Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MANAJEMEN AGRIBISNIS

PENGARUH PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP TANAMAN CABE RAWIT

DISUSUN OLEH :

1.Heni Nur Aini (2003401011006)

2.Wahyuni Riskiyanti (2003401011014)


3.Anggun Meilia N (2003401011007)
4.M Achmad Fahri S (2003401011008)

DOSEN PENGAMPU
Ir. Endang Wahyu Pudjiastutik, MM.,MP
PRODI AGROTEKNOLOGI
SARJANA UNIVERSITAS ISLAM JEMBER
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun tugas Management agribisnis ini
dengan baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu bahwa “pemupukan yang tepat
pada tanaman penting sekali untuk diketahui” Semuanya perlu dibahas pada makalah ini
kenapa Pemupukan tanaman itu sangat diperlukan serta layak dijadikan bagaikan modul
pelajaran.
Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang pengaruh pupuk kandang
terhadap tanaman cabai. Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa menolong
menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih banyak
kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen mata
kuliah MANAGEMENT AGRIBISNIS. Kepada pihak yang sudah menolong turut dan dalam
penyelesaian makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima
kasih.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3
2.1. Cabai Rawit .................................................................................................... 3
2.2. Pupuk Organik ............................................................................................... 3
2.3. Analisis Data......................................................... ......................................... 3
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 5
3.1. Kesimpulan ................................................................................................... 4
3.2. Saran ............................................................................................................. 4
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 5

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pupuk organik sangat bermanfaat dalam meningkatkan kesuburan tanah dan
meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik akan
mengembalikan bahan organik ke dalam tanah sehingga terjadi peningkatan produksi
tanaman (Syekfani,2000). Pupuk organik itu sendiri bisa berasal dari pupuk kandang,
pupuk hijau atau pupuk yang terbuat dari sisa-sisa tumbuhan,humus dan lain-lain. Namun
penggunaan pupuk organik ini lambat laun sudah mulai terlupakan oleh para petani. Petani
lebih suka dengan penggunaan pupuk buatan dengan bahan yang berasal dari kimia.
Mereka tidak memikirkan dampak yang bisa terjadi yaitu bisa merusak kesuburan tanah.
Oleh karena itu dalam pemupukan hendaknya bisa diimbangi dengan penggunaan pupuk
kandang.
Penggunaan pupuk kandang sudah cukup lama di identikkan dengan keberhasilan
pemupukan dan pertanian berkelanjutan. Hal ini tidak hanya karena mampu memasok
bahan organik, tetapi karena berasosiasi dengan tanaman pakan yang pada umumnya
meningkatkan perlindungan dan konversasi tanah. Kondisi ekonomi yang cukup berat bagi
petani yaitu harga pupuk kimia yang cukup mahal disatu pihak dan usaha
mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah di pihak lain mengharuskan petani
mempertimbangkan kembali semua bentukPembenah organik yang tersedia setempat
seperti pupuk kandang. Pupuk kandang ini bisa berasal dari kotoran ayam dan kotoran
kambing.Menurut Bayu (2011), Kotoran ayam ini mempunyai kadar hara P lebih tinggi
dari kotoran hewan yang lain yaitu 1,82 %. Fosfor yang tinggi ini sangat bermanfaat
dalam pembentukan buah. Sedangkan untuk kotoran kambing mempunyai kadar hara N
lebih tinggi dari kotoran hewan yang lain yaitu 2,43%. Nitrogen yang tinggi ini bisa
digunakan dalam menjaga kesuburan tanah.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “PENGARUH PUPUK KOTORAN SAPI TERHADAP
PRODUKTIVITAS TANAMAN CABAI RAWIT”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, Pupuk organik sangat bermanfaat dalam meningkatkan
kesuburan tanah dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk
organik akan mengembalikan bahan organik ke dalam tanah sehingga terjadi peningkatan
produksi tanaman (Syekfani,2000). Pupuk organik itu sendiri bisa berasal dari pupuk
kandang, pupuk hijau atau pupuk yang terbuat dari sisa-sisa tumbuhan,humus dan lain-lain.
maka dapat dirumuskan permasalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh pemberian pupuk kotoran ayam terhadap produktivitas tanaman
cabai rawit ?
2. Bagaimana pengaruh pemberian pupuk kotoran kambing terhadap produktivitas tanaman
cabai rawit ?

1
3. Bagaimana pengaruh pemberian pupuk kotoran ayam dan pupuk kotoran kambing terhadap
produktivitas tanaman cabai rawit ?

1.3. Tujuan
Sejalan dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah :
1. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk kotoran ayam terhadap Produktivitas tanaman
cabai rawit.
2. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk kotoran kambing terhadap Produktivitas tanaman
cabai rawit.
3. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk kotoran sapi terhadap produktivitas tanaman cabai
rawit.

1.4. Manfaat penelitian


Dengan dilaksanakan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat diantaranya:
1. Memberikan informasi pada masyarakat bahwa pupuk kotoran sapi mampu meningkatkan
produktivitas tanaman Cabai rawit.
2. Menambah pengetahuan bagi peneliti dan masyarakat tentang Budidaya tanaman cabai
rawit dengan menggunakan pupuk kotoran sapi.
3. Dapat menambah wawasan tentang pemanfaatan kotoran sapi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 CABAI RAWIT


Cabai rawit (Capsicum frutescens) adalah buah dan tumbuhan anggota genus
Capsicum yang buahnya tumbuh menjulang menghadap ke atas (ngathur, Jw.). Warna
buahnya hijau kecil sewaktu muda dan jika telah masak berwarna merah tua. Bila ditekan
buahnya terasa keras karena jumlah bijinya sangat banyak. Dia tidak bisa dipisahkan dari
kudapan jalanan, yaitu gorengan, dia biasa dimakan bersama cabai rawit muda mentah.
Cabai rawit mempunyai dua varietas besar, yaitu rawit hijau dan rawit putih atau
merah. Yang sering dipakai untuk kudapan gorengan ialah varietas rawit hijau, sedangkan
rawit putih biasanya dipakai sebagai bumbu masakan atau disambal. Ada kemungkinan
varietas rawit putih adalah hasil persilangan. Cabai rawit selain di Indonesia, dia juga tumbuh
dan populer sebagai bumbu masakan di negara-negara Asia Tenggara lainnya. Di negara
Malaysia dan Singapura dia dinamakan cili padi, di Filipina siling labuyo, dan di Thailand
phrik khi nu. Di Kerala, India, terdapat masakan tradisional yang menggunakan cabai rawit
dan dinamakan kanthari mulagu. Dalam bahasa Inggris dia dikenal dengan nama Tabasco
chili pepper atau bird’s eye chili pepper.
Buah cabai rawit berubah warnanya dari hijau menjadi merah saat matang. Meskipun
ukurannya lebih kecil daripada varietas cabai lainnya, dia dianggap cukup pedas karena
kepedasannya mencapai 50.000-100.000 pada skala Scoville.Cabai rawit biasa dijual di
pasar-pasar bersama dengan varitas cabai lainnya.Kadar airnya rendah sehingga dapat
disimpan hingga 12 hari setelah dipetik serta tahan pengangkutan jarak jauh. Petani akan
mulai memanen 60 hari setelah tanam dan berlangsung hingga 14 bulan kalau perawatan
intensif masa panen lebih lama lagi. Masa panen yang panjang sangat menguntungkan petani
karena dapat menikmati hasil penjualan. Di tingkat konsumen harganya pernah mencapai
Rp20,000/kilogram saat pasokan cabai rawit kosong. Kathur dapat ditanam setiap saat tetapi
sebaiknya penanaman pada akhir musim penghujan dan awal musim kemarau agar tingkat
keseragaman pertumbuhan tinggi. Penanaman pada musim kemarau tidak masalah sepanjang
air tersedia. Kathur pun tahan perubahan cuaca yang tidak menentu. Kelebihan lainnya adalah
tahan hama penyakit. Salah satunya Aphis Gossypii yang menghisap cairan tanaman hingga
layu dan mati, serangan hama tersebut menyebabkan kematian hingga 99% pada varietas
hibrida, bila tanpa penyemprotan pestisida tetapi kematian kathur hanya 9-11%.
2.2. PUPUK ORGANIK
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti
pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pupuk organik diartikan sebagai zat hara tanaman yang berasal dari bahan organik.Pupuk
organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah] Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar
haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa
panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak,
limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).

3
Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian
intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, terutama terkait
dengan sangat rendahnya kandungan karbon organik dalam tanah, yaitu 2%.Padahal untuk
memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan karbon organik sekitar 2,5%.Pupuk organik
sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas,
mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara
berkelanjutan.Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik
sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia yang sangat beragam
sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat
bervariasi.Selain itu, peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi
tanah serta lingkungan. Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami
beberapa kali fase perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus. Bahan
organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan mikrob tanah sehingga dapat
meningkatkan aktivitas mikrob tersebut dalam penyediaan hara tanaman.Pupuk organik
memiliki fungsi kimia yang penting seperti penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium,
kalsium, magnesium, dan sulfur) dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt, barium, mangan,
dan besi, meskipun jumlahnya relatif sedikit.Unsur hara makro dan mikro tersebut sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, terutama bagi pencinta tanaman hias. Banyak para
pelaku hobi dan pencinta tanaman hias bertanya tentang komposisi kandungan pupuk dan
prosentase kandungan nitrogen, fosfor dan kalium yang tepat untuk tanaman yang bibit,
remaja, atau dewasa/indukan. Aktif
2.3. Pupuk Kandang Sapi
Pupuk kandang sapi merupakan pupuk kandang dari limbah yang dihasilkan dari
peternakan sapi, seperti feses dan urine sapi. Limbah yang dihasilkan tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang berasal dari pupuk kandang. Ciri kotoran sapi
yang baik untuk pupuk kandang yaitu bewarna hitam gelap, gembur dan tidak berbau dan
memiliki C/N rasio kurang dari 20. Memanfaatkan limbah yang dihasilkan dari peternakan
sapi merupakan salah satu cara untuk mengurangi pencemaran lingkungan yang dihasilkan.
Petani lebih memilih menggunakan pupuk kimia dari pada pupuk kandang, karena pupuk
organik diperlukan dalam jumlah yang sangat besar dan unsur hara yang tersedia bagi
tanaman sangat lambat, oleh karena itu pupuk organik harus diimbangi dengan pupuk
anorganik agar keduanya dapat saling melengkapi. Unsur hara P merupakan salah satu unsur
hara makro esensiil. Unsur hara P memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan
dan proses metabolisme dan unsur hara P memiliki efisiensi pemupukan paling rendah dari
pada unsur hara N, dan K. Pupuk kandang sapi dikombinasikan dengan SP-36, fosfat alam,
dan bakteri pelarut fosfat dengan dosis pupuk kandang sapi 5% dari berat media tanam,
pupuk SP-36 dan fosfat alam masing-masing 200 mg P2O5/kg media, serta bakteri pelarut
fosfat 5 ml/3 kg media. Bakteri pelarut fosfat yang digunakan yaitu Pseudomonas

4
fluorescens, isolat bakteri Pseudomonas fluorescens ini didapat dari Laboratorum Biologi
tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Jember..
2.4. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisisi sidik ragam
(Analisis Varians) dengan kriteria penerimaan hipotesis sebagai berikut : Terima
H0, jika F Hit < F Tab dan Tolak H0, jika F Hit > F Tab. Kemudian dilanjutkan dengan
uji BNT pada taraf α = 5, untuk mengetahui perbedaan masing-masing perlakuan

Kelompok ulangan

Perlakuan
Total Rata-rata
(p)
I II III

A0 A0.U1 A0.U2 A0.U3 T.B0 Ῡ0


A1 A1.U1 A1.U2 A1.U3 T.B1 Ῡ1
A2 A2.U1 A2.U2 A2.U3 T.B2 Y2
A3 A3.U1 A3.U2 A3.U3 T.B3 Y3
A4 A4.U1 A4.U2 A4.U3 T.B4 Y4
A5 A5.U1 A5.U2 A5.U3 T.B5 Y5
jumlah Y
Keterangan :
A0 = tanpa perlakuan pupuk kotoran sapi
A1 =pemberian pupuk kotoran sapi 50 ml/polybag
A2 = pemberian pupuk kotoran sapi 75 ml/polybag
A3 = pemberian pupuk kotoran sapi 100 ml/polybag
A4 = pemberian pupuk kotoran sapi 125 ml/polybag
= pemberian pupuk kotoran sapi 150 ml/polybag
U0 = ulangan kontrol
U1 = ulangan I
A5 U2 = ulangan II
U2 = ulangan III
P = perlakuan
n = ulangan
Ῡ = rerata keseluruhan

5
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:


1. Pemberian berbagai dosis pupuk kotoran sapi terhadap pertumbuhan tanaman
berpengaruh sangat nyata terhadap semua parameter/indikator yang diamati
pada Anava tanaman cabe rawit.
2. Besar pengaruh pupuk kotoran sapi dengan dosis 150 ml/polybag (A5)
memberikan hasil tertinggi pada semua parameter yang diamati yaitu tinggi
tanaman ( 30.30 cm ), jumlah daun ( 99.3 helai ), dan bobot segar tanaman (
71.76 gram ), sedangkan perlakuan tanpa pupuk kotoran sapi (A0) rata-rata
memberikan nilai yang terendah pada semua parameter yang diamati.

6
3.2. Saran

1. Dilihat dari kandungan zat tanaman memiliki beberapa unsur yang dapat
menjadi nutrisi pada pertumbuhan tanaman cabe rawit (Capsium Frutescens,
L) untuk itu perlu diadakan penelitian lanjutan terkait dengan pemberian
kotoran sapi, tetapi dapat dengan dosis yang berbeda.
2. Untuk memperolah pertumbuhan tanaman cabe rawit (Capsium Frutescens, L)
di pesemaian yang baik, maka hendaknya lahan sebagai media tanam tanaman
cabe rawit (Capsium Frutescens, L) diolah seperlunya

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1989. Pupuk Daun. Penebar Swadaya, Jakarta.


Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas
Unggulan Tanaman Pangan dan Hortikultura. Kanisius. Yogyakarta.
Brosur POC Bio Sugih. Pupuk Organik Cair Lengkap Bio Sugih. Sugih Cipta
Sentosa Indonesia.
Danarti dan Sri Najiyati. 1998. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Penerbit Swadaya, Jakarta.
Dwidjoseputro, D. 1991. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.
Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya (Terjemahan oleh Herawati Susilo). UI Press, Jakarta.
Haryanto, B; T. Suhartini; E. Rahayu; dan Sunarjo. 2006. Sawi dan Selada.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Marsono dan Siigit. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Mulyani Sutejo. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina Aksara, Jakarta.
Rahmat Rukmana, H. Ir. 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pasca Panen. Penerbit
Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta.
R.D.M. Sumanungkalit dkk, Pupuk Organik dan Pupuk Hayati, Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan
7
Pertanian 2006.
Cahyono Bambang. 2005.Tomat (Budidaya dan analisis usaha tani).
Kanisus.Yogyakarta
47
Desmarina, R. 2009. Respon tanaman tomat terhadap frekuensi dan taraf
pemberian air. Skripsi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Evika Sandi Savitri. 2008. Rahasia Tumbuhan Berkhasiat Obat Perspektif Islam.
UIN Malang Press. Malang. Hlm. 219-220
Fadma Juwita Nasution*, Lisa Mawarni, Meiriani. Aplikasi Pupuk Organik Padat
Dan Cair Dari Kulit Pisang Kepok Untuk Pertumbuhan Dan Produksi
Sawi (Brassica juncea L.). Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337-
6597 Vol.2, No.3 : 1029 - 1037, Juni 2014
Febrina Icha Mahlail. 2013. Pengaruh penggunaan Konsentrasi FPE (Fermented
Plant Extract) Batang Pisang Terhadap Pertumbuhan Tinggi Batang,
Percepatan Pembungaan dan Kadar β-Karoten Buah pada Tanaman
Tomat. Hlm 1-2. Di akses 15 Juli 2014 21:10:23 GMT
Giyatni, Lestari, Solichatun, Sugiyarto. Pertumbuhan Kandungan Klorofil dan
Laju Respirasi Tanaman Garut (Maranta arudinacea L.) Setelah
Pemberian Asam Giberelat (GA3). Bioteknologi 5 (1): 1-9, Mei 2008
Hlm. 2. Diakses 8 Juli 2014 17:08:2014 GMT
Harjadi, 1986. Pengantar Agronomi. (Jakarta : Gramedia.1986)
Helena Leovini. 2012. Pemanfaatan Pupuk Organik Cair Pada Budidaya
Tanaman Tomat (Solanum Lycopersicum L.). Diakses 15 September 2014
20:15:51 GMT
Karina, Widjanarko, Serina. 2014. Pengaruh Kulit Pisang Terhadap Pertumbuhan
Kacang Hijau. Bandung. Hal 10
Kwanchai A. Gomez dan Arturo A. Gomez. Prosedus Statistik untuk Penelitian
Pertanian “Edisi Kedua”. (Jakarta : UI. 2007), Hlm. 21-31, 414-417, dan
534-536.
Lingga, P. Petunjuk Penggunaan Pupuk. (Jakarta: Penebar Swadaya. 1999)
Madjid,A.2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. <http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/
2009/04/kadar-dan-serapan-hara-tanaman.html>. Diakses pada tanggal 9
Desember 2012.
Noviagustyn, L, Yanti, R. S dan Yantika, U. F. 2008. Pemanfaatan Limbah Kulit
Pisang Sebagai Substituen Tepung.
Pudatin. 2005. Pasca Panen, Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Pisang. Diakses
21 Agustus 2014 09:40:15 GMT
Rangga, M. F., H. Kifli, I. M. Ridha, P. P. Lestari, dan H. Wulandari. 2008.
Kombinasi limbah pertanian dan peternakan sebagai alternatif pembuatan

Anda mungkin juga menyukai