SAFRIADI
NIM. C2091211003
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Hidayah-
Nya yang senantiasa tercurah kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penulisan laporan kunjungan lapangan tentang “Pengelolaan Budidaya Tanaman
Di Kelompok Tani Sinar Pagi Ii Singkawang Timur Dan Kelompok Tani
Rejeki Singkawang Tengah Kota Singkawang”. Penulis sangat menyadari
bahwa penulisan dan penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan oleh
karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Safriadi
NIM. C2091211003
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
I. PENDAHULUAN
1
2
1.2. Tujuan
Praktikum kunjungan lapangan bertujuan agar mahasiswa dapat menggali
informasi secara keseluruhan, pengalaman petani dan observasi lapangan dalam
mengelola lahan suboptimal sehingga tanaman budidaya dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik guna menghasilkan produksi hasil budidaya tanaman
yang optimal.
II. TINJAUAN PUSTAKA
dimana tidak memerlukan banyak air dalam pertumbuhannya. Pada saat musim
kemarau ditanami dengan palawija, jangung dan ketela pohon.
3. Sawah pasang surut adalah jenis sawah yang pengelolaanya tergantung pada
keadaan air permukaan dari pasang surutnya air sungai. Pada saat pasang
sawah tergenang air dan saat surut sawah kering dan siap ditanami padi.
4. Sawah lebak adalah sawah yang memanfaatkan naik turunnya permukaaan air
rawa atau sungai untuk pengairannya. Sawah jenis ini berada di dataran rendah
di sekitar sungai yang terjadi karena luapan air sungai dan air hujan. Sawah ini
terjadi secara periodik yakni selama musim penghujan namun keberadaan
sawah ini sudah jarang ditemukan karena besarnya resiko terhadap banjir
Jenis tanah yang ada pada lahan sawah adalah tanah aluvial. Tanah aluvial
termasuk ordo Entisol karena dianggap masih muda dan belum ada perbedaan
horizon. Tanah aluvial terbentuk akibat banjir di musim hujan, maka sifat bahan-
bahannya juga tergantung pada kekuatan banjir dan asal serta bahan yang diangkut.
Perkembangan profil aluvial masih lemah atau bahkan belum mengalami
perkembangan profil sama sekali, karena bahan induk yang masih muda.
Penyebaran tanah jenis ini tidak diipengaruhi oleh iklim dan ketinggian tempat.
Tanah pasir memiliki beberapa sifat-sifat, meliputi, sifat kimia, sifat fisika,
dan sifat biologi. Secara sifat kimia, tanah pasir ini memiliki pH sekitar 6 hingga 7,
kaya akan unsur-unsur hara seperti fosfor (P) dan kalium (K) kecuali nitrogen (N)
tetapi belum mengalami proses pelapukan hingga perlu dilakukan penambahan
pupuk organik. Sifat fisika tanah pasir memiliki kondisi kasar dan berkerikil, belum
menunjukkan adanya diferensiasi horizontal, warnanya bervariasi dari merah
kuning, cokelat kemerahan, dan cokelat kekuningan dan konsistensi lepas sampai
gembur. Sifat biologi tanah pasir hanya memiliki sedikit mikroorganisme yang
dapat memfiksasi nitrogen dari udara. Tetapi banyak banyak bakteri Bacillus yang
dapat melarutkan senyawa fosfat dan kalium di dalam tanah.
Kendala utama dalam pemanfaatan tanah pasir yaitu kandungan mineral
lempung, dan bahan organik miskin, tekstur yang kasar. Tekstur yang kasar dan
struktur berbutir tunggal menyebabkan tanah itu porous, aerasinya besar, dan
kecepatan infilrasi tinggi. Keadaan tersebut menyebabkan pupuk yang diberikan
mudah terlindi. Secara umum, udipsamment mempunyai bahan induk dari gunung
berapi cukup kaya unsur hara tetapi kekurangan unsur N. kandungan bahan organik
yang dimiliki oleh tanah pasiran rendah karena temperatur dan aerasi
memungkinkan tingkat dekomposisi bahan organik tinggi. Stabilitas agregat dan
kandungan liat tanah pasir rendah sehingga pada saat hujan, air dan hara akan
mudah hilang melalui proses pergerakan air ke bawah.
Dalam upaya pengelolaan lahan berpasir diperlukan upaya-upaya perbaikan
sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Cara-cara yang dapat dilakukan adalah:
Penggunaan mulsa. Penggunaan mulsa paa permukaan tanah bertujuan untuk
mengurangi kehilangan air dari tanah. Mulsa permukaan tanah dapat menggunakan
lembaran plastic, Jerami padi atau sisa-sisa tanaman lainya. Pemasangan mulsa di
lahan pasir dengan bentuk cekung di tengah. Bentuk cekung ini sangat penting di
lahan pantai karena dapat menghemat lengas tanah sehingga kebutuhan lengas
untuk tanaman terutama pada musim kemarau dapat tercukupi (Fiadini 2011).
Pemberian bahan organik. Bahan organic yang dapat diberikan di lahan
berpasir dapat berupa pupuk kendang (sapi, kambing atau domba, dan unggas),
kompos, pupuk hijau, dan blotong.
6
2.3. Padi
Padi adalah tanaman budidaya terpenting dalam kehidupan masyarakat di
Asia. Menurut Tjitrosoepomo (2005) secara klasifikasi ilmiah, tanaman padi masuk
ke dalam Kerajaan: Plantae; Divisi: Spermatophyta; Subdivisi: Angiospermae;
Kelas: Monocotyledoneae; Ordo: Poales; Famili: Gaminae; Genus: Oryza Linn;
Spesies: Oryza sativa L.
Syarat tumbuh pada lahan basah (sawah irigasi), curah hujan merupakan
factor pembatas tanaman padi, tetapi pada lahan kering tanaman padi membutuhkan
-1 curah hujan yang optimum >1.600 mm tahun . Padi gogo memerlukan bulan
basah yang berurutan minimal 4 bulan. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai
curah hujan >200 mm dan tersebar secara normal atau setiap minggu ada turun
hujan sehingga tidak menyebabkan tanaman stress karena kekeringan. Suhu yang
optimum untuk pertumbuhan tanaman padi berkisar antara 24-29 0C.
7
Padi gogo biasa ditanam pada lahan kering dataran rendah, sedangkan pada areal
yang lebih terjal dapat ditanami di antara tanaman keras. Tanaman padi dapat
tumbuh pada berbagai tipe tanah. Reaksi tanah (pH) optimum berkisar antara 5,5-
7,5. Permeabilitas pada subhorison kurang dari 0,5 cm jam-1 .
Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase : (1) vegetatif (awal
pertumbuhan sampai terbentuknya bakal malai/primordia); (2) reproduktif
(primordia sampai pembungaan); (3) pematangan (pembungaan sampai gabah
matang). Fase vegetatif merupakan fase pertumbuhan organ-organ vegetatif seperti
pertambahan jumlah anakkan, tinggi tanaman, jumlah bobot, dan luas daun. Lama
fase ini beragam yang menyebabkan adanya perbedaan umur tanaman. Fase
reproduktif di tandai dengan: (a) memanjangnya beberapa ruas teratas batang
tanaman; (b) berkurangnya jumlah anakan (matinya anakan tidak produktif); (c)
munculnya daun bendera; (d) bunting; dan (e) pembungaan. Kegiatan
pembudidayaan tanaman padi dimulai dari persemaian, persiapan dan pengolahan
lahan sawah, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen (BKP3 & BPTP
2009).
Persemaian. Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi.
Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab
benih di persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah. Oleh karena
itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk
mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai.
Persiapan dan Pengolahan Lahan Sawah. Pengolahan tanah bertujuan mengubah
keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah
(struktur tanah) yang dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri
dari beberapa tahap, diantaranya: pembersihan, pencangkulan, pembajakan,
penggaruan, dan perataan.
Penanaman. Bibit di persemaian yang telah berumur 15-21 hari (tergantung jenis
padinya, genjah atau dalam) dapat segera dipindahkan kelahan yang telah disiapkan.
Dalam menanam bibit padi secara umum, hal-hal yang harus diperhatikan adalah
sistem larikan (cara tanam), jarak tanam, jumlah tanaman tiap lubang, kedalaman
lubang tanam, dan cara menanam.
8
Pemeliharaan. Dalam pemeliharaan tanaman padi ada beberapa hal yang harus
dilakukan diantaranya: penyulaman dan penyiangan, pengairan, pemupukan, serta
pengendalian hama dan penyakit.
Panen dan Pasca Panen. Panen dilakukan jika bulir padi 80% menguning dan
malainya menunduk. Alat yang digunakan dalam panen adalah ketam atau sabit.
Setelah padi dipanen segera dirontokkan dari malainya dengan perontok mesin atau
tenaga manusia dan hasil perontokan disebut gabah. Usahakan kehilangan hasil
panen seminimal mungkin. Pengeringan dilakukan dibawah sinar matahari selama
2- 3 hari. Setelah kering padi digiling untuk memisahkan gabah dari bulirnya.
Pemupukan. Tanaman sawi menyukai tanah yang gembur dan subur, maka
harus ditambahkan pupuk kandang sebanyak 10-15 ton/ha. Selain pupuk kandang,
sawi juga membutuhkan pupuk tambahan terutama yang banyak mengandung unsur
nitrogen, pupuk urea dengan dosis 3 gram per tanaman sudah memadai. Dosis ini
setara dengan 60 kg kadar nitrogen per hektar. Pupuk KCl dan TSP juga
bisadiberikan dengan dosis cukup sepertiganya. Akan tetapi, yang lebih penting
ialah pupuk urea saja karena penting untuk pertumbuhan sayuran daun ini
(Nazaruddin, 2003).
Hama dan Penyakit. Hama yang banyak menyerang tanaman sawi
terutama ulat yang memakan daun. Gejalanya terlihat pada bekas-bekas gigitan
berupa robekan tidak merata di daun sawi atau lubang-lubang. Pengendaliannya
dapat dilakukan dengan mengambil ulat yang terlihat pada tanaman sawi apabila
penyerangan belum terlalu banyak (Sukmabuana et al., 2011). Sedangkan penyakit
yang umum ditemukan pada tanaman sawi adalah penyakit akar pekuk, bercak daun,
dan rebah semai. Pengendalaian dapat dilakukan dengan penyemprotan larutan WT
Bakterisida dosis 10 ml/liter air dan WT Glio dosis 10 ml/liter air (Nazaruddin,
2003).
Panen. Tanaman sawi dapat dipanen pada umur 30-40 hari setelah tanam
dan memenuhi syarat untuk dikonsumsi. Bila pertumbuhan tanaman kurang baik,
sawi rata-rata dipanen saat umur dua bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara
mencabut semua bagian tanaman di atas permukaan tanah (Yuniarti et al., 2000).
III. METODE PRAKTIKUM
C. Pelaksanaan Praktikum
Langkah-langkah pelaksanaa praktikum yaitu:
1. Sebelum keberangkatan kelokasi praktikum mahasiswa mendengarkan
pengarahan terlebih dahulu oleh tim dosen magister agroteknologi dan berdoa
sebelum mahasiswa berangkat ketempat praktikum.
2. Lokasi kunjungan pertama di Kelompok tani Sinar Pagi II yang beralamat di
Jalan Raya Singkawang – Bangkayang Gg. Mandiri RT 001 RW. 002 Kel.
Nyarumkop Kec. Singkawang Timur kemudian dilanjutkan ke Kelompok Tani
Rejeki di jalan Veteran Gg. Tak Sangka RT 062 RW 004 Kel. Roban Kec.
Singkawang Tengah.
3. Pengamatan lapangan didampingi mentor dari lokasi praktikum dan wawancara
langsung mahasiswa dengan mentor lapangan, serta Dokumentasi.
4. Tanya jawab secara langsung tentang budidaya tanaman dan permasalahan di
lapangan.
5. Laporan.
11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 1. Foto bersama dan Kondisi Irigasi di Lahan Poktan Sinar Pagi II
Tanaman padi yang banyak ditanam pada kelompok tani sumber pagi II
merupakan varietas inpari nutri zinc. Berdasarkan Balai Besar Penelitian Tanaman
Padi padi ini merupakan jenis padi irigasi yang dikeluarkan pada tahun 2019
berdasarkan SK Menteri Pertanian: 168/HK.540/C/01/2019 yang merupakan
persilangan antara IR91153-AC82/IR05F102//IR68144-2B-2-2-3-166///IRRI145
dengan ciri sebagai berikut:
12
13
Ketahanan Varietas ini terhadap penyakit yaitu agak tahan terhadap wereng
batang coklat biotipe 1, biotipe 2 dan agak rentan terhadap biotipe3. Agak tahan
terhadap hawar daun bakteri patotipe III, dan rentan patotipe IV dan VIII pada
stadia vegetatif, agak tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III, rentan
terhadap patotipe Ivdan patotipe VIII pada stadia generatif, tahan terhadap penyakit
blas ras 033, ras 073, ras 133, dan rentan ras 173, agak tahan terhadap tungro
inokulum Garut dan Purwakarta.
Varietas ini cocok dibudidayakan pada daerah sawah irigasi pada ketinggian
0-600 m dpl. Berdasarkan syarat tumbuh varietas tersebut sangat cocok untuk
dibudidayakan pada lahan yang berada di Kelompok Tani Sinar Pagi II yang
menerapkan sistem irigasi untuk pengairan sawah dengan memanfaatkan sumber
air pegunungan yang berada di sekitar sawah. Pengelolaan sistem irigasi pada di
kelompok tani sumber pagi II diatur dengan menggunakan pintu air apabila
kelebihan air maka pintu air akan dibuka dan apabila lahan memerlukan air yang
cukup terutama pada fase pengolahan lahan dan penanaman maka pintu air akan
ditutup sesuai dengan kebutuhan.
Sistem budidaya tanaman padi yang dilakukan oleh petani adalah sistem
jajar legowo 2:1 dan 4:1. Padi yang di tanam merupakan padi untuk keperluan
pembenihan ataupun padi yang digunakan untuk benih. Benih yang dipanen akan
14
dijual ke perusahaan PT. Sumber Agro Semesta. Selain menerapkan sistem jajar
legowo petani padi juga menerapkan sistem Salibu dimana tanaman padi yang telah
dipanen dibiarkan tumbuh tunas kembali dan dirawat hingga panen. Penerapan
salibu ini bertujuan untuk menghemat biaya produksi terutama benih. Menurut
Rima (2018) Beberapa keuntungan budidaya salibu diantaranya adalah umurnya
relatif lebih pendek, kebutuhan air lebih sedikit, biaya produksi lebih rendah karena
penghematan dalam pengolahan tanah, penanaman, penggunaan bibit dan kemurian
genetik lebih terpelihara. Hasil panen tanaman kedua dipanen untuk konsumsi
petani.
Persiapan Lahan untuk budidaya padi yang dilakukan oleh petani di
Kelompok Tani Sinar Pagi II dibantu menggunakan Hand Traktor yang telah
dipasang dengan bajak singkal untuk membolak balik kan tanah dan bajak glebek
untuk menghancurkan maupun meratakan tanah yang telah hancur seperti bubur
agar memudahkan penanaman menggunakan transplanter. Persiapan lahan
dilakukan tanpa membakar maupun menyemprot dengan herbisida tetapi sisa
tanaman padi sebelumnya langsung dibajak dan beri dekomposer untuk
mempercepat dekomposisi sisa tanaman. Pupuk dasar menjadi bagian penting
dalam budidaya tanaman padi yang berkelanjutan untuk pemenuhan unsur hara.
Pupuk dasar yang diberikan berupa pupuk kandang. Pupuk kandang adalah pupuk
organik yang berasal dari kotoran padat dan cair dari hewan peliharaan tercampur
dengan sisa-sisa pakan dan alas kandang yang telah dikomposkan. Pupuk kandang
mengandung hampir semua unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan oleh
tanaman.
Persemaian padi yang dilakukan di lakukan pada nampan pembenihan
dengan media lumpur yang berasal dari sawah. Persemaian dilakukan di dalam
nampan bertujuan untuk memudahkan kegiatan penanaman yang menggunakan
mesin transplanter. Benih ini disemai di dalam ruang gelap hingga berkecambah,
kemudian di berikan sinar matahari selama dua hari hingg berwarna hijau merata.
Setelah itu bibit dipelihara hingga ukuran atau ketinggian yang diinginkan.
Penyemaian bibit hingga panen memerlukan waktu ± 15-21 Hari setelah semai.
Keperluan benih padi untuk 1 Ha adalah 10 – 15 Kg/Ha.
15
Perawatan yang dilakukan oleh petani dikelompok tani Sinar Pagi II adalah
pengairan, pemupukan, pengendalian gulma dan pengendalian hama maupun
penyakit tanaman. Pengairan sangat penting pada tanaman padi terutama pada fase
pindah tanaman dan pembentutakan gabah sehingga perlu upaya dalam menjaga
ketersediaan air pada lahan irigasi. Pemenuhan nutrisi hara tanaman dilakukan
16
dengan pemberian pupuk dasar maupun lanjutan, pupuk dasar yang biasa diberikan
oleh petani adalah kotoran sapi yang telah di bakar dan pupuk kimia anorganik yang
diberikan adalah urea, SP 36 dan KCl dengan dosis sebagai berikut :
Jenis/Umur 7-10 HST 21 HST 42 HST
Urea 75 kg/ha 150 kg/ha 75 kg/ha
SP-36 100 kg/ha - -
KCl 50 kg/ha - 50 kg/ha
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara
langsung dan tidak langsung. Pengendalian secara langsung meliputi penyiangan,
mekanis dan herbisida, sedangkan pengendalian tidak langsung meliputi
pengolahan tanah dan teknik budidaya (Noor dan Pane, 2002). Pengendalian gulma
dilakukan secara mekanis dengan menggunakan alat bantu parang atau sabit,
pengendalian gulma penting sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kompetisi
ataupun persaingan antara tanaman budidaya dengan gulma yang dapat
menurunkan hasil produksi. Pengendalian gulma dengan herbisida jarang dilakukan
oleh petani karena biaya herbisida yang tinggi dan berbahaya bagi tanah apabila
terakamulasi dalam jumlah yang tinggi.
Hama yang sering menyerang tanaman padi di lokasi budidaya adalah tikus
dan burung. Tingginya serangan tikus ini disebabkan oleh penanaman padi secara
terus menerus tanpa pergiliran tanaman. Pengendalian tikus yang dilakukan oleh
petani dilakukan dengan perendaman lahan, perangkap, maupun penggunaan bahan
kimia. Pengendalian hama burung dilakukan dengan membuat orang-orangan
sawah dan bendera yang dipasang pada lahan untuk menakuti burung. Serangan
tikus dan burung ini sangat meresahkan para petani karena dapat merusak tanaman
padi dan dapat menurunkan hasil produksi bahkan jika dalam serangan yang tinggi
dapat menyebabkan kehilangan hasil samapi 50%.
Kegiatan pemanen padi dilakukan menggunakan alat mesin panen padi
combine harvester. Alat ini sangat membantu petani dalam mengurangi kehilangan
hasil panen. Alat ini juga sangat membantu dalam mempercepat waktu panen dan
efisiien karena alat ini bisa memanen dan memisahkan gabah dari tangkai nya
secara bersamaan sehingga bisa mempercepat dan mengurangi biaya tenaga kerja.
17
Gambar
yang ditanam harus seragam dan sehat agar saat panen juga seragam. Penanaman
dilakukan pada sore hari untuk saat cuaca sudah mulai redup. Setelah ditanam
tanaman disiram dan tutup menggunakan paranet maupun ilalang untuk menjaga
kelembaban tanaman dan mengurangi transpirasi saat tanaman beradapitasi pada
lingkungan yang baru. Penanaman sawi dilakukan setiap hari setelah panen agar
panen juga dilakukan setiap hari dengan tujuan agar stok sayur tetap terjaga atau
terpenuhi setiap harinya
Perawatan tanaman sawi ini meliputi penyiraman, pemupukan,
pengendalian gulma, dan pengendalian hama maupun penyakit tanaman.
Penyiraman tanaman dilakuakan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari, hal itu
karena sifat tanah pasir yang lebih cepat kehilangan air karena kemampuan
menahan air yang rendah. Pemupukan lanjutan pada sawi caisim dilakukan dengan
menggunakan pupuk kandang ayam dengan membuat larikan di antara tanaman dan
ditaburkan. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan hara Nitrogen tanaman di
lakukan dengan pemberian pupuk urea dengan cara dikocor. Pemupukan lanjutan
hanya dilakukan satu kali dalam satu periode tanam.
Pengendalian gulma yang tumbuh diantara tanaman budidaya maupun
diparit antar bedengan dilakukan dengan cara dicabut menggunakan tangan maupun
dengan bantuan cangkul. Pengendalian gulma penting dilakukan untuk mengurangi
kelembaban, mengurangi semak, dan mengurangi kompetisis terhadap serapan hara
tanaman. Hama yang paling sering menyerang tanaman adalah bekicot,
pengendalian hama bekicot ini dilakukan secara fisik dengan menagkapnya dan
membunuhnya, pengendalian dilakukan pada malam hari karena hama ini aktif
pada malam hari. Bekicot sangat cepat dalam memakan tanaman sehingga apabila
pengendaliannya lambat akan menyebabkan kerugian yang besar. Hama lain yang
sering menyerang adalah ulat, ulat dapat mengurangi kualitas sayur yang dapat
menyebabkan sayur menjadi bolong, petani melakukan pengendalian terhadap ulat
masih dengan menggunakan pestisida kimia. Kedepan diharapkan dapat melakukan
pencegahan terhadap serangan ulat dengan memanfaatkan pestisida alami yang
lebih aman terhadap sayuran ketika dikonsumsi.
Panen dilakuan pada saat umur 40-45 HST dengan cara mencabut. Tanaman
yang telah dipanen dicuci kemudian diikat lalu dipasrkan. Setiap harinya petani
20
dapat memanen100-150 ikat per harinya tergantung permintaan pasar. Hasil panen
dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap sayur khususnya
Singkawang bahkan sampai ke kdaerah di sekitar Singkawang seperti Sambas,
Bengkayang, Landak, Sanggau maupun Sintang.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Lahan suboptimal di daerah Kota Singkawang dapat digunakan untuk
kegiatan budidaya tanaman pertanian dengan syarat perbaikan sifat fisika, kimia,
dan biologi tanah menggunakan bahan-bahan pembenah (ameliorant). Penambahan
pupuk kompos kotoran hewan ternak atau dikenal dengan istilah pupuk kandang
dengan dosis tertentu dapat memperbaiki kesuburan tanah suboptimal.
Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus dapat merusak
keseimbangan hara dan kesuburan tanah. Upaya untuk memulihkan tanah yang
telah rusak adalah menggunakan pupuk kandang secara berkelanjutan. Penerapan
pemupukan berimbang dan Teknik budidaya tanaman pertanian yang baik dan
benar wajib dilakukan guna menjaga dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman pertanian yang diusahakan oleh petani. Penggunaan bahan organik secara
berkelanjutan dan pengolahan tanah yang intensif merupakan kunci keberhasilan
pengelolaan budidaya tanaman pada lahan sub optimal di kelompok tani Sinar Pagi
II Singkawang Timur dan kelompok tani Rejeki Singkawang Tengah kota
singkawang.
5.2. Saran
Perlu adanya integrasi antara pertanian dan peternakan sebagai upaya untuk
memenuhi kebutuhan terhadap bahan organik tanah. selain itu, Kombinasi
pencampuran berbagai pupuk kendang dapat dimaksimal terus untuk memperbaiki
dan menjaga kondisi tanah. Kematangan kompos pupuk kandang perlu ditingkatkan
kembali dan dilakukan berbagai analisis kadar hara kompos pupuk kandang pada
Lembaga uji terdekat sehingga kualitas pupuk kompos dapat dijaga dengan baik.
Penerapan pupuk anorganik dan organik berimbang juga harus terus dilakukan guna
menjaga kesehatan tanah agar tetap baik.
Perlu adanya upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap
penggunaan pestisida kimia terutama terhadap produk sayuran dan beralih ke
penggunaan pestisida nabati untuk pencegahan.
21
DAFTAR PUSTAKA
BKP3 & BPTP NAD. 2009. Budidaya Tanaman Jagung. Nangroe Aceh Darussalam
(ID): Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian dan Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian. 21 hal.
Haryanto, E., T. Suhartini, dan E. Rahayu. 2001. Sawi dan Selada. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Haryanto, W. 2003. Sawi dan Selada. Edisi Revisi Penebar Swadaya, Jakarta. Hal:
5-26.
Kertonegoro BD. 2001. Gumuk Pasir Pantai Di D.I. Yogyakarta: Potensi dan
Pemanfaatannya untuk Pertanian Berkelanjutan. Prosiding Seminar
Nasional Sumberdaya Lokal Untuk Pembangunan Pertanian Berkelanjutan.
Universitas Wangsa Manggala pada tanggal 02 Oktober 2001. Hal 46-54.
Noor. E. S. dan H. Pane. 2002. Pengelolaan Gulma pada Sistem Usahatani Berbasis
Padi di Lahan Sawah Tadah Hujan. Hlm. 321-335 Dalam J.Soejitno, I. J.
Sasadan Hermanto (Ed). Prosiding Seminar Nasional Membangun Sistem
ProduksiTanaman Pangan Berwawasan Lingkungan. Pusat Penelitian dan
PengembanganTanaman Pangan Bogor. Bogor.
Siswanto. 2015. Modul Diklat PKB Guru Alat Mesin Pertanian Alat Mesin
Budidaya Tanaman. Pusat Pengembangan Penataran Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan Pertanian. Jakarta,
22
Sitorus, SRP . 2004. Konversi Lahan Sawah dan Usulan Pencegahannya. Makalah
Diskusi yang disampaikan pada pertemuan Round Table II Pengendalian
Konversi dan Pengembangan Lahan Pertanian. Direktorat Perluasan Areal,
Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan, Departemen Pertanian.
Jakarta.
Sukmabuana, P. dan P.I. Tjahaja. 2011. Penentuan Nilai Rasio Konsentrasi Pada
Perpindahan 60 Co Dari Tanah Ke Tanaman Sawi. Bandung. hal 41-47.
23