Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

MAKANAN I

PEMUPUKAN DAN PENGAIRAN

OLEH

ANGGA INDRAWANTO 194110060

MUHAMMAD RESTU ADJI 194110017

SANTI MARTA LINA 194110258

UMMUL MUTHMAINNAH ULYA 194110243

WINDA NURJANNAH PUTRI 194110090

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan

kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu

menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Teknologi

Produksi Tanaman Hortikultura I.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah

Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura I, yang telah memberikan ilmu dan

wawasan sehingga kami memiliki gambaran dalam menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi

sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Kami sadar

bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.

Untuk itu, kepada dosen pengampu mata kuliah kami meminta masukannya

demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan

mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Pekanbaru, 2 Juni 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

I.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

I.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2

II. PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

II.1 Pemupukan .......................................................................................... 3

II.1.1 Faktor Dalam Pemupukan Tanaman ...................................... 3

II.1.2 Pupuk Cair dan Pupuk Padat .................................................. 4

II.2 Rekomendasi Pemupukan Tanaman Hortikultura Semusim ............... 4

II.2.1 Prinsip Rekomendasi Pupuk .................................................... 4

II.2.2 Filosofi Pemupukan ................................................................. 5

II.2.3 Pemupukan Berdasarkan Rekomendasi ...................................8

II.2.4 Prosedur Penetapan Dosis Rekomendasi Pemupukan ............. 9

II.3 Rekomendasi Pemupukan Tanaman Hortikultura Tahunan .............. 10

II.3.1 Studi Kasus Pemupukan Tanaman Durian ............................ 10

II.3.2 Studi Kasus Pemupukan Tanaman Manggis ......................... 14

II.4 Irigasi ................................................................................................. 28

ii
III. PENUTUP ................................................................................................. 1

III.1Kesimpulan .......................................................................................... 1

III.2Saran .................................................................................................... 1

DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR TABEL

Hal

1. Tabel 1. Interpretasi Hasil Analisis Tanah Menggunakan Mechlih-I Untuk

Budidaya Tanaman Sayuran Pada Tanah Mineral.....................................8

2. Tabel 2. Tingkat Kesuburan Tanah Sawah................................................9

3. Tabel 3. Hasil Analisis N Tanah..............................................................17

4. Tabel 4. Hasil Analisis P Tanah...............................................................18

5. Tabel 5. Hasil Analisis K Tanah..............................................................19

6. Tabel 6. Kandungan Pada Jaringan Daun Terminal Tanaman Manggis

pada Beberapa Waktu Pengamatan..........................................................22

7. Tabel 7. Pengaruh Pemberian Kalium Terhadap Jumlah Bunga, Jumlah

Bunga dan Buah Rontok, Jumlah Buah Panen dan Produksi Buah per

Pohon.......................................................................................................23

8. Tabel 8. Kebutuhan Air pada Tanaman Hortikultura Semusim..............31

9. Tabel 9. Kebutuhan Air pada Tanaman Hortikultura Tahunan...............31

iv
DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Kurva respon pemupukan K terhadap Hasil Relatif Buah Manggis

25

v
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pupuk merupakan substansi/bahan yang mengandung satu atau

lebih zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan

tanaman. Pupuk mengandung zat – zat yang dibutuhkan oleh tanaman

untuk memenuhi kebutuhan nutirisi pada tanaman.

Pemupukan pada tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan

pupuk padat dan pupuk cair baik baik itu pupuk anorganik atau maupun

pupuk organik. Pupuk anorganik adalah pupuk yang sengaja dibuat oleh

manusia dalam skala pabrik dari senyawa kimia. Pupuk organik

merupakan pupuk yang berasal dari pelapukan tanaman, hewan, manusia,

dan kotoran hewan. Pupuk organik merupakan pupuk yang ramah terhadap

lingkungan dan juga manusia. Jenis pupuk organik yang banyak dikenal

diantaranya adalah pupuk kandang, kompos, pupuk guano, dan humus.

Pupuk organik dapat mengembalikan kesuburan tanah, terutama berkaitan

dengan sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, dan sifat biologi tanah.

Pertumbuhan tanaman dapat tumbuh optimum dengan

penambahan pupuk, namun kebutuhan air juga harus tercukupi.

Pemenuhan kebutuhah air bagi tanaman dapat dipenuhi dengan sistem

irigasi. Irigasi merupakan upaya mengalirkan air secara teratur sesuai

dengan kebutuhan tanaman dari sumber air kepada sebidang lahan untuk

memenuhi kebutuhan air bagi tanaman agar dapat tumbuh optimal.

1
2

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam

makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana faktor dalam pemupukan tanaman?

2. Bagaimana rekomendasi pemupukan terhadap tanaman hortikultura

semusim dan tahunan?

3. Apa pentingnya air bagi tanaman?

4. Bagaimana kebutuhan air bagi tanaman hortikultura semusim dan

tahunan?
II. PEMBAHASAN

II.1 Pemupukan

II.1.1 Faktor Dalam Pemupukan Tanaman

Faktor yang harus diperhatikan dalam pemupukan adalah :

a. Tanaman yang akan dipupuk

 Nilai ekonomi tanaman dan luas areal tanam. Tanaman

dengan nilai ekonomi yang tinggi atau mempunyai skala

penanaman yang sangat luas dapat mempertimbangkan cara

penenmpatan pupuk dengan alat mekanis.

 Umur tanaman. Tanmana di persemaian dapat dipupuk

dengan cara menyemprotkan pupuk lewat daun. Pupuk untuk

tanaman di lapangan yang masih kecil diberikan dengan cara

menugal. Pada tanaman yang sudah besar pupuk dapat

diberikan dengan cara larikan.

 Jarak tanam dan karakter tajuk. Tanaman dengan jarak tanam

yang rapat dapat dipupuk dengan cara membuat larikan yang

melingkar mengelilingi pohon.

b. Jenis pupuk yang digunakan

 Dalam pemupukan, kita harus memperhatikan mobilitasnya

di dalam tanah. Fosfor hampir tidak bergerak, akibatnya

pupuk ini tetap berada di tempat semula dalam jangka waktu

yang lama sehingga diberikan sekaligus dan harus diberikan

dekat dengan perakaran dengan cara menugal atau larikan.

Pola pergerakannya vertikal ke bawah bersama-sama air.

3
4

Karena sifatnya yang mobil pupuk kalium dan nitrogen dapat

diberikan dengan cara ditebar dipermukaan tanah atau dengan

cara larikan.

 Indeks garam. Pupuk dengan indeks garam yang tinggi tidak

boleh ditempatkan terlalu dekat dengan akar karena akan

merusak tanaman.

 Ukuran pupuk. Pupuk dengan ukuran butiran yang sangat

halus seperti kapur umumnya ditebar di atas permukaan tanah

II.1.2 Pupuk Cair dan Pupuk Padat

Pupuk cair adalah pupuk yang berbentuk bahan cair, berupa konsentrat atau

cairan. Pemakaian pupuk cair dilakukan dengan penyemprotan dan

penyiraman. Contoh pupuk cair adalah Kosarin, Pupuk Amonia Cair, Pupuk

Organik Cair.

Pupuk padat adalah pupuk yang berbentuk bahan padat seperti bentuk

onggokan, remahan, butiran, atau kristal. Pemakaian pupuk padat langsung di

berikan atau ditaburkan di media tanam. Contoh pupuk padat adalah humus,

pupuk kandang, pupuk Urea, pupuk NPK Mutiara.

II.2 Rekomendasi Pemupukan Tanaman Hortikultura Semusim

II.2.1 Prinsip Rekomendasi Pupuk

Rekomendasi pemupukan seharusnya dapat menghasilkan produk dan

kualitas tanaman yang diinginkan, juga untuk menghidari kesalahan

manajemen aplikasi pupuk yang menyebabkan kerusakan lingkungan. Proses

ini memerlukan penelitian, bukan hanya kesaksian dari beberapa petani.

Tahap pertama adalah menyimpan pupuk di zona perakaran dan tersedia bagi
5

tanaman melalui manajemen pengairan. Ketika analisis tanah mencerminkan

respon positif tanaman terhadap perlakukan pemupukan, penetapan jumlah

hara yang memerlukan uji kalibrasi untuk menghasilkan data interpretasi

untuk jenis tanaman tertentu. Setelah kalibrasi uji tanah dan manajemen

pengairan, perlu diketahui filosofi rekomendasi pemupukan hara essensial.

Kondisi politik mengenai penggunaan pupuk sering mengganggu

rekomendasi pemupukan. Beberapa pihak berargumentasi bahwa pemupukan

telah menyebabkan kerusakan lingkungan, akan tetpai beberapa pihak lain

berpendapat bahwa penggunaan pupuk dapat meningkatkan hasil dan kualitas

tanaman. Pada kenyataannya kedua pendapat tersebut benar. Jalan satu-

satunya untuk mengatasi kedua perbedaan pendapat tersebut adalah dengan

pendekatan ilmiah untuk mengorksinya.

II.2.2 Filosofi Pemupukan

Ketika kepedulian terhadap lingkungan mempengaruhi penelitian di bidang

pemupukan untuk menghasilkan rekomendasi, tidak semua rekomendasi

pemupukan menggunakan filosofi rekomendasi pemupukan yang sama, yang

mempertimbangan penggunaan pupuk, interaksi tanah, dan pergerakan hara.

Pada kenyataannya, beberapa rekomendasi pemupukan justru bertentangan

dengan perlindungan terhadap lingkungan dan meningkatkan biaya produksi.

Filosofi pemupukan sangat berbeda berdasarkan pendekatan pemupukan

tanah atau pemupukan tanaman. Dalam sub bab ini akan dibahas filosofi yan

mempengaruhi penetapan rekomendasi pemupukan. Pembahasan ini berfokus

terhadap unsur hara P dan K. Analisis tanah tidak direkomendasikan untuk


6

menentukan dosis pupuk N, sebab N sangat mampu bergerak atau berpindah

di dalam tanah.

Build-Up and Maintenance. Flosofi ini telah diaplikasikan sejak tahun 1940

oleh laboratorium uji tanah komersial. Filosofi ini menyatakan bahwa

konsentrasi hara dapat ditingkatkan dan dipertahankan di dalam tanah.

Pendekatan ini mengasumsikan bahwa penambahan pupuk akan

meningkatkan hasil nilai indeks analisis tanah, akan tetapi peningkatan hara

tanah hanya mungkin terjadi di area dimana evapotranspirasi melebihi hujan

dan pada tanah dengan tekstur lembut. Filosofi ini merupakan salah satu dati

tiga filosofi yang lebih didasarkan pada memupuk tanah daripada memupuk

tanaman. Selama fase peningkatan hara, pupuk ditambahan untuk menyuplai

hara bagi tanaman ditambah hara yang dapat meningkatkan hasil nilai indeks

pada analisis tanah. Asumsi yang digunakan adalah bahwa pupuk yang

ditambah akan tetap berada pada zona perakaran dan tidak akan hilang karena

pencucian dan aliran permukaan. Saat hasil analisi tanah didapat, pupuk perlu

ditambahkan sedikit lebih tinggi daripada titik kritis (beberapa pupuk untuk

tanamn dan beberapa untuk mempertahankan level hara tersebut pada nilai

hasil analisiss tanah). Filosofi ini membuat petani jarang mengurang jumlah

pupuk yang diaplikasikan. Di area yang mempunyai curah hujan yang tinggi,

tanah yang ringan pupuk akan mudah hilang dari tanah. Oleh karena itu

filosofi ini akan meningkatkan biaya pupuk, biasanya tidak diikuti oleh

meningkatnya nilai hasil analisis tanah yang diharapkan, dan dapat

mencemari daerah sekitar dengan pupuk.


7

Basic Cation Saturation. Filosofi basic cation saturation mengasumsikan

bahwa jumlah kation dalam partikel tanah dan partikel organik (KTK) dapat

dimanipulasi dengan penambahan pupuk dalam kondisi perbandingan yang

ideal pada daerah pertukaran ion. Pada pendekatan ini, pemupukan

dipertimbangkan sebagai memupuk tanah daripada memupuk tanaman. Untuk

mempertahankan rasio ion yang ideal, petani harus juga memupuk tanah

setiap musim tanam. Sebagai tambahan daripada filosofi built up maintain

pada filosofi ini secara salah diasumsikan bahwa tanaman akan tumbuh baik

pada rasio tertentu. Pada dareah dengan jenis tanah yang mempunyai KTK

rendah dimana tanah tidak akan mampu menyuplai hara yang cukup, filosofi

ini kurang cocok. Sama seperti filosofi bulit up maintaine, filosofi basic

cation ratio ini akan meningkatkan biaya pemupukan dan meninkatkan resiko

terhadap lingkungan.

Hydroponics. Dalam filosofi hidroponik, tanah dianggap tidak dapat

menyuplai hara untuk tanaman. Sehingga semua hara yang diperlukan

tanaman harus diberikan dari sumber pupuk. Tanah hanya dapat memegang

larutan hara akan tetapi jumlah hara yang dapat ditahan dalam zona perakaran

sangatlah kecil, terutama pada tanah berpasir. Filosofi hidroponik didasarkan

pada memupuk tanah daripada memupuk tanaman. Dengan menyuplai semua

hara dari pupuk, hal ini kan berpotensi kelebihan pupuk bagi tanaman yang

dapat megakibatkan pencucian dan meningkatkn biaya produksi.

Percent Sufficiency Concept (CNR). Filosofi Persen Sufficiency disebut juga

Crop Nutrient Requirement (CNR). Asumsi yang dibuat dalam filosofi ini

adalah bahwa tanah berkontribusi terhadap hara tanaman (sangat nyata


8

biasanya pada unsur P, Ca, Mg, S, hara mikro dan kadang kadang K),

kontribusi dari tanah dapat diketahui dari uji kalibrasi tanah, tambahan hara

yang tidak dapat dipenuhi oleh tanah akan ditambahkan menggunakan pupuk.

Pendekatan ini memperhitungkan kapasitas tanah dalam menyuplai hara,

kebutuhan hara tanaman, dan potensial dari pupuk untuk memndapatkan

CNR. Filosofi ini telah terbukti mampu meningkatkan hasil dan kualitas

tanaman dengan tetap mempertahankan kualitas lingkungan hidup.

II.2.3 Pemupukan Berdasarkan Rekomendasi

Program pemupukan tanaman yang berdasarkan analisis tanah dimulai

dengan pengambilan contoh tanah pada lahan yang akan ditanami.

Pengambilan contoh tanah harus dilakukan secara benar yang dapat mewakili

seluruh areal yang akan ditanamani. Contoh tanah dapat dikirim ke

laboratorum uji tanah yang telah melakukan Uji Korelasi dan Uji Kalibrasi

analisis tanah pada lokasi yang akan ditanami sesuai dengan jenis tanah dan

jenis tanaman. Untuk menentukan tingkat kesuburan tanah hasil analisis tanah

dicocokan dengan Tabel Interpretasi hasil analisi tanah yang dikeluarkan oleh

laboratorium uji tanah tersebut. Contoh Tabel Interpretasi hasil analisi tanah

disajikan pada Tabel 9.1. Setelah katergori kesuburan tanah diketahui,

selanjutnya data rekomendasi pupuk dapat ditentukan menggunakan tabel

rekomendasi yang disajikan pada Tabel 9.2.

Sebagai contoh, seorang petani akan menanam terong di suatu lahan.

Sebelum penanaman, petani tersebut mengambil contoh tanah secara diagonal

dilahan agar dapat mewakili kesuburan tanah seluruh lahan. Contoh tanah di

kirim ke laboratotium uji tanah yang telah melakukan Uji Korelasi dan
9

Kalibrasi tanaman tomat untuk jenis tanah yang sama dengan lahan petani.

Petani mendapatkan hasil analisis tanah sebagai berikut P = 15 ppm, dan K =

40 ppm, pH tanah 6.6. Setelah dicocokkan dengan Tabel 1., ternyata lahan

tersebut mengadung P dalam kategori sangat rendah dan K dalam kategori

sedang. Berdasarkan tabel rekomendasi (Tabel 2.) maka dapat ditentukan

rekomendasi sebagai berikut: karena pH 6.6 maka tidak perlu dilakukan

pengapuran, dosis pupuk yang diperlukan N = 200 kg N/a, P = 168 kg

P2O5/ha, dan K= 134 kg K2O/ha.

Tabel 1. Interpretasi Hasil Analisis Tanah Menggunakan Mechlih-I Untuk

Budidaya Tanaman Sayuran Pada Tanah Mineral

Parts Per Million (ppm)


Sangat Sangat
Unsur
Rendah Sedang Tinggi
Rendah Tinggi
P < 20 11 - 15 16 - 30 31 - 60 > 60
K < 20 20 - 35 36 - 60 61 - 125 > 125
Mg -- < 15 15 - 30 > 30 --
Ca < 50 50 - 100 101 - 300 301 - 500 > 500

II.2.4 Prosedur penetapan dosis rekomendasi pemupukan

Langkah yang ditempuh dalam menetapkan rekomendasi pemupukan adalah :

a. Menghitung kebutuhan hara untuk suatu target hasil panen

b. Menghitung penyediaan hara dari tanah

c. Menghitung efisiensi serapan hara

d. Menghitung takaran hara

e. Menentukan waktu aplikasi.


10

Untuk memudahkan pelaksanaan di lapangan, umumnya dibuat paket

pemupukan berdasarkan tingkat kesuburan tanah. Contoh pembuatan

rekomendasi untuk tanah sawah :

Tabel 2. Tingkat Kesuburan Tanah Sawah

Karakter Kategori kesuburan


tidak subur subur sangat subur
Tekstur pasiran, pasir geluh geluh

geluhan, lempungan, lempungan,

geluh pasiran lempung lempung


C-organik (% C) <1 1-1,5 1,5 – 2,5
KPK (cmolc kg-1) < 10 10-20 > 20
P-Olsen (ppm) <5 5-10 > 10
K tertukar (cmolc kg-1) <0.15 0.15–0.30 > 0,3
pH setelah tergenang <6.5 6,5-7 6,5 – 7
Kekahatan/keracunan hara ya nihil nihil

mikro
Hasil (GY0) (t ha-1) 2.5 4,0 5,0
INS (sediaan asli N) (kg N ha-1) 30 50 70
IPS (sediaan asli P) (kg P ha-1) 10 15 20
IKS (sediaan asli K) (kg K ha-1) 50 75 100

II.3 Rekomendasi Pemupukan Tanaman Hortikultura Tahunan

II.3.1 Analisis Hara Sebagai Alat Untuk Penetapan Rekomendasi Pupuk

Analisis tanah adalah pengukuran konsentrasikimia elemen dalam tanah.

Tetapi, prakteknya sekarang, analisis tanah berarti penentuan cepat bentuk

yang tersedia secara biologis (bioavailable) dari hara tanaman untuk

keperluan menentukan kebutuhan pupuk dalam produksi tanaman. Analisis

tanah adalah cara yang terpercaya untuk memperkirakan kebutuhan hara

tanaman. Tetapi, ada perbedaan filosofi dalam mengintepretasikan hasil

analisis. Ada tiga konsep yang berbeda yang biasanya digunakan untuk dalam
11

menginterpretasikan hasil analisis tanah, ialah: (1) nisbah kejenuhan kation,

(2) mempertahankan hara tanah, dan (3) level kecukupan hara.

Berdasarkan konsep nisbah kejenuhan kation, tanah yang ideal adalah tanah

yang basa yang dapat dipertukarkan adalah 65 % kalsium, 10 % magnesium,

5 % kalium, atau Nisbah Ca/Mg adalah 6.6; nisbah Ca/K adalah 13, and

nisbah Mg/K adalah 2.0. Di luar nisbah ini, magnesium atau kalium akan

defisien. Hasil percobaan di Nebraska pada jagung menunjukkan bahwa

konsep ini tidak bisa digunakan untuk memperkirakan kebutuhan pupuk.

Konsep mempertahankan hara tanah berimplikasi pada level analisis tanah,

sejumlah hara harus ditambahkan untuk menggantikan hara yang

diperkirakan akan diserap tanaman. Konsep ini tidak dapat diterapkan pada

tanah subur, yang kandungan haranya lebih dari cukup untuk produksi

optimum.

Konsep level kecukupan hara didasarkan pada kalibrasi antara hasil analisis

tanah dengan produksi tanaman. Berdasarkan konsep ini diketahui bahwa

tidak ada respon terhadap produksi apabila pupuk diberikan saat tanah sudah

mencapai kandungan hara di atas level tertentu. Konsep ini menjanjikan,

karena hanya diperlukan sedikit usaha untuk menjaga hara tanah di atas level

kecukupan.

Dalam analisis tanah, terutama untuk kebun buah, sampel tanah tidak hanya

dilakukan pada permukaan tanah, tetapi juga pada horison yang lebih dalam.

Hal ini perlu dilakukan mengingat penyebaran akar tanaman pohon biasanya

cukup dalam.

a. Pengambilan Sampel Tanah


12

Pengambilan sampel tanah harus dilakukan pada tempat tumbuh

pohon yang diambil sampel daunnya. Hal ini dilakukan untuk

mengurangi variabilitas dengan menggolongkan pasing-masing

kelompok tanaman dan jenis tanah. Seperti pada pengambilan contoh

daun, contoh tanah diambil dari 15-20 pohon. Sampel tanah diambil

dari bawah kanopi pohon, pada jarak 30 cm dari pohon. Kedalaman

tanah yang diambil paling tidak 30 cm, atau diambil dua sampel, ialah

pada kedalaman 0-15 cm dan 15-30 cm. Tanah dimasukkan kedalam

kantung plastik dan dapat dicampur dengan sample tanah lain yang

diambil dari blok yang sama. Tanah kemudian dikeringanginkan

sebelum dikirim ke laboratorium.

b. Analisis Laboratorium

Ada beberapa metoda untuk mengekstrak tanah, ialah dengan

menggunakan pengekstrak Mehlich-1 (pengekstrak asam ganda),

amonium asetat netral, amonium asetat (pH = 4.8), Bray P1 dan P2,

dan natrium bikarbonat. Hasil ektrakntersebut kemudian dianalisis

dengan metode seperti yang digunakan pada analisis tanaman.

c. Kalibrasi Hasil Analisis Tanah

Kalibrasi hasil analisis tanah dengan produksi tanaman merupakan

tahapan kritis. Hasil kalibrasi akan berbeda apabila ekstraksi hara

dalam tanah dilakukan dengan cara yang berbeda. Kesalahan yang

umum terjadi adalah membandingkan antara nilai suatu hasil analisis

dengan suatu kalibrasi yang diperoleh dengan cara ekstraksi yang

berbeda. Karena itu, suatu kalibrasi dari hasil ekstraksi dengan cara
13

tertentu tidak digunakan untuk meginterpretasikan hasil analisis tanah

dengan cara ekstraksi yang berbeda.

Tahapan kalibrasi adalah sebagai berikut : (1) analisis tanah dari zona

perakaran, (2) menumbuhkan tanaman pada kondisi lapangan, (3)

mengukur hasil yang dapat dipasarkan, (4) mengkorelasikan antara

hasil analisis tanah dengan produksi, (5) mengulang langkah di atas

pada tanah, tanaman dan waktu yang berbeda. Dari data-data yang

diperoleh dalam melakukan tahapan di atas, akan diperoleh hubungan

antara kandungan hara di tanah dengan produksi tanaman. Hubungan

ini dapat dijadikan pedoman dalam menginterpretasikan hasil analisis

tanah untuk tujuan rekomendasi pemupukan.

d. Analisis Hara Jaringan Tanaman

Analisis jaringan tanaman, biasanya adalah analisis daun, memberi

gambaran kandungan hara yang ada dalam tanaman. Analisis tanaman

dapat menjawab pertanyaan sebagian besar pekebun mengenai

kecukupan hara tanamannya; apakah kesuburan tanah, pupuk yang

diberikan serta pengapuran yang dilakukan dapat memenuhi

kebutuhan hara tanamannya. Analisis tanaman dapat dipandang

sebagai pengujian paling penting untuk menentukan kecukupan hara

tanaman. Pada saat ini hasil analisis tanaman merupakan metode yang

terpercaya untuk diagnosa masalah dan monitoring hara tanaman pada

berbagai jenis tanah maupun spesies tanaman. Ada beberapa tujuan

analisis tanaman, ialah: (1) verifikasi gejala defisiensi hara, (2)


14

menentukan derajad kesuburan tanah, (3) menentukan apakah

pemupukan yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman.

Tahapan dalam analisis tanaman meliputi pengambilan contoh daun,

penyiapan contoh, analisis laboratorium dan interpretasi data. Spesies

tanaman, umur, bagian tanaman, waktu pengambilan contoh, dan

pemupukan yang dilakukan sangat berpengaruh pada interpretasi dari

hasil analisis. Karena itu pengambilan contoh harus dilakukan dengan

hati-hati dan mengikuti standar. Pengambilan contoh yang tidak

mengikuti standar akan dapat mengacaukan interpretasi hasil.

Membersihan daun dari kotoran, debu, sisa pestisida dan benda-benda

asing lainnya perlu dilakukan. Contoh daun kemudian dikeringkan

dengan oven pada 800C dan digiling untuk mengecilkan ukuran.

Bahan tersebut kemudian diabukan atau diperlakukan dengan oksidasi

asam kuat, baru kemudian dinalisis.

II.3.2 Studi Kasus Pemupukan Tanaman Durian

Durian merupakan tanaman asli dari kawasan Asia Tenggara yang beriklim

tropika basah, khususnya di Indonesia, Malaysia dan Thailand. Sebagai

negara penghasil durian indonesia masih belum bisa mengelola dengan baik.

Hal ini dibuktikan kebanyakan durian di pasaran merupakan buah durian

impor dari Thailand. Durian lokal dapat menjadi raja di negeri sendiri apabila

buah lokal memiliki mutu yang baik.

Bahan dan Metode

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Waturejo, Kecamatan Ngantang,

Kabupaten Malang dengan ketinggian tempat 669 - 672 mdpl dengan curah
15

hujan 1588 mm/tahun. Penelitian berlangsung pada November 2012 sampai

Februari 2013. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah jangka

sorong, alat tulis, kamera, timbangan analitik, pita ukur, penggaris dan label.

Sedangkan untuk bahan ialah menggunakan tanaman durian klon local Jingga

dan Arab serta pupuk NPK Mutiara. Penelitian ini menggunakan Rancangan

Acak Kelompok (RAK) dengan aplikasi tanaman durian dan dosis pupuk

NPK (16:16:16). Perlakuan sebagai berikut: P1: Durian Jingga + Pupuk NPK

90 g/tanaman, P2 : Durian Jingga + Pupuk NPK 135 g/tanaman, P3 :Durian

Jingga + Pupuk NPK 180 g/tanaman, P4 : Durian Arab + Pupuk NPK 90

g/tanaman, P5: Durian Arab + Pupuk NPK 135 g/tanaman, P6 : Durian Arab

+ Pupuk NPK 180 g/tanaman. Dari aplikasi tanaman durian dan jumlah

pupuk NPK (16:16:16) terdapat 6 perlakuan. Pada durian jingga 3 ulangan,

Kultivar arab 3 ulangan. Total terdiri dari 18 tanaman durian. Penelitian

dilakukan pada tanaman durian umur 3 tahun dengan jarak tanam 7 m x 8 m

pada dua jenis durian yaitu durian jingga dan arab. Pemberian pupuk sesuai

dosis perlakuan yaitu 90 g/tanaman, 135 g/tanaman dan 180 g/tanaman. Jenis

pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk anorganik NPK

(16:16:16). Pemberian pupuk NPK dilakukan dengan jumlah sesuai dengan

dosis perlakuan yaitu 90 g/tanaman, 135 g/tanaman dan 180 g/tanaman.

Pengamatan dilakukan terhadap beberapa komponen pertumbuhan tanaman

(panjang, diameter batang, jumlah cabang primer dan jumlah daun), analisa

tanah dan analisa daun tanaman.

Pengamatan komponen pertumbuhan tanaman dimulai pada awal pemupukan

0 HSP (Hari Setelah Pemupukan) hingga 90 HSP dengan interval 30 hari


16

dengan urutan 30, 60 dan 90 HSP. Data yang diperoleh yakni data

pertambahan diuji dengan analisis uji F dengan taraf 5%, untuk mengetahui

adanya pengaruh setiap perlakuan. Jika terdapat perbedaan maka dilanjutkan

dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5%.

Hasil dan Pembahasan

Komponen pertumbuhan : Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan pada

parameter panjang tanaman durian jingga nyata lebih besar pertambahan

panjang di banding dengan durian arab dengan dosis yang sama. Perbedaan

nyata juga terjadi pada pemberian dosis pupuk NPK 180 g/tanaman hasil

menunjukkan bahwa pada durian arab lebih responsif terhadap pemberian

pupuk NPK dibandingkan dengan durian jingga hal ini di simpulkan bahwa

masing-masing jenis durian memiliki dosis masing masing untuk mencapai

pertumbuhan optimum. Sedangkan untuk pemberian dosis 135 g/tanaman

didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata pada pertambahan antara durian

jingga dan durian arab. Komponen pertumbuhan yang juga sebagai parameter

yakni diameter batang, pemberian dosis yang berbeda pada masing masing

tanaman menunjukkan pertambahan yang berbeda pula. Durian arab lebih

responsif terhadap perlakuan pemberian pupuk NPK sehingga hasil pada

durian arab lebih tinggi di bandingkan durian jingga. Hal ini disebabkan

karena tiap tanaman durian memiliki pola pertumbuhan yang berbeda-beda

oleh karena itu pemberian dosis pupuk NPK yang sama memberikan hasil

pertumbuhan yang berbeda. Pertambahan jumlah cabang pada durian jingga

lebih tinggi dibanding dengan durian arab. Menurut Marsono dan Sigit (2002)

pemberian pupuk NPK sangat berperan dalam mendukung pertumbuhan


17

panjang tunas. Hal ini dikarenakan didalam pupuk NPK terdapat unsur

nitrogen, yang mana unsur nitrogen sangat berperan dalam pertumbuhan

vegetatif tanaman. Hal ini terbukti dengan prtumbuhan yang baik setelah

perlakuan pemberian pupuk NPK dengan berbagai dosis. Pada durian jingga

dengan perlakuan dosis 135 g/tanaman menunjukkan hasil yang berbeda

nyata dengan perlakuan yang sama pada durian arab. Hal ini terjadi juga pada

durian jingga dengan perlakuan dosis 90 g/tanaman dan 180 g/tanaman yang

memiliki nilai pertambahan lebih besar di banding dengan perlakuan yang

sama pada durian arab. Pertambahan tertinggi pada durian arab tertinggi pada

perlakuan dosis NPK 135 g/tanaman.

Kerapatan daun berhubungan erat dengan populasi tanaman. Semakin rapat

populasi tanaman semakin tinggi kerapatan diantara daun dan semakin sedikit

kuanta cahaya yang sampai ke lapisan daun bawah (Sitompul dan Guritno,

1995). Pertambahan daun pada durian arab dengan perlakuan dosis pupuk

NPK 180 g/tanaman menunjukkan pertambahan jumlah daun paling besar

disbanding perlakuan dosis yang lain. Sedangkan pada durian jingga hasil

terbesar pertambahan jumlah daun terdapat pada perlakuan dosis NPK 90

g/tanaman namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan dosis yang lain. Hal

ini dapat diartikan bahwa semakin banyak jumlah daun maka semakin besar.

luas daun yang dapat menyebabkan cahaya matahari yang diterima juga

semakin banyak. Hal ini sama dengan yang dikatakan Dwijoseputro (1983)

semakin banyak jumlah daun maka semakin tinggi hasil fotosintesinya.

Analisa Tanah : Pada analisa unsur hara tanah yang dilakukan menunjukkan

bahwa terjadi perubahan pada kandungan unsur N,P dan K pada tanah. Hal
18

ini menunjukkan tanaman menyerap unsur yang telah disediakan dengan

optimal.

Pada unsur N terlihat pada analisa tanah sebelum perlakuan dan sesudah

perlakuan menunjukkan peningkatan (Tabel 3.) yang menunjukkan bahwa

jumlah dosis yang diberikan pada perlakuan sudah mencukupi untuk

memenuhi kebutuhan tanaman, sehingga masih tersisa untuk disimpan di

dalam tanah yang dapat di pakai oleh tanaman kapan saja karena sifat pupuk

NPK adalah slow release yang berarti dapat melepas unsur secara perlahan.

Table 3. Hasil Analisis N Tanah

Analisis Nitrogen Tanah (%)


Perlakuan
Sebelum perlakuan Sesudah perlakuan
P1 0.09 0.32
P2 0.11 0.26
P3 0.12 0.18
P4 0.12 0.42
P5 0.10 0.15
P6 0.12 0.36
Keterangan: Kriteria status unsur hara N tanah =< 0,1 : sangat rendah, 0,1-

0,2: Rendah, 0,21 - 0,5: sedang 0,51 - 0,75: Tinggi, dan > 0,75:Sangat Tinggi.

Sedangkan untuk unsur P menunjukkan perubahan yang signifikan. Jumlah

unsur P sangat besar tersedia setelah perlakuan (Tabel 4.). Hal ini

menunjukkan bahwa unsur P pada lokasi penelitian masih tersedia cukup

besar sehingga kebutuhan tanaman untuk unsur P tidak terlalau banyak. Hal

ini menyebabkan unsur yang di berikan melalui pemupukan sebagian besar

masih tersimpan di dalam tanah, dan ketersediaan unsur ini dapat digunakan

oleh tanaman kapan saja saat tanaman membutuhkan asupan unsur hara lebih

karena pertumbuhan vegetatif memerlukan unsur P yang cukup banyak.


19

Table 4. Hasil Analisis P Tanah

Analisis Phospor Tanah (mg/kg)


Perlakuan
Sebelum perlakuan Sesudah perlakuan
P1 42.56 102.50
P2 34.67 83.56
P3 28.61 104.93
P4 46.26 48.06
P5 31.50 104.13
P6 36.17 102.50
Keterangan: Kriteria status unsur hara P tanah =< 10: sangat rendah, 10-20:

Rendah, 021 - 40 : sedang 41 - 60 : Tinggi, dan > 60 : Sangat Tinggi.

Pada unsur K terjadi penurunan dan peningkatan kandungan sebelum dan

sesudah perlakuan. Hal ini dapat dikatakan bahwa masing masing tanaman

membutuhkan unsur K yang berbeda - beda, sehingga unsur yang di serap

bervariasi. Hal ini yang menyebabkan perbedaan kandungan unsur K sesudah

perlakuan. Berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa unsur K yang di

berikan pada perlakuan cukup (Tabel 5), sehingga unsur yang tersimpan di

dalam tanah masih dalam taraf tinggi.

Table 5. Hasil Analisis K Tanah

Analisis Kalium Tanah (me/100g)


Perlakuan
Sebelum perlakuan Sesudah perlakuan
P1 0.36 0.63
P2 1.09 0.72
P3 0.44 1.42
P4 3.55 1.41
P5 1.61 0.99
P6 1.09 1.16
Keterangan : Kriteria status unsur hara K tanah =< 0,1 : sangat rendah, 0,1 -

0,2 : Rendah, 0,3-0,5 : sedang 0,6 - 1: Tinggi, dan > 1 : Sangat Tinggi.

Analisa daun : Menunjukkan hampir seluruh analisa unsur N, P dan K

menunjukkan hasil yang meningkat. Pada durian arab dengan dosis pupuk
20

NPK 185 g/tan mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman

ini membutuhkan unsur K dalam jumlah cukup besar.

Kesimpulan

Pada variabel pertumbuhan yang diamati yaitu diameter batang dan jumlah

daun menunjukkan hasil yang berbeda pada dosis yang sama pada kedua

tanaman durian. Dosis yang paling tepat untuk durian jingga umur 3 - 4 tahun

dari rata rata hasil variabel pertumbuhan adalah dengan dosis pupuk NPK 135

g/tan. Dosis yang paling tepat untuk durian Arab umur 3 - 4 tahun dari rata-

rata hasil variable pertumbuhan adalah dengan dosis pupuk NPK 185

g/tanaman. Pemupukan NPK pada tanaman durian umur 3 - 4 tahun

sebaiknya dengan dosis 135 - 180 g/tanaman. Pemberian pupuk NPK

dilakukan setiap tahun atau pada saal awal dan akhir musim hujan agar

ketersediaan unsur hara di dalam tanah tetap terjaga untuk memenuhi

kebutuhan tanaman.

II.3.3 Studi Kasus Pemupukan Tanaman Manggis

Penelitian dilakukan di kebun manggis Kelompok Tani Manggis Karya

Mekar, di kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang,

Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian 390 - 398 mdpl.

Penelitian berlangsung selama 13 bulan sejak persiapan hingga pangambilan

data.

Metode Penelitian

Percobaan dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok

(RAK), terdiri atas lima taraf perlakuan dengan enam ulangan. Setiap taraf

perlakuan terdiri atas satu tanaman sehingga diperlukan 30 tanaman manggis


21

dewasa (umur lebih kurang 20 tahun dan telah berbuah) yang relatif seragam

pada masing - masing percobaan. Dosis pupuk P terdiri atas lima taraf yaitu :

tanpa pupuk K (K0) ; 400 g K2O/tanaman/tahun (K1); 800 g

K2O/tanaman/tahun (K2); 1200 g K2O/tanaman/tahun (K3) dan 1600 g K2O

tanaman/tahun (K4). Pemupukan diberikan sebanyak tiga tahap, tahap

pertama pada saat dorman (belum berbunga), sebanyak 20% dari dosis yang

ditetapkan; tahap kedua diberikan pada saat pemberian pupuk N, P, dan K

memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan, produksi dan kualitas buah

manggis. Perlakuan pemberian pupuk N meningkatkan panjang dan lebar

daun, perlakuan pemberian pupuk P dan K memberikan pengaruh terhadap

panjang dan lebar daun, produksi per pohon, bobot kulit buah, Total Asam

Tertitrasi (TAT) dan Total Padatan Terlarut (TPT). Serapan nutrisi tersebut

tidak lepas dari keberadaan akar tanaman manggis, Pertumbuhan tanaman

manggis yang lambat dengan waktu juvenil yang lama menyebabkan petani

jarang yang melakukan perawatan secara intensif kepada tanaman manggis.

Menjelang berbunga (awal musim hujan), sebanyak 60% dari dosis yang

ditetapkan; sedangkan tahap ketiga diberikan pada saat buah manggis

berdiameter ±2 cm, sebanyak 20 % dari dosis yang ditetapkan.

Pengambilan dan Analisis Sampel Daun : Sampel daun diambil dari empat

penjuru pertumbuhan tanaman (Utara, Selatan, Timur dan Barat) dengan

kriteria daun telah mencapai perkembangan maksimum. Jumlah sampel

tersebut diambil sebanyak 2 lembar untuk setiap penjuru. Sampel daun

diambil sebanyak empat tahapan, masing - masing tahapan pengambilan

sampel daun adalah sebagai beriku : sebelum aplikasi pupuk tahap pertama;
22

sebelum aplikasi pupuk tahap kedua; sebelum aplikasi pupuk tahap ketiga;

dan setelah panen.

Analisis Data : Untuk mengetahui pengaruh kandungan hara kalium berkaitan

dengan produksi dan kualitas buah manggis, maka data hasil pengamatan

dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (Uji F), dan dilanjutkan

dengan Uji Ortogonal Polinomial. Optimasi pemupukan Kalium ditentukan

berdasarkan kandungan hara pada jaringan daun dan hasil relatif tanaman

dengan menggunakan metode. Sedangkan untuk mengukur korelasi antara

kadar hara K daun pada setiap umur dan posisi daun (X) dengan hasil relatif

(%Y) dianalisis dengan korelasi linier sederhana. Data curah hujan dan hari

hujan pada lokasi penelitian didapatkan dari Stasiun Klimatologi Darmaga

Bogor.

Hasil dan Pembahasan

Kandungan Kalium pada daun Kandungan kalium pada jaringan daun diamati

sebanyak empat kali, masing-masing pada saat sebelum aplikasi pupuk

kalium diberikan. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan Pada Jaringan Daun Terminal Tanaman Manggis pada

Beberapa Waktu Pengamatan.

Saat

Saat dorman menjelang Saat buah


Setelah
Aplikasi
(belum berbunga manggis diameter
panen
Kalium (g)
berbunga) (awal musim ±2 cm

hujan)
………………………….%...........................................
0 0,32 0,37 1,07 0.97
23

400 0,24 1,14 0,86 0.81


800 0,66 0,76 0,87 0,87
1200 0,58 0,51 1,11 1,00
1600 0,50 0,50 1,00 0,93

Peningkatan dan penurunan kandungan hara pada daun dipengaruhi oleh

proses fisiologi tanaman manggis didalam pertumbuhannya. Adanya

pengaruh proses fisiologi tanaman terlihat pada terjadinya kecenderungan

penurunan kandungan kalium pada saat tanaman belum berbunga bila

dibandingkan pada saat setelah panen, sedangkan pada saat memasuki fase

generatif yaitu pada Saat menjelang berbunga dan saat buah manggis

berdiameter lebih kurang 2 cm terjadi akumulasi kalium pada jaringan daun

terminal. Hal ini menunjukkan kalium sangat dibutuhkan oleh tanaman saat

memasuk fase generatif dan menunjukan akumulasi kalium. Dan selanjutnya

terjadi penurunan kandungan kalium pada saat setelah panen. Hal ini

disebabkan adanya alokasi kalium menuju jaringan bunga dan buah. Alokasi

kalium dimungkinkan karena kalium merupakan hara yang sangat mobil

dalam jaringan tanaman serta memegang peranan penting bagi tanaman

(Marschner 1995 dan Gardner et al. 1939).

Pemupukan Kalium terhadap Produktifitas Tanaman : Perlakuan pemupukan

Kalium memberikan pengaruh terhadap peubah komponen produktivitas

tanaman yang diamati, yaitu jumlah bunga, jumlah bunga dan buah rontok,

jumlah buah panen dan produksi buah per pohon (Tabel 7).

Tabel 7. Pengaruh Pemberian Kalium Terhadap Jumlah Bunga, Jumlah

Bunga dan Buah Rontok, Jumlah Buah Panen dan Produksi Buah per Pohon

Dosis Nitrogen Jumlah Jumlah bunga Jumlah buah Produksi


24

Bunga Buah/po
& buah rontok panen
(g/tan) (bunga/po hon
(buah/pohon) (buah/pohon)
hon) (kg/phn)
0 106,33 28,33 78,00 6,10
400 129,67 33,33 96,33 11,52
800 136,83 32,00 104,83 12,45
1200 158,17 41,67 116,50 13,95
1600 161,67 43,50 118,17 14,75
Uji F ** * * **
Pola respon L L** L** L** L**
Keterangan: Uji F untuk melihat respon tanaman manggis terhadap

pemupukan kalium; Pola respon diuji dengan orthogonal polinomial; L =

linier; * = nyata pada taraf uji 5%; ** = nyata pada taraf uji 1%; tn = tidak

nyata.

Seiring dengan peningkatan dosis perlakuan pemupukan kalium, terjadi

peningkatan jumlah bunga dan buah rontok. Adanya peningkatan jumlah

bunga dan buah rontok ini disebabkan terjadinya peningkatan jumlah bunga

dan buah yang terbentuk (fruit set) akibat pemupukan kalium. Secara

fisiologis gugurnya bunga atau buah berkorelasi dengan terbatasnya suplai

fotosintat dan kecukupan hara.

Selain itu kondisi perakaran tanaman juga mempengaruhi serapan kalium

pada saat pertumbuhan buah cepat. Tanaman manggis tetap membutuhkan

unsur lain terutama nitrogen dan fosfor dalam mendukung pertumbuhan dan

perkembangan buah manggis. Terbatasnya nutrisi (resource limitation),

terutama pada tanaman yang mengalami inisiasi kuncup (pucuk generatif),

serta kondisi lingkungan seperti keadaan air tanah yang rendah serta

temperatur yang tinggi menjadi salah satu penyebab kerontokan bunga dan

buah. Ditambahkan oleh Setiawan (2005) terbatasnya suplai fotosintat juga


25

disebabkan oleh adanya persaingan antar organ tanaman, selain persaingan

antar sesama buah-buahan, persaingan juga terjadi dengan organ vegetatif

termasuk pertumbuhan akar (Kurniadinata 2017).

Dosis Optimum Pupuk Kalium pada Tanaman Manggis : Hasil tanaman

manggis menunjukkan respon yang bersifat linier pada perlakuan pemupukan

kalium (Gambar 1). Hasil tersebut menunjukkan bahwa tanaman manggis

memiliki respon positif terhadap pemberian K.

Gambar 1. Kurva respon pemupukan K terhadap Hasil Relatif Buah Manggis

Respon tanaman manggis bersifat linier, sehingga untuk mengetahui

kebutuhan pupuk yang optimum agar tanaman berproduksi maksimum, maka

diambil nilai hasil relatif sebesar 80%. Nilai threshold menunjukkan bahwa

perlakuan kalium memberikan hasil relatif yang baik. Tanpa perlakuan

pemupukan kalium didapat hasil relative tanaman manggis sebesar 40.649 %.

Rekomendasi pemupukan Kalium yang terbaik untuk mendapat hasil


26

optimum (80%) yaitu pemberian pupuk K sebesar 1532 g K 20 per pohon

manggis per tahun.

Faktor posisi daun terminal manggis terbukti tidak memberikan pengaruh

terhadap kandungan hara pada jaringan daun tersebut, sehingga dapat

dikatakan untuk mengetahui status hara pada tanaman manggis, daun terminal

trubus terakhir pada posisi manapun dapat digunakan sebagai sampel. Hal ini

akan mempermudah petani didalam proses pemilihan dan pengambilan

sampel daun manggis untuk mengetahui status hara tanaman manggis.

Namun demikian, kondisi daun terminal manggis yang akan dijadikan sampel

untuk mengetahui status hara menjadi hal yang penting agar tidak terjadi

kesalahan didalam hasil analisis jaringan daun tersebut. Daun yang digunakan

harus dalam kondisi baik dan tidak cacat atau terserang hama dan penyakit.

Selain itu waktu antara pengambilan daun dan analisis daun haruslah sekecil

mungkin untuk menghindari kerusakan daun yang lebih besar akibat

transpirasi ataupun respirasi daun (Mooney, 1992).

Kesimpulan

Perlakuan pemupukan Kalium berpengaruh terhadap peubah komponen

produktivitas tanaman manggis. Hasil tanaman manggis menunjukkan respon

yang bersifat linier pada pemupukan kalium. Hal tersebut menunjukkan

bahwa tanaman manggis memiliki respon positif terhadap pemberian pupuk

kalium dengan meningkatnya hasil tanaman. Rekomendasi pemupukan K

yang terbaik adalah pada hasil optimum (80%) yaitu pemberian pupuk K

sebesar 1532 g K20 per pohon manggis per tahun. Nilai threshold pada

masing-masing perlakuan pemupukan menunjukkan bahwa perlakuan kalium


27

memberikan hasil relatif baik. Tanpa perlakuan pemupukan kalium didapat

hasil relatif tanaman manggis sebesar 40,649%.

II.4 Irigasi

Air merupakan bagian esensial baik manusia, hewan maupun tanaman.

Bagi tanaman, air merupakan faktor penyusun utama bagi tubuh tanaman.

Kandungan air pada tubuh tumbuhan bervariasi antara 70 – 90 %, tergantung pada

umur, spesies, jaringan dan lingkungan (Gardner et al., 1991).

Air merupakan faktor yang penting bagi tanaman. Disamping sebagai

bahan baku proses fotosintesis, air bertindak pula sebagai pelarut, reagensia pada

bermacam - macam reaksi dan sebagai pemelihara turgor tanaman (Leopold dan

Kriedemann, 2003).

Menurut Ensiklopedia Britannica, air diserap oleh akar tanaman dan

dikirimkan ke daun, yang merupakan tempat proses melakukan fotosintesis.

Kelebihan penyerapan air pada tanaman diatasi dengan cara membuka stomata

untuk melakukan proses penguapan. Air yang mengantarkan unsur mineral ke

daun, akan ikut menguap seiring dengan terbukanya stomata.

Karena adanya kebutuhan air yang tinggi dan pentingnya air, tumbuhan

memerlukan sumber air yang tetap untuk tumbuh dan berkembang. Setiap kali air

menjadi terbatas, pertumbuhan akan berkurang dan biasanya berkurang pula

produktivitasnya (Gardner et al., 1991). Air dapat bergerak dari tanah melalui akar

dan batang, kemudian ke tempat transpirasi hanya jika terdapat aliran yang

kontinu di seluruh alur. Di samping kolom air yang kontinu dalam xylem,

tanaman juga membutuhkan air secara kontinu dalam kapiler tanah dan apoplas

dari akar dan daun.


28

Karena adanya kebutuhan air yang tinggi dan pentingnya air, tumbuhan

memerlukan sumber air yang tetap untuk tumbuh dan berkembang. Setiap kali air

menjadi terbatas, pertumbuhan akan berkurang dan biasanya berkurang pula

produktivitasnya (Gardner et al., 1991). Air dapat bergerak dari tanah melalui akar

dan batang, kemudian ke tempat transpirasi hanya jika terdapat aliran yang

kontinu di seluruh alur. Di samping kolom air yang kontinu dalam xylem,

tanaman juga membutuhkan air secara kontinu dalam kapiler tanah dan apoplas

dari akar dan daun. Kemampuan tanaman untuk menggunakan air secara efisien

dan menghindarkan pengaruh yang merusakkan dari stres air tergantung atas

tahap perkembangan. Tanaman sangat sensitif terhadap stres air pada permulaan

fase reproduktif dari perkembangannya tetapi relatif tidak sensitif selama

pertumbuhan vegetatifnya, fenomena ini meliputi luas daun yang sangat besar

yang dicapai oleh tanaman pada akhir perkembangan vegetatifnya, adanya diversi

hasil fotosintesis dari akar - akar hingga buah yang berkembang pada awal

pembungaan dan pada Gramineae, disrupsi berat yang bersifat temporer pada

sistem pembuluh batang 21 selama perpanjangan yang berlangsung cepat pada

internode (Fitter dan Hay, 1998).

Adapun Fungsi Air Bagi Tanaman adalah sebagai berikut,

a. Menjadi bahan utama fotosintesis. Tanpa adanya keikutsertaan air, proses

fotosintesis tidak berlangsung.

b. Membantu memperlancar metabolisme terutama pada proses fotosintesis

lalu mengangkut hasil dari fotosintesis dari bagian daun keseluruh bagian

tanaman.
29

c. Menjadi alat transportasi untuk proses pemindahan zat hara. Bahan yang

diangkut antara lain bahan mineral dari dalam tanah, bahan-bahan

organik hasil fotosintesis atau bahan sel lainnya.

d. Menjadi zat pelarut bagi zat hara yang diperlukan. Zat hara yang terdapat

dalam tanaman dilarutkan dengan air, kemudian diedarkan keseluruh

bagian tanaman.

e. Membantu melancarkan aerasi udara dan suplai oksigen dalam tanah.

f. Pengisi cairan tubuh tanaman

Kebutuhan air tanaman adalah merupakan sejumlah air yang dibutuhkan

pada periode tertentu yang dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat tumbuh dan

berkembang secara normal.

Kebutuhan air pada tanaman dipengaruhi oleh proses transpirasi

ditambah penguapan. Oleh karena itu, kebutuhan air pada tanaman disebut juga

dengan evapotranspirasi. Jumlah evapotranspirasi kumulatif selama proses

pertumbuhan pada tanaman yang harus dipengaruhi oleh air irigasi antara lain

jenis tanaman, radiasi surya, sistem irigasi, lamanya pertumbuhan, hujan dan

faktor tanah. Kebutuhan air pada tanaman biasanya dinyatakan dalam satuan

mm/hari, mm/bulan atau mm/musim.

Kebutuhan air juga dipengaruhi antara lain sebagai berikut,

a. Iklim : cerah dan panas maka tanaman membutuhkan lebih banyak air

perhari daripada berawan dan sejuk.

b. Jenis tanaman : tanaman seperti padi atau tebu membutuhkan lebih

banyak air daripada tanaman jenis kacang - kacangan dan gandum.


30

c. Tahap pertumbuhan : tanaman yang ditanam membutuhkan lebih banyak

air daripada tanaman yang baru saja ditanam.

Namun selain penyinaran matahari dan suhu, faktor iklim lain

yang mempengaruhi kebutuhan air tanaman. Faktor - faktor tersebut

adalah kelembaban dan kecepatan angin. Saat kering, kebutuhan air

tanaman cenderung lebih tinggi dibanding lembab. Di iklim berangin,

tanaman akan menggunakan lebih banyak air daripada di iklim tenang.

Faktor - faktor lain juga mempengaruhi antara lain kandungan lengas

tanah, karakteristik kapiler tanah, jeluk muka air tanah, warna tanah, tipe,

kerapatan dan tingginya vegetasi, dan ketersediaan air.

Ketika menentukan kebutuhan air pada tanaman, maka mengacu

kepada tanaman yang sudah dewasa, tanaman telah mencapai ketinggian

maksimumnya, mereka menutupi tanah secara optimal, mereka mungkin

sudah mulai berbunga atau mulai menanam biji - bijian. Ketika tanaman

sudah dewasa kebutuhan air mereka paling tinggi. Inilah yang disebut

periode puncak kebutuhan air mereka.

Ketika pada saat proses penanaman dan tahap awal, penguapan

lebih penting daripada transpirasi dan proses penguapan atau kebutuhan

air tanaman selama tahap awal diperkirakan mencapai 50% kebutuhan air

tanaman selama tahap pertengahan musiman, saat tanaman sudah

berkembang sempurna.

Tanaman hortikultura semusim merupakan salah satu jenis

tanaman yang siklus hidupnya hanya beberapa bulan, dari awal ketika
31

proses kecambah, panen lalu mati membutuhkan waktu beberapa bulan

hingga maksimal satu tahun.

Tabel 8. Kebutuhan Air pada Tanaman Hortikultura Semusim

Total Masa Kebutuhan Air Tanaman


Tanaman
Tanaman (hari) (mm/total masa tanaman)
Tomat 135 - 180 400 - 800
Bawang Merah 95 - 145 350 - 600
Melon 120 - 160 400 - 600
Kubis 100 - 150 350 - 500

Sedangkan tanaman hortikultura tahunan semua bisa dibudidaya

sepanjang tahun dan dapat diambil panennya tanpa awal batasan waktu.

Tetapi tentu saja panen tersebut bisa dilakukan setelah masuk usia panen.

Contohnya: petai, melinjo, pisang, dan lain-lain.

Tabel 9. Kebutuhan Air pada Tanaman Hortikultura Tahunan

Total Masa Tanam Kebutuhan Air Tanaman


Tanaman
(hari) (mm/total masa anaman)
Pisang 300 - 365 1200 - 2200
Citrus 240 - 365 900 - 1200
Nanas 360 - 450 700 - 1000
Kacang 90 - 100 350 - 500
III. PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

17
DAFTAR PUSTAKA

18
19

Anda mungkin juga menyukai