Anda di halaman 1dari 6

Nama : Rizky Maulana Rahardian

Nim : 23020220130078
Agroekoteknologi B
Ekologi Tanaman
Siklus Biogeokimia

Siklus biogeokimia atau yang biasa disebut dengan siklus organik-anorganik


adalah siklus unsur-unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke
komponen biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur – unsur tersebut
tidak hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksi – reaksi kimia dalam
lingkungan abiotik sehingga disebut sebagai siklus biogeokimia. Siklus biogeokimia
juga dapat dipengaruhi oleh struktur komunitas bioti yang ada di dalam tanah
(Abdillah et al., 2019). Dalam siklus/daur biogeokimia dikenal dua macam daur,
diantaranya daur edafik dan daur atmosferik. Daur edafik merupakan daur yang unsur
kimia pada daur tersebut tidak pernah membentuk gas di udara. Adapun daur atmosferik
adalah daur yang unsur kimia pada daur tersebut mengalami fase berbentuk gas di
udara. Daur biogeokimia berfungsi mengatur keseimbangan ekosistem.
Artinya keseimbangan ekosistem tergantung pada pengulangan yang terjadi
secara berputar pada unsur-unsur kimia tertentu. Unsur-unsur kimia yang dapat
mengalami daur biogeokimia meliputi karbon, nitrogen, hidrogen, dan oksigen, serta
fosfor. Dalam siklus biogeokimia juga sebagai pertukaran antara komponen biosfer
yang hidup dan tidak hidup yang akan di tingkat trofik yang tidak hilang dalam
ekosistem. Fungsi dari Daur Biogeokimia ialah menjadi daur atau siklus materi yang
membalikkan lagi seluruh unsur-unsur kimia yang telah digunakan oleh seluruh yang
ada di muka bumi dari komponen biotik ataupun komponen abiotik, yang pada akhirnya
berkesinambungan dan seimbang dalam kehidupan di bumi dapat terjaga. Penggunaan
dan pembukaan lahan secara terus menerus dapat mengakibatkan penyusutan dan
penghilangan vegetasi asli lahan yang akan mempengaruhi siklus biogeokimia karena
adanya perubahan dari komposisi komunitas, populasi dan aktivitas mikroba tanah (Zul,
2013)
Ragam daur biogeokimia terbagi menjadi 5 yaitu, daur karbon, daur nitrogen,
daur hidrogen dan oksigen, daur belerang, dan daur fosfor. Siklus karbon adalah siklus
biogeokimia di mana karbon dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan
atmosfer Bumi (objek astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon yang hampir
sama meskipun hingga kini belum diketahui). Dalam siklus ini terdapat empat reservoir
karbon utama yang dihubungkan oleh jalur pertukaran. Siklus daur nitrogen adalah
suatu proses konversi senyawa yang mengandung unsur nitrogen menjadi berbagai
macam bentuk kimiawi yang lain. Transformasi ini dapat terjadi secara biologis maupun
non-biologis. Beberapa proses penting pada siklus nitrogen, antara lain fiksasi nitrogen,
mineralisasi, nitrifikasi, denitrifikasi. Walaupun terdapat sangat banyak molekul
nitrogen di dalam atmosfer, nitrogen dalam bentuk gas tidaklah reaktif. Hanya beberapa
organisme yang mampu untuk mengkonversinya menjadi senyawa organik dengan
proses yang disebut fiksasi nitrogen.
Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti
dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi,
evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci
proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi,
kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan es dan salju (sleet),
hujan gerimis atau kabut. Daur belerang atau daur sulfur adalah salah satu bentuk daur
biogeokimia. Pengertian dan definisi lain dari daur belerang atau sulfur yaitu perubahan
sulfur dari hidrogen sulfida menjadi sulfur dioksida lalu menjadi sulfat dan kembali
menjadi hidrogen sulfida lagi. Sulfur di alam ditemukan dalam berbagai bentuk. Dalam
tanah sulfur ditemukan dalam bentuk mineral, di udara dalam bentuk gas sulfur dioksida
dan di dalam tubuh organisme sebagai penyusun protein.
Keberadaan fosfor pada organisme hidup sangat kecil, tetapi peranannya sangat
diperlukan. Fosfor memegang peran penting dalam reaksi utama dalam tumbuhan yaitu
proses sintesis karbohidrat yang sering disebut fotosintesis (Hendrawani, et al., 2021).
Atom fosfor hanya ditemukan dalam bentuk senyawa fosfat (PO43-). Fosfat diserap
oleh tumbuhan dan digunakan untuk sintesis organik. Fosfor banyak dikandung oleh
asam nukleat, yaitu bahan yang menyimpan dan mentranslasikan sandi genetik.
Daftar Pustaka

Abdillah, M. M., W. Handayani, dan T. B. P. Prakarsa. 2019. Keanekaragaman famili


arthropoda tanah di kawasan Hutan Pendidikan Wanagama Kabupaten
Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta. J. Biologi, 1(2) : 59 – 64.

Hendrawani, H., H. Hatimah, dan H. Hulyadi. 2021. Increase in macro nutrients by


adding banana waste to liquid organic fertilizer. J. Ilmiah Mandala Education, 7
(3) : 692 – 698.

Zul, D. 2013. Dampak alih fungsi lahan terhadap biomassa mikroba: studi kasus di areal
Bukit Batu, Riau. Prosiding SEMIRATA 2013, 1 (1) : 173 – 179.
Hukum Liebig

Hukum Minimum Liebig ditemukan oleh Justus Liebig (1840) yang menyatakan
berhasilnya suatu organisme pada sebuah lingkungan ditentukan oleh faktor minimum.
Secara umum Hukum Minimum Liebig menyatakan bahwa faktor penting yang tersedia
dalam jumlah mendekati minimum merupakan faktor yang menjadi faktor pembatas
(Putra et al., 2018). Pada keadaan serba kekurangan (di tanah kritis), tanaman tidak
ditentukan oleh keberadaan unsur yang melimpah (seperti CO2 dan H20), tetapi
ditentukan oleh unsur yang jumlahnya minimum dan diperlukan sedikit oleh tanaman,
seperti N, Mg, Boron, Zn, dan sebagainya. Unsur yang ketersediaannya dalam jumlah
minimum tersebut bertindak sebagai faktor pembatas. Hukum minimum Liebig yang
menyatakan bahwa jika ketersediaan satu unsur hara berada di bawah nilai batas kritis,
maka unsur hara tersebut dapat menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman (Al-
Jabri, 2013). Hukum Minimum Liebig hanya dapat diterapkan bagi ekosistem atau
habitat yang dimana arus energy dan materi yang masuk sama dengan yang keluar.
Pada tahun 1840, Justus von Liebig, seorang ahli kimia organik berkebangsaan
Jerman ini mempublikasikan buku berjudul Organic chemistry in its applications to
agriculture and physiology (von Liebig dan Playfair, 1840). Di dalam buku tersebut,
Liebig membahas berbagai hal terkait fisiologi dan agrikultur, dan salah satu yang
terpenting adalah apa yang saat ini kita kenal sebagai hukum minimum Liebig. Liebig di
dalam buku tersebut, memberikan pandangan yang berlaku umum saat itu tentang teori
humus. Ia menyatakan bahwa mineral diperlukan dari tanah dan berbagai gas dari udara
(CO2) atau air (H dan O2).Termasuk dalam bahasan Liebig adalah nitrogen, yang
menurut Liebig diambil dari udara. Untuk yang terakhir, pemikiran Liebig tidak berlaku
pada sebagian besar tumbuhan, kecuali pada tumbuhan penambat nitrogen dari famili
Fabaceae. Berdasarkan pemikiran tersebut, Liebig berhasil mengungkapkan bahwa
nutrien di tanah yang telah diambil oleh tumbuhan dapat digantikan dengan pemberian
pupuk.
Liebig memberikan uraian bahwa pertumbuhan suatu tumbuhan, yang
dicontohkan pada gandum (Triticum), tidak akan tumbuh optimal pada tanah pasir atau
tanah berkarbonat tinggi. Liebig lebih lanjut mengatakan bahwa ketiadaan kekurangan
unsur tertentu (alkali) menjadi penyebab tumbuhan tersebut tidak tumbuh optimal. Hal
ini terjadi meskipun substansi lain yang diperlukan pada habitat tumbuh tersebut
ditemukan dalam jumlah banyak. Seiring dengan waktu, pernyataan tersebut banyak
dikutip dan sering disederhanakan menjadi suatu hukum yang menyatakan bahwa
pertumbuhan tanaman dipengaruhi dan ditentukan oleh unsur yang jumlahnya paling
rendah dan hasil pertumbuhan, dalam hal ini diaplikasikan pada pertanian, dapat
ditingkatkan dengan memperbaiki faktor yang pembatas minimum tersebut (Mustaqim,
2018). Konsep inilah yang kita kenal dengan hukum minimum Liebig.
Pemahaman mengenai hukum ini dapat dipermudah dengan melihat contoh
pada bidang pertanian, misalnya pemupukan. Contoh yang mudah adalah kadar
nitrogen (N) dalam tanah. Dalam kadar minimum, tumbuhan tidak akan dapat
berkembang dengan baik. Oleh karena itu, penambahan nitrogen ke substrat tumbuh
dapat memberikan kondisi pertumbuhan yang lebih optimal. Hukum
minimum Liebig menjadi salah satu pondasi dalam ilmu ekologi hingga saat ini. Hukum
ini terus menjadi dasar berbagai pandangan-pandangan dalam berbagai bidang ekologi.
Contoh-contohnya pun dapat diamati dengan mudah di alam. Terlepas dari kekurangan
dari hukum ini sendiri, hukum minimum akan selalu menjadi teori yang berguna dalam
studi ekologi tumbuhan ke depannya.
Daftar Pustaka

Al-Jabri, M. 2013. Soil test technology for developing fertilizer tecommendations of


lowland rice. J. Pengembangan Inovasi Pertanian. 6(1) : 11 – 22.

Mustaqim, W. A. 2018. Hukum Minimum Liebig – sebuah ulasan dan aplikasi dalam
biologi kontemporer. J. Bumi Lestari, 18(1) : 28 – 32.

Putra, R. T., P. Ramadanti, D. M. Thoifur, H. Hestiningsih, R. R. Ramadhan, R. M.


Syahadat, dan P. T. Putra. 2018. Ecomparism, sebuah konsep perencanaan wisata
Pantai Teloek dalam–Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. J. Arsitektur
Lansekap, 4(2) : 233 – 242.

Anda mungkin juga menyukai