Disusun Oleh :
Kelompok 5
2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Atas Rahmat
dan Karunia-NYA maka kami dapat menyelesaikan penyusunan proposal Kombinasi
Sampah Organik dan Akar Tanaman sebagai Alternatif Pembuatan Pupuk
Organik Granul dengan Aktivator EM4 dan Gula Terhadap Pertumbuhan
Tanaman. Penyusunan proposal ini merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah
Mikrobiologi Terapan.
Dalam penyusunan proposal ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
teknis penyusunan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan penyusunan
makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada ibu Prof. Dr. Retno Sri Iswari, S.U. dan Dr. Dra. Siti Harnina Bintari, MS.
selaku dosen pengampu. Secara khusus kami juga menyampaikan terima kasih
kepada teman-teman yang telah ikut membantu kami dalam penyusunan makalalah
ini.
Semoga proposal ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi yang membutuhkan, khususnya bagi .kami sendiri sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.
Wassalamualaikum wr.wb
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
A. Judul ........................................................................................................................ 1
C. Tujuan...................................................................................................................... 3
D. Manfaat .................................................................................................................... 3
A. Limbah .................................................................................................................... 4
C. Kompos ................................................................................................................... 6
A. Tahap 1 .................................................................................................................. 11
B. Tahap 2 .................................................................................................................. 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. LATAR BELAKANG
Limbah atau sampah merupakan material sisa yang sudah tidak terpakai lagi
yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari dan proses produksi. Sampah menjadi
masalah yang besar terutama di Indonesia, dimana sampah belum dapat dikelola
dengan baik. Seiring bertambahnya jumlah penduduk, jumlah sampah yang
dihasilkan akan terus meningkat. Kawasan yang potensi menghasilkan limbah
dalam jumlah yang besar perlu mendapatkan peratian khusus. Sebab limbah yang
tidak tertangani dengan baik akan mencemari lingkungan dan merugikan
masyarakat sekitar. Lingkungan menjadi kumuh dan kotor sehingga menjadi
tempat berkembang biak berbagai jenis penyakit menular yang berbahaya bagi
kesehatan.
Pengelolaan limbah berguna untuk memperbaiki kondisi sumber daya alam
yang biasanya dapat mengalami kerusakan karena banyaknya limbah, atau untuk
menghemat penggunaan sember daya alam apabila limbah yang ada di daur
ulang. Dilihat dari karakteristiknya, limbah biasanya masih dapat diolah menjadi
produk yang lebih bermanfaat sehingga memiliki nilai ekonomi. Bahkan, limbah
dapat dimanfaatkan menjadi produk baru (waste to product) dan menjadi energi
(waste to energy). Sebagai contoh, limbah padat organik masih dapat
dimanfaatkan menjadi bahan baku pupuk organik (Wahyono, 2011).
1
2
C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaruh penambahan akar tanaman terhadap pupuk organik
granul yang dihasilkan?
2. Bagaimana pengaruh pupuk organik granul terhadap pertumbuhan
tanaman cabai Capsicum annuum?
D. TUJUAN
1. Menganalisis pengaruh penambahan berbagai jenis akar tanaman terhadap
pupuk organik yang dihasilkan.
2. Menganalisis pengaruh pupuk organik granul terhadap pertumbuhan
tanaman cabai Capsicum annuum.
E. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
a. Dengan dilakukan praktek pembuatan pupuk organik granul,
mahasiswa dapat mengetahui cara dan proses pembuatan kompos
menggunakan menggunakan sampah organik dan akar tanaman
dengan activator EM4 dan gula menjadi pupuk organik granul
b. Dengan produk yang dihasilkan, dapat menumbuhkan jiwa
intrepreneur pada diri mahasiswa.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan sosialisasi bagi masyarakat cara pengolahan sampah
organik di lingkungan sekitar menjadi pupuk organik, sehingga dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan serta
menjadikan peluang usaha bagi masyarakat.
3. Bagi Pendidikan
Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pemanfaatan limbah,
khususnya siswa sekolah menengah kelas X KD 4.11 Merumuskan
gagasan pemecahan masalah perubahan lingkungan yang terjadi di
lingkungan sekitar. Materi pembelajaran limbah dan daur ulang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah).
Berdasarkan sifatnya, sampah digolongkan menjadi sampah organik dan
anorganik. Sampah organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan
hewan yang berasal dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan,
rumah tangga dan industri. Sampah organik dengan mudah dalam proses alami.
Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk
sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah
dan daun. Berbeda dengan sampah organik, sampa anorganik secara keseluruhan
tidak dapat diuraikan oleh alam. Limbah anorganik yang berasal dari kegiatan
rumah tangga misalnya berupa botol kaca, botol plastik, tas plastik, dan kaleng
(Sari S. K., 2018).
Wahyono ( 2011), menyatakan limbah atau sampah merupakan material sisa
yang sudah tidak terpakai lagi yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari dan
proses produksi. Konsep yang dapat digunakan dalam mengolah sampa, adalah
konsep 4R, yaitu:
1. Reduce, yaitu proses pengurangan pengurangan produk yang menghasilkan
sampah, misalnya saat ini sudah banyak supermarket atau mini market tidak
memberikan kantong plastik belanja.
2. Reuse, yaitu menggunakan ulang, menjual atau menyumbangkan barang-
barang yang masih dapat dimanfaatkan. Menurut peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 02 Thn 2008 reuse adalah penggunaan kembali
limbah B3 dengan tujuan yang sama tanpa melalui proses tambahan secara
kimia, fisika, biologi.
4
5
Jika dibandingkan antara pupuk organik granul murni dan kompos berbentuk
curah, keduanya memiliki kualitas yang relatif sama karena bahan baku utama
pupuk organik granul adalah kompos. Sementara itu, dilihat dari daya serap
tanaman, baik kompos maupun pupuk organik granul sama-sama akan diserap
tanaman secara perlahan-lahan (slow release). Namun hal ini menjadi
keunggulan bagi keduanya karena dapat digunakan dalam waktu yang lebih
lama. Dengan efesiensi yang lebih tinggi karena jumlah pupuk yang terbuang
lebih sedikit, keberadaan pupuk organik granul di lingkungan akan menjadi lebih
lama dibandingkan dengan kompos biasa (Wahyono, 2011).
C. Kompos
Kompos merupakan istilah untuk pupuk organik buatan manusia yang dibuat
dari proses pembusukan sisa-sisa buangan makhluk hidup (tanaman maupun
hewan). Proses pembuatan kompos dapat berjalan secara aeron dan anaerob yang
saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu. Secara keseluruhan proses
ini disebut dekomposisi (Yuwono, 2005 dalam Yuniawati). Kompos yang baik
adalah kompos yang sudah mengalami pelapukan dengan ciri-ciri warna yang
berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berau, kadar air rendah, dan
memiliki suhu ruang.
Dalam proses pengomposan diperlukan waktu 4-6 minggu, untuk mencapai
hasil yang maksimal dapat dikomposkan 3-4 bulan. Tahapan pembuatan kompos
dimulai dengan persiapan, baik bahan maupun tempatnya. Setelah itu
penyusunan tumpukan kompos, pemantauan suhu dan kelembaban tumpukan,
pembalikan dan penyiraman, pematangan, pengayakan kompos, pengemasan dan
penyimpanan (Sari S. K., 2018). Setelah proses pengomposan selesai, secara fisik
yang terlihat antara lain; jika dipegang terasa dingin tidak lagi panas, jika
diremas terasa rapuh, bau dan warnanya sudah berubah.
Parameter fisik dan kimia kompos meliputi data % penyusutan bahan, tekstur,
warna, bau, kadar air, pH, C/N rasio. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakuakan oleh (Priyantini, 2015) bahwa secara fisik maupun kimia kompos
7
yang dihasilkan tergolong baik sesuai kriteria berdasarkan standar SNI 19-4030-
2004. Spesifikasi kompos dari sampah organik domestik yang masuk kategori
memenuhi standar antara lain apabila kadar C/N rasio kompos berkisar antara 10-
20; kadar air maksimum 50% dan kisaran pH 6.80-7.29. Persen penyusutan
kompos tertinggi terdapat pada kompos dengan aktivator EM4, yakni mampu
mengurangi berat hingga 39,3% dibandingan menggunakan aktovator MOL.
Priyantini (2015), menyatakan bahwa agar proses pengomposan berlangsung
dengan baik, dubutuhkan komposisi bahan organik yang ideal serta suhu
lingkungan yang sesuai untuk mikroorganisme pengurai. Indikasi bekerjanya
mikroorganisme pengurai dapat dilihat melalui peningkatan dan penurunan suhu
selama proses fermentasi, serta stabilnya kelembaban dan pH bahan selama
proses pengomposan. Syarat ideal proses pengomposan adalah jika rasio C/N
bahan berkisar antara 30-35, suhu pada kisaran 40o-70o C, kelembaban/ kadar air
bahan 50-60% dan pH 5-8.
D. EM4 (Effective Microorganism 4)
EM4 (Effective Microorganism 4) ditemukan pertama kali oleh Prof Teruo
Higa dari Universitas Ryukyus Jepang. Larutan EM4 mengandung
mikroorganisme fermentasi yang jumlahnya sangat banyak, sekitar 80 genus dan
mikroorganisme tersebut dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam
fermentasi bahan organik. Dari sekian banyak mikroorganisme, ada lima
golongan yang pokok, yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp,
Saccharomyces sp, Actinomycetes sp, dan jamur fermentasi (Indriani, 2007
dalam Yuniwati, 2012).
EM4 berupa larutan cair berwarna kuning kecoklatan. Cairan EM4 berbau
sedap dengan rasa asam manis dan tingkat keasaman (pH) kurang dari 3,5.
Apabila tingkat keasaman melebihi 4,0 maka cairan EM4 tidak dapat digunakan
lagi. Sebelum digunakan, EM4 perlu diaktifkan terlebih dahulu karena
mikroorganisme didalam larutan EM4 berada dalam keadaan dorman.
8
kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan natrium (Na). Daun kering
yang termasuk sampah coklat kaya akan karbon (C) yang menjadi sumber energi
atau makan untuk mikrobia.
Usaha peningkatan produksi tanaman tidak lepas dari peran pupuk sebagai
bahan penyubur. Selain unsur hara yang menjadi sumber energi dan memacu
pertumbuhan tanaman, terdapat pula Rhizobakteri yang merupakan kelompok
bakteri menguntungkan penghasil fitohormon yang dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman, hasil panen dan kesuburan tanah. Rahni, (2012) dalam
Pratiwi, (2017) menyatakan bahwa beberapa genus bakteri terseleksi mamu
menstimulasi pertumbuhan, baik tanaman legum maupun yang bukan legum
pada skala lapangan. Bakteri tersebut terbukti memproduksi fitohormon, yaitu
auksin, sitokinin, giberelin, etilen dan asam absisat.
Akar bambu banyak terkolonisasi oleh bakteri PF (Pseudomonas flourescens),
dimana bakteri ini dapat meningkatkan kelarutan forfor (P) dalam tanah. Strain
tertentu dari Pseudomonas sp. dapat mencegah tanaman dari patogen fungi yang
berasal dari tanah. Pseudomonas flourescens dapat mengontrol pekembangan
penyakit dumping-off dari tebu. Akar bambu (Bambusa sp.) yang telah lapuk
diduga terkolonisasi bakteri yang mampu menghasilkan enzim selulase (Iswati,
2012). Ada beberapa jenis bakteri yang diketahui berfungsi sebagai penyedia
ataupun memobilisasi penyerapan unsur hara di dalam tanah seperti Rhyzobium
yang berfungsi sebagai penyedia N bagi tanaman, bakteri pelarut fosfat yang
memfasilitasi tanaman untuk memperoleh unsur P.
Pranoto E. ,(2014) menyatakan bahwa bakteri endofitik adalah bakteri yang
seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya menempati jaringan tanaman hidup
atau biasa lebih banyak di temukan pada akar tanaman. Bakteri endofitik
memiliki beberapa manfaat antara lain, penambat N2 dari udara, menghasilkan
Fitohormon seperti asam asetat indole-3 (IAA), sitokinin yang dapat merangsang
pertumbuhan tanaman. Vionita, (2015) menyatakan bahwa Bakteri endofit
diazotrof merupakan mikroorganisme yang hidup di dalam jaringan tanaman dan
10
11
5 gr akar tebu + 5 akar padi
P6 : 40 gr gula + air 100 ml+ 800 g sampah organik + 100ml EM4
5 gr akar bambu + 5 gr akar padi
P7 : 40 gr gula + air 100 ml+ 800 g sampah organik + 100ml EM4
akar bambu, tebu dan padi masing-masing 3,3 gr (Mochtar, 2018).
4. Memasukkan campuran sampah organik ke dalam toples, kemudian
menyemprotkan larutan secara perlahan-lahan ke dalam campuran bahan
sevara merata sampai kandungan air campuran bahan mencapai 30%. Bila
adonan dikepal menggunakan tangan, air tidak keluar dari campuran
bahan dan bila kepalan adonan di lepas adonan akan terurai (Sari S. K.,
2018).
5. Menutup toples dengan rapat, kemudian diikat menggunakan rafia agar
tidak ada partikel lain yang masuk kedalam toples.
6. Setelah waktu tertentu proses pengomposan dihentikan kemudian
menganalisis hasil.
7. Selama masa fermentasi atau pengomposan dilakukan pengecekan
meliputi uji pH, kelembaban, tekstur, bau dan warna kompos.
B. Tahap Kedua
Melakukan proses pembuatan pupuk organik granul dengan menggunakan alat-
alat seperti tampi sebagai pengganti alat granulator, menggunakan bahan
perekat berupa molese agar serbuk kompos dapat berbentuk butiran.
1. Setelah pupuk tidak berbau busuk, kandungan air berkurang, warna coklat
kehitaman serta tekstur menyerupai tanah, menandakan bahwa
pengomposan berhasil.
2. Mengaduk hasil kompos kemuadian disaring menggunakan ayakan,
kemudian menjemur kompos sampai benar-benar kering.
3. Kompos yang telah kering kemudian ditumbuk hingga benar-benar halus.
12
4. Menuangkan kompos yang sudah halus ke dalam tampi. Menggoyang-
goyangkan tampi, kemudian memasukkan larutan pelekat (molase)
perlahan-lahan sambil terus digoyangkan hingga terbentuk granul.
5. Memisahkan bagian kompos yang sudah terbentuk granul.
6. Mengemas hasil pupuk granul kedalam plastik yang telah diberi label
7. Melakuakn uji pupuk pada tanaman.
13
DAFTAR PUSTAKA
Iswati. (2012). Pengaruh Dosis Formula PGPR Asal Perakaran Bambu terhadap
Pertumbuhan Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum syn). Jurnal
Laboratorium Agroteknologi.
Mochtar, H. (2018). Studi Pembuatan Kompos Padat dari Sampah Daun Kering
TPST UNDIP dengan Variasi Bahan Mikroorganisme Lokal (MOL) Daun.
Jurnal Presipitasi, 15, 79-85.
Pranoto, E. (2014). Isolasi dan Karakteristik Bakteri Endofit Pada Tanaman Teh
(Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Produktif dan Belum Menghasilkan Klon
GMB 7 Dataran Tinggi. Biospecies, 1-7.
Rahni. (2012). Efek Fitohormon Terhadap Pertumbuhan Tanamn Jagung (Zea mays).
Artikel Dosen Agroteknologi Universitas Haluoleo.
14
Sari, R. P. (2018). Pengaruh Variasi Rasio C/N Terhadap Kualitas Kompos dari
Sampah Organik Seara Anaerob. Seminar Nasional Cendikiawan, 657.
Sutrisno, J. (2010). Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur (Kubis, Kangkung dan
Bayam). Jurnal Tenik, 1412-1867.
Vionita, Y. (2015). Potensi Isolat Bakteri Endofit dari Akar Tanaman Ubi Jalar
(Ipomea batatas) dalam Penambatan Nitrogen. Lentera Bio, 126-131.
Wahyono, S. (2011). Membuat Pupuk Organik Granul dari Aneka Limbah. Jakarta:
Agro Media Pustaka.
15