Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

HIDROLOGI

Disusun oleh :

Natasya Febrianti Br Sibarani 23020220140062

PROGRAM STUDI S1 AGROEKOTEKNOLOGI


DEPARTEMEN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan Praktikum Hidrologi dengan baik dan tepat waktu.

Penulis menggucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Susilo Budiyanto, M.

Si. selaku koordinator Praktikum Hidrologi yang telah membantu dalam

peyusunan Laporan Praktikum Hidrologi ini.

Demikian kata pengantar dari penulis sampaikan, penulis sangat

menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan untuk penyusunan

Laporan Praktikum Hidrologi lebih baik. Saya harap laporan ini bisa bermanfaat

bagi para pembaca.

Semarang, 12 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………………………………………………………. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… ii
DAFTAR TABEL............................................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang................................................................................. 1
1.2. Tujuan............................................................................................... 2
1.3. Kondisi Wilayah Kabupaten Sukoharjo........................................... 2
1.4. Kondisi Wilayah Kecamatan Mojolaban......................................... 3
BAB II. CURAH HUJAN KECAMATAN................................................... 4
BAB III. CURAH HUJAN WILAYAH........................................................ 5
BAB IV. KEBUTUHAN AIR TANAMAN................................................... 7
4.1. Hujan Efektif.................................................................................... 7
4.2. Kebutuhan Air Tanaman (Evaporasi).............................................. 8
4.3. Perhitungan Surplus dan Defisit ..................................................... 9
4.4. Model Thornthwaite-Mather ........................................................... 10
BAB V. POLA TANAM BERDASARKAN KONDISI AKTUAL............. 12
BAB VI. MODIFIKASI POLA TANAM..................................................... 13
BAB VII. KEBUTUHAN AIR IRIGASI...................................................... 14
BAB VIII. KESIMUPULAN........................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16
LAMPIRAN...................................................................................................... 19
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Curah Hujan Kecamatan 10 Tahun Terakhir........................................... 4


2. Curah Hujan Wilayah 10 Tahun Terakhir............................................... 5
3. Hujan Efektif Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang.......................... 7
4. Kebutuhan Air Tanaman Berdasarkan Pola Tanam................................. 8
5. Perhitungan Surplus dan Defisit............................................................... 9
6. ETP Tanaman Berdasarkan Model Thornthwaite-Mather.......................10
7. Pemetaan Pola Tanam di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang....... 12
8. Pemetaan Pola Tanam di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang....... 13
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Pengamatan Suhu di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang.................19


2. Pengamatan Curah Hujan di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang....20
3. Pengamatan Curah Hujan di Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang....21
4. Pengamatan Curah Hujan di Kecamatan Sluke, Kabupaten Rembang......22
5. Pengamatan Curah Hujan di Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang....23
6. Pengamatan Curah Hujan di Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang....24
7. Nilai Evapotranspirasi dan Kebutuhan Air Tanaman Kecamatan Lasem, 25
Kabupaten Rembang...................................................................................
8. Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman Kecamatan Lasem.........................26
9 Modifikasi Pola Tanam..............................................................................32
10. Kebutuhan Air Irigasi (KAI) .....................................................................34
11. Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman Kecamatan Lasem.........................35
12. Luas Lahan Sawah Kabupaten Rembang...................................................36
13. Peta Poligon Kabupaten Rembang.............................................................37
BAB I

PENDAHULUAN

Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui proses kondensasi, presipitasi,
evaporasi dan transpirasi. Air merupakan komponen penting yang sangat
dibutuhkan dalam setiap kehidupan makhluk hidup. Air sangat dibutuhkan oleh
mahluk hidup seperti hewan, manusia, dan tumbuhan . Tumbuhan sangat
membutuhkan air agar dapat tumbuhan dapat melakukan fotosintesis. Fotosistesis
bagi tumbuhan dilakukan untuk menghasilkan makanan mereka sehingga
tumbuhan dapat bertahan hidup. Air yang turun ke bumi adalah dalam bentuk air
hujan. Air hujan yang turun ke permukaan bumi pada suatu daerah dapat dihitung
yaitu disebut juga dengan curah hujan wilayah.
Kebutuhan air tanaman adalah kebutuhan air total yang akan diberikan pada
petak-petak pertanian tingkat tersier atau ke jaringan irigasi yang
merupakan kebutuhan air tanaman atau kebutuhan air untuk pengolahan tanah
atau disebut juga kebutuhan air di lapangan. Modifikasi pola tanam merupakan
Melakukan perubahan pemilihan pola tata tanam atau tanggal tanam dalam rangka
mengurangi kebutuhan air irigasi di sawah sehingga ada kemungkinan air dapat
dimanfaatkan untuk luas lahan lebih optimal lagi. Irigasi merupakan usaha
penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian
yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah,
irigasi pompa, dan irigasi tambak. Tujuan dari irigasi adalah menambah air di
lahan dan mencukupi kebutuhan air ketika tidak turun hujan. Pemberian air irigasi
yang efisien dipengaruhi oleh kebutuhan air agar tercapai kondisi air tersedia yang
dibutuhkan oleh tanaman.
Tujuan dari tugas hidrologi pola tanam adalah untuk melihat kebutuhan air
yang diperlukan dari pola tanam pada Kecamatan Tebing Tinggi. Manfaat dari
modifikasi pola tanam adalah untuk memberikan hasil yang lebih produktif.
BAB II
CURAH HUJAN KECAMATAN

Berdasarkan Lampiran 1. didapatkan hasil bahwa rata-rata curah hujan


Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo pada kurun waktu 10 tahun golong
rendah karena banyaknya bulan kering dengan rata-rata curah hujannya < 100
mm/bulan, hal tersebut mengakibatkan di Kecamatan Lasem terdapat lahan non
sawah atau kering sebesar 73,29% dan tersusun oleh beberapa batuan sedimen
napal, batu pasir, batu lempung, dan batu lempung gampingan sehingga lahan
kering tergolong cukup tinggi. Hal tersebut sesuai pendapat Dalimoenthe et al.
(2017) bahwa curah hujan yang rendah mengakibatkan tanah mengalami
kekeringan sehingga kemampuan tanah untuk menahan air sangat rendah.
Diperoleh rata- rata curah hujan di kecamatan Plumbon selama 10 tahun dari
tahun 2010 – 2019 didapatkan tipe iklim B3 yang termasuk basah. Curah hujan
rata-rata pada bulan januari, februari, maret dan juni termasuk bulan kering. Hal
ini sesuai dengan pendapat Wahid dan Usman (2017) bahwa curah hujan termasuk
rendah mempunyai nilai kurang dari 100 mm/bulan. Sedangkan, pada bulan mei
dengan rata-rata curah hujan lembab. Hal ini sesuai pendapat Syafei dan
Hidayanti (2014) bahwa bulan sedang merupakan bulan dengan jumlah curah
hujan anatara 100 – 200 mm/bulan. Curah hujan rata-rata pada bulan April, juli,
agustus, September, oktober, November, dan desember termasuk kedalam bulan
basah karena memiliki curah hujan yang tinggi dengan pendapat Supriyanti et al.
(2018) bahwa bulan tinggi merupakan bulan dengan curah hujan
anatara 300 – 500 mm/bulan. Curah hujan merupakan salah satu terpenting
dalam unsur iklim karena sangat penting bagi kehidupan bumi yang
dipengaruhi oleh faktor iklim. Hal ini sesuai pendapat Pradipta et al. (2013)
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya curah hujan adalah
penguapan suhu permukaan laut dan pergerakan angin akibat perubahan tekanan
udara.
BAB III
KEBUTUHAN AIR TANAMAN

4.1. Kebutuhan Air Tanaman (Evaporasi)

Tabel 2. Kebutuhan Air Tanaman Berdasarkan Pola Tanam


Umur Tanaman 90 Hari

Bln Kc ETC (mm/hari)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1,20 7,03
Jan
1,27 7,44

1,33 7,83
Feb
1,30 7,65

1,30 7,79
Mar
0,00 0,00

Penyiapan Lahan
Apr
0,50 2,99

0,75 4,48
Mei
1,00 5,37

1,00 5,37
Jun
0,82 4,41

0,45 2,42
Jul

Penyiapan Lahan
Agt

0,50 3,12
Sept
0,50 3,12

Okt 0,51 3,64


0,66 4,72

0,85 5,63
Nov
0,95 6,29

0,95 6,12
Des
0,55 3,54

Berdasarkan tabel 2. diketahui bahwa kebutuhan air pada tanaman padi


secara umum bahwa tanaman padi sangat membutuhkan curah hujan yang cukup
tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Paski et al. (2017) yang menyatakan bahwa
Tanaman padi sangat membutuhkan air untuk pertumbuhannya, air yang
dibutuhkan padi ≥ 200 mm per bulan. Padi sangat membutuhkan air yang cukup
banyak pada saat fase vegetatif dan generatif. Hal ini sesuai dengan Ezdward et al.
(2018) yang menyatakan bahwa tanaman padi membutuhkan air pada masa
pertumbuhan vegetative yaitu pada saat pertumbuhan tinggi tanaman dan pada
saat pertumbuhan generative pada saaat padi mulai berbunga sampai berbuah. Hal
ini sesuai dengan pendapat Hasanah et al. (2015) bahwa evapotranspirasi aktual
(ETC) merupakan nilai peting dalam memprediksi jumlah air irigasi dengan
koefisien tanaman (Kc) harus diketahui. Evapotranspirasi merupakan fluktuasi
dari parameter fisik tanah dimana akibat dari perlakuan muka air dengan
memberikan efek pada pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat
Manik et al. (2012) bahwa evapotranspirasi adalah unsur utama dalam
menghitung kebutuhan air tanaman yang kemdian menjadi dasar dalam
penjadwalan irigasi. Besaran nilai evapotranspirasi dipengaruhi oleh faktor jenis
tanaman dan tingkat pertumbuhan. Hal ini sesuai pendapat Fuadi et al. (2016)
bahwa faktor iklim yang mempengaruhi yaitu suhu, kelembaban udara, kecepatan
angin, radiasi matahari, dan garis lintang. Evapotranspirasi dapat dihitung dengan
rumus :

ETC = ETP Koreksi x Kc


BAB IV
POLA TANAM BERDASARKAN KONDISI AKTUAL

Tabel 3. Pemetaan Pola Tanam di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang.


Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

HE 11,82 11,67 9,44 8,51 4,56 2,65 2,68 0,50 1,78 4,50 8,78 6,99

Padi
(FAO)

Jagung

Sumber: Data Primer Praktikum Hidrologi Pertanian, 2021.


Keterangan:
HE : Curah hujan efektif (mm/hari)
LP : Label pemetaan warna untuk padi, warna untuk jagung,
warna untuk penyiapan lahan

Berdasarkan Tabel 3. diperoleh hasil bahwa pola tanam Kecamatan Lasem


Kabupaten Rembang adalah padi – bero yang mulai tanam dari bulan Desember
hingga Febuari dengan pengolahan tanah pada bulan November, dan bulan Maret
sampai Oktober terjadi masa bero. Masa bero yang terlalu lama hingga delapan
bulan dikarenakan jumlah curah hujan yang rata-rata <100 mm/bulan. Hal ini
sesuai pendapat Beja et al. (2015) bahwa musim kemarau yang panjang sehingga
jumlah air pada tanah juga mengalami kekeringan hal tersebutlah yang
menyebabkan dilakukannya masa bero tanah. Pola tanam dengan curah hujan
memiliki keterkaitan antar keduanya yaitu menentukan waktu yang tepat untuk
awal musim tanam dan akhir musim tanam. Hal ini sesuai pendapat Khodijah
(2015) bahwa curah hujan berkaitan dengan ketersediaan air bagi tanaman dan
akan mempengaruhi pola tanam petani khususnya jenis tanaman yang dipilih.
BAB V

MODIFIKASI POLA TANAM

Tabel 4. Pemetaan Pola Tanam di Kecamatan Pati, Kabupaten Sukoharjo.

Sumber : Data Primer Praktikum Hidrologi Pertanian, 2021.

Keterangan :
Peff : Hujan Efektif (mm/bulan)
LP : Label pemetaan warna untuk padi, warna untuk jagung, warna
untuk pengolahan tanah, warna untuk irigasi

Berdasarkan Tabel 8. diperoleh hasil bahwa modifikasi pola tanam


Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang yang awalnya padi – bero menjadi padi –
padi – palawija dengan tanam padi menjadi 2 kali dimulai dari bulan Desember –
Febuari dan bulan April – Juni, kemudian tanam jagung pada bulan Agustus –
Oktober dengan pengolahan tanah sebanyak tiga kali pada bulan Maret, Juli dan
November dengan bantuan irigasi karena kurangnya ketersediaan air. Hal ini
sesuai pendapat Sari et al. (2012) bahwa kebutuhan air dan efisiensi pengguaan air
dengan irigasi merupakan cara untuk memenuhi kebutuhan air terhadap cekaman
kekeringan. Sistem pola tanam pada lahan sawah dilakukan karena masih
rendahnya ketersedian air akbat dari rendahnya curah hujan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hasibuan (2011) bahwa kebutuhan irigasi untuk tanaman padi dan
jagung sangat tergantung dari berbagai faktor penyiapan lahan, pertumbuhan
tanaman, penentuan kehilangan air karena perlokasi, penentuan penggantian air
dan hujan efektif.
BAB VI

KEBUTUHAN AIR IRIGASI

Berdasarkan hasil analisis pola tanam berdasarkan kebutuhan air tanaman


Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang bahwa irigasi perlu dilakukan yaitu pada
pola tanam padi di bulan Mei dan Juni sebesar 5,66 mm/hari dan 5,71 mm/hari,
kemudian penanaman jagung selama tiga bulan sebesar 7,58 mm/hari; 7,28
mm/hari; dan 6,4 mm/hari, dengan irigasi untuk pengolahan tanah dilakukan tiga
kali pada bulan Maret 13,27 mm/hari, bulan Juli 15,98 mm/hari, dan bulan
November 15,01 mm/hari. Kebutuhan air dapat dilakukan dengan pengaliran
irigasi berasal dari sumber air. Hal ini sesuai pendapat Setiadi et al. (2018) yang
menyatakan bahwa irigasi merupakan upaya yang dilakukan untuk pengelolaan
dan penyediaan air dalam memenuhi kebutuhan pertanian. Jumlah air irigasi yang
terdapat pada lahan sawah sangat dipengaruhi oleh curah hujan. Hal ini sesuai
pendapat Perwitasari dan Bafdal (2016) bahwa kondisi ketersediaan air di lahan
pertanian dapat diketahui dengan menggunakan analisis neraca air. Neraca air
(waterbalance) merupakan neraca masukan dan keluaran air di suatu tempat pada
periode tertentu, sehingga dapat diketahui jumlah air tersebut mengalami
kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit).
Kebutuhan air irigasi dengan pengaliran yang bersumber dari air dapat
dilakukan dengan berbagai cara salah satunya yaitu irigasi tetes dan irigasi curah.
Hal ini sesuai pendapat Yanto et al. (2014) bahwa irigasi tetes merupakan metode
pemberian air pada tanaman secara langsung, baik pada areal perakaran tanaman
maupun pada permukaan tanah melalui tetsan secara kontinu dan perlahan. Irigasi
curah merupakan salah satu inovasi metode irigasi yang digunakan untuk lahan
kering. Hal ini sesuai pendapat Saptomo et al. (2013) bahwa irigasi curah
(verhead irrigation) adalah metode pemberian air irigasi pada permukaan tanah
melalui pipa-pipa bertekanan tinggi dan mencurahkannya ke udara dalam bentuk
butiran-butiran air kecil yang menyerupai hujan.
BAB VII

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis pola tanam berdasarkan kebutuhan air tanaman


Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang dapat disimpulkan adalah padi – bero
yang mulai tanam dari bulan Desember hingga Febuari dengan bulan Maret
sampai Oktober masa bero, dan pengolahan tanah pada bulan November. Dengan
pola tanam tersebut maka dilakukan modifikasi pola tanam Kecamatan Lasem
menjadi padi – padi- palawija yang dimulai dari bulan Desember- Febuari dan
bulan April – Juni, kemudian tanam jagung pada bulan Agustus – Oktober dengan
pengolahan tanah sebanyak tiga kali pada bulan Maret, Juli dan November dengan
memberikan irigasi tetes dan irigasi curah dalam memenuhi kebutuhan padi dan
jagung.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2018. Kabupaten Rembang dalam angka 2018. Rembang

Badan Pusat Statistik. 2019. Kabupaten Rembang dalam angka 2019. Rembang

Badan Pusat Statistik. 2020. Kabupaten Rembang dalam angka 2020. Rembang

Badan Pusat Statistik. 2021. Kabupaten Rembang dalam angka 2021. Rembang

Badan Pusat Statistik. 2018. Kecamatan Rembang dalam angka 2018. Rembang

Badan Pusat Statistik. 2019. Kecamatan Rembang dalam angka 2019. Rembang

Badan Pusat Statistik. 2020. Kecamatan Rembang dalam angka 2020. Rembang

Badan Pusat Statistik. 2021. Kecamatan Rembang dalam angka 2021. Rembang

Ayu, I. W., Prijono, S., dan Soemarno, S. 2013. Evaluasi ketersediaan air tanah
lahan kering di Kecamatan Unter Iwes, Sumbawa Besar. J. Indonesian of
Environment and Sustainable Development, 4 (1) : 18 – 25.

Beja, H. D., Mella, W. I. I., dan Soetedjo, I. P. 2015. Sistem tebas bakar dan
pengaruhnya terhadap komponen fisik kimia tanah serta vegetasi pada
ladang dan lahan bera (studi kasus di Desa Pruda kecamatan Waiblama
Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur). J. Keteknikan
Pertanian, 3 (2) : 129 – 136.

Dalimoenthe, S. L., Apriana, Y., dan June, T. 2017. Dampak perubahan iklim
terhadap pola curah hujan dan defisit air di perkebunan teh. J. Penelitian Teh
Dan Kina, 19 (2) : 20 – 26.

Djafar, H., Limantara, L. M., dan Asmaranto, R. 2015. Studi analisa kebutuhan
jumlah stasiun hujan berdasarkan evaluasi perbandingan antara analisa
hidrograf banjir dan banjir historis pada Das Limboto Provinsi Gorontalo.
Jurnal Teknik Pengairan: J. of Water Resources Engineering, 5 (2) : 172 –
181.

Fuadi, N. A., Purwanto, M. Y. J., dan Tarigan, S. D. 2016. Kajian kebutuhan air
dan produktivitas air padi sawah dengan sistem pemberian air secara sri dan
konvensional menggunakan irigasi pipa. J. Irigasi, 11 (1) : 23 – 32.

Hasanah, N. A. I., Setiawan, B. I., Arif, C., dan Widodo, S. 2015. Evaluasi
koefisien tanaman padi pada berbagai perlakuan muka air. J. Irigasi, 10 (2) :
57 – 68.
Hasibuan, S. H. 2011. Analisa kebutuhan air irigasi daerah irigasi sawah
Kabupaten Kampar. J. Aptek, 3 (1) : 97 – 102.

Hidayat, A. K., dan Empung, E. 2016. Analisis curah hujan efektif dan curah
hujan dengan berbagai periode ulang untuk wilayah Kota Tasikmalaya dan
Kabupaten Garut. J. Siliwangi Seri Sains dan Teknologi, 2 (2) : 121 – 126.

Irawan, P., Hendra, H., Ikhsan, J., Atmaja, S., dan Sari, N. K. 2020. Analisis dan
pemetaan isohyet curah hujan berbagai periode ulang tahun (puh) das
citanduy hulu. J. Akselerasi, 2 (1) : 13 – 23.

Khodijah, N. S. 2015. Hubungan antara perubahan iklim dan produksi tanaman


padi di lahan rawa Sumatera Selatan. Enviagro: J. Pertanian dan
Lingkungan, 8(2): 83 – 91.

Manik, T. K., Rosadi, R. B., dan Karyanto, A. 2012. Evaluasi metode Penman-
Monteith dalam menduga laju evapotranspirasi standar (ET0) di dataran
rendah provinsi lampung Indonesia. J. Keteknikan Pertanian, 26 (2) : 121 –
127.

Paski, J. A., Faski, G. I. S. L., Handoyo, M. F., dan Pertiwi, D. A. S. 2017.


Analisis neraca air lahan untuk tanaman padi dan jagung di Kota
Bengkulu. J. Ilmu Lingkungan, 15 (2) : 83 – 89.

Nuryanto, D. E., dan Rizal, J. 2013. Perbandingan evapotranspirasi potensial


antara hasil keluaran model ReGCM 4.0 dengan Perhitungan data
pengamatan. J. Meteorologi dan Geofisika, 14 (2) : 75 – 85 .

Nusantara, D. A. D., Nadiar, F., & Ansori, M. B. 2019. Perilaku berbagai data
iklim sebagai input tunggal untuk model jst dari evapotranspirasi potensial
harian penman-monteith. J. Ilmiah Teknik Sipil dan Teknik Kimia, 4 (2) :
139 – 146.

Perwitasari, S. D. N., dan Bafdal, N. 2016. Penjadwalan irigasi berbasis neraca air
pada sistem pemanenan air limpasan permukaan untuk pertanian lahan
kering. J. Keteknikan Pertanian, 4 (2) : 219 – 226.

Pradipta, N. S., Sembiring, P., dan Bangun, P. 2013. Analisis Pengaruh Curah
Hujan di Kota Medan. J. Saintia Matematika, 1 (5) : 459 – 468.

Pramesty, A. R. 2013. Perhitungan daya dukung lingkungan berdasarkan


ketersediaan air dan produktivitas lahan di Kecamatan Tujuh Belas
Kabupaten Bengkayang. J. Teknologi Lingkungan Lahan Basah, 2 (1) : 1 –
10.
Saptomo S. K., I. Rahmat, dan I. S. Budi. 2013. Irigasi curah otomatis berbasis
sistem pengendali mikro microcontroller system based automated sprinkle
irrigation. J. Irigasi, 8 (2) : 215 – 225.

Sari, A. N., Sujono, J., dan Jayadi, R. 2016. Perhitungan hujan efektif dengan
metode scs-cn dan pengaruhnya terhadap hidrograf satuan. J. Teknik Sipil,
8 (1) : 27 – 38.

Setiadi, D., dan Muhaemin, M. N. A. 2018. Penerapan internet of things (IoT)


pada sistem monitoring irigasi (Smart Irigasi). J. Teknologi Informasi dan
Elektronika, 3 (2) : 95 – 102.

Wilnaldo, A., Putra, Y. S., dan Adriat, R. 2020. Perbandingan metode perhitungan
evapotranspirasi potensial di Paloh Kabupaten Sambas Kalimantan Barat.
J. Prisma Fisika, 8 (3) : 165 – 171.

Windari, E. H., Faqih, A., dan Hermawan, E. 2012. El nino modoki dan
pengaruhnya terhadap perilaku curah hujan monsunal di Indonesia. J.
Meteorologi dan Geofisika, 13 (3) : 149 – 160.

Wulandari, S. 2020. Studi pengembangan metode poligon thiessen dengan


pembobotan linier terhadap bidang eksak pada perhitungan curah hujan
rerata daerah. J. rekayasa dan manajemen konstruksi, 8 (1) : 57 – 68.

Yanto, H., T. Ahmad., dan T. Sugeng. 2014. Aplikasi sistem irigasi tetes pada
tanaman kembang kol (Brassica Oleracea Var. Botrytis L. Subvar.
Cauliflora DC) dalam greenhouse. J. Teknik Pertanian Lampung, 3 (2) : 141
– 151.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengamatan Suhu di Kecamatan Pati, Kabupaten Pati


Tahun Rata- Rata
Bulan
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Januari 26,86 27,13 27,08 26,81 26,97 28,26 27,26 27,39 27,76 27,92 27.344
Februari 26,96 27,05 27,4 26,58 26,8 27,65 27,06 26,93 27,58 27,55 27.156
Maret 26,96 27,3 27,72 27,44 27,45 28,19 27,52 27,47 27,76 27,87 27.568
April 27,14 27,73 28,06 27,9 27,76 28,26 27,81 28,15 28,34 28,27 27.942
Mei 27,57 27.64 27,98 28,37 27,63 28,73 27,98 28,15 28,24 28,32 28.063
Juni 27,01 27,02 27,63 28.07 27,37 27,94 27,48 27,71 27,67 27,84 27.574
Juli 26,75 26,66 26,94 27,24 27,07 27,68 27,09 27,23 27,39 27,33 27.138
Agustus 26,88 27,12 26,98 27,12 27,34 27,63 27,35 27,58 27,44 27,62 27.306
September 27,65 27,94 27,48 27,76 27,98 27,82 28,19 28,15 27,67 28,18 27.882
Oktober 28,31 28,23 28,44 28,94 28,69 27,8 28,21 28,48 28,65 28,25 28.4
November 27,83 28,12 27,91 28,52 28,81 28,02 27,89 28,44 29,17 28,27 28.298
Desember 27,63 27,6 27,33 27,46 28,16 27,62 27,6 27,8 28,37 27,48 27.705
Jumlah 333.9 332.6 333.9 339.1 333.5 334.9 333.1 319.1 332.8 332.7
Rata-rata 27.9
27.3 27.46 27.58 27.69 27.67 27.97 27.62 27.8 28.01
Sumber: Data Badan Pusat Statistik Pati, 2021.
Lampiran 2. Pengamatan Curah Hujan di Kecamatan Pati Kabupaten Pati.
Rata-
Tahun Oldeman
Bulan Rata
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Januari 4686 275 417 344 344 602 311 822 460 354 861.5 BB

Februari 157 139 107 136 136 370 195 472 209 119 204 BB

Maret 222 176 180 181 181 182 180 385 149 204 204 BB

April 161 84 43 235 235 234 185 233 80 170 166 BL

Mei 169 179 143 248 243 365 254 397 197 161 235.6 BB

Juni 60 256 245 196 235 343 232 241 213 198 221.9 BB

Juli 68 69 81 80 79 96 308 90 55 0 92.6 BK

Agustus 58 79 178 197 134 163 129 58 68 14 107.8 BL

September 50 97 187 238 154 187 223 92 98 47 225.62 BL

Oktober 167 188 198 199 178 236 367 267 189 167 259.81 BB

November 138 205 189 196 196 334 447 552 197 353,5 272.67 BB

Desember 102 370 288 595 204 257 395 742 297 131 338.1 BB
Jumlah 5.643 1320 1231 2.097 2303 1669 3026 4035 1543 1342,5 Rata-
Mohr
Rata-rata 470,25 110 102,58 174,75 191,91 139,08 336,25 336,25 128,58 111,87 Rata
BK 2 0 1 0 0 0 0 1 1 3 0,6 2
Schmidt-
BL 3 4 1 1 1 1 0 2 3 0 1,3 2
Ferguson
BB 8 8 10 11 11 11 12 9 8 9 8,1 8

Sumber: Data Badan Pusat Statistik Pati, 2021.


Lampiran 3. Nilai Evapotranspirasi dan Kebutuhan Air Tanaman Kecamatan Pati, Kabupaten Pati
Hujan ETP* ETP** ETP
Hujan Hujan Hujan ETP
Suhu Wilayah (cm/bulan) (cm/bulam) Terkoreksi
Bulan I Wilayah Efektif Efektif F Terkoreksii
( C)
0
(mm/ (cm/
(mm/bulan) (mm/bl) (mm/hari) (mm/hari)
hari) bulan)
Januari 27.8 13.4 317,6 10,59 207 6,9 15,75 14,63 1,02 14,92 4,97
Febuari 27.8 13.4 231,4 7,71 145,4 4,84 15,75 14,63 0,93 13,63 4,53
Maret 27.7 13.3 210,9 7,03 96,6 3,22 15,51 14,55 1,03 14,98 4,99
April 28.0 13.6 157,3 5,24 114,2 3,81 16, 23 14,79 1,02 15,08 5,03
Mei 28.0 13.6 108,9 3,63 52,6 1,75 16,23 14,79 1,06 15,68 5,22
Juni 27.7 13.3 89,1 2,97 51 1,7 15,51 14,55 1,03 14,99 4,99
Juli 28.0 13.6 51,5 1,70 25,4 0,85 16, 23 14,79 1,06 15,68 5,23
Agustus 27.8 13.4 22,4 0,75 -5,2 - 0,17 15,74 14,63 1,05 15,36 5,12
September 27.6 13.2 31,2 1,04 3,8 0,13 15,27 14,46 1,01 14,60 4,87
Oktober 28.4 13.8 68,9 2,29 30,2 1,01 17,23 15,10 1,03 15,55 5,18
November 28.1 13.6 150,6 5,02 39 1,3 16, 48 14,87 0,99 14,72 4,91
Desember 27.9 13.5 270 9 191 6,4 15, 99 14,71 1,02 15,00 5
Sumber : Data Primer Praktikum Hidrologi Pertanian, 2021.
Lampiran 8. Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman Kecamatan Pati

Hujan Efektif (Peff)

Peff = 0,6 x CH – 10 (P < 60 mm/bulan)

Peff = 0,8 x CH – 25 (P > 60 mm/bulan)

Peff Jan = 0,8 x 290 – 25 Peff Okt = 0,8 x 69 – 25


= 207 mm/bulan = 30,2 mm/bulan
= 6,9 mm/hari = 1,01 mm/hari

Peff Feb = 0,8 x 213 – 25 Peff Nov = 0,8 x 80 – 25


= 145,4 mm/bulan = 39 mm/bulan
= 4,84 mm/hari = 1,3 mm/hari

Peff Mar = 0,8 x 152 – 25 Peff Des = 0,8 x 270 – 25


= 96,6 mm/bulan = 191 mm/bulan
= 3,22 mm/hari = 6,4 mm/hari

Peff Apr = 0,8 x 174 – 25


= 114,2 mm/bulan
= 3,81 mm/hari

Peff Mei = 0,8 x 97 – 25


= 52,6 mm/bulan
= 1,75 mm/hari

Peff Jun = 0,8 x 95 – 25


= 51 mm/bulan
= 1,7 mm/hari

Peff Jul = 0,6 x 59 – 10


= 25,4 mm/bulan
= 0,85 mm/hari

Peff Agust = 0,6 x 8 – 10


= – 5,2 mm/bulan
= – 0,17 mm/hari

Peff Sept = 0,6 x 23 – 10


= 3,8 mm/bulan
= 0,13 mm/hari
Indeks Heat (i)

t
Indeks Perbulan (i) = ( 5 ) 1,514

t 1,514
(i) Jan = ( 5 ) t 1,514
(i) Jul = ( 5 )
27,8 1,514
=( 5 ) 28 1,514
=( 5 )
=
13,4 =
13,6
t 1,514
(i) Feb = ( 5 )
t 1,514
27,8 1,514 (i) Agust = ( 5 )
=( 5 )
27,8 1,514
=
13,4 =( 5 )
=
13,4
t
(i) Mar = ( 5 )
1,514

27,7 t 1,514
=( 5 ) 1,514 (i) Sept = ( 5 )
= 27,6 1,514
13,3 =( 5 )
=
13,2
t 1,514
(i) Apr = ( 5 )
28 1,514 t 1,514
=( 5 ) (i) Okt = ( 5 )
= 28,4 1,514
13,6 =( 5 )
=
13,8
t 1,514
(i) Mei = ( 5 )
28 1,514 t
(i) Nov = ( 5 )
1,514
=( 5 )
= 28,1
13,6 =( 5 ) 1,514
=
13,6
t 1,514
(i) Jun = ( 5 )
27,7 1,514 t 1,514
=( 5 ) (i) Des = ( 5 )
= 27,9 1,514
13,3 =( 5 )
=
13,5
I = ∑ Indeks heat perbulan
= 13,4 + 13,4 + 13,3 + 13,6 + 13,6 + 13,3 + 13,6 + 13,4 + 13,2 + 13,8 + 13,6 + 13,5
= 161,7

Nilai a
a = 0,000000675 I3 – 0,0000771 I2 + 0,01792 I + 0,49239
= 0,000000675 (161,7)3 – 0,0000771 (161,7)2 + 0,01792 (161,7) + 0,49239
= 2,85 – 2,01 + 2,89 + 0,49239
= 4,22

ETP tidak dikoreksi a


10t
 ETP* (Suhu < 26,5) = 1,6 ( I )
4,22
10 x 27,8
ETP Jan = 1,6 ( 161,7 ) = 15,75

4,22
10 x 27,8
ETP Feb = 1,6 ( 161,7 ) = 15,75
4,22
10 x 27,7
ETP Mar = 1,6 ( 161,7 ) = 15,51

4,22
10 x 28
ETP Apr = 1,6 ( 161,7 ) = 16,23
4,22
10 x 28
ETP Mei = 1,6 ( 161 ,7 ) v = 16,23

4,22
10 x 27,7
ETP Jun = 1,6 ( 161 ,7 ) = 15,51
4,22
10 x 28
ETP Jul = 1,6 ( 161,7 ) = 16,23
4,22
10 x 27,8
ETP Agust = 1,6 ( 161,7 ) = 15,74

4,22
10 x 27,6
ETP Sep = 1,6 ( 161,7 ) = 15,27

10 x 28,4 4,22
ETP Okt = 1,6 ( 161,7 ) = 17,23
4,22
10 x 28,1
ETP Nov = 1,6 ( 161,7 ) = 16,48
4,22
10 x 27,9
ETP Des = 1,6 ( 161,7 ) = 15,99

 ETP** (Suhu > 26,5) = – 0,0433 t2 + 3,2244 t – 41,545

ETP Jan = – 0,0433 (27,8)2 + 3,2244 (27,8) – 41,545


= 14,63 cm/bulan

ETP Feb = – 0,0433 (27,8)2 + 3,2244 (27,8) – 41,545


= 14,63 cm/bulan

ETP Mar = – 0,0433 (27,7)2 + 3,2244 (27,7) – 41,545


= 14,55 cm/bulan

ETP Apr = – 0,0433 (28)2 + 3,2244 (28) – 41,545


= 14,79 cm/bulan

ETP Mei = – 0,0433 (28)2 + 3,2244 (28) – 41,545


= 14,79 cm/bulan

ETP Jun = – 0,0433 (27,7)2 + 3,2244 (27,7) – 41,545


= 14,55 cm/bulan

ETP Jul = – 0,0433 (28)2 + 3,2244 (28) – 41,545


= 14,79 cm/bulan

ETP Agust = – 0,0433 (27,8)2 + 3,2244 (27,8) – 41,545


= 14,63 cm/bulan

ETP Sept = – 0,0433 (27,6)2 + 3,2244 (27,6) – 41,545


= 14,46 cm/bulan

ETP Okt = – 0,0433 (28,4)2 + 3,2244 (28,4) – 41,545


= 15,10 cm/bulan

ETP Nov = – 0,0433 (28,1)2 + 3,2244 (28,1) – 41,545


= 14,87 cm/bulan

ETP Des = – 0,0433 (27,9)2 + 3,2244 (27,9) – 41,545


= 14,71 cm/bulan
= 14,72 cm/bulan
= 4,91 mm/hari

ETP Terkoreksi
ETP Terkoreksi = ETP X F

Jan = 14,63 x 1,02 Des = 14,71 x 1,02


= 14,92 cm/bulan = 15,00cm/bulan
= 4,97 mm/hari = 5 mm/hari

Feb = 14,63 x 0,93


= 13,63 cm/bulan
= 4,53 mm/hari

Mar = 14,55 x 1,03


= 14,98 cm/bulan
= 4,99 mm/hari

Apr = 14,79 x 1,02


= 15,08 cm/bulan
= 5,03 mm/hari

Mei = 14,79 x 1,06


= 15,68 cm/bulan
= 5,23 mm/hari

Jun = 14,55 x 1,03


= 14,99 cm/bulan
= 4,99 mm/hari

Jul = 14,79 x 1,06


= 15,68 cm/bulan
= 5,23 mm/hari

Agust = 14,63 x 1,05


= 15,36 cm/bulan
= 5,12 mm/hari

Sept = 14,46 x 1,01


= 14,60 cm/bulan
= 4,87 mm/hari

Okt = 15,10 x 1,03


= 15,55 cm/bulan
= 5,18 mm/hari

Nov = 14,87 x 0,99


ETC
ETC = ETP Terkoreksi (mm/hari) x Kc
Padi varietas unggul (FAO)

November Olah Tanah


E0 = ETP x 1,1
= 4,91 x 1,1
= 5,401

M = E0 x P
= 5,401 x 2
= 10,802

M xT 10,802 x 30
K =
S
=
300
= 1,0802
1,0802
2,7182
IR = 10,802 x = 16,31 mm/hari
2,7182−11,0802

ETC Des1 = 5 x 1,10


= 5,5 mm/hari

ETC Des2 = 5 x 1,10


= 5,5 mm/hari

ETC Jan1 = 4,97 x 1,05


= 5,22 mm/hari

ETC Jan2 = 4,97 x 1,05


= 5,22 mm/hari

ETC Feb1= 4,53 x 0,95


= 4,30 mm/hari

ETC Feb2 = 4,53 x 0,00


= 0,00 mm/hari

Jadi, pola tanam yang dilakukan adalah padi – bero yang dimulai dari bulan
Desember – Febuari, kemudian bero pada Maret – Oktober dengan pengolahan tanah
pada bulan November.
Lampiran 9. Modifikasi Pola Tanam

Maret Olah Tanah


E0 = ETP x 1,1
= 4,99 x 1,1
= 5,489

M = E0 x P
= 5,489 x 2
= 10,978

M xT 10,978 x 30
K =
S
=
300
= 1,0978
1,0978
2,7182
IR = 10,978 x = 16,49 mm/hari
2,7182−11,0978

PAI (Pemberian Air Irigasi)


PAI Mar = KAI – Peff
= 16,49 – 3,22
= 13,27 mm/hari

Juli Olah Tanah


E0 = ETP x 1,1
= 5,23 x 1,1
= 5,753

M = E0 x P
= 5,753 x 2
= 11,506

M xT 11,506 x 30
K =
S
=
300
= 1,1506
1,1506
2,7182
IR = 11,506 x = 16,83 mm/hari
2,7182−11,1506

PAI (Pemberian Air Irigasi)


PAI Jul = KAI – Peff
= 16,83 - 0,85
= 15,98 mm/hari
November Olah Tanah
E0 = ETP x 1,1
= 4,91 x 1,1
= 5,401

M = E0 x P
= 5,401 x 2
= 10,802

M xT 10,802 x 30
K =
S
= 300
= 1,0802
1,0802
2,7182
IR = 10,802 x = 16,31 mm/hari
2,7182−11,0802

PAI (Pemberian Air Irigasi)


PAI Nov = KAI – Peff
= 16,31 – 1,3
= 15,01 mm/hari

Modifikasi Pola Tanam


ETC = ETP Terkoreksi (mm/hari) x Kc

Padi FAO varietas unggul (90 hari)


ETC Apr1 = 5,03 x 1,10= 5,5 mm/hari defisit : - 1,69
ETC Apr2 = 5,03 x 1,10 = 5,5 mm/hari defisit : - 1,69

ETC Mei1= 5,23 x 1,05 = 5,5 mm/hari defisit : - 3,75


ETC Mei2 = 5,23 x 1,05 = 5,5 mm/hari defisit : - 3,75

ETC Jun1 = 4,99 x 0,95 = 4,7 mm/hari defisit : - 3


ETC Jun2 = 4,99 x 0,00 = 0,00 mm/hari Surplus : 4,99
Juli Olah Tanam
Jagung (90 hari)
ETC Agust1 = 5,12 x 0,50 = 2,6mm/hari defisit : - 2,77
ETC Agust2 = 5,12 x 0,59 = 3 mm/hari defisit : - 3,17

ETC Sep1 = 4,87 x 0,50 = 2,4 mm/hari defisit : - 2,17


ETC Sepr2 = 4,87 x 0,59 = 2,9 mm/hari defisit : - 2,77

ETC Okt1 = 5,18 x 0,96 = 4,9 mm/hari defisit : - 3,89


ETC Okt2 = 5,18 x 1,05 = 5,4 mm/hari defisit : - 4,39
Jadi pola tanam pada awalnya padi – bero dimodifikasi menjadi padi – padi – palawija
Lampiran 10. Kebutuhan Air Irigasi

H = 10 mm/hari = 0,01 m/hari


T = 5 jam/hari = 18.000 detik
A = 7.801 ha
L = 0,25

KAI Padi FAO varietas unggul

HxA
Q1 = x 10000
T
0,01 x 7801
= x 10000
18000
= 43,34 m3/detik/ha
= 43.340 L/detik/ha

Q1
Q2 =
1−L

PAI Jagung
Agust = KAI – Peff
= 7,41 – (0,17)
= 7,58 mm/hari

Sept = KAI – Peff


= 7,41 – 0,13
= 7,28 mm/hari

Okt = KAI – Peff


= 7,41 – 1,01
= 6,4 mm/hari
43.340
=
1−0,25
= 57.786,67 L/detik/7.801 ha
= 7,41 L/detik/ha

PAI Padi FAO var. Unggul

Mei = KAI – Peff


= 7,41 – 1,75
= 5,66 mm/hari

Jun = KAI – Peff


= 7,41 – 1,7
= 5,71 mm/hari

Anda mungkin juga menyukai