zat pengatur tumbuh (fitohormon) seperti IAA, giberelin, sitokinin
dan etilen di sekitar akar.
2. Sebagai penyedia hara (bioferilizer) dengan menambat N2 dari udara dan
melarutkan hara P yang terikat dalam tanah.
3. Sebagai pengendali pathogen yang berasal dari tanah (bioprotectans)
dengan cara menghasilkan senyawa anti pathogen seperti siderofor,
kitinase, dan sianida.
Kemudian lebih dispesifikasikan dengan perbedaan peran secara langsung
dan tidak langsung. Bakteri PGPR berperan secara langsung dan tidak langsung,
mekanisme secara langaung bakteri dapat menghasilkan fitohormon (IAA,
giberelin, atau sitokinin), meningkatkan aktivitas enzim (protease, selulase,
katalase), melarutkan mineral seperti fosfat. Untuk mekanisme secara tidak
langsung, bakteri mampu mencegah pathogen dengan menghasilkan asam
sianida (HCN) dan siderofor dan juga dapat dengan menghasilkan ACC
Deaminase untuk pembentukan hormon.

Beberapa bakteri dan ZPT yang dihasilkannya :


Jenis ZPT Bakteri
IAA Aeromonas veronii
Agrobacterium sp.
Alcaligenes piechaudii
Azospirillum brasilense
Bradyrhizobium sp.
Comamonas acidovorans
Enterobacter cloacae
Enterobacter sp.
Rhizobium leguminosarum
Sitokinin Paenibacillus polymyxa
Pseudomonas fluorescens
Rhizobium leguminosarum
Giberelin Bacillus sp.
ACC Deaminase Alcaligenes sp.
Bacillus pumilus
Enterobacter cloacae
Pseudomonas cepacia
Pseudomonas putida
Pseudomonas sp.
Variovorax paradoxus
Sumber : Singh dan Purohit, 2011 dalam Simarmata, 2013.

D. Efek infeksi Patogen Pada ZPT


Patogen dapat memproduksi zat pengatur pertumbuhan yang sama
maupun berbeda dengan yang dihasilkan oleh tumbuhan. Akibatnya adalah
terjadinya ketidak seimbangan sistem hormonal dalam tumbuhan. Hal ini
ditunjukkan oleh respon tumbuhan yang abnormal seperti kerdil, pengguguran
daun, rosetting, percabangan akar yang luar biasa, malformasi batang dll. Agar
penyerangan berhasil, patogen harus mampu menjadi parasit yang menetap
serta mengadakan hubungan makan yang mantap dengan inangnya.
Zat pengatur pertumbuhan yang penting antara lain auksin yang secara
alami berada dalam tumbuhan dalam bentuk IAA, gibberellin, sitokinin, dan
etilen. IAA diperlukan untuk pertumbuhan memanjang dan diferensiasi.
Gibberellin dapat mempercepat pertumbuhan, merangsang pembungaan,
pemanjangan akar dan batang, dan pertumbuhan buah. Auksin dan gibberellin
dapat bekerja sinergistik. Sitokinin juga diperlukan untuk pertumbuhan dan
diferensiasi, selain dapat menghambat pemecahan protein dan asam nukleat.
Zat-zat ini secara normal jumlahnya sangat rendah dalam tumbuhan. Namun
dengan adanya patogen tertentu jumlah zat pengatur tumbuh dapat berlipat
ganda. Sebagai contoh IAA pada tanaman yang terserang bakteri Ralstonia
solanacearum kadarnya meningkat sampai 100 kali. Etilen secara alami
diproduksi oleh tumbuhan dan berperan antara lain dalam absisi daun dan
pematangan buah. Bakteri patogen tumbuhan seperti pseudomonas, erwinia dan
xantomonas juga dapat menghasilkan etilen sehingga dapat mengakibatkan
penguningan buah dan pengguguran daun sebelum waktunya. Agar
penyerangan berhasil, patogen harus mampu menjadi parasit yang menetap
serta mengadakan hubungan makan yang mantap dengan inangnya.
Contoh Pengaruh IAA terhadap pertumbuhan batang dan akar tanaman
kacang kapri. Kecambah yang diberi perlakuan IAA menunjukkan pertambahan
tinggi yang lebih besar (kanan) dari tanaman kontrol (kurva hitam). Tempat
sintesis utama auksin pada tanaman yaitu di daerah meristem apikal tunas
ujung. IAA yang diproduksi di tunas ujung tersebut diangkut ke bagian bawah
dan berfungsi mendorong pemanjangan sel batang. IAA mendorong
pemanjangan sel batang hanya pada konsentrasi tertentu yaitu 0,9 g/l. Di atas
konsentrasi tersebut IAA akan menghambat pemanjangan sel batang. Pengaruh
menghambat ini kemungkinan terjadi karena konsentrasi IAA yang tinggi
mengakibatkan tanaman mensintesis ZPT lain yaitu etilen yang memberikan
pengaruh berlawanan dengan IAA. Berbeda dengan pertumbuhan batang, pada
akar, konsentrasi IAA yang rendah (<10-5 g/l) memacu pemanjangan sel-sel
akar, sedangkan konsentrasi IAA yang tinggi menghambat pemanjangan sel
akar. Sehingga dapat disimpulkan :
1. Pemberian ZPT yang sama tetapi dengan konsentrasi yang berbeda
menimbulkan pengaruh yang berbeda pada satu sel target.
2. Pemberian ZPT dengan konsentrasi tertentu dapat memberikan
pengaruh yang berbeda pada sel-sel target yang berbeda
KESIMPULAN

Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) merupakan hormon tanaman yang dalam


konsentrasi rendah mampu mempengaruhi proses-proses fisiologis tanaman. Zat
Pengatur Tumbuh memiliki dua fungsi yaitu menstimulir dan menghambat atau
secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Terdapat zat
pengatur yang penting bagi tanaman antara lain auksin, giberelin, sitokinin dan
etilen. Patogen yang berperan pada zat pengatur yaitu biostimulan, fitohormon dan
bioprotectans. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) merupakan hormon tanaman yang
dalam konsentrasi rendah mampu mempengaruhi proses-proses fisiologis tanaman.
Zat Pengatur Tumbuh memiliki dua fungsi yaitu menstimulir dan menghambat atau
secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Terdapat zat
pengatur yang penting bagi tanaman antara lain auksin, giberelin, sitokinin dan
etilen. Patogen yang berperan pada zat pengatur yaitu biostimulan, fitohormon dan
bioprotectans. Efek infeksi patogen terhadap Zat Pengatur Tumbuh dapat
ditunjukkan melalui respon tumbuhan yang abnormal seperti kerdil, pengguguran
daun, rosetting, percabangan akar yang luar biasa, malformasi batang dll.
DAFTAR PUSTAKA

Berg G. 2009. Plant–microbe interactions promoting plant growth and health:


perspectives for controlled use of microorganisms in agriculture. Applied
Microbiology and Biotechnology, 84(1): 11-18.
Kementrian Pertanian. 2019. Zat Pengatur Tumbuh.
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/70117/ZPT---Zat-Pengatur-
Tumbuh/. Diakses pada 2 Februari 2020 pukul 21.00.
Kusuma Darma. 2011. Bagaimana Patogen Menyerang Tanaman.
http://kusumadarma17.blogspot.com/2011/07/bagaimana-patogen-
menyerang-tanaman.html?m=1 . Diakses pada 2 Februari 2020 pukul 21.18
WIB.
Nurhayati, Hera dan Ireng Darwati. 2014. Peran Mikroorgananisme dalam
Mendukung Pertanian Organik. Prosiding Seminar Nasional Pertanian
Organik, 295-300.
Simarmata T. 2013. Tropical bioresources to support biofertilizer industry and
sustainable agriculture in Indonesia. Presented in International Seminar on
Tropical Bio-resources for Sustainable Bioindustry 2013; from Basic
Research to Industry, 30-31st October 2013 in West and East Hall-ITB-
Bandung-Indonesia. 26 p.
Singh SK, RD Sheeba, S Rajendra, SK Verma, M A Siddiqui, PK Mathur A and
PK Agarwal. 2011. Assessment of the Role of Pseudomonas fluorescens as
Biocontrol Agent against Fungal Plant Pathogens. Current Botany, 2(3): 43-
46.

Tjahdjono, Budi. 2015. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Riau.


https://mip.faperta.unri.ac.id/file/bahanajar/87469-Ilmu-Penyakit.pdf. diakses
pada 10/02/2020. 22.44

Anda mungkin juga menyukai