Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN HIDROLOGI TANAMAN

Disusun oleh :

Hiroki Prawira Jolly 23020220140134

PROGRAM STUDI S-1 AGROEKOTEKNOLOGI


DEPARTEMEN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui proses kondensasi, presipitasi,
evaporasi dan transpirasi. Air merupakan komponen penting yang sangat
dibutuhkan dalam setiap kehidupan makhluk hidup. Air sangat dibutuhkan oleh
mahluk hidup seperti hewan, manusia, dan tumbuhan . Tumbuhan sangat
membutuhkan air agar dapat tumbuhan dapat melakukan fotosintesis. Fotosistesis
bagi tumbuhan dilakukan untuk menghasilkan makanan mereka sehingga
tumbuhan dapat bertahan hidup. Air yang turun ke bumi adalah dalam bentuk air
hujan. Air hujan yang turun ke permukaan bumi pada suatu daerah dapat dihitung
yaitu disebut juga dengan curah hujan wilayah.
Kebutuhan air tanaman adalah kebutuhan air total yang akan diberikan
pada petak-petak pertanian tingkat tersier atau ke jaringan irigasi yang
merupakan kebutuhan air tanaman atau kebutuhan air untuk pengolahan tanah
atau disebut juga kebutuhan air di lapangan. Modifikasi pola tanam merupakan
Melakukan perubahan pemilihan pola tata tanam atau tanggal tanam dalam rangka
mengurangi kebutuhan air irigasi di sawah sehingga ada kemungkinan air dapat
dimanfaatkan untuk luas lahan lebih optimal lagi. Irigasi merupakan usaha
penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian
yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah,
irigasi pompa, dan irigasi tambak. Tujuan dari irigasi adalah menambah air di
lahan dan mencukupi kebutuhan air ketika tidak turun hujan. Pemberian air irigasi
yang efisien dipengaruhi oleh kebutuhan air agar tercapai kondisi air tersedia
yang dibutuhkan oleh tanaman.
Tujuan dari tugas hidrologi pola tanam adalah untuk melihat kebutuhan air
yang diperlukan dari pola tanam pada Kecamatan Tebing Tinggi. Manfaat dari
modifikasi pola tanam adalah untuk memberikan hasil yang lebih produktif.
BAB II
CURAH HUJAN

Berdasarkan data curah hujan kecamatan Candisari, Kabupaten Semarang


dapat diperoleh sebagai berikut:
Tabel 1. Pengamatan Curah Hujan di Kecamatan Candisari, Kabupaten Semarang
Rata-
Tahun
Bulan Rata
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Januari 352 196 439 476 412 388 291 469 231 465 371,9
Februari 333 307 308 365 327 379 473 401 370 383 363,6
Maret 516 403 374 442 308 306 289 305 367 450 376
April 383 326 237 202 318 284 247 255 230 489 297,1
Mei 283 177 117 225 139 103 228 128 164 81 164,5
Juni 186 36 39 117 79 8 133 86 86 6 77,6
Juli 125 38 6 219 94 9 113 25 4 3 63,6
Agustus 196 1 10 56 21 20 145 11 3 1 46,4
September 312 17 8 18 5 1 210 59 17 2 64,9
Oktober 375 95 91 119 35 19 498 231 54 70 158,7
November 230 307 236 145 185 123 258 351 232 54 212,1
Desember 369 386 496 261 464 297 403 280 308 276 354
Jumlah 3660 2289 2361 2645 2387 1937 3288 2601 2066 2280
Rata-rata 305 191 197 220 199 161 274 217 172 190
Sumber: Data Badan Pusat Statistik Semarang, 2020.

Berdasarkan Tabel 1. Diperoleh rata- rata curah hujan di kecamatan


Candisari sealama 10 tahun dari tahun 2010 – 2019 didapatkan tipe iklim B3 yang
termasuk basah. Curah hujan rata-rata pada bulan januari, februari, maret dan juni
termasuk bulan kering. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahid dan Usman (2017)
bahwa curah hujan termasuk rendah mempunyai nilai kurang dari 100 mm/bulan.
Sedangkan, pada bulan mei dengan rata-rata curah hujan lembab. Hal ini sesuai
pendapat Syafei dan Hidayanti (2014) bahwa bulan sedang merupakan bulan
dengan jumlah curah hujan anatara 100 – 200 mm/bulan. Curah hujan rata-rata
pada bulan April, juli, agustus, September, oktober, November, dan desember
termasuk kedalam bulan basah karena memiliki curah hujan yang tinggi. Hal
ini sesuai dengan pendapat Supriyanti et al. (2018) bahwa bulan tinggi
merupakan bulan dengan curah hujan anatara 300 – 500 mm/bulan.
BAB III
KEBUTUHAN AIR HUJAN

Umur Tanaman 90 Hari


Bln Kc ETC (mm/hari)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1,10 6,74
Jan
1,10 6,74
1,05 6,59
Feb
1,05 6,59
10,9
6,06
Mar 5
0,00 0,00
Penyiapan Lahan
Apr
1,10 7,03

1,10 7,03
Mei
1,05 6,47
1,05 6,47
Jun
0,95 5,66
0,00 0,00
Jul

Penyiapan Lahan
Agt

0,50 3,06
Sept
0,59 3,61
0,96 6,31
Okt
1,05 6,9
1,02 6,49
Nov
0,95 6,04
0,95 6,12
Des
0,00 3,54
Tabel 2. Kebutuhan Air Tanaman Padi Nedeco Varietas Unggul

Berdasarkan tabel 2. diketahui bahwa kebutuhan air pada tanaman padi


secara umum bahwa tanaman padi sangat membutuhkan curah hujan yang cukup
tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Paski et al. (2017) yang menyatakan bahwa
Tanaman padi sangat membutuhkan air untuk pertumbuhannya, air yang
dibutuhkan padi ≥ 200 mm per bulan. Padi sangat membutuhkan air yang cukup
banyak pada saat 4 fase vegetatif dan generatif. Hal ini sesuai dengan Ezdward et
al. (2018) yang menyatakan bahwa tanaman padi membutuhkan air pada masa
pertumbuhan vegetative yaitu pada saat pertumbuhan tinggi tanaman dan pada
saat pertumbuhan generative pada saaat padi mulai berbunga sampai berbuah.
BAB IV

POLA TANAM BERDASAR KONDISI AKTUAL

Tabel 3. Pemetaan Pola Tanam Aktual Kecamatan Candisari


Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

HE 16,39 6,67 8,36 6,87 8,36 7,53 6,45 6,14 7,26 9,06 14,9 13,11
Padi
(nedeco)

Bawang

Keterangan:
Peff : Curah hujan efektif (mm/hari)
LP : Label pemetaan warna untuk padi
warna untuk penyiapan lahan

Berdasarkan tabel 3. pola tanam di sebagian wilayah Kecamatan


Candisari di atas dapat diperoleh hasil bahwa Pola tanam yang dilakukan adalah
Kacang Tanah – Padi – Padi, dengan penyiapan lahan dilakukan pada bulan
Januari dan Juni. Tanaman kacang tanah ditanam pada bulan Desember sampai
dengan April kemudian dari bulan Juni sampai dengan November ditanami
dengan padi. Dalam malakukan penanaman harus dibuat sistem pola tanam yang
didasarkan pada kebutuhan air tanaman yang tercukupi oleh adanya hujan efektif.
Hal ini sesuai dengan pendapat Priyonugroho (2014) yang menyatakan bahwa
pembuatan pola tanam dengan menggunakan curah hujan efektif merupakan
curah hujan yang dapat dimanfaatkan secara langsung untuk memenuhi
kebutuhan air tanaman selama proses pertumbuhan. Pola tanam yang dilakukan
diatas yaitu sistem polikultur yang membudidayakan tanaman berbeda pada satu
lahan yaitu menanam tanaman Kacang Tanah – Padi – Padi. Hal ini sesuai
pendapat Rosya dan Winarto (2013) yang menyatakan bahwa pola tanam
polikultur adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada suatu lahan
pertanian dalam waktu satu tahun, polikultur adalah model pertanian yang
menerapkan aspek lingkungan yang lebih baik dan melestarikan keanekaragaman
hayati lokal.
BAB V

MODIFIKASI POLA TANAM (P3)

Berdasarkan kalender pola tanam di Kabupaten Semarang dapat


dimodifikasi pola tanam dalam setahun sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4. Modifikasi Pola Tanam Kecamatan Candisari, Kabupaten Semarang

Berdasarkan tabel 4. Modifikasi Pola Tanam di Kecamatan Candisari


diatas didapat hasil bahwa sistem pola tanam yang dapat digunakan yaitu padi-
padi- padi. Modifikasi yang dilakukan yaitu perubahan penanaman padi pada
bulan Jnuari hingga Maret. Hal ini sesuai dengan pernyataan Priyonuggroho
(2014) yang menyatakan bahwa pengairan dengan irigasi mempunyai dampak
yang baik untuk membantu mencukupi kebutuhan air pada tanaman akibat curah
hujan yang tidak memenuhi kebutuhan. Curah hujan efektif harus diperhatikan
untuk mengetahui dalam kebutuhan irigasi pada tanaman, karena apabila curah
hujan tidak mnecukupi dapat dilakukan irigasi dan apabila curah hujan efektif
sudah tinggi maka tidak perlu dilakukan irigasi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Purwanto dan Ikhsan (2016) yang menyatakan bahwa curah hujan efektif sangat
perlu diperhatikan agar karena apabila tanaman kekurangan air bisa dilakukan
irigasi terhadap tanaman supaya tanaman tidak kekurangan air. Pada bulan
Januari dan Juni tidak dilakuan penanaman karena melakukan pengolahan lahan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Oktaviansyah et al. (2015) yang menyatakan
bahwa sebelum melakukan penanaman sebaiknya tanah dilakukan pengolahan
tanah agar memperbaiki aerasi dan drainasi tanah.
BAB VI
KEBUTUHAN AIR IRIGASI

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, kebutuhan air irigasi tanaman


adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Kebutuhan Air Irigasi Tanaman
Kebutuhan air Irigasi
Tanaman Bulan (mm/hari) (I/det/hari)
1 2 1 2
Padi Apr 4,38 4,88 4,23 4,72
Mei 3,5 3,28 3,38 3,17
Jul 4,14 4,66 4,00 4,50

Berdasarkan Tabel 5. Pada bulan April, Mei, dan Juli perlu dilakukan
irigasi karena ketersediaan air yang cukup rendah dan tidak dapat untuk
memenuhi kebutuhan tanaman padi. Hal ini sesuai dengan Supriadi dan Rivai
(2018) yang menyatakan bahwa melakukan irigasi pada tanaman yang mengalami
kekurangan air sangat bermanfaat, karena melakukan irigasi dapat mengatasi
kekurangan air yang membuat produktivitas tanaman tetap bagus. Dalam
melakukan irigasi harus disesuaikan dengan kebutuhan air pada masing-masing
tanaman tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Haryati (2014) yang
menyatakan bahwa dalam pemberian air irigasi pada lahan harus disesuaikan
dengan kebutuhan air pada tanaman yang sudah diprediksi. Pada bulan Februari,
Maret, dan Juni perlu dilakukan irigasi karena pada bulan tersebut memiliki curah
hujan efektif rendah sehingga tanaman mengalami kekurangan air. Hal ini sesuai
pendapat Chandra et al., (2019) yang menyatakan bahwa pada saat melakukan
penanaman tanaman dengan curah hujan yang cukup rendah akan berdampak
pada tanaman yaitu kekurangan air maka dari itu dapat dilakukan irigasi pada
lahan tersebut agar tanaman tidak kekurangan air.
BAB VII
KESIMPULAN

Berdasarkan analisi pola tanam yang dilakuakan di Kecamatan Candisari


dapat disimpulkan bahwa pola tanam aktual yang dilakukan, yaitu kacang tanah –
padi – padi, pada bulan Desember sampai April dan ditanami padi pada bulan Juni
sampai November. Sedangkan, modifikasi pengolahan lahan padi – padi – padi
(P3) dilakukan dengan bantuan irigasi, yaitu pada bulan Januari sampai Maret
ditanami P1, Mei sampai Juni ditanami P2, dan Juli sampai Desember di tanami
P3, dan irigasi dilakukan pada bulan April, Mei, dan Juli.
DAFTAR PUSTAKA

Chandra, D. S., N. Bafdal, dan K. Amaru. 2019. Kajian irigasi interval 1 hari di
musim kemarau pada sistem pemanenan air limpasan. J. Agroteknologi
dan Ilmu Pertanian, 3 (2) : 58 – 66.

Ezward, C., S. Efendi., dan J. Makmun. 2011. Pengaruh frekuensi irigasi terhadap
pertumbuhan dan hasil padi (Oryza sativa L.). J. Agro. Univ. Andalas, 1
(1) : 17 – 24.

Gresinta, E. 2015. Pengaruh pemberian monosodium glutamat (MSG) terhadap


pertumbuhan dan produksi kacang tanah (Arachis hypogea L.). J. Faktor
Exacta, 8(3) : 208 – 219.

Haryati, U. 2014. Teknologi irigasi suplemen untuk adaptasi perubahan iklim


pada pertanian lahan kering. J. Sumberdaya Lahan, 8 (1) : 43 – 57.

Marlina, N., R. I. S. Aminah, dan L. R. Setel. 2015. Aplikasi pupuk kandang


kotoran ayam pada tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae
L.). Biosaintifika: J. of Biology dan Biology Education, 7(2) : 136 – 141.

Oktaviansyah, H., J. Lumbanraja, S. Sunyoto., dan S. Sarno. 2015. Pengaruh


sistem olah tanah terhadap pertumbuhan, serapan hara dan produksi
tanaman jagung pada tanah ultisol gedung meneng bandar lampung. J.
Agrotek tropika, 3 (3) : 393 – 401.

Paski, J. A., G. I. S. L. Faski., M. F. Handoyo, M. F. dan D. S. Pertiwi. 2017.


Analisis neraca air lahan untuk tanaman padi dan jagung di kota bengkulu.
J. Ilmu lingkungan, 15 (2) : 83 – 89.

Priyonugroho, A. 2014. Analisis kebutuhan air irigasi (studi kasus pada daerah
irigasi sungai air keban daerah kabupaten empat lawang). J. Teknik sipil
dan lingkungan, 2 (3) : 457 – 470.

Purwanto, P., dan J. Ikhsa. 20016. Analisis kebutuhan air irigasi pada daerah
irigasi bendung mrican1. J. Semesta teknika, 9 (1) : 83 – 93.

Supriadi, H., dan R. S. Rivai. 2018. Pengembangan investasi irigasi kecil untuk
peningkatan produksi padi mendukung swasembada beras. J. Analisis
kebijakan pertanian, 16 (1) : 43 – 57.
Supriyati, S., B. Tjahjono, dan S. Effendy. 2018. Analisis pola hujan untuk
mitigasi aliran lahar hujan gunungapi sinabung. J. Ilmu Tanah Dan
Lingkungan, 20 (2) : 95 – 100.

Anda mungkin juga menyukai