Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENGENALAN KELITBANGAN

BIDANG SUMBER DAYA AIR

“PERENCANAAN LOKASI DAN TIPE BENDUNG”

NAMA : MASRI

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat dan kurnia-
Nya lah, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Perencanaan
Lokasi Dan Tipe Bendung” sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
menyelesaikan Kegiatan Pengenalan Kelitbangan Bidang Sumber Daya Air.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih banyak kekurangan dengan
keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun agar
menjadi pelajaran dikemudian hari bagi penulis. Namun penulis berusaha sebaik
mungkin dalam pembuatan laporan ini sesuai dengan kemampuan dan pengalaman.
Semoga tersusunnya laporan ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita
semua.

Bandung, Juli 2018

Masri

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... v
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Permasalahan.................................................................................................................. 3
1.3 Tujuan dan Manfaat ........................................................................................................ 3
STUDI PUSTAKA .............................................................................................................. 4
2.1 Umum ........................................................................................................................... 4
2.2 Syarat-syarat Penentuan Lokasi Bendung .................................................................... 4
2.2.1. Pertimbangan Topografi ................................................................................... 4
2.2.2. Pertimbangan Geologi Teknik ........................................................................... 5
2.2.3. Pengaruh hidraulik ............................................................................................ 5
2.2.4. Pengaruh regime sungai ................................................................................... 6
2.2.5. Tingkat kesulitan saluran induk ........................................................................ 6
2.2.6. Lahan untuk bangunan pelengkap bendung..................................................... 7
2.2.7. Pertimbangan Luas Layanan Irigasi ................................................................... 7
2.2.8. Luas daerah tangkapan air ................................................................................ 8
2.2.9. Tingkat kemudahan pencapaian lokasi ............................................................. 8
2.2.10. Biaya pembangunan ......................................................................................... 8
2.2.11. Kesepakatan Pemangku Kepentingan (Stakeholder) ........................................ 9
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................. 10
3.1 Kondisi topografi wilayah dan kondisi luas daerah tangkapan sungai ................... 11
3.2 Kondisi geoteknik .......................................................................................................... 12
3.3 Kondisi Hidraulika dan regime sungai ........................................................................... 12
3.5 Tingkat kesulitan saluran induk dan luas layanan irigasi .............................................. 13
3.6 Ketersedian lahan untuk bangunan pelengkap ...................................................... 14

iii
3.7 Akses ke lokasi proyek................................................................................................. 14
3.8 Kesepakatan pemangku kepentingan (stakeholder) .................................................... 15
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................. 16
4.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 16
4.2 Saran ............................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 17

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta DAS Cimanuk ........................................................................... 2


Gambar.3.1 peta lokasi perencanaan bendung ...................................................... 11
Gambar.3.2 peta topografi lokasi perencanaan bendung ...................................... 11
Gambar 3.3 Peta Geologi lokasi bendung ............................................................. 12
Gambar 3.4 Peta situasi lokasi bandung ............................................................... 13
Gambar 3.5 Perubahan kemiringan dasar sungai .................................................. 13
Gambar 3.6 Peta tata guna lahan daerah perencanaan bendung ........................... 14
Gambar 3.7 Peta akses ke lokasi perencanaan bendung ....................................... 14

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Daerah aliran sungai (DAS) Cimanuk merupakan salah satu penopang utama sumber
daya air di provinsi Jawa Barat. DAS Cimanuk merupakan sungai ketiga terbesar di
Provinsi Jawa Barat. DAS Cimanuk membujur dari selatan ke utara, berhulu di Kabupaten
Garut dan Kabupaten Sumedang dan bermuara di Kabupaten Indramayu.
Sungai Cimanuk merupakan sungai utama di DAS Cimanuk dengan panjang sungai
358 km dan luas saat ini 3.483,66 km2. DAS Cimanuk meliputi 4 (empat) kabupaten yang
terdiri dari 68 kecamatan. Wilayah yang dilalui oleh DAS Cimanuk yaitu Kabupaten
Garut, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Indramayu.
Luas DAS Cimanuk yaitu 341.453 Ha. DAS Cimanuk terdiri dari 3 sub DAS yaitu :
- Sub DAS Cimanuk Hulu
Cimanuk Hulu dengan luas 145.77 Ha yang berada di Kabupaten Garut dan
Sumedang dengan mata air yang berasal dari Gunung Papandayan.
- Sub DAS Cimanuk Tengah
Cimanuk Tengah dengan luas 114 Cimanuk Tengah dengan luas 114.477 Ha yang
berada di Kabupaten Sumedang dan Majalengka.
- Sub DAS Cimanuk Hilir
Cimanuk Hilir dengan luas 81.299 Ha yang berada di Wilayah Indramayu.
Masyarakat di sepanjang aliran DAS Cimanuk memanfaatkan sungai untuk pertanian
dan perikanan. Potensi DAS Cimanuk sangat dibutuhkan untuk mengairi irigasi
masyarakat. DAS Cimanuk juga dimanfaatkan untuk air baku masyarakat dan kebutuhan
industri.
Untuk menunjang kebutuhan pengairan di daerah DAS Cimanuk, maka perlu dibangun
bendung baik pada sungai utama maupun pada anak sungai. Pemilihan lokasi bendung
baik disungai utama maupun pada anak sungai didasarkan dari kriteria - kriteria tertentu
dari KP-02. Pemilihan lokasi bendung sangat penting agar desain bendung yang akan

1
dibangun menjadi maksimal fungsinya baik dalam sebagai konservasi air, pendayagunaan
air, maupun penanggulangan daya rusak air.

Gambar 1.1 Peta DAS Cimanuk

2
1.2 Permasalahan
DAS Cimanuk merupakan DAS yang sangat penting bagi masyarakat Jawa Barat.
Sumber daya air yang ada sebaiknya bisa dimanfaatkan dengan optimal sehingga tidak
terbuang sia-sia.

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari laporan ini ialah untuk mendapatkan lokasi untuk pembangunan
berdasarkan lokasi bendung yang sudah didapat maka dapat ditentukan parameter lainnya
seperti parameter lebar bendung yang akan dibangun, parameter kemiringan tebing
sungai, bentuk penampang sungai, dan kemiringan dasar.

3
BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1 Umum
Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah studi kasus dengan
menghimpun data dari berbagai sumber seperti internet dan jurnal ilmiah. Laporan ini
membahas mengenai kriteria pemilihan lokasi perencanaan bendung.

2.2 Syarat-syarat Penentuan Lokasi Bendung


Sebelum memulai pelaksanaan model, harus dilakukan pemilihan lokasi untuk tata
letak umum Bendung. Lokasi bendung tetap permanen bagi dipilih yang
menguntungkan dari berbagai aspek seperti perencanaan, pengamanan bendung,
pelaksanaan, pengoperasian, dampak pembangunan (Sumber : Marpaung Petrus, 2012,
http://petergo-civilengineering.blogspot.com/2012/04/waduk-dan-tenaga-air.html :
diakses pada sabtu 2 Juni , 2018, 3:06:01 PM). berikut ini ialah penjabaran dari syarat
– syarat penentuan lokasi bendung.

2.2.1. Pertimbangan Topografi


Topografi adalah keadaan muka bumi pada suatu kawasan atau daerah (Sumber
Sumber : KBBI,2016).Topografi dari suatu wilayah menjadi hal yang sangat penting
dalam perencanaan karena berhubungan dengan elevasi lokasi bendung dan juga
elevasi daerah yang mendapat manfaat dari pembangunan bendung. Pertimbangan
topografi untuk pemilihan lokasi bendung secara garis besar harus memperhatikan hal
– hal sebagai berikut (Sumber : KP-02, 2010,hal 65):
- Topografi sebaiknya dipilih lembah sempit dan tidak terlalu dalam dengan
mempertimbangkan topografi di daerah tangkapan air maupun daerah layanan irigasi.
- Topografi pada lokasi yang direncanakan sangat mempengaruhi perencanaan
dan biaya pelaksanaan bangunan utama: harus cukup tempat di tepi sungai untuk
membuat kompleks bangunan utama termasuk kantong lumpur dan bangunan
pembilas.

4
- Topografi sangat mempengaruhi panjang serta tata letak tanggul banjir dan
tanggul penutup,
- Topografi harus dipelajari untuk membuat perencanaan trase saluran primer
yang tidak terlalu mahal.

2.2.2. Pertimbangan Geologi Teknik


Geologi Teknik aplikasi geologi untuk kepentingan keteknikan, yang menjamin
pengaruh faktor-faktor geologi terhadap lokasi, desain, konstruksi, pelaksanaan
pembangunan (operation) dan pemeliharaan hasil kerja keteknikan (sumber: Attewell
dan Farmer, 1976, Hal xi). pertimbangan geologi Teknik didapat dari penyelidikan
geologi Teknik antara lain pemetaan geologi, pemboran inti, pengujian penetrasi
(SPT), pengujian permeabilitas, pengambilan Undisturbed Sample (UDS), sondir, dan
test pit (1). Pertimbangan geologi teknik untuk pemilihan lokasi bendung secara garis
besar harus memperhatikan hal – hal sebagai berikut (Sumber : KP-02, 2010, Hal 65):
- Keadaan geoteknik pondasi bendung harus terdiri dari formasi batuan yang
baik dan mantap. Pada tanah aluvial kemantapan pondasi ditunjukkan dengan angka
Standart Penetration Test (SPT) > 40. Bila angka SPT < 40 sedang batuan keras jauh
di bawah permukaan, dalam batas-batas tertentu dapat dibangun bendung dengan tiang
pancang. Namun jika tiang pancang terlalu dalam dan mahal sebaiknya
dipertimbangkan pindah lokasi.
- Geoteknik sebaiknya dipilih dasar sungai yang mempunyai daya dukung kuat,
stratigrafi lapisan batuan miring ke arah hulu, tidak ada sesar aktif, tidak ada erosi
buluh, dan dasar sungai hilir bendung tahan terhadap gerusan air. Di samping itu
diusahakan keadaan batuan tebing kanan dan kiri bendung cukup kuat dan stabil serta
relatif tidak terdapat bocoran samping.

2.2.3. Pengaruh hidraulik


Kondisi hidraulik mempengaruhi proses terjadinya agradasi dan degradasi pada
sungai yang akhirnya dapat mempengaruhi umur dari suatu bangunan bendung
(sumber: Graff, WH dan MS, Altinakar.1998, Hal 358). Pertimbangan pengaruh

5
hidraulik untuk pemilihan lokasi bendung secara garis besar harus memperhatikan hal
– hal sebagai berikut (Sumber : KP-02, 2010, Hal 66):
- Kondisi hidraulik sebaiknya dipilih bagian sungai yang lurus.
- Jika bagian sungai lurus tidak didapatkan, lokasi bendung ditolerir pada belokan
sungai; dengan syarat posisi bangunan intake harus terletak pada tikungan luar dan
terdapat bagian sungai yang lurus di hulu bendung.
- Jika kondisi hidraulik tersebut tidak terpenuhi perlu dipertimbangkan pembuatan
bendung di sudetan (kopur) atau dilakukan rekayasa perbaikan sungai (river
training).
- Jika alternatif sudetan yang dipilih maka bagian hulu bendung pada sudetan harus
lurus dan cukup panjang untuk mendapatkan keadaan hidraulis yang cukup baik.

2.2.4. Pengaruh regime sungai


regime sungai mempengaruhi perubahan debit sungai tiap tahunnya (Sumber:
Geography from KS3 to IB, 2018, https://www.jkgeography.com/factors-affecting-
river-regimes.html diakses Selasa 17 Juli, 2018, 12:58:30 AM). Regime sungai
berhubungan erat dengan kondisi kemiringan dasar sungai yang merupakan parameter
dari kecepatan aliran dari sebuah sungai. Pemilihan lokasi aliran dengan perubahan
kemiringan sungai yang mendadak perlu dihindari, karena pada lokasi ini akan
terjadi endapan atau gerusan yang tinggi(Sumber : KP-02, 2010, Hal 67).

2.2.5. Tingkat kesulitan saluran induk


pemilihan lokasi bendung harus memperhatikan tingkat kesulitan saluran induk
dengan memperhatikan hal – hal sebagai berikut (Sumber : KP-02, 2010, hal 68):
- Lokasi bendung dipilih sedemikian sehingga pembangunan saluran induk dekat
bendung tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mahal.
- Apabila lokasi bendung dikaki bukit, maka saluran induk biasanya berupa
saluran kontur pada kaki bukit yang pelaksanaannya tidak terlalu sulit. Namun hal ini
biasanya elevasi mercu bendung sangat terbatas, sehingga luas layanan irigasi juga
terbatas. Hal ini disebabkan karena tinggi bendung dibatasi 6-7 m saja.

6
- Untuk mengejar ketinggian dalam rangka mendapatkan luas layanan yang lebih
luas, biasanya lokasi bendung digeser ke hulu → saluran induk harus menyusuri tebing
terjal dengan galian yang cukup tinggi. Usahakan ketinggian galian < 8 m dan
timbunan < 6 m.
- Apabila volume batuan besar dan harus digali dengan teknik peledakan → biaya
mahal, sehingga lokasi bendung digeser sedikit ke hilir untuk mendapatkan solusi yang
kompromis antara luas area yang didapat dan kemudahan pembuatan saluran induk.

2.2.6. Lahan untuk bangunan pelengkap bendung


pemilihan lokasi bendung harus memperhatikan ketersedian lahan untuk
bangunan pelengkap dengan memperhatikan hal – hal sebagai berikut (Sumber : KP-
02, 2010, hal 69):
- Lokasi bendung harus mempertimbangkan lahan untuk keperluan bangunan
pelengkap bendung, terutama bangunan penangkap sedimen dan saluran penguras,
biasanya memerlukan panjang 300 - 500 m dengan lebar 40 - 60 m, di sisi kiri dan/atau
kanan tubuh bendung.
- Lahan tambahan diperlukan untuk satu kantor, satu gudang dan 2-3 rumah
penjaga bendung. Pengalaman selama ini sebuah rumah penjaga bendung tidak
memadai, karena penghuni tunggal akan terasa jenuh dan cenderung meninggalkan
lokasi.

2.2.7. Pertimbangan Luas Layanan Irigasi


Pertimbangan luas layanan irigasi perlu dicermati sebelum diambil keputusan final
lokasi bangunan bendung (Sumber: Soekrasno.S, 2015, Hal 36). Pertimbangan luas
layanan irigasi untuk pemilihan lokasi bendung secara garis besar harus memperhatikan
hal – hal sebagai berikut (Sumber : KP-02, 2010,hal 69):
- Penentuan kombinasi tinggi bendung dan luas Lokasi bendung harus dipilih
sedemikian sehingga dapat memberikan luas layanan yang memadai terkait dengan
kelayakan sistem irigasi. Lokasi bendung ke arah hulu akan mendapatkan luas layanan
cenderung lebih besar dari hilir bendung. Namun demikian justifikasi dilakukan untuk
mengecek hubungan antara tinggi luas layanan irigasi.

7
- Tinggi bendung sebaiknya dibatasi 6 – 7 m.

2.2.8. Luas daerah tangkapan air


pemilihan lokasi bendung harus memperhatikan luas daerah tangkapan air sungai
untuk lokasi bendung dengan memperhatikan hal – hal sebagai berikut (Sumber : KP-
02, 2010, hal 70):
- Lokasi bendung harus dipilih dengan mempertimbangkan luas daerah
- tangkapan, terkait dengan debit andalan yang didapat dan debit banjir yang
mungkin terjadi. Pada percabangan sungai, lokasi bendung harus dipilih sebelah
hulu atau hilir cabang anak sungai.
- Pemilihan sebelah hilir akan mendapatkan daerah tangkapan air dan debit
andalan lebih besar, yang muaranya akan mendapatkan potensi irigasi lebih besar.
Namun pada saat banjir elevasi deksert harus tinggi untuk menampung banjir 100
tahunan ditambah tinggi jagaan (free board) atau menampung debit 1.000 tahunan
tanpa tinggi jagaan.
- Lokasi di hulu anak cabang sungai akan mendapatkan debit andalan dan debit
banjir relatip kecil, namun harus membuat bangunan silang sungai untuk
membawa air ke hilirnya.
- Kajian teknis, ekonomis, dan sosial harus dilakukan dalam memilih lokasi
bendung terkait dengan luas daerah tangkapan air.

2.2.9. Tingkat kemudahan pencapaian lokasi


Lokasi bendung harus relatif mudah dicapai untuk keperluan mobilisasi alat dan
bahan untuk pembangunan fisik maupun operasi dan pemeliharaan serta juga mudah
diinspeksi ( Sumber : KP-02, 2010, hal 70).

2.2.10. Biaya pembangunan


Biaya pembangunan adalah komponen terakhir yang dipertimbangan terakhir
untuk dapat memastikan lokasi bendung layak dilaksanakan. Dalam pemilihan lokasi
bendung, perlu adanya pertimbangan pemilihan beberapa alternatif lokasi, dengan
memperhatikan faktor dominan. Pada akhirnya dipilih lokasi bendung dengan biaya
konstruksi minimal dan memberikan output yang optimal (Sumber : KP-02, 2010, 71).

8
2.2.11. Kesepakatan Pemangku Kepentingan (Stakeholder)
Pemilihan lokasi bendung harus berdasarkan Kesepakatan Pemangku Kepentingan
(Stakeholder) dengan memperhatikan hal – hal sebagai berikut (Sumber: KP-02, 2010,
hal 71):
- Sesuai amanat dalam UU No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air dan Peraturan
Pemerintah No. 20/2006 tentang Irigasi bahwa keputusan penting dalam
pengembangan sumberdaya air atau irigasi harus didasarkan kesepakatan pemangku
kepentingan lewat konsultasi publik.
- Untuk itu keputusan mengenai lokasi bendungpun harus dilakukan lewat
konsultasi publik, dengan menyampaikan seluas-luasnya mengenai alternatif-
alternatif lokasi, tinjauan dari aspek teknis, ekonomis, dan sosial.
- Keuntungan dan kerugiannya, dampak terhadap para pemakai air di hilir
bendung, keterpaduan antar sektor, prospek pemakaian air di masa datang harus
disampaikan pada pemangku kepentingan terutama masyarakat tani yang akan
memanfaatkan air irigasi.

9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam perencanaan lokasi bendung terdapat beberapa syarat - syarat yaitu sebagai
berikut :
a) Pertimbangan topografi
b) Kemantapan geoteknik pondasi bendung
c) Pengaruh hidraulik
d) Pengaruh regime sungai
e) Tingkat kesulitan saluran induk
f) Lahan untuk bangunan pelengkap bendung
g) Luas layanan irigasi
h) Luas daerah tangkapan air
i) Tingkat kemudahan pencapaian lokasi
j) Biaya pembangunan
k) Kesepakatan pemangku kepentingan (stakeholder)

Berdasarkan persyaratan yang ada maka dipilihlah lokasi bendung pada DAS Cimanuk
SubDAS Cipeles yang terletak pada koordinat 6°47'22.00"LS dan 108° 5'11.18" BT Gambar
3.1 memperlihatkan peta lokasi perencanaan bendung.

10
Gambar.3.1 peta lokasi perencanaan bendung

lokasi perencanaan yang dipilih terletak Desa Bogel Kecamatan Tomo, Kabupaten
Sumedang Provinsi Jawa Barat. Lokasi yang dipilih berada pada bagian hilir Sungai
Cipeles.

3.1 Kondisi topografi wilayah dan kondisi luas daerah tangkapan sungai
Lokasi pembangunan bendung berada di daerah hilir dan tanahnya relatif landai.
Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 3,2.

Gambar.3.2 peta topografi lokasi perencanaan bendung

11
Pembangunan bendung pada daerah hulu memiliki kelebihan yaitu didapat wilayah
layanan irigasi yang lebih luas namun luas berimplikasi pada luas genangan banjir yang
lebih luas. Genangan banjir yang lebih luas bisa atasi dengan perencanaan bendung
menggunakan debit banjir 100 tahun ditambah dengan freeboard.

3.2 Kondisi geoteknik


Pada daerah lokasi rencana pembangunan bendung di dominasi oleh endapan lumpur
dan alluvial. Dari kondisi tersebut maka dipilihlah lokasi perencanaan dimana nilai SPT
>40. Gambar 3.3 menunjukkan peta geologi dari lokasi bendung.

Gambar 3.3 Peta Geologi lokasi bendung

3.3 Kondisi Hidraulika dan regime sungai


Lokasi perencanaan pembangunan bendung berada pada sungai yang relatif tidak
terlalu lengkung sehingga bisa didapat kondisi hidrolika yang baik. Gambar 3.4
menunjukkan situasi lokasi bendung.

12
Gambar 3.4 Peta situasi lokasi bandung

Perubahan kemiringan dasar sungai secara garis besar tidak signifikan pada lokasi
perencanaan bendung sehingga perubahan regime relatif kecil. Gambar 3.5 menunjukkan
perubahan kemiringan sungai.

Gambar 3.5 Perubahan kemiringan dasar sungai

3.5 Tingkat kesulitan saluran induk dan luas layanan irigasi


Saluran induk dibangun sedekat mungkin dengan bendung sehingga biaya
pembangunan tidak terlalu mahal.luas layanan irigasi yang dialiri relatif kecil dikarenakan
bendung dibangun di hilir.

13
3.6 Ketersedian lahan untuk bangunan pelengkap
Ketersedian lahan untuk bangunan pelengkap tersedia namun harus dilakukan
pembebasan lahan karena lahan yang tersedia umumnya merupakan lahan tegalan.
Gambar 3.6 memperlihatkan peta tata guna lahan pada daerah perencanaan bendung.

Gambar 3.6 Peta tata guna lahan daerah perencanaan bendung

3.7 Akses ke lokasi proyek


Akses ke lokasi proyek relatif mudah dikarenakan lokasi proyek dekat dengan
akses jalan besar. Gambar 3.7 memperlihatkan akses jalan menuju rencana proyek
bendung.

: Jalan Akses

Gambar 3.7 Peta akses ke lokasi perencanaan bendung

14
3.8 Kesepakatan pemangku kepentingan ( stakeholder)
Perencanaan dibangun dengan tujuan memberikan manfaat untuk para pemangku
kepentingan. Upaya pencapaian tujuan dari perencanaan ini didapat setelah adanya
kesepakatan dari pemangku kepentingan. Kesepakatan yang dibuat juga berguna untuk
menghindari konflik kepentingan.

15
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dalam perencanaan lokasi bendung terdapat beberapa syarat - syarat yaitu sebagai
berikut:
a) Pertimbangan topografi
b) Kemantapan geoteknik pondasi bendung
c) Pengaruh hidraulik
d) Pengaruh regime sungai
e) Tingkat kesulitan saluran induk
f) Lahan untuk bangunan pelengkap bendung
g) Luas layanan irigasi
h) Luas daerah tangkapan air
i) Tingkat kemudahan pencapaian lokasi
j) Biaya pembangunan
k) Kesepakatan pemangku kepentingan (stakeholder)
Berdasarkan pertimbangan kesebelas syarat diatas, maka dipilihlah lokasi
perencanaan bendung pada hilir Sungai Cipeles yang terletak pada koordinat
6°47'22.00"LS dan 108° 5'11.18" BT. Letak administratif lokasi perencanaan bendung
yaitu Desa Bogel Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat. Lokasi
perencanaan bendung di dominasi oleh endapan lumpur dan alluvial serta memiliki bentuk
alur sungai yang relatif lurus.

4.2 Saran
Perencanaan lokasi merupakan bagian penting dalam perencanaan bendung .
Penentuan lokasi rencana bendung harus dilakukan dengan memenuhi syarat syarat
penentuan lokasi sehingga bendung bisa mencapai umur rencananya dan bermanfaat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Attewell, PB dan IW, Farmer.1976. Principles Of Engineering Geology. New York:


John Wiley & Sons.Inc
Geography from KS3 to IB,2018. (https://www.jkgeography.com/factors-affecting-
river-regimes.html diakses Selasa 17 Juli, 2018, 12:58:30 AM).
Graff, WH dan MS, Altinakar.1998. Fluvial hydraulics: flow and transport processes
in channels of simple geometry. New York: John Wiley & Sons.Inc
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.2010. Pola Pengelolaan
Sumber Daya Air Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung. Jakarta: Badan
Penerbit P.U
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2010. Standar Perencanaan
Irigasi (KP-02). Jakarta: Badan Penerbit P.U
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Marpaung,Peter. Waduk dan tenaga Air. 2012 (http://petergo-
civilengineering.blogspot.com/2012/04/waduk-dan-tenaga-air.html diakses 2
juni 2018, 3:06:01 PM)
Peraturan Pemerintah No. 20/2006 tentang Irigasi
Sastrohardjono, Soekrasno. 2015. Sebelas Syarat Penentuan Lokasi Bendung Irigasi.
Jurnal Irigasi – Vol. 10, No. 1, Mei 2015. PP 33-40
Undang - Undang No. 7/2004 Tentang Sumber Daya Air

17

Anda mungkin juga menyukai