Anda di halaman 1dari 19

TUGAS

REKAYASA IRIGASI II

Dikerjakan Oleh:
DHANY GUNAWAN
NIM. H1A114207

Dosen Pembimbing:
Ir. Busera Atharis
NIP. 19510412 198703 1 001

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL
BANJARBARU

2018
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................ 2
1.4 Manfaat ...................................................................................... 3
1.5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ................................................ 3
1.6 Metoda Penyusunan Laporan ..................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI .............................................................. 4

2.1 Pengertian Bendung ................................................................... 4


2.2 Klasifikasi Bendung ................................................................... 5
2.3 Tata letak dan Bagian-bagian Bendungan .................................. 5

BAB III PEMBAHASAN .................................................................... 11

3.1 Letak Bendung Karang intan 11


........................................................
3.2 Kondisi Bendung Karang intan 11
....................................................
3.3 Bagian-bagian Bendung ........................................................... 13
3.4 Fungsi Bendung Karang intan 18
......................................................
3.5 Perawatan Bendung Karang intan 18
................................................
3.6 Kegiatan Penggantian .............................................................. 20
3.7 Petugas Bendung ...................................................................... 21

BAB IV PENUTUP .............................................................................. 22

4.1 Kesimpulan .............................................................................. 22


4.2 Saran ........................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 23


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan sumber daya dan faktor determinan yang menentukan
kinerja sektor pertanian, karena tidak ada satu pun tanaman pertanian dan ternak
yang tidak memerlukan air. Meskipun perannya sangat strategis, namun
pengelolaan air masih jauh dari yang diharapkan, sehingga air yang semestinya
merupakan sehabat petani berubah menjadi penyebab bencana bagi petani.
Indikatornya, di musim kemarau, ladang dan sawah sering kali kekeringan dan
sebaliknya di musim penghujan, ladang dan sawah banyak yang terendam air.
Secara kuantitas, permasalahan air bagi pertanian terutama di lahan kering
adalah persoalan ketidaksesuaian distribusi air antara kebutuhan dan pasokan
menurut waktu ( temporal) dan tempat ( spatial). Persoalan menjadi semakin
kompleks, rumit dan sulit diprediksi karena pasokan air tergantung dari sebaran
curah hujan di sepanjang tahun, yang sebarannya tidak merata walau di musim
hujan sekalipun. Oleh karena itu, diperlukan teknologi tepat guna, murah dan
aplicable untuk mengatur ketersediaan air agar dapat memenuhi kebutuhan air
( water demand) yang semakin sulit dilakukan dengan cara-cara alamiah ( natural
manner). Teknologi embung atau tandon air merupakan salah satu pilihan yang
menjanjikan karena teknologinya sederhana, biayanya relatif murah dan dapat
dijangkau kemampuan petani.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana kondisi Embung?
b. Apa saja fungsi Embung?
c. Bagaimana perawatan Embung?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui kondisi Embung
b. Mengetahui bagian bangunan bendung yang terdapat pada Embung
c. Mengetahui fungsi Embung.

1.4 Manfaat
Manfaat yang didapat dari observasi antara lain:
a. Mengetahui secara langsung kondisi Embung
b. Menambah penguasaan materi kuliah dari hasil observasi secara langsung
pada bangunan embung
c. Dapat membandingkan antara teori dengan kondisi dilapangan pada
embung

Tugas Irigasi II |Observasi Bendung Karang Intan 1


1.5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat : Embung Sibodadi
Hari,tanggal : Sabtu, 10 Mei 2018

1.6 Metode Penyusunan Laporan


Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah sebagai
berikut :
a. Metode observasi
Dalam hal ini data diperoleh dari pengamatan secara langsung di
lapangan pada Bendung Karang intan.
b. Metode Study kepustakaan
Data-data diperoleh dari referensi lain seperti buku, literatur ataupun
diktat yang sesuai dengan bahasan laporan demi menunjang kesempurnaan
pembahasan di dalam laporan.

Tugas Irigasi II |Observasi Bendung Karang Intan 1


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Embung


Embung atau tandon air merupakan waduk berukuran mikro di lahan pertanian
( small farm reservoir) yang dibangun untuk menampung kelebihan air hujan di musim
hujan. Air yang ditampung tersebut selanjutnya digunakan sebagai sumber irigasi
suplementer untuk budidaya komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi ( high added
value crops) di musim kemarau atau di saat curah hujan makin jarang. Embung
merupakan salah satu teknik pemanenan air ( water harvesting) yang sangat sesuai di
segala jenis agroekosistem. Di lahan rawa namanya pond yang berfungsi sebagai tempat
penampungan air drainase saat kelebihan air di musim hujan dan sebagai sumber air
irigasi pada musim kemarau.
Sementara pada ekosistem tadah hujan atau lahan kering dengan intensitas dan
distribusi hujan yang tidak merata, embung dapat digunakan untuk menahan kelebihan
air dan menjadi sumber air irigasi pada musim kemarau. Secara operasional sebenarnya
embung berfungsi untuk mendistribusikan dan menjamin kontinuitas ketersediaan
pasokan air untuk keperluan tanaman ataupun ternak di musim kemarau dan penghujan.

2.2 Fungsi Embung

Embung merupakan bangunan yang berfungsi menampung kelebihan air yang terjadi
pada musim hujan untuk persediaan suatu desa di musim kering. Selama musim kering air
akan dimanfaatkan oleh desa untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Di musim hujan
embung tidak beroperasi karena air di luar embung tersedia cukup banyak untuk
memenuhi kebuthan penduduk. Oleh karena itu pada setiap akhir musim hujan sangat
diharapkan kolam embung dapat terisi penuh air sesuai rencana.
2.3 Tipe tubuh Embung
Penentuan tipe tubuh embung dilihat dari keadaan lokasi serta topografi dan berdasaratas:
1. Kualitas dan kuantitas bahan-bahan tubuh embung yang terdapat di daerah sekitar tempat
kedudukan lokasi embung atau bendungan.
2. Kondisi pengerjaan bahan timbunan, misalnya penggalian, pengolahan, pengangkutan dan
penimbunan.
3. Kondisi lapisan tanah pondasi pada tempat kedudukan lokasi embung kondisi alur sungai
serta lereng kedua tebingnya yang berhubungan dengan lokasi embung dan semua
bangunan pelengkapnya.
Maka embung direncanakan dengan tipe urugan tanah homogen yang dilengkapi
dengan system drainasi alas pada bagian hilir. Fungsi drainasi adalah untuk menurunkan garis
depresi, karena semakin rendahnya garis depresi di bagian hilir embung, stabilitas tubuh
embung dan ketahanannya terhadap gejala longsoran akan semakin meningkat.

a. jagaan embung
Tinggi jagaan adalah perbedaan antara elevasi muka air waduk pada waktu banjir
rencana dan elevasi puncak bendung. Tinggi jagaan pada tubuh embung dimaksudkan untuk
memberikan keamanan tubuh embung terhadap peluapan karena banjir. Bila hal itu terjadi
maka akan terjadi erosi kuat pada tubuh embung.
Besarnya tinggi jagaan tergantung dari tipe tubuh embung dan dalam perencanaan ini tinggi
jagaan diambil 0,5 m.

b. tubuh embung
Penetapan elevasi puncak embung tegantung pada tinggi air yang melalui pelimpah
ditambah tinggi jagaan. Tubuh embung merupakan penambahan tinggi yang dihitung dari
permukaan banjir maksimum sampai dengan mercu tubuh embung.
Elevasi puncak embung sebesar tinggi muka air kolam pada kondisi penuh ditambah tinggi
tampungan banjir, dan tinggi jagaan.
c. puncak tubuh embung
Lebar puncak tubuh embung yang memadai dalam perencanaan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain:
1. Dapat bertahan dari kemungkinan hempasan ombak lewat puncak embung.
2. Dapat bertahan dari aliran filtrasi yang melalui bagian puncak tubuh embung.
3. Kegunaannya sebagai jalan pemeliharaan atau inspeksi.
Lebar puncak tubuh embung yang memadai yaitu dapat bertahan terhadap hempasan
ombak di atas permukaan lereng yang berdekatan dengan puncak tubuh embung dan dapat
bertahan terhadap aliran filtrasi yang melewati puncak tubuh embung serta dapat digunakan
sebagai jalan eksploitasi dan pemeliharaan.

d. Kemiringan lereng tubuh embung


Kemiringan lereng tubuh embung harus ditentukan sedemikian rupa agar stabil
terhadap longsoran. Yaitu perbandingan antara panjang garis vertikal yang melalui puncak
dan panjang garis horizontal yang melalui tumit masing-masing lereng tersebut.
Penentunan kemiringan lereng embung didasarkan pada jenis material timbunan yang ada dan
harus memenuhi syarat stabilitas lereng sehingga tetap mampu mempertahankan diri terhadap
bahaya longsoran (sliding surface). Hal ini sangat tergantung pada jenis material urugan yang
hendak dipakai. Selain itu kestabilan lereng tubuh embung harus diperhitungkan terhadap
surut cepat muka air kolam, dan rembesan yang terus-menerus, serta harus tahan terhadap
gempa.

e. Bahan timbunan tubuh embung


Bahan-bahan untuk tubuh embung tipe urugan merupakan bahan atau tanah yang
digali dari sekitar tempat kedudukan tubuh embung. Apabila di daerah sekitar tempat
kedudukan tubuh embung kurang mencukupi, maka dapat mengambil dari tempat penggalian
(borrow pit), dengan didasari pada penyelidikan yang seksama mengenai kondisi lapangan
(kondisi topografi dan geologi, kondisi jarak pengangkutan, elevasi permukaan tanah, kondisi
meteorology, dll) bahan tubuh embung pada hakekatnya mempunyai fungsi ganda, yaitu:
Sebagai penyangga tubuh embung.
Sebagai pencegah rembesan air yang berlebihan dari waduk.
f. Drainasi
Dalam pelaksanaan pembangunan, tubuh embung tipe urugan senantiasa
dihadpkan pada masalah stabilitas tubuh embung. Hal ini disebabkan oleh seluruh tubuh
embung yang terletak dibawah garis depresi (seepage line) senantiasa dalam keadaan
jenuh, sehingga daya dukung kekuatan geser serta sudut luncur alamiahnya menurun
pada tingkat-tingkat yang paling rendah. Berhubungan dengan hal tersebut diatas, maka
tubuh embung homogen akan menguntungkan hanya untuk tubuh embung yang relatif
rendah. Tetapi untuk tubuh embung yang lebih tinggi 6 sampai dengan 7 meter,
maka suatu sistem drainasi diperlukan pada bagian hilir tubuh embung tersebut guna
menurunkan garis depresinya.
Semakin rendah elevasi garis depresi di bagian hilir dan tubuh embung, maka
ketahananya terhadap gejala longsoran akan semakin meningkat dan stabilitasnya akan
semakin meningkat pula. Pada tubuh embung homogen, koefisien filtrasi (k) horizontal
biasanya 10 sampai dengan 100 kali lebih besar dari k vertikal. Oleh karena itu
walaupun untuk embung yang mempunyai tinggi lebih dari 25 mm usaha-usaha
peningkatan drainasi pada embung tersebut akan sangat menguntungkan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Letak Bendung Karang intan


Embung Sidodadi Jl.Sidodadi II Loktabat Banjarbaru.

Gambar 3.1 Lokasi Embung sidodadi

Sumber : (Sumber : www.googlemaps.com)

3.2 Kondisi Embung sidodadi


Pengoperasian dari Embung sidodadi ini adalah sebagai penampung air
yang berlebih pada musim hujan yang akan di gunakan pada musim kemarau
dan juga di gunakan sebagai wisatawa dan pelestarian ekosistem dan
lingkungan loktabat
.
Gambar 3.2. kondisi Embung sidodadi

3.3 Bagian-bagian Bendung


Konstruksi sebuah bendung memiliki bagian-bagian tertentu. Bagian-
bagian ini menopang seluruh konstruksi bendung. Setiap bagian memiliki
detail dan fungsi yang khusus. Bagian-bagian inilah yang akan bekerja agar
operasional suatu bendung dapat berjalan dengan baik.
Bagian-bagian bendung terdiri dari:

Bagian-bagian Bendung
Konstruksi sebuah bendung memiliki bagian-bagian tertentu. Bagian-
bagian ini menopang seluruh konstruksi bendung. Setiap bagian memiliki
detail dan fungsi yang khusus. Bagian-bagian inilah yang akan bekerja agar
operasional suatu bendung dapat berjalan dengan baik.

Bagian-bagian bendung terdiri dari:


a. Tubuh Bendung (Weir)
Tubuh bendung merupakan struktur utama yang berfungsi untuk
membendung laju aliran sungai dan menaikkan tinggi muka air sungai dari
elevasi awal. Tubuh bendung dibuat melintang pada aliran sungai. Tubuh
Bendung Karang Intan terdiri dari beton
Gambar 3.1. Tubuh Bendung Karang
Intan
Sumber: Dokumentasi Pribadi

b. Bangunan Intake
Terdapat satu buah bangunan intake pada Bendung Karang Intan,
Bangunan intake adalah suatu bangunan pada bendung yang berfungsi
sebagai penyadap aliran sungai, mengatur pemasukan air dan
sedimen serta menghindarkan sedimen dasar sungai dan sampah masuk
ke intake.
Terletak di bagian sisi bendung, di tembok pangkal dan merupakan satu
kesatuan dengan bangunan pembilas. Bangunan intake terdiri dari lantai/
ambang dasar, pintu, dinding banjir, pilar penempatan pintu,
jembatan pelayan, dan rumah pintu. Untuk intakenya merupakan intake
biasa dengan pintu berlubang satu dan terletak tegak lurus terhadap
sumbu sungai

Gambar 3.2. Bangunan intake Bendung Karang Intan


Sumber: Dokumentasi Pribadi

c. Bangunan Penguras
Pada Bendung Karang Intan terdapat 2 buah bangunan penguras yang
terletak pada kanan dan kiri bendung. Hal ini disebabkan letak daripada
pintu pengambilan pada Bendung Karang Intan terletak pada sebelah kanan
sedangkan pada sisi kiri bending terdapat sungai kecil yang kemungkinan
ada dari dulu sehingga di buatlah dua bangunan penguras. Bangunan
penguras ini berfungsi untuk menguras bahan-bahan endapan yang ada
pada sebelah udik pintu tersebut. Untuk membilas kandungan sedimen dan
agar pintu tidak tersumbat, Bila ada benda-benda hanyut mengganggu
eksploitasi pintu penguras, sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat
pintu menjadi dua bagian, sehingga bagian atas dapat diturunkan dan
benda-benda hanyut dapat lewat diatasnya.

Gambar 3.3. bangunan penguras kanan bendung


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 3.4. bangunan penguras kiri bendung


Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 3.4. bangunan penguras kiri bendung
Sumber: Dokumentasi Pribadi

d. Pelimpah
Bangunan pelimpah pada bendung berguna untuk penguatan bendungan
dan memperlambat aliran air yang datang dari hulu sungai.

Gambar 3.5. bangunan pelimpah


Sumber: Dokumentasi Pribadi

e. Pulau-pulau Penguat Bendung


Pulau-pulau pada Bendungan Karang intan terbentuk karena sedimentasi,
keberadaan pulau-pulau ini justru berguna untuk penguatan bendung.Pada
saat terjadi banjir, pulau tersebut bisa menciptakan ketinggian yang dalam
di bagian hilir sungai sehingga bendung menjadi stabil.
Gambar 3.7. pulau-pulau penguat bendung
Sumber: Dokumentasi Pribadi
f. Kantong Lumpur
Kantong lumpur digunakan untuk menahan lumpur yang terbawa air yang
akan masuk ke intake. Sehingga pada saluran intake tidak terjadi
sedimentasi.

Gambar 3.8. kantong lumpur bendung Karang intan


3.4 Fungsi Bendung Karang intan
Fungsi Bendung Karang intan yang lain ;

1. Untuk kebutuhan irigasi


2. Untuk kebutuhan air minum
3. Pembagi atau pengendali banjir
4. Sebagai pembilas pada beberapa keadaan debit sungai
5. Menghambat laju aliran sungai

3.5 Perawatan Bendung Karang intan


Perawatan adalah usaha-usaha untuk mempertahankan kondisi dan fungsi
bangunan, tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau diganti. Menurut
Bayu Wanapati selaku petugas pengawas Bendung Karang intan kegiatan
perawatan, meliputi :
1) Perawatan Rutin
Perawatan rutin adalah usaha-usaha untuk mempertahankan kondisi
dan fungsi bangunan, tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau
diganti. Dan dilaksanakan setiap waktu. Perawatan rutin terhadap
bangunan bendung meliputi :
a) Pengecekan ketinggian air pada bendung yang dilakukan setiap pagi
dan sore hari
b) Pertumbuhan rumput di bangunan yang akan mengganggu fungsi harus
dipotong atau dibersihkan;
c) Sampah-sampah atau timbunan pengganggu (ganggang, eceng gondok
plastik, dan lain-lain) yang mengganggu kapasitas debit saluran harus
dibersihkan;
d) Lubang-lubang pada tanggul dan longsoran-longsoran kecil pada tebing
saluran jika akan menimbulkan bocoran/mengganggu aliran harus
segera diperbaiki;
e) Bagian-bagian yang bekerja pada pintu harus dapat bergerak bebas,
harus dilumasi dengan gemuk dan dibersihkan dari kotoran;
f) Bagian pintu yang mudah berkarat dan keropos harus di cat. Kegiatan
perawatan rutin dilaksanakan secara swakelola.
2) Perawatan Berkala
Perawatan berkala adalah usaha-usaha untuk mempertahankan kondisi dan
fungsi bangunan, tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau diganti. Dan
dilaksanakan secara berkala. Perawatan berkala untuk bangunan bendung
dilakukan sebagai berikut :
a) Endapan lumpur di sepanjang saluran atau bangunan harus diangkat dan
normalisasi profil saluran setiap tahun pada saat pengeringan;
b) Pintu air atau papan petunjuk operasional dan papan duga setiap 2 (dua)
tahun sekali harus di cat kembali;
c) Memperbaiki pintu yang macet dan bangunan yang rusak ringan;
d) Tanaman air, pepohonan dan semak-semak liar yang besar-besar harus
dibongkar atau dibersihkan.
Kegiatan perawatan berkala dilaksanakan secara swakelola dan atau
diborongkan. Pada saat melakukan survey, kelompok kami menjumpai sebuat
alat amfibi untuk membersihkan lumpur dan endapan
3) Kegiatan Perbaikan
Perbaikan adalah usaha-usaha untuk mengembalikan kondisi dan fungsi
bangunan. Kegiatan perbaikan, meliputi :
1) Perbaikan Darurat
Perbaikan darurat adalah usaha-usaha perbaikan dengan maksud agar
bangunan dapat segera berfungsi. Perbaikan darurat meliputi kegiatan
perbaikan yang sifatnya rusak dimana kerusakan diakibatkan oleh bencana
alam dan kelalaian manusia; misal : tanggul jebol, pintu air macet.
2) Perbaikan Permanen
Perbaikan permanen adalah usaha-usaha perbaikan untuk mengembalikan
kondisi dan fungsi bangunan yang sifatnya merupakan peningkatan perbaikan
darurat maupun memperbaiaki kerusakan akibat bencana alam atau kelalaian
manusia dengan dibuat desain yang baru sehingga hasil perbaikannya bersifat
permanen. Kegiatan permanen meliputi :
a) tanggul longsor cukup berat;
b) tanggul bocor cukup berat;
c) sayap bangunan patah cukup berat;
d) koperan bangunan patah;
e) pintu air rusak berat;
f) pelindung talud runtuh;
Kegiatan perbaikan dilaksanakan dengan cara diborongkan, sehingga perlu
didukung dengan desain baru.
3.6 Kegiatan Penggantian
Penggantian adalah usaha-usaha pemeliharaan untuk mengganti
seluruh/sebagian komponen prasarana fisik, fasilitas dan perlatan bendung
yang secara ekonomis, fungsi dan kondisinya tidak layak dipakai lagi.
Kegiatan penggantian, meliputi :
a) Penggantian pintu-pintu air yang sudah rusak berat;

b) Alat ukur yang tidak berfungsi diganti dengan alat ukur yang baru;
c) Bagian dari peralatan elektrik-mekanis dan lain-lain dalam kurun waktu
tertentu diganti yang baru;
Kegiatan penggantian dilaksanakan dengan cara diborongkan.

3.7 Petugas Bendung


Petugas pemeliharaan merangkap sebagai petugas operasi bendung.
Jumlah personel petugas disesuaikan dengan tingkat urgensi dan besarnya
bangunan. Petugas pemeliharaan diharuskan :
a) Cakap dan terampil dalam pemeliharaan bendung;
b) Memahami fungsi bendung;

22
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
a. Kondisi infrastruktur Bendung Karang intan masih baik
b. Bangunan penguras pada Bendung Karang intan terdapat 2 buah yang
terletak pada kanan dan kiri bendung.
c. fungsi bangunan karang intan yang lain adalah:
1. Untuk kebutuhan irigasi
2. Untuk kebutuhan air minum
3. Pembagi atau pengendali banjir
4. Sebagai pembilas pada beberapa keadaan debit sungai
5. Menghambat laju aliran sungai

d. Perawatan pada bendung Karang intan dilakukan dengan 2 cara,


yaitu perawatan rutin dan perawatan berkala yang dilakukan oleh petugas
pengawas bendung.
4.2 Saran
a. Kondisi lingkungan sekitar Bendung Karang intan agar lebih dijaga
kebersihannya.
b. Menghimbau kepada warga sekitar agar tidak melakuakn kegiatan MCK di
Bendung Karang intan.

Tugas Bangunan Air |Observasi Bendung Karang intan


23
DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Pengairan, 1991, Himpunan Peraturan Perundang-undangan di Bidang


Perairan Tingkat Nasional
KP-06 (Kriteria Perencanaan Bagian Parameter Bangunan)

Anda mungkin juga menyukai