Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN

PENGELOLAAN BUDIDAYA TANAMAN DI KELOMPOK


TANI SINAR PAGI II SINGKAWANG TIMUR DAN
KELOMPOK TANI REJEKI SINGKAWANG TENGAH KOTA
SINGKAWANG

SAFRIADI
NIM. C2091211003

PROGRAM STUDI MAGISTER AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Hidayah-
Nya yang senantiasa tercurah kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penulisan laporan kunjungan lapangan tentang “Pengelolaan Budidaya Tanaman
Di Kelompok Tani Sinar Pagi Ii Singkawang Timur Dan Kelompok Tani
Rejeki Singkawang Tengah Kota Singkawang”. Penulis sangat menyadari
bahwa penulisan dan penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan oleh
karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Pontianak, Juni 2022


Penulis,

Safriadi
NIM. C2091211003

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. iii
I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Pendahuluan.............................................................................. 1
1.2. Tujuan ....................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3
2.1. Lahan Sawah............................................................................. 3
2.2. Lahan Berpasir .......................................................................... 4
2.3. Padi ........................................................................................... 6
2.4. Sawi Caisim .............................................................................. 8
III. METODE PRAKTIKUM ................................................................ 11
3.1. Tempat Dan Waktu ................................................................... 11
3.2. Alat Dan Bahan ........................................................................ 11
3.3. Pelaksanaan Praktikum ............................................................. 11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 12
4.1. Kelompok Tani Sinar Pagi II .................................................... 12
4.2. Kelompok Tani Rejeki.............................................................. 17
V. PENUTUP ....................................................................................... 21
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 21
5.2. Saran ......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 22

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Foto bersama dan Kondisi Irigasi di Lahan......................... 12


Gambar 2. Penanaman Tanaman Padi Menggunakan Rice
Transplanter Di Poktan Sumber Pagi II ............................... 15
Gambar 3. Foto Bersama Ketua Kelompok Tani Rejeki Singkawang
Tengah Dan Kondisi Lahan Budidaya ................................. 17
Gambar 4. Persemaian dan Tanaman Pindah Tanaman ........................ 18

iii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia adalah salah satu negara tropis yang berada di Asia Tenggara
sangat bergantung pada kegiatan budidaya tanaman pertanian. Pertanian tanaman
pangan, hortikultura, dan perkebunan banyak dibudidayakan di Indonesia dan
banyak tanaman yang menjadi sektor unggulan negara.
Kalimantan Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki
petani-petani yang membudidayakan tanaman pertanian unggulan. Kota
Singkawang memiliki banyak komoditas pertanian unggulan yang produk pertanian
dipasarkan ke seluruh Kalimantan Barat.
Tanaman komoditas pertanian unggulan yang dibudidayakan di Kota
meliputi tanaman pangan dan tanaman hortikultura. Lahan-lahan yang digunakan
untuk budidaya tanaman di dua daerah ini adalah lahan suboptimal. Pada lahan yang
diusahakan oleh Petani di Kota Singkawang yang dikunjungi adalah lahan
persawahan irigasi dengan jenis tanah golongan liat dan lahan hortikultura berupa
Lahan berpasir. Pengelolaan tanaman budidaya baik itu untuk tanaman pangan
maupun tanaman hortikultura pada lahan sub optimal memerlukan upaya
pengelolaan untuk mencapai hasil yang maksimal dan berkelanjutan. Salah satu
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan hasil budidaya tanaman adalah
memanfaat kan bahan organik berupa pupuk kandang.
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan baik padat
maupun cair dan sisa-sisa makanannya, misalnya kotoran ayam, sapi, kuda, kerbau,
kambing dan lain-lain. Semuanya itu kalau sudah membusuk akan menjadi berguna
bagi tanaman. Pemberian pupuk kandang ini berperan terhadap sifat kimia tanah
yaitu sebagai sumber hara makro dan mikromineral secara lengkap meskipun dalam
jumlah yang relatif rendah atau kecil, meningkatkan kapasitas tukar kation,
meningkatkan pH tanah yang masam dan menurunkan pH. Selain itu, pemberian
pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan meningkatkan kandungan
mikroorganisme didalam tanah.
Tantangan yang dihadapi dalam kegiatan budidaya tanaman di kedua
kelompok tani ini adalah kondisi kesuburan lahan jenis ini sangat kurang sehingga

1
2

membutuhkan perlakuan khusus sehingga tanaman dapat tumbuh di lahan tersebut.


Para petani berusaha untuk melakukan terobosan inovasi untuk meningkatkan
kesuburan lahan budidaya sehingga lahan dapat sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman budidaya.
Pengelolaan system budidaya pertanian yang efektif dan efisien menjadi
penting untuk meminimalkan biaya produksi dan memaksimalkan hasil produksi
dalam upaya keberlanjutan dari usaha pertanian. Selain itu, system yang dibangun
merupakan system yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

1.2. Tujuan
Praktikum kunjungan lapangan bertujuan agar mahasiswa dapat menggali
informasi secara keseluruhan, pengalaman petani dan observasi lapangan dalam
mengelola lahan suboptimal sehingga tanaman budidaya dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik guna menghasilkan produksi hasil budidaya tanaman
yang optimal.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lahan Sawah


Lahan diartikan sebagai suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat-sifat
tertentu yang meliputi biosfer, atmosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi
tanaman dan hewan serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan sekarang sampai
pada tingkat tertentu dengan sifat-sifat tersebut mempunyai pengaruh yang berarti
terhadap fungsi lahan oleh manusia pada masa sekarang dan masa yang akan datang
(Sitorus, 2005).
Sifat lahan menunjukkan bagaimana kemungkinan lahan jika digunakan
untuk suatu penggunaan lahan. Sifat lahan menentukan dan mempengaruhi keadaan
yaitu bagaimana ketersediaan air, sirkulasi udara, kepekaan erosi, dan ketersediaan
unsur hara. Prilaku lahan menjadi faktor penting yang menentukan pertumbuhan
suatu tanaman. Sifat lahan terdiri dari beberapa bagian yaitu karakteristik lahan,
kualitas lahan, pembatas lahan, persyaratan penggunaan lahan, perbaikan lahan.
Sedangkan pengertian lahan sawah adalah suatu tipe penggunaan lahan
yang memiliki karakteristik dan kualitas baik sehingga dapat digunakan untuk
pertanian dimana pengelolaannya memerlukan genangan air. Lahan sawah selalu
mempunyai permukaan datar atau yang didatarkan, dan dibatasi oleh pematang
untuk menahan air genangan (Sofyan et al, 2007).
Berdasarkan sumber air yang digunakan dan keadaan genangannya, sawah
dapat dibedakan menjadi 4 jenis yaitu: (Sofyan et al, 2007).
1. Sawah irigasi merupakan sistem pertanian dengan pengairan yang teratur dan
tidak bergantung dengan curah hujan. Dibedakan menjadi 3 yaitu irigasi teknis,
irigasi setengah teknis dan irigasi sederhana. Sistem pengairan yang digunakan
diperoleh dari saluran irigasi primer dan sekunder dari pemerintah, waduk atau
bantuan pompa. Pertanian sawah irigasi biasanya bisa panen dua kali dalam
satu tahun dengan menerapkan sistem tanam padi-padi-palawija.
2. Sawah tadah hujan merupakan sawah yang pengairanya tergantung dengan
curah hujan dan musim hujan sehingga hanya dapat ditanami padi saat musim
penghujan saja. Sawah tadah hujan biasanya ditanami dengan padi gogo
4

dimana tidak memerlukan banyak air dalam pertumbuhannya. Pada saat musim
kemarau ditanami dengan palawija, jangung dan ketela pohon.
3. Sawah pasang surut adalah jenis sawah yang pengelolaanya tergantung pada
keadaan air permukaan dari pasang surutnya air sungai. Pada saat pasang
sawah tergenang air dan saat surut sawah kering dan siap ditanami padi.
4. Sawah lebak adalah sawah yang memanfaatkan naik turunnya permukaaan air
rawa atau sungai untuk pengairannya. Sawah jenis ini berada di dataran rendah
di sekitar sungai yang terjadi karena luapan air sungai dan air hujan. Sawah ini
terjadi secara periodik yakni selama musim penghujan namun keberadaan
sawah ini sudah jarang ditemukan karena besarnya resiko terhadap banjir

Jenis tanah yang ada pada lahan sawah adalah tanah aluvial. Tanah aluvial
termasuk ordo Entisol karena dianggap masih muda dan belum ada perbedaan
horizon. Tanah aluvial terbentuk akibat banjir di musim hujan, maka sifat bahan-
bahannya juga tergantung pada kekuatan banjir dan asal serta bahan yang diangkut.
Perkembangan profil aluvial masih lemah atau bahkan belum mengalami
perkembangan profil sama sekali, karena bahan induk yang masih muda.
Penyebaran tanah jenis ini tidak diipengaruhi oleh iklim dan ketinggian tempat.

2.2. Lahan Berpasir


Lahan pasir atau berpasir adalah suatu lahan yang memiliki kondisi dengan
fraksi pasir lebih dari 70%, kurang dari 40% memiliki porositas total, sifat
menyimpan air sangat kurang karena memiliki sifat menghantarkan air cepat, dan
rendahnya atau kurangnya bahan organik sehingga kurang dapat menyimpan hara.
Tanah pasir ini bertekstur kasar struktur kersai atau berbutir tunggal, konsistensi
lepas-lepas sampai gembut dan kandungan bahan organik rendah.
Menurut Fiadini (2011), tanah wilayah berpasir bertekstur kasar, lepas-
lepas, dan terbuka menjadi sangat peka terhadap erosi angin. Hasil erosi angin
berupa pengendapan material pasir mengganggu dan menutup wilayah budidaya.
Butiran material pasir beragam yang terangkut oleh proses erosi pasir menyebabkan
kerusakan tanaman budidaya serta mempercepat korosi barang-barang logam.
5

Tanah pasir memiliki beberapa sifat-sifat, meliputi, sifat kimia, sifat fisika,
dan sifat biologi. Secara sifat kimia, tanah pasir ini memiliki pH sekitar 6 hingga 7,
kaya akan unsur-unsur hara seperti fosfor (P) dan kalium (K) kecuali nitrogen (N)
tetapi belum mengalami proses pelapukan hingga perlu dilakukan penambahan
pupuk organik. Sifat fisika tanah pasir memiliki kondisi kasar dan berkerikil, belum
menunjukkan adanya diferensiasi horizontal, warnanya bervariasi dari merah
kuning, cokelat kemerahan, dan cokelat kekuningan dan konsistensi lepas sampai
gembur. Sifat biologi tanah pasir hanya memiliki sedikit mikroorganisme yang
dapat memfiksasi nitrogen dari udara. Tetapi banyak banyak bakteri Bacillus yang
dapat melarutkan senyawa fosfat dan kalium di dalam tanah.
Kendala utama dalam pemanfaatan tanah pasir yaitu kandungan mineral
lempung, dan bahan organik miskin, tekstur yang kasar. Tekstur yang kasar dan
struktur berbutir tunggal menyebabkan tanah itu porous, aerasinya besar, dan
kecepatan infilrasi tinggi. Keadaan tersebut menyebabkan pupuk yang diberikan
mudah terlindi. Secara umum, udipsamment mempunyai bahan induk dari gunung
berapi cukup kaya unsur hara tetapi kekurangan unsur N. kandungan bahan organik
yang dimiliki oleh tanah pasiran rendah karena temperatur dan aerasi
memungkinkan tingkat dekomposisi bahan organik tinggi. Stabilitas agregat dan
kandungan liat tanah pasir rendah sehingga pada saat hujan, air dan hara akan
mudah hilang melalui proses pergerakan air ke bawah.
Dalam upaya pengelolaan lahan berpasir diperlukan upaya-upaya perbaikan
sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Cara-cara yang dapat dilakukan adalah:
Penggunaan mulsa. Penggunaan mulsa paa permukaan tanah bertujuan untuk
mengurangi kehilangan air dari tanah. Mulsa permukaan tanah dapat menggunakan
lembaran plastic, Jerami padi atau sisa-sisa tanaman lainya. Pemasangan mulsa di
lahan pasir dengan bentuk cekung di tengah. Bentuk cekung ini sangat penting di
lahan pantai karena dapat menghemat lengas tanah sehingga kebutuhan lengas
untuk tanaman terutama pada musim kemarau dapat tercukupi (Fiadini 2011).
Pemberian bahan organik. Bahan organic yang dapat diberikan di lahan
berpasir dapat berupa pupuk kendang (sapi, kambing atau domba, dan unggas),
kompos, pupuk hijau, dan blotong.
6

Penggunaan bahan-bahan halus. Penggunaan bahan halus di lahan pasir


dapat memanfaatkan tanah lempung, abu vulkan, endapan saluran sungai, dan
kolam waduk. Penggunaan bahan halus bertujuan untuk meningkatkan jumlah
koloigd dalam tanah, khususya penambahan fraksi lempung. Peningkatan jumlah
bahan halus dalam tanah akan bermanfaat terhadap peningkatan hara dan air.
Penggunaan pembenah tanah. Bahan pembenah tanah alami adalah emusi
aspal, lateks, skim lateks, kapur pertanian, batuan fosfat alam, blotong, dan zeolite
(Dariah 2007), tanah lempung (grumusol dan latosol) (Kertonegoro 2000), lumpur
sungai dan limbah karbit (Rajiman 2010).
Hidrologi dan irigasi. Ketersediaan air irigasi di lahan berpasir yang
terbatas mengakibatkan perlunya upaya untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan
air irigasi sehingga dapat mengurangi pemborosan dalam penggunaan air irigasi.
Dalam pengelolaan lahan pasir selain harus menggunakan berbagai teknologi untuk
memanipulasi lahan, kita juga harus memerhatikan kelestatian lingkungan lahan
berpasir pantai atau pesisir laut. Jangan sampai menggunakan air tanah secara
berlebihan karena dapat menyebabkan intrusi air laut ke daratan, untuk itu
manajemen untuk mempertahankan kelengasan sangat penting terutama dalam hal
mengawetkan keberadaan sumber air tawar di pantai pesisir (Fiadini 2011).

2.3. Padi
Padi adalah tanaman budidaya terpenting dalam kehidupan masyarakat di
Asia. Menurut Tjitrosoepomo (2005) secara klasifikasi ilmiah, tanaman padi masuk
ke dalam Kerajaan: Plantae; Divisi: Spermatophyta; Subdivisi: Angiospermae;
Kelas: Monocotyledoneae; Ordo: Poales; Famili: Gaminae; Genus: Oryza Linn;
Spesies: Oryza sativa L.
Syarat tumbuh pada lahan basah (sawah irigasi), curah hujan merupakan
factor pembatas tanaman padi, tetapi pada lahan kering tanaman padi membutuhkan
-1 curah hujan yang optimum >1.600 mm tahun . Padi gogo memerlukan bulan
basah yang berurutan minimal 4 bulan. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai
curah hujan >200 mm dan tersebar secara normal atau setiap minggu ada turun
hujan sehingga tidak menyebabkan tanaman stress karena kekeringan. Suhu yang
optimum untuk pertumbuhan tanaman padi berkisar antara 24-29 0C.
7

Padi gogo biasa ditanam pada lahan kering dataran rendah, sedangkan pada areal
yang lebih terjal dapat ditanami di antara tanaman keras. Tanaman padi dapat
tumbuh pada berbagai tipe tanah. Reaksi tanah (pH) optimum berkisar antara 5,5-
7,5. Permeabilitas pada subhorison kurang dari 0,5 cm jam-1 .
Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase : (1) vegetatif (awal
pertumbuhan sampai terbentuknya bakal malai/primordia); (2) reproduktif
(primordia sampai pembungaan); (3) pematangan (pembungaan sampai gabah
matang). Fase vegetatif merupakan fase pertumbuhan organ-organ vegetatif seperti
pertambahan jumlah anakkan, tinggi tanaman, jumlah bobot, dan luas daun. Lama
fase ini beragam yang menyebabkan adanya perbedaan umur tanaman. Fase
reproduktif di tandai dengan: (a) memanjangnya beberapa ruas teratas batang
tanaman; (b) berkurangnya jumlah anakan (matinya anakan tidak produktif); (c)
munculnya daun bendera; (d) bunting; dan (e) pembungaan. Kegiatan
pembudidayaan tanaman padi dimulai dari persemaian, persiapan dan pengolahan
lahan sawah, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen (BKP3 & BPTP
2009).
Persemaian. Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi.
Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab
benih di persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah. Oleh karena
itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk
mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai.
Persiapan dan Pengolahan Lahan Sawah. Pengolahan tanah bertujuan mengubah
keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah
(struktur tanah) yang dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri
dari beberapa tahap, diantaranya: pembersihan, pencangkulan, pembajakan,
penggaruan, dan perataan.
Penanaman. Bibit di persemaian yang telah berumur 15-21 hari (tergantung jenis
padinya, genjah atau dalam) dapat segera dipindahkan kelahan yang telah disiapkan.
Dalam menanam bibit padi secara umum, hal-hal yang harus diperhatikan adalah
sistem larikan (cara tanam), jarak tanam, jumlah tanaman tiap lubang, kedalaman
lubang tanam, dan cara menanam.
8

Pemeliharaan. Dalam pemeliharaan tanaman padi ada beberapa hal yang harus
dilakukan diantaranya: penyulaman dan penyiangan, pengairan, pemupukan, serta
pengendalian hama dan penyakit.
Panen dan Pasca Panen. Panen dilakukan jika bulir padi 80% menguning dan
malainya menunduk. Alat yang digunakan dalam panen adalah ketam atau sabit.
Setelah padi dipanen segera dirontokkan dari malainya dengan perontok mesin atau
tenaga manusia dan hasil perontokan disebut gabah. Usahakan kehilangan hasil
panen seminimal mungkin. Pengeringan dilakukan dibawah sinar matahari selama
2- 3 hari. Setelah kering padi digiling untuk memisahkan gabah dari bulirnya.

2.4. Sawi Caisim


Caisim (Brassica juncea L.) merupakan tanaman semusim, berbatang
pendek hingga hampir tidak terlihat. Daun Caisim berbentuk bulat panjang serta
berbulu halus dan tajam, urat daun utama lebar dan berwarna putih. Daun caisim
ketika masak bersifat lunak, sedangkan yang mentah rasanya agak pedas. Pola
pertumbuhan daun mirip tanaman kubis, daun yang muncul terlebih dahulu
menutup daun yang tumbuh kemudian hingga membentuk krop bulat panjang yang
berwarna putih. Susunan dan warna bunga seperti 5 kubis (Sunarjono, 2004).
Adapun klasifikasi tanaman sawi casim adalah sebagai berikut : Kingdom :
Plantae Sub-kingdom : Tracheobionta Super-divisio : Spermatophyta Divisio :
Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub-kelas : Dilleniidae Ordo : Capparales
Familia : Brassicaceae Genus : Brassica Spesies : Brassica juncea (L.) (Haryanto,
2003).
Di Indonesia dikenal tiga jenis sawi yaitu: sawi putih atau sawi jabung, sawi
hijau dan sawi huma. Sawi putih (B. Juncea L. Var. Rugosa Roxb. & Prain)
memiliki batang pendek, tegap dan daun lebar berwarna hijau tua, tangkai daun
panjang dan bersayap melengkung ke bawah. Sawi hijau, memiliki ciri-ciri batang
pendek, daun berwarna hijau keputih-putihan, serta rasanya agak pahit, sedangkan
sawi huma memiliki ciri batang kecil-panjang dan langsing, daun panjang-sempit
berwarna hijau keputih-putihan, serta tangkai daun panjang dan bersayap
(Rukmana, 1994).
9

Di antara sayuran daun, caisim merupakan komoditas yang memiliki nilai


komersial dan digemari masyarakat Indonesia. Konsumen menggunakan daun
caisim baik sebagai bahan pokok maupun sebagai pelengkap masakan tradisional
dan masakan cina. Selain sebagai bahan pangan, caisim dipercaya dapat
menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Caisim pun
berfungsi sebagai penyembuh sakit kepala dan mampu bekerja sebagai pembersih
darah (Haryanto et al., 2001). Manfaat tanaman caisim/sawi adalah daunnya
digunakan sebagai sayur dan bijinya dimanfaatkan sebagai minyak serta pelezat
makanan. Tanaman caisim/sawi banyak disukai karena rasanya serta kandungan
beberapa 6 vitaminnya.
Kegiatan pembudidayaan tanaman sawi dimulai dari pemilihan benih,
penanaman, pemeliharaan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit samapai
pemanenan.
Benih. Perbanyakan tanaman sawi dilakukan dengan benih. Benih sawi
diperoleh dari tanaman yang dibiarkan hingga berkembang dan akhirnya tua,
berbuah dan menghasilkan benih. Kebutuhan benih sawi per hektar hanya 700 gram.
Sebelum dikebunkan benih sawi disemaikan dahulu pada media tanam yang sesuai.
Bibit yang sudah berdaun 4 helai dapat dipindah ke lahan (Nazaruddin, 2003).
Penanaman. Akhir musim hujan merupakan pilihan yang tepat untuk
bertanam sawi. Apabila terpaksa, dapat juga ditanam pada musim kemarau, tetapi
harus bisa memberikan air dalam jumlah yang cukup bagi tanaman. Bibit yang
sudah layak pindah bisa langsung ditanam pada media yang diinginkan. Angkat
bibit dari media persemaian dengan tidak merusak akarnya, kemudian ditanam
dengan jarak tanam 30 x 40 cm. Penanaman dilakukan sore hari.
Pemeliharaan. Tindakan pemeliharaan untuk tanaman sawi yang rutin
ialah penyiraman. Penyiraman dilakukan sejak dari persemaian hingga di lahan.
Gunakan gembor yang air siramannya halus. Saat curah hujan sedikit, penyiraman
dilakukan pada pagi dan sore hari. Melakukan penyulaman pada tanaman yang mati
sangat perlu dilakukan paling tidak satu minggu setelah tanam. Selanjutnya
pembersihan lahan dari rumput yang menganggu agar tidak ada persaingan dalam
perebutan unsur hara. Pembersihan dapat dilakukan secara manual dengan
mencabut rumput menggunakan tangan (Yuniarti et al., 2000).
10

Pemupukan. Tanaman sawi menyukai tanah yang gembur dan subur, maka
harus ditambahkan pupuk kandang sebanyak 10-15 ton/ha. Selain pupuk kandang,
sawi juga membutuhkan pupuk tambahan terutama yang banyak mengandung unsur
nitrogen, pupuk urea dengan dosis 3 gram per tanaman sudah memadai. Dosis ini
setara dengan 60 kg kadar nitrogen per hektar. Pupuk KCl dan TSP juga
bisadiberikan dengan dosis cukup sepertiganya. Akan tetapi, yang lebih penting
ialah pupuk urea saja karena penting untuk pertumbuhan sayuran daun ini
(Nazaruddin, 2003).
Hama dan Penyakit. Hama yang banyak menyerang tanaman sawi
terutama ulat yang memakan daun. Gejalanya terlihat pada bekas-bekas gigitan
berupa robekan tidak merata di daun sawi atau lubang-lubang. Pengendaliannya
dapat dilakukan dengan mengambil ulat yang terlihat pada tanaman sawi apabila
penyerangan belum terlalu banyak (Sukmabuana et al., 2011). Sedangkan penyakit
yang umum ditemukan pada tanaman sawi adalah penyakit akar pekuk, bercak daun,
dan rebah semai. Pengendalaian dapat dilakukan dengan penyemprotan larutan WT
Bakterisida dosis 10 ml/liter air dan WT Glio dosis 10 ml/liter air (Nazaruddin,
2003).
Panen. Tanaman sawi dapat dipanen pada umur 30-40 hari setelah tanam
dan memenuhi syarat untuk dikonsumsi. Bila pertumbuhan tanaman kurang baik,
sawi rata-rata dipanen saat umur dua bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara
mencabut semua bagian tanaman di atas permukaan tanah (Yuniarti et al., 2000).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu


Praktikum dilaksanakan di Kota Singkawang tepatnya di Kelompok tani
Sinar Pagi II yang beralamat di Jalan Raya Singkawang – Bangkayang Gg. Mandiri
RT 001 RW. 002 Kel. Nyarumkop Kec. Singkawang Timur dan di Kelompok Tani
Rejeki II di jalan Veteran Gg. Tak Sangka RT 062 RW 004 Kel. Roban Kec.
Singkawang Tengah. Kunjungan lapangan di laksankan pada Hari Sabtu, 28 Mei
2022.

B. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu :
1. ATK (untuk mencatat hasil wawancara dan semua hasil praktikum)
2. Kamera dan alat perekam (Dokumentasi dan merekam hasil wawancara)

C. Pelaksanaan Praktikum
Langkah-langkah pelaksanaa praktikum yaitu:
1. Sebelum keberangkatan kelokasi praktikum mahasiswa mendengarkan
pengarahan terlebih dahulu oleh tim dosen magister agroteknologi dan berdoa
sebelum mahasiswa berangkat ketempat praktikum.
2. Lokasi kunjungan pertama di Kelompok tani Sinar Pagi II yang beralamat di
Jalan Raya Singkawang – Bangkayang Gg. Mandiri RT 001 RW. 002 Kel.
Nyarumkop Kec. Singkawang Timur kemudian dilanjutkan ke Kelompok Tani
Rejeki di jalan Veteran Gg. Tak Sangka RT 062 RW 004 Kel. Roban Kec.
Singkawang Tengah.
3. Pengamatan lapangan didampingi mentor dari lokasi praktikum dan wawancara
langsung mahasiswa dengan mentor lapangan, serta Dokumentasi.
4. Tanya jawab secara langsung tentang budidaya tanaman dan permasalahan di
lapangan.
5. Laporan.

11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kelompok Tani Sinar Pagi II


Kelompok Tani Sinar Pagi II yang berada di Jalan Raya Singkawang –
Bangkayang Gg. Mandiri RT 001 RW. 002 Kel. Nyarumkop Kec. Singkawang
Timur ini merupakan salah satu kelompok tani yang sukses dalam budidaya
tanaman padi khususnya untuk keperluan pembenihan. Kelompok Tani Sinar Pagi
II di pimpin oleh Ibu Dahlia sebagai Ketua Kelompok Tani dengan luasan lahan 10
Ha.

Gambar 1. Foto bersama dan Kondisi Irigasi di Lahan Poktan Sinar Pagi II

Tanaman padi yang banyak ditanam pada kelompok tani sumber pagi II
merupakan varietas inpari nutri zinc. Berdasarkan Balai Besar Penelitian Tanaman
Padi padi ini merupakan jenis padi irigasi yang dikeluarkan pada tahun 2019
berdasarkan SK Menteri Pertanian: 168/HK.540/C/01/2019 yang merupakan
persilangan antara IR91153-AC82/IR05F102//IR68144-2B-2-2-3-166///IRRI145
dengan ciri sebagai berikut:

12
13

Umur Tanaman : ± 115 Hari


Bentuk Tanaman : Tegak
Tinggi Tanaman : ± 95 cm
Jumlah Gabah Isi per Malai : ± 96 butir
Anakan Produktif : ± 18 batang
Potensi Hasil : ± 9,98 Ton/Ha
Rata-rata Hasil : ± 6,21 Ton/Ha
Bobot 1000 butir : ± 24,60 gram
Tekstur Nasi : Pulen
Rendemen Beras Giling : ± 67,40 %
Pengapuran : ± 0,25%
Kadar Amilosa : ± 16,60 %

Ketahanan Varietas ini terhadap penyakit yaitu agak tahan terhadap wereng
batang coklat biotipe 1, biotipe 2 dan agak rentan terhadap biotipe3. Agak tahan
terhadap hawar daun bakteri patotipe III, dan rentan patotipe IV dan VIII pada
stadia vegetatif, agak tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III, rentan
terhadap patotipe Ivdan patotipe VIII pada stadia generatif, tahan terhadap penyakit
blas ras 033, ras 073, ras 133, dan rentan ras 173, agak tahan terhadap tungro
inokulum Garut dan Purwakarta.
Varietas ini cocok dibudidayakan pada daerah sawah irigasi pada ketinggian
0-600 m dpl. Berdasarkan syarat tumbuh varietas tersebut sangat cocok untuk
dibudidayakan pada lahan yang berada di Kelompok Tani Sinar Pagi II yang
menerapkan sistem irigasi untuk pengairan sawah dengan memanfaatkan sumber
air pegunungan yang berada di sekitar sawah. Pengelolaan sistem irigasi pada di
kelompok tani sumber pagi II diatur dengan menggunakan pintu air apabila
kelebihan air maka pintu air akan dibuka dan apabila lahan memerlukan air yang
cukup terutama pada fase pengolahan lahan dan penanaman maka pintu air akan
ditutup sesuai dengan kebutuhan.
Sistem budidaya tanaman padi yang dilakukan oleh petani adalah sistem
jajar legowo 2:1 dan 4:1. Padi yang di tanam merupakan padi untuk keperluan
pembenihan ataupun padi yang digunakan untuk benih. Benih yang dipanen akan
14

dijual ke perusahaan PT. Sumber Agro Semesta. Selain menerapkan sistem jajar
legowo petani padi juga menerapkan sistem Salibu dimana tanaman padi yang telah
dipanen dibiarkan tumbuh tunas kembali dan dirawat hingga panen. Penerapan
salibu ini bertujuan untuk menghemat biaya produksi terutama benih. Menurut
Rima (2018) Beberapa keuntungan budidaya salibu diantaranya adalah umurnya
relatif lebih pendek, kebutuhan air lebih sedikit, biaya produksi lebih rendah karena
penghematan dalam pengolahan tanah, penanaman, penggunaan bibit dan kemurian
genetik lebih terpelihara. Hasil panen tanaman kedua dipanen untuk konsumsi
petani.
Persiapan Lahan untuk budidaya padi yang dilakukan oleh petani di
Kelompok Tani Sinar Pagi II dibantu menggunakan Hand Traktor yang telah
dipasang dengan bajak singkal untuk membolak balik kan tanah dan bajak glebek
untuk menghancurkan maupun meratakan tanah yang telah hancur seperti bubur
agar memudahkan penanaman menggunakan transplanter. Persiapan lahan
dilakukan tanpa membakar maupun menyemprot dengan herbisida tetapi sisa
tanaman padi sebelumnya langsung dibajak dan beri dekomposer untuk
mempercepat dekomposisi sisa tanaman. Pupuk dasar menjadi bagian penting
dalam budidaya tanaman padi yang berkelanjutan untuk pemenuhan unsur hara.
Pupuk dasar yang diberikan berupa pupuk kandang. Pupuk kandang adalah pupuk
organik yang berasal dari kotoran padat dan cair dari hewan peliharaan tercampur
dengan sisa-sisa pakan dan alas kandang yang telah dikomposkan. Pupuk kandang
mengandung hampir semua unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan oleh
tanaman.
Persemaian padi yang dilakukan di lakukan pada nampan pembenihan
dengan media lumpur yang berasal dari sawah. Persemaian dilakukan di dalam
nampan bertujuan untuk memudahkan kegiatan penanaman yang menggunakan
mesin transplanter. Benih ini disemai di dalam ruang gelap hingga berkecambah,
kemudian di berikan sinar matahari selama dua hari hingg berwarna hijau merata.
Setelah itu bibit dipelihara hingga ukuran atau ketinggian yang diinginkan.
Penyemaian bibit hingga panen memerlukan waktu ± 15-21 Hari setelah semai.
Keperluan benih padi untuk 1 Ha adalah 10 – 15 Kg/Ha.
15

Penanaman Padi ke lahan atau transplanting tanaman padi dilakuakan


dengan mengunakan mesin Rice Transplanter. Penggunaan mesin Rice transplanter
sanagat membantu petani dalam penanaman sebagai upaya untuk menseragamkan
penanaman, mengefisienkan waktu dan menghemat biaya tenaga kerja. Bibit yang
dipergunakan memiliki tinggi/panjang 10 hingga 30 cm, memiliki 2 hingga 5 daun.
Jumlah bibit yang ditancapkan pada setiap titik adalah 3 hingga 5 bibit. Menurut
Siswanto (2015) kecepatan penanaman adalah sekitar 200 titik (hill) per menit per
alur. Bila sebuah mesin dapat menanam dalam empat alur, dengan jalar antar alur
40 cm dan jarak antar titik tanam 16 cm, maka akan dibutuhkan waktu tanam selama
4 jam untuk setiap hektar.

Gambar 2. Penanaman Tanaman Padi Menggunakan Rice Transplanter DI


Poktan Sumber Pagi II

Perawatan yang dilakukan oleh petani dikelompok tani Sinar Pagi II adalah
pengairan, pemupukan, pengendalian gulma dan pengendalian hama maupun
penyakit tanaman. Pengairan sangat penting pada tanaman padi terutama pada fase
pindah tanaman dan pembentutakan gabah sehingga perlu upaya dalam menjaga
ketersediaan air pada lahan irigasi. Pemenuhan nutrisi hara tanaman dilakukan
16

dengan pemberian pupuk dasar maupun lanjutan, pupuk dasar yang biasa diberikan
oleh petani adalah kotoran sapi yang telah di bakar dan pupuk kimia anorganik yang
diberikan adalah urea, SP 36 dan KCl dengan dosis sebagai berikut :
Jenis/Umur 7-10 HST 21 HST 42 HST
Urea 75 kg/ha 150 kg/ha 75 kg/ha
SP-36 100 kg/ha - -
KCl 50 kg/ha - 50 kg/ha

Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara
langsung dan tidak langsung. Pengendalian secara langsung meliputi penyiangan,
mekanis dan herbisida, sedangkan pengendalian tidak langsung meliputi
pengolahan tanah dan teknik budidaya (Noor dan Pane, 2002). Pengendalian gulma
dilakukan secara mekanis dengan menggunakan alat bantu parang atau sabit,
pengendalian gulma penting sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kompetisi
ataupun persaingan antara tanaman budidaya dengan gulma yang dapat
menurunkan hasil produksi. Pengendalian gulma dengan herbisida jarang dilakukan
oleh petani karena biaya herbisida yang tinggi dan berbahaya bagi tanah apabila
terakamulasi dalam jumlah yang tinggi.
Hama yang sering menyerang tanaman padi di lokasi budidaya adalah tikus
dan burung. Tingginya serangan tikus ini disebabkan oleh penanaman padi secara
terus menerus tanpa pergiliran tanaman. Pengendalian tikus yang dilakukan oleh
petani dilakukan dengan perendaman lahan, perangkap, maupun penggunaan bahan
kimia. Pengendalian hama burung dilakukan dengan membuat orang-orangan
sawah dan bendera yang dipasang pada lahan untuk menakuti burung. Serangan
tikus dan burung ini sangat meresahkan para petani karena dapat merusak tanaman
padi dan dapat menurunkan hasil produksi bahkan jika dalam serangan yang tinggi
dapat menyebabkan kehilangan hasil samapi 50%.
Kegiatan pemanen padi dilakukan menggunakan alat mesin panen padi
combine harvester. Alat ini sangat membantu petani dalam mengurangi kehilangan
hasil panen. Alat ini juga sangat membantu dalam mempercepat waktu panen dan
efisiien karena alat ini bisa memanen dan memisahkan gabah dari tangkai nya
secara bersamaan sehingga bisa mempercepat dan mengurangi biaya tenaga kerja.
17

4.2. Kelompok Tani Rejeki


Kelompok Tani Rejeki II berada di jalan Veteran Gg. Tak Sangka RT 062
RW 004 Kel. Roban Kec. Singkawang Tengah. Kelompok ini berfokus pada
budidaya tanaman hortikultura yaitu sayur-sayuran. Kelompok tani ini memiliki
300 anggota yang membudidayakan tanaman dan luasan yang berbeda-beda.
Adapun tanaman yang banyak dibudidayakan oleh petani adalah sawi, bayam,
kangkung, tomat, cabe, kacang panjang mentimun dan komoditas lainnya.
Pada wawancara kunjungan lapangan yang dilakukakukan pada salah satu
petani yang membudidayakan tanaman sawi caisim didapatkan beberapa informasi
sebagai berikut. Pemilihan sawi jenis caisim untuk budidaya karena masyarakat
kota singkawang menyukai jenis sawi ini dibanding jenis sawi lainnya terutama
masyarakat tionghoa yang merupakan masyarakat terbanyak di kota Singkawang.
Lahan yang dibudidayakan untuk tanaman sawi ini merupakan tanah berpasir yang
merupakan lahan sub optimal sehingga upaya untuk memaksimalkan produksi perlu
upaya tertentu.

Gambar

Gambar 3. Foto Bersama Ketua Kelompok Tani Rejeki Singkawang Tengah


18

Pengolahan lahan untuk budidaya dilakukan dengan membuat bedengan


dengan lebar 120 cm dan tinggi bedengan 30 cm sedangkan panjangnya
menyesuaikan kondisi lahan. Ketinggian bedengan 30 cm diharapkan pada saat
curah hujan tinggi tanaman tidak terendam air yang dapat menyebababkan busuk
pada akar tanaman. Pengolahan lahan dilakukan dengan menggunakan alat mesin
Cultivator agar mempercepat dan mengurangi upah. Pengolahan lahan maksimal
untuk membentuk bedengan dilakukan 1-2 kali dalam setahun ataupun 2-3 kali
penanaman baru diolah maksimal. Penggemburan tanah minimal dilakukan setiap
akan memindahkan tanaman dengan cara mencangkul. Pemeberian bahan organik
sangat penting pada budidaya tanaman di daerah berpasir, pemberian bahan organik
selain untuk menambah bahan organik tanah juga dapat meningkatkan kemampuan
tanah dalam mengikat air. Pupuk dasar yang diberikan oleh petani adalah kotoran
ayam petelur atau ayam merah.
Persemaian benih dilakukan dengan menaburkan benih diatas bedengan
yang telah digemburkan. Bedengan pada persemaian diberi naungan dengan tujuan
untuk mengurangi sinar matahari yang masuk, memecah air hujan yang dapat
merusak daun, menjaga kelembaban, serta mencegah evapotranspirasi yang
berlebihan karena tanaman sawi yang masih kecil sangat rentan. Persemaian
dilakukan selama kurang lebih ± 2 minggu setelah semai. Benih yang siap di pindah
merupakan benih yang telah memiliki 3-5 daun.

Gambar 4. Persemaian dan Tanaman Pindah Tanaman

Penanaman dilakukan dengan mencabut benih dipersemaian dan ditanam


pada bedengan pembesaran dengan jarak 15 x 15 ataupun 20x20 cm. Bibit tanaman
19

yang ditanam harus seragam dan sehat agar saat panen juga seragam. Penanaman
dilakukan pada sore hari untuk saat cuaca sudah mulai redup. Setelah ditanam
tanaman disiram dan tutup menggunakan paranet maupun ilalang untuk menjaga
kelembaban tanaman dan mengurangi transpirasi saat tanaman beradapitasi pada
lingkungan yang baru. Penanaman sawi dilakukan setiap hari setelah panen agar
panen juga dilakukan setiap hari dengan tujuan agar stok sayur tetap terjaga atau
terpenuhi setiap harinya
Perawatan tanaman sawi ini meliputi penyiraman, pemupukan,
pengendalian gulma, dan pengendalian hama maupun penyakit tanaman.
Penyiraman tanaman dilakuakan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari, hal itu
karena sifat tanah pasir yang lebih cepat kehilangan air karena kemampuan
menahan air yang rendah. Pemupukan lanjutan pada sawi caisim dilakukan dengan
menggunakan pupuk kandang ayam dengan membuat larikan di antara tanaman dan
ditaburkan. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan hara Nitrogen tanaman di
lakukan dengan pemberian pupuk urea dengan cara dikocor. Pemupukan lanjutan
hanya dilakukan satu kali dalam satu periode tanam.
Pengendalian gulma yang tumbuh diantara tanaman budidaya maupun
diparit antar bedengan dilakukan dengan cara dicabut menggunakan tangan maupun
dengan bantuan cangkul. Pengendalian gulma penting dilakukan untuk mengurangi
kelembaban, mengurangi semak, dan mengurangi kompetisis terhadap serapan hara
tanaman. Hama yang paling sering menyerang tanaman adalah bekicot,
pengendalian hama bekicot ini dilakukan secara fisik dengan menagkapnya dan
membunuhnya, pengendalian dilakukan pada malam hari karena hama ini aktif
pada malam hari. Bekicot sangat cepat dalam memakan tanaman sehingga apabila
pengendaliannya lambat akan menyebabkan kerugian yang besar. Hama lain yang
sering menyerang adalah ulat, ulat dapat mengurangi kualitas sayur yang dapat
menyebabkan sayur menjadi bolong, petani melakukan pengendalian terhadap ulat
masih dengan menggunakan pestisida kimia. Kedepan diharapkan dapat melakukan
pencegahan terhadap serangan ulat dengan memanfaatkan pestisida alami yang
lebih aman terhadap sayuran ketika dikonsumsi.
Panen dilakuan pada saat umur 40-45 HST dengan cara mencabut. Tanaman
yang telah dipanen dicuci kemudian diikat lalu dipasrkan. Setiap harinya petani
20

dapat memanen100-150 ikat per harinya tergantung permintaan pasar. Hasil panen
dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap sayur khususnya
Singkawang bahkan sampai ke kdaerah di sekitar Singkawang seperti Sambas,
Bengkayang, Landak, Sanggau maupun Sintang.
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Lahan suboptimal di daerah Kota Singkawang dapat digunakan untuk
kegiatan budidaya tanaman pertanian dengan syarat perbaikan sifat fisika, kimia,
dan biologi tanah menggunakan bahan-bahan pembenah (ameliorant). Penambahan
pupuk kompos kotoran hewan ternak atau dikenal dengan istilah pupuk kandang
dengan dosis tertentu dapat memperbaiki kesuburan tanah suboptimal.
Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus dapat merusak
keseimbangan hara dan kesuburan tanah. Upaya untuk memulihkan tanah yang
telah rusak adalah menggunakan pupuk kandang secara berkelanjutan. Penerapan
pemupukan berimbang dan Teknik budidaya tanaman pertanian yang baik dan
benar wajib dilakukan guna menjaga dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman pertanian yang diusahakan oleh petani. Penggunaan bahan organik secara
berkelanjutan dan pengolahan tanah yang intensif merupakan kunci keberhasilan
pengelolaan budidaya tanaman pada lahan sub optimal di kelompok tani Sinar Pagi
II Singkawang Timur dan kelompok tani Rejeki Singkawang Tengah kota
singkawang.

5.2. Saran
Perlu adanya integrasi antara pertanian dan peternakan sebagai upaya untuk
memenuhi kebutuhan terhadap bahan organik tanah. selain itu, Kombinasi
pencampuran berbagai pupuk kendang dapat dimaksimal terus untuk memperbaiki
dan menjaga kondisi tanah. Kematangan kompos pupuk kandang perlu ditingkatkan
kembali dan dilakukan berbagai analisis kadar hara kompos pupuk kandang pada
Lembaga uji terdekat sehingga kualitas pupuk kompos dapat dijaga dengan baik.
Penerapan pupuk anorganik dan organik berimbang juga harus terus dilakukan guna
menjaga kesehatan tanah agar tetap baik.
Perlu adanya upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap
penggunaan pestisida kimia terutama terhadap produk sayuran dan beralih ke
penggunaan pestisida nabati untuk pencegahan.

21
DAFTAR PUSTAKA

BKP3 & BPTP NAD. 2009. Budidaya Tanaman Jagung. Nangroe Aceh Darussalam
(ID): Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian dan Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian. 21 hal.

Dariah A. 2007. Bhan Pembenah Tanah: Prospek dan Kendala Pemanfaatannya.


Sinar Tani edisi 16 Mei 2007. Jakarta.

Fiadini P. 2011. Bertani di Lahan Pasir Pantai. BBPP Lembang.

Haryanto, E., T. Suhartini, dan E. Rahayu. 2001. Sawi dan Selada. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Haryanto, W. 2003. Sawi dan Selada. Edisi Revisi Penebar Swadaya, Jakarta. Hal:
5-26.

Kertonegoro BD. 2001. Gumuk Pasir Pantai Di D.I. Yogyakarta: Potensi dan
Pemanfaatannya untuk Pertanian Berkelanjutan. Prosiding Seminar
Nasional Sumberdaya Lokal Untuk Pembangunan Pertanian Berkelanjutan.
Universitas Wangsa Manggala pada tanggal 02 Oktober 2001. Hal 46-54.

Nazaruddin. 2003. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Noor. E. S. dan H. Pane. 2002. Pengelolaan Gulma pada Sistem Usahatani Berbasis
Padi di Lahan Sawah Tadah Hujan. Hlm. 321-335 Dalam J.Soejitno, I. J.
Sasadan Hermanto (Ed). Prosiding Seminar Nasional Membangun Sistem
ProduksiTanaman Pangan Berwawasan Lingkungan. Pusat Penelitian dan
PengembanganTanaman Pangan Bogor. Bogor.

Rajiman. 2010. Pemanfaatan bahan pembenah tanah lokal dalam upaya


peningkatan produksi benih bawang merah di lahan pasir pantai Kulon
Progo. Disertasi. Program Pascasarjana UGM.

Rima. 2018. Budidaya Salibu. Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng.

Ritung. S, Wahyunto, Fahmuddin Agus dan Hapid Hidayat. 2007. Evaluasi


Kesesuaian Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan
Kabupaten Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry
Centre.

Rukmana, R. 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius. Yogyakarta.

Siswanto. 2015. Modul Diklat PKB Guru Alat Mesin Pertanian Alat Mesin
Budidaya Tanaman. Pusat Pengembangan Penataran Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan Pertanian. Jakarta,

22
Sitorus, SRP . 2004. Konversi Lahan Sawah dan Usulan Pencegahannya. Makalah
Diskusi yang disampaikan pada pertemuan Round Table II Pengendalian
Konversi dan Pengembangan Lahan Pertanian. Direktorat Perluasan Areal,
Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan, Departemen Pertanian.
Jakarta.

Sukmabuana, P. dan P.I. Tjahaja. 2011. Penentuan Nilai Rasio Konsentrasi Pada
Perpindahan 60 Co Dari Tanah Ke Tanaman Sawi. Bandung. hal 41-47.

Sunarjono, H. 2004. Bertanam Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tjitrosoepomo, G. 2005. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press.


Yogyakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai