Anda di halaman 1dari 19

KOMBINASI SAMPAH ORGANIK DAN AKAR TANAMAN SEBAGAI

ALTERNATIF PEMBUATAN PUPUK ORGANIK GRANUL DENGAN


AKTIVATOR EM4 DAN GULA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Khoirun Nisa Fasa (0402519023)

Siti Naily Rohmah (0402519030)

Nurul Azmi (0402519039)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA KONSENTRASI BIOLOGI

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Atas Rahmat
dan Karunia-NYA maka kami dapat menyelesaikan penyusunan proposal Kombinasi
Sampah Organik dan Akar Tanaman sebagai Alternatif Pembuatan Pupuk
Organik Granul dengan Aktivator EM4 dan Gula Terhadap Pertumbuhan
Tanaman. Penyusunan proposal ini merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah
Mikrobiologi Terapan.
Dalam penyusunan proposal ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
teknis penyusunan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan penyusunan
makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada ibu Prof. Dr. Retno Sri Iswari, S.U. dan Dr. Dra. Siti Harnina Bintari, MS.
selaku dosen pengampu. Secara khusus kami juga menyampaikan terima kasih
kepada teman-teman yang telah ikut membantu kami dalam penyusunan makalalah
ini.
Semoga proposal ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi yang membutuhkan, khususnya bagi .kami sendiri sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.
Wassalamualaikum wr.wb

Semarang, 10 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................

A. Judul ........................................................................................................................ 1

B. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

C. Tujuan...................................................................................................................... 3

D. Manfaat .................................................................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................................

A. Limbah .................................................................................................................... 4

B. Pupuk Organik Granul ............................................................................................ 5

C. Kompos ................................................................................................................... 6

D. EM4 (Effectivitas Microorganism 4) ...................................................................... 7

E. Limbah Organik dan Akar Tanaman ........................................................................ 8

BAB III METODE PENELIIAN .......................................................................................

A. Tahap 1 .................................................................................................................. 11
B. Tahap 2 .................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. KOMBINASI SAMPAH ORGANIK DAN AKAR TANAMAN SEBAGAI


ALTERNATIF PEMBUATAN PUPUK ORGANIK GRANUL DENGAN
AKTIVATOR EM4 DAN GULA TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN

B. LATAR BELAKANG
Limbah atau sampah merupakan material sisa yang sudah tidak terpakai lagi
yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari dan proses produksi. Sampah menjadi
masalah yang besar terutama di Indonesia, dimana sampah belum dapat dikelola
dengan baik. Seiring bertambahnya jumlah penduduk, jumlah sampah yang
dihasilkan akan terus meningkat. Kawasan yang potensi menghasilkan limbah
dalam jumlah yang besar perlu mendapatkan peratian khusus. Sebab limbah yang
tidak tertangani dengan baik akan mencemari lingkungan dan merugikan
masyarakat sekitar. Lingkungan menjadi kumuh dan kotor sehingga menjadi
tempat berkembang biak berbagai jenis penyakit menular yang berbahaya bagi
kesehatan.
Pengelolaan limbah berguna untuk memperbaiki kondisi sumber daya alam
yang biasanya dapat mengalami kerusakan karena banyaknya limbah, atau untuk
menghemat penggunaan sember daya alam apabila limbah yang ada di daur
ulang. Dilihat dari karakteristiknya, limbah biasanya masih dapat diolah menjadi
produk yang lebih bermanfaat sehingga memiliki nilai ekonomi. Bahkan, limbah
dapat dimanfaatkan menjadi produk baru (waste to product) dan menjadi energi
(waste to energy). Sebagai contoh, limbah padat organik masih dapat
dimanfaatkan menjadi bahan baku pupuk organik (Wahyono, 2011).

1
2

Sampah organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan


yang berasal dari alam atau dari kegiatan industi, pertanian, atau rumah tangga.
Termasuk sampah organik mislanya sampah dari dapur, sayuran, kulit buah, dan
daun. Beberapa sampah organik tersebut dapat diolah menjadi pupuk organik yang
dapat dimanfaatkan oleh petani.

Sampah organik dapat diolah menjadi pupuk dengan menggunakan proses


fermentasi. Pupuk organik yang dibuat melalui proses fermentasi disebut kompos.
Pengomposan adalah proses penguraian bahan organik yang dilakukan oleh mikroba
secara biologis dengan memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai sumber energi.
Karbon dan Nitrogen didalam bahan organik merupakan faktor penting dalam
pengomposan. Karbon digunakan sebagai sumber energi dan nitrogen sebagai sumber
nutrisi untuk pembentukan sel-sel tubuh mikroorganisme selama proses
pengomposan (Sari R. P., 2018). Selain itu kehadiran bakteri serta aktivitas dari
bakteri mampu mempengaruhi peningkatkan kandungan nutrisi pada kompos.
Keberadaan bakteri endofit di dalam jaringan tanaman atau biasa lebih banyak
ditemukan di dalam akar tanaman akan mampu meningkatkan penambahan nitrogen
(Pranoto, 2014). Bakteri endofit jenis PF (Pseudomonas flouresens) dapat
meningkatkan kelarutan P dalam tanah sehingga mampu memperepat pertumbuhan
daun pada tanaman.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakuan untu mengetahui


dan mempelajari pengaruh kombinasi sampah organik dan akar tanaman sebagai
alternatif pembuatan pupuk ornanik granul dengan aktivator EM4 dan gula terhadap
pertumbuhan tanaman. Dengan ditambahkannya berbagai jenis akar tanaman pada
pembuatan kompos diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara pada
kompos yang dihasilkan sehingga menghasilkan produk yang berkualitas.
3

C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaruh penambahan akar tanaman terhadap pupuk organik
granul yang dihasilkan?
2. Bagaimana pengaruh pupuk organik granul terhadap pertumbuhan
tanaman cabai Capsicum annuum?
D. TUJUAN
1. Menganalisis pengaruh penambahan berbagai jenis akar tanaman terhadap
pupuk organik yang dihasilkan.
2. Menganalisis pengaruh pupuk organik granul terhadap pertumbuhan
tanaman cabai Capsicum annuum.
E. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
a. Dengan dilakukan praktek pembuatan pupuk organik granul,
mahasiswa dapat mengetahui cara dan proses pembuatan kompos
menggunakan menggunakan sampah organik dan akar tanaman
dengan activator EM4 dan gula menjadi pupuk organik granul
b. Dengan produk yang dihasilkan, dapat menumbuhkan jiwa
intrepreneur pada diri mahasiswa.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan sosialisasi bagi masyarakat cara pengolahan sampah
organik di lingkungan sekitar menjadi pupuk organik, sehingga dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan serta
menjadikan peluang usaha bagi masyarakat.
3. Bagi Pendidikan
Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pemanfaatan limbah,
khususnya siswa sekolah menengah kelas X KD 4.11 Merumuskan
gagasan pemecahan masalah perubahan lingkungan yang terjadi di
lingkungan sekitar. Materi pembelajaran limbah dan daur ulang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah).
Berdasarkan sifatnya, sampah digolongkan menjadi sampah organik dan
anorganik. Sampah organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan
hewan yang berasal dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan,
rumah tangga dan industri. Sampah organik dengan mudah dalam proses alami.
Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk
sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah
dan daun. Berbeda dengan sampah organik, sampa anorganik secara keseluruhan
tidak dapat diuraikan oleh alam. Limbah anorganik yang berasal dari kegiatan
rumah tangga misalnya berupa botol kaca, botol plastik, tas plastik, dan kaleng
(Sari S. K., 2018).
Wahyono ( 2011), menyatakan limbah atau sampah merupakan material sisa
yang sudah tidak terpakai lagi yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari dan
proses produksi. Konsep yang dapat digunakan dalam mengolah sampa, adalah
konsep 4R, yaitu:
1. Reduce, yaitu proses pengurangan pengurangan produk yang menghasilkan
sampah, misalnya saat ini sudah banyak supermarket atau mini market tidak
memberikan kantong plastik belanja.
2. Reuse, yaitu menggunakan ulang, menjual atau menyumbangkan barang-
barang yang masih dapat dimanfaatkan. Menurut peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 02 Thn 2008 reuse adalah penggunaan kembali
limbah B3 dengan tujuan yang sama tanpa melalui proses tambahan secara
kimia, fisika, biologi.

4
5

3. Recycle, merupakan kegiatan memodifikasi benda yang semula tidak


bermanfaat menjadi bermanfaat atau sering disebut dengan daur ulang.
4. Recovery, merupakan upaya pemanfaatan kembali material yang masih dapat
dimanfaatkan atau peroleh kembali komponen-komponen yang bermanfaat
dengan proses kimia, fisika, biologi, dan atau secara termal.
B. Pupuk Organik Granul
Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik maupun anorganik, bila
ditambahkan ke dalam tanah maupun tanaman dapat menambah unsur hara serta
dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, atau kesuburan tanah.
Pemupukan adalah cara-cara atau metode pemebrian pupuk atau bahan-bahan
lain seperti bahan kapur, bahan organik, pasir ataupun tanah liat ke dalam tanah
(Hasibun, 2006 dalam Sari) .
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas
bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, dan atau hewan yang telah
mengalami rekayasa berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memasok
bahan organic, memiliki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Peraturan Mentan,
No. 2/Pert/HK.060/2/2006). Pupuk organik merupakan hasil akhir dan hasil
antara dari perubahan atau peruarain bagian dari sisa tanaman dan hewan. Pupuk
organik berasal dari bahan organik yang mengandung berbagai macam unsur,
sehingga mudah diserap oleh tanah (Yuniwati, 2012).
Pupuk organik tidak meninggalkan sisa asam anorganik di dalam tanah dan
mempunyai kadar persenyawaan C-organik yang tinggi. Pupuk organik banyak
tersedi di alam (terjadi secara alami), misalnya kompos, pupuk kandang,pupuk
hijau dan guano (Sumekto, 2006 dalam Yuniwati). Salah satu bentuk pupuk
organik yang ditemukan adalah butiran atau granul. Pupuk organik granul
umumnya memiliki kepadatan tertentu sehingga tidak mudah diterbangkan angin
dan hanyut terbawa air. Bentuk granul juga dapat memudahkan aplikasi di
lapangan.
6

Jika dibandingkan antara pupuk organik granul murni dan kompos berbentuk
curah, keduanya memiliki kualitas yang relatif sama karena bahan baku utama
pupuk organik granul adalah kompos. Sementara itu, dilihat dari daya serap
tanaman, baik kompos maupun pupuk organik granul sama-sama akan diserap
tanaman secara perlahan-lahan (slow release). Namun hal ini menjadi
keunggulan bagi keduanya karena dapat digunakan dalam waktu yang lebih
lama. Dengan efesiensi yang lebih tinggi karena jumlah pupuk yang terbuang
lebih sedikit, keberadaan pupuk organik granul di lingkungan akan menjadi lebih
lama dibandingkan dengan kompos biasa (Wahyono, 2011).
C. Kompos
Kompos merupakan istilah untuk pupuk organik buatan manusia yang dibuat
dari proses pembusukan sisa-sisa buangan makhluk hidup (tanaman maupun
hewan). Proses pembuatan kompos dapat berjalan secara aeron dan anaerob yang
saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu. Secara keseluruhan proses
ini disebut dekomposisi (Yuwono, 2005 dalam Yuniawati). Kompos yang baik
adalah kompos yang sudah mengalami pelapukan dengan ciri-ciri warna yang
berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berau, kadar air rendah, dan
memiliki suhu ruang.
Dalam proses pengomposan diperlukan waktu 4-6 minggu, untuk mencapai
hasil yang maksimal dapat dikomposkan 3-4 bulan. Tahapan pembuatan kompos
dimulai dengan persiapan, baik bahan maupun tempatnya. Setelah itu
penyusunan tumpukan kompos, pemantauan suhu dan kelembaban tumpukan,
pembalikan dan penyiraman, pematangan, pengayakan kompos, pengemasan dan
penyimpanan (Sari S. K., 2018). Setelah proses pengomposan selesai, secara fisik
yang terlihat antara lain; jika dipegang terasa dingin tidak lagi panas, jika
diremas terasa rapuh, bau dan warnanya sudah berubah.
Parameter fisik dan kimia kompos meliputi data % penyusutan bahan, tekstur,
warna, bau, kadar air, pH, C/N rasio. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakuakan oleh (Priyantini, 2015) bahwa secara fisik maupun kimia kompos
7

yang dihasilkan tergolong baik sesuai kriteria berdasarkan standar SNI 19-4030-
2004. Spesifikasi kompos dari sampah organik domestik yang masuk kategori
memenuhi standar antara lain apabila kadar C/N rasio kompos berkisar antara 10-
20; kadar air maksimum 50% dan kisaran pH 6.80-7.29. Persen penyusutan
kompos tertinggi terdapat pada kompos dengan aktivator EM4, yakni mampu
mengurangi berat hingga 39,3% dibandingan menggunakan aktovator MOL.
Priyantini (2015), menyatakan bahwa agar proses pengomposan berlangsung
dengan baik, dubutuhkan komposisi bahan organik yang ideal serta suhu
lingkungan yang sesuai untuk mikroorganisme pengurai. Indikasi bekerjanya
mikroorganisme pengurai dapat dilihat melalui peningkatan dan penurunan suhu
selama proses fermentasi, serta stabilnya kelembaban dan pH bahan selama
proses pengomposan. Syarat ideal proses pengomposan adalah jika rasio C/N
bahan berkisar antara 30-35, suhu pada kisaran 40o-70o C, kelembaban/ kadar air
bahan 50-60% dan pH 5-8.
D. EM4 (Effective Microorganism 4)
EM4 (Effective Microorganism 4) ditemukan pertama kali oleh Prof Teruo
Higa dari Universitas Ryukyus Jepang. Larutan EM4 mengandung
mikroorganisme fermentasi yang jumlahnya sangat banyak, sekitar 80 genus dan
mikroorganisme tersebut dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam
fermentasi bahan organik. Dari sekian banyak mikroorganisme, ada lima
golongan yang pokok, yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp,
Saccharomyces sp, Actinomycetes sp, dan jamur fermentasi (Indriani, 2007
dalam Yuniwati, 2012).
EM4 berupa larutan cair berwarna kuning kecoklatan. Cairan EM4 berbau
sedap dengan rasa asam manis dan tingkat keasaman (pH) kurang dari 3,5.
Apabila tingkat keasaman melebihi 4,0 maka cairan EM4 tidak dapat digunakan
lagi. Sebelum digunakan, EM4 perlu diaktifkan terlebih dahulu karena
mikroorganisme didalam larutan EM4 berada dalam keadaan dorman.
8

Pengaktifan mikroorganisme di dalam EM4 dapat dilakukan dengan cara


memberikan air dan makanan (molase, gula).
Selain berfungsi dalam proses fermentasi dan dekomposisi bahan organik,
EM4 juga memiliki manfaat antara lain; memperbaiki sifat fisik, kimai dan
biologi tanah, menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanah, menyehatkan
tanaman, meningkatkan produksi tanaman, dan menjaga kestabilan produksi.
Menambah unsur hara tanah dengan cara disiramkan ke tanah, tanaman, atau
disemprotkan pada daun tanaman. Yang paling utama dapat mempercepat
pembuatan kompos dari sampah organik atau kotoran hewan. Yuwono D. (2005)
dalam (Yuniwati, 2012) menyatakan bahwa dengan menggunakan EM4, waktu
pengomposan dapat dipercepat yakni pengomposan hanya membutuhkan waktu
berkisar antara 3-5 hari.
E. Limbah Organik dan Akar Tanaman
Limbah organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang
berasal dari alam atau dihasilkan dari kegiatan rumah tangga atau industri.
Sampah organik dengan mudah diuraikan oleh alam. Termasuk sampah organik,
diantaranya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun.
Sampah sayuran banyak kita jumpai di pasar tepat nya penjual sayur. Kondisi
sayur yang hampir membusuk, berlubang karena di makan ulat sering dibuang
begitu saja oleh penjual.
Menurut Djuarnani dalam Sutrisno, (2010) menyataan bahwa sampah organi
yang dihasilkan dari aktivitas tumbuhan, hasil pemeliharaan dan budi daya, dapr
rumah tangga, pasar, mengandung lebih banyak bahan organik yang mudah
membusuk, lembab dan mengandung sediit airan. Karena banyak mengandung
bahan organic, limbah ini dapat terdekomposisi secara cepat, terutama ketika
cuaca hangat.
Serasah daun yang jatuh dari pohon merupakan sampah organik yang dapat
dimanfaatkan dalam pembuatan pupuk organik. Kandungan unsur hara makro
pada daun (serah) jati yaitu unsur karbon (C), nitrogen (N), fosfor (P), unsur
9

kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan natrium (Na). Daun kering
yang termasuk sampah coklat kaya akan karbon (C) yang menjadi sumber energi
atau makan untuk mikrobia.
Usaha peningkatan produksi tanaman tidak lepas dari peran pupuk sebagai
bahan penyubur. Selain unsur hara yang menjadi sumber energi dan memacu
pertumbuhan tanaman, terdapat pula Rhizobakteri yang merupakan kelompok
bakteri menguntungkan penghasil fitohormon yang dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman, hasil panen dan kesuburan tanah. Rahni, (2012) dalam
Pratiwi, (2017) menyatakan bahwa beberapa genus bakteri terseleksi mamu
menstimulasi pertumbuhan, baik tanaman legum maupun yang bukan legum
pada skala lapangan. Bakteri tersebut terbukti memproduksi fitohormon, yaitu
auksin, sitokinin, giberelin, etilen dan asam absisat.
Akar bambu banyak terkolonisasi oleh bakteri PF (Pseudomonas flourescens),
dimana bakteri ini dapat meningkatkan kelarutan forfor (P) dalam tanah. Strain
tertentu dari Pseudomonas sp. dapat mencegah tanaman dari patogen fungi yang
berasal dari tanah. Pseudomonas flourescens dapat mengontrol pekembangan
penyakit dumping-off dari tebu. Akar bambu (Bambusa sp.) yang telah lapuk
diduga terkolonisasi bakteri yang mampu menghasilkan enzim selulase (Iswati,
2012). Ada beberapa jenis bakteri yang diketahui berfungsi sebagai penyedia
ataupun memobilisasi penyerapan unsur hara di dalam tanah seperti Rhyzobium
yang berfungsi sebagai penyedia N bagi tanaman, bakteri pelarut fosfat yang
memfasilitasi tanaman untuk memperoleh unsur P.
Pranoto E. ,(2014) menyatakan bahwa bakteri endofitik adalah bakteri yang
seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya menempati jaringan tanaman hidup
atau biasa lebih banyak di temukan pada akar tanaman. Bakteri endofitik
memiliki beberapa manfaat antara lain, penambat N2 dari udara, menghasilkan
Fitohormon seperti asam asetat indole-3 (IAA), sitokinin yang dapat merangsang
pertumbuhan tanaman. Vionita, (2015) menyatakan bahwa Bakteri endofit
diazotrof merupakan mikroorganisme yang hidup di dalam jaringan tanaman dan
10

membantu proses fiksasi N secara biologi sehingga diperoleh akumulasi


amonium yang akan dimanfaatkan oleh tanaman inang.
Penelitian (Murthi, 2015) dapat diketahui bahwa tanaman yang diberikan
bakteri endofit berupa Pseudomonas sp. memiliki jumlah daun yang lebih banyak
dibandingkan perlakuan lain karena bakteri endofit terbukti mampu dalam
membantu kelarutan hara seperti Nitrogen N , Fosfat dan Kalium. Disamping
dapat meningkatkan ketersediaan beberapa nutrisi, bakteri endofit dapat
meningkatkan hormon pertumbuhan auksin dan sitokinin.
Pada tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) ditemukan bakteri endofit
antara lain Gluconacetobacter diazotrophicus, Klebsiella sp. dan Pseudomonas
sp. bakteri tersebut mampu membantu penambatan N. Pemberian bakteri endofit
akan mampu meningkatkan penyerapan unsur hara nitrogen (Teshome, 2014).
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa bakteri endofit diazotrof juga
ditemukan pada akar, umbi, dan batang tanaman.
BAB III
METODE PENELITIAN

Pembuatan pupuk organik granul dilaksanakan di tempat kos. Metode


penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, dimana metode eksperimen
adalah metode yang dilakukan dengan cara memberi perlakuan terhadap suatu objek
untuk mengetahui hasil. Hasil data yang didapatkan dianalisis secara deskriptif
kualitatif. Penelitian ini dilakuakn dalam 2 tahapan, sebagai berikut :
A. Tahap pertama
Melakukan proses pengomposan sampah organik dengan menggunakan tiga
jedis sampah yaitu sampah organic dan akar tanaman dengan bantuan
bioaktivatoror EM4 dan gula
1. Menyiapkan alat seperti Thermometer kaca, gelas ukur, timbangan,
talenan, pisau, ayakan, baskom, pengaduk, toples (tempat fermentasi),
raffia, spryer, dan pH universal.
2. Melarutkan EM4 dan gula, melakukan pencacahan sampah dan akar
tanaman yang akan dikompos kemuidan ditimbang dan ditakar sesuai
dengan komposisi yang telah ditentukan.
3. Komposisi bahan yang akan dimasukkan kedalam masing-masing toples
sebagai berikut :
P1 : 40 gr gula + air 100 ml+ 800 g sampah organik + 100ml EM4 +
10 gr akar tebu
P2 : 40 gr gula + air 100 ml+ 800 g sampah organik + 100ml EM4 +
10 gr akar bambu
P3 : 40 gr gula + air 100 ml+ 800 g sampah organik + 100ml EM4 +
10gr akar padi
P4 : 40 gr gula + air 100 ml+ 800 g sampah organik + 100ml EM4 +
+ 5 gr akar tebu + 5 gr akar bambu
P5 : 40 gr gula + air 100 ml+ 800 g sampah organik + 100ml EM4 +

11
5 gr akar tebu + 5 akar padi
P6 : 40 gr gula + air 100 ml+ 800 g sampah organik + 100ml EM4
5 gr akar bambu + 5 gr akar padi
P7 : 40 gr gula + air 100 ml+ 800 g sampah organik + 100ml EM4
akar bambu, tebu dan padi masing-masing 3,3 gr (Mochtar, 2018).
4. Memasukkan campuran sampah organik ke dalam toples, kemudian
menyemprotkan larutan secara perlahan-lahan ke dalam campuran bahan
sevara merata sampai kandungan air campuran bahan mencapai 30%. Bila
adonan dikepal menggunakan tangan, air tidak keluar dari campuran
bahan dan bila kepalan adonan di lepas adonan akan terurai (Sari S. K.,
2018).
5. Menutup toples dengan rapat, kemudian diikat menggunakan rafia agar
tidak ada partikel lain yang masuk kedalam toples.
6. Setelah waktu tertentu proses pengomposan dihentikan kemudian
menganalisis hasil.
7. Selama masa fermentasi atau pengomposan dilakukan pengecekan
meliputi uji pH, kelembaban, tekstur, bau dan warna kompos.

B. Tahap Kedua
Melakukan proses pembuatan pupuk organik granul dengan menggunakan alat-
alat seperti tampi sebagai pengganti alat granulator, menggunakan bahan
perekat berupa molese agar serbuk kompos dapat berbentuk butiran.
1. Setelah pupuk tidak berbau busuk, kandungan air berkurang, warna coklat
kehitaman serta tekstur menyerupai tanah, menandakan bahwa
pengomposan berhasil.
2. Mengaduk hasil kompos kemuadian disaring menggunakan ayakan,
kemudian menjemur kompos sampai benar-benar kering.
3. Kompos yang telah kering kemudian ditumbuk hingga benar-benar halus.

12
4. Menuangkan kompos yang sudah halus ke dalam tampi. Menggoyang-
goyangkan tampi, kemudian memasukkan larutan pelekat (molase)
perlahan-lahan sambil terus digoyangkan hingga terbentuk granul.
5. Memisahkan bagian kompos yang sudah terbentuk granul.
6. Mengemas hasil pupuk granul kedalam plastik yang telah diberi label
7. Melakuakn uji pupuk pada tanaman.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hasibun, B. E. (2006). Ilmu Tanah. Medan: USU Pers.

Indriani, Y. (2007). Membuat Pupuk Organik Secara Singkat. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Iswati. (2012). Pengaruh Dosis Formula PGPR Asal Perakaran Bambu terhadap
Pertumbuhan Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum syn). Jurnal
Laboratorium Agroteknologi.

Mochtar, H. (2018). Studi Pembuatan Kompos Padat dari Sampah Daun Kering
TPST UNDIP dengan Variasi Bahan Mikroorganisme Lokal (MOL) Daun.
Jurnal Presipitasi, 15, 79-85.

Murthi, S. (2015). Potensi Bakteri Endofit dalam Meningkatkan Pertumbuhan


Tanaman Tembakau yang Terinfeksi Nematoda Puru Akar (Meloidogyne sp.).
Jurnal Agroekoteknologi, 1881-1889.

Pranoto, E. (2014). Isolasi dan Karakteristik Bakteri Endofit Pada Tanaman Teh
(Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Produktif dan Belum Menghasilkan Klon
GMB 7 Dataran Tinggi. Biospecies, 1-7.

Pratiwi, F. (2017). Pengaruh Pemberian Plant Growth Promoting Rhizobakteria


(PGPR) dari Akar Bambu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah
(Allium ascalonicum L.). Agrotropika Hayati, 77-82.

Priyantini, W. (2015). Efektivitas Proses Pengomposan Sampah Daun dengan Tiga


Sumber Aktivator Berbeda. Rekayasa, 13(02), 107-113.

Rahni. (2012). Efek Fitohormon Terhadap Pertumbuhan Tanamn Jagung (Zea mays).
Artikel Dosen Agroteknologi Universitas Haluoleo.

14
Sari, R. P. (2018). Pengaruh Variasi Rasio C/N Terhadap Kualitas Kompos dari
Sampah Organik Seara Anaerob. Seminar Nasional Cendikiawan, 657.

Sari, S. K. (2018). Petunjuk Praktek Pengelolaan Limbah. Surakarta: UMS.

Sumekto, R. (2006). Pupuk Pupuk Organik. Klaten: PT Intan Sejati.

Sutrisno, J. (2010). Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur (Kubis, Kangkung dan
Bayam). Jurnal Tenik, 1412-1867.

Teshome. (2014). Effect of Nitrogen and Compost on Sugercane (Saccarum


officinarum L.) at Metahara Sugarcane Plantation. Advances in Crop Science
and technology, 153-160.

Vionita, Y. (2015). Potensi Isolat Bakteri Endofit dari Akar Tanaman Ubi Jalar
(Ipomea batatas) dalam Penambatan Nitrogen. Lentera Bio, 126-131.

Wahyono, S. (2011). Membuat Pupuk Organik Granul dari Aneka Limbah. Jakarta:
Agro Media Pustaka.

Yuniwati, M. (2012). Optimasi Kondisi Proses Pembuatan Kompos dari Sampah


Organik dengan Cara Fermentasi Menggunakan EM4. Jurnal Teknologi, V(2),
172-181.

Yuwono, D. (2005). Pupuk Organik. Jakarta: Penebar Swadaya.

15

Anda mungkin juga menyukai