Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PENYEHATAN TANAH

“KESUBURAN TANAH”

Disusun Oleh:

Kelompok 2

1. Aulia Oktaviani (P21345119015)


2. Cindy Fadhilah Muryanto (P21345119017)
3. Grace Yanthree Sinaga (P21345119033)

Kelas : 2 DIII – A

Dosen : Catur Puspawati ST, MKM.

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II

Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120


Telp. 021.7397641, 7397643 Fax. 021.7397769

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan rahmat
serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah kami dengan judul
“Kesuburan Tanah” ini. Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk
junjungan nabi agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan
petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling
besar bagi seluruh alam semesta.
Terima kasih penulis sampaikan untuk kedua orang tua atas dukungan dan fasilitas
yang mereka berikan pada penulis sehingga bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca untuk
makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena kami sangat menyadari,
bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki banyak kekurangan.
Kami mengucapkan terimakasih yang kepada setiap pihak yang telah mendukung
serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya makalah
ini.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang telah
kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Jakarta, 29 September 2020

ii
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................iv

1.1 Latar Belakang..................................................................................iv


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................v
1.3 Tujuan...............................................................................................v
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................vi
2.1 Pengertian Kesuburan Tanah...........................................................vi
2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesuburan Tanah .................xi
2.3 Metode Penyuburan Tanah.............................................................xiv
BAB III PENUTUP.......................................................................................xxiii
3.1 Kesimpulan......................................................................................xxiii
3.2 Saran.................................................................................................xxiii
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................xxiv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah merupakan akumulasi tubuh alam bebas, yang menduduki sebagian besar
permukaan bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai akibat
pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan
relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula.
Tanah merupakan faktor terpenting dalam tumbuhnya tanamandalam suatu sistem
pertanaman, pertumbuhan suatu jenis dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
ialah tersedianya unsur hara, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Tanah
sebagai medium pertumbuhan tanaman berfungsi pula sebagai pemasok unsur hara, dan
tanah secara alami memiliki tingkat ketahanan yang sangat beragam sebagai medium
tumbuh tanaman.
Tanaman memerlukan makanan yang sering disebut hara tanaman (plant nutrient)
untuk memenuhi siklus hudupnya. Apabila suatu tanaman kekurangan suatu unsur hara,
maka akan menampakkan gejala pada suatu organ tertentu yang spesifik yang biasa
disebut gejala kekahatan. Unsur hara yang diperlukan tanaman tidak seluruhnya dapat
dipenuhi dari dalam tanah. Oleh karena itu perlu penambahan dari luar biasanya dalam
bentuk pupuk. Pupuk adalah bahan yang diberikan kedalam tanah atau tanaman untuk
memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman dan dapat berfungsi untuk memperbaiki
sifat fisika, kimia dan biologi tanah.
Kesuburan tanah ditentukan oleh keadaan fisika, kimia dan biologi tanah. Keadaan
fisika tanah meliputi kedalaman efektif, tekstur, struktur, kelembaban dan tata udara
tanah. Keadaan kimia tanah meliputi reaksi tanah (pH tanah), KTK, kejenuhan basa,
bahan organik, banyaknya unsur hara, cadangan unsur hara dan ketersediaan terhadap
pertumbuhan tanaman. Sedangkan biologi tanah antara lain meliputi aktivitas mikrobia
perombak bahan organik dalam proses humifikasi dan pengikatan nitrogen udara.
Evaluasi kesuburan tanah dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu melalui
pengamatan gejala defisiensi pada tanaman secara visual, analisa tanaman dan analisa
tanah. Analisa tanaman meliputi analisa serapan hara makro primer (N, P dan K) dan uji

iv
vegetatif tanaman dengan melihat pertumbuhan tanaman. Sedangkan analisa tanah
meliputi analisa ketersediaan hara makro primer (N, P dan K) dalam tanah.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa itu Kesuburan Tanah?
b. Apa Saja Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesuburan Tanah?
c. Apa saja Metode yang Dilakukan dalam Penyubutan Tanah?

1.3 Tujuan
a. Untuk Mengetahui Apa itu Kesuburan Tanah.
b. Untuk Mengetahui Apa saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesuburn Tanah.
c. Untuk Mengetahui Apa Saja Metode yang Dilakukan dalam Penyuburan Tanah.

v
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah adalah Suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan unsur hara
dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik fisik, kimia
dan biologi tanah (Syarif Effendi, 1995). Kesuburan tanah adalah kondisi suatu tanah yg
mampu menyediakan unsur hara essensial untuk tanaman tanpa efek racun dari hara yang
ada (Foth and Ellis ; 1997).

Menurut Brady, kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk menyediakan


unsur hara essensial dalam jumlah dan proporsi yang seimbang untuk pertumbuhan.
Tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai profil yang dalam (kedalaman yang
sangat dalam) melebihi 150 cm, strukturnya gembur remah, pH 6-6,5, mempunyai
aktivitas jasad renik yang tinggi (maksimum).

Kandungan unsur haranya yang tersedia bagi tanaman adalah cukup dan tidak
terdapat pembatas-pembatas tanah untuk pertumbuhan tanaman (Sutejo.M.M, 2002)
Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung sejumlah faktor pembentuk
tanah yang merajai di lokasi tersebut, yaitu: bahan induk, iklim, relief, organisme, atau
waktu. Tanah merupakan fokus utama dalam pembahasan ilmu kesuburan tanah,
sedangkan kinerja tanaman merupakan indikator utama mutu kesuburan tanah.

Kesuburan tanah merupakan mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan
oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi bagian tubuh tanah yang menjadi
habitat akar-akar aktif tanaman. Ada akar yang berfungsi menyerap air dan larutan hara,
dan ada yang berfungsi sebagai penjangkar tanaman. Kesuburan habitat akar dapat
bersifat hakiki dari bagian tubuh tanah yang bersangkutan, dan/atau diimbas (induced)
oleh keadaan bagian lain tubuh tanah dan/atau diciptakan oleh pengaruh anasir lain dari
lahan, yaitubentuk muka lahan, iklim dan musim. Karena bukan sifat melainkan mutu
maka kesuburan tanah tidak dapat diukur atau diamati, akan tetapi hanya dapat ditaksir
(assessed). Penaksirannya dapat didasarkan atas sifat-sifat dan kelakuan fisik, kimia dan
biologi tanah yang terukur, yang terkorlasikan dengan keragaan (performance) tanaman

vi
menurut pengalaman atau hasil penelitian sebelumnya. Kesuburan tanah dapat juga
ditaksir secara langsung berdasarkan keadaan tanaman yang teramati (bioessay). Hanya
dengan cara penaksiran yang pertama dapat diketahui sebab-sebab yang menentukan
kesuburan tanah.

Dengan cara penaksiran kedua hanya dapat diungkapkan tanaggapan tanaman


terhadap keadaan tanah yang dihadapinya. Kesuburan tanah merupakan kemampuan
tanah menghasilkan bahan tanaman yang dipanen. Maka disebut pula daya menghasilkan
bahan panen atau produktivitas. Ungkapan akhir kesuburan tanah ialah hasil panen, yang
diukur dengan bobot bahan kering yang dipungut per satuan luas (biasanya hektar) dan
per satuan waktu. Dengan menggunakan tahun sebagai satuan waktu untuk perhitungan
hasilpanen, dapat dicakup akibat variasi keadaan habitat akar tanaman karena musim
(Schroeder, 1984).

Hasil panen besar dengan variasi musiman kecil menandakan kesuburan tanah
tinggi, karena ini berarti tanah dapat ditanami sepanjang tahun dan setiap kali
menghasilkan hasilpanen besar. Hasil panen besar akan tetapi hanya sekali setahun pada
musim baik, menandakan kesuburan tanah tidak tinggi, karena pada musim yang lain
tanah tidak dapat ditanami.

Hal ini antara lain karena kekahatan (deficiency) lengas tanah, atau sebaliknya
karena mengalami tumpat air (waterlogged), kadar garam larut air meningkat liwat batas,
tanah menjadi sulit diolah untuk memperoleh struktur yang baik (luar biasa liat atau
keras sekali) dan sebagainya.

Kesuburan tanah ditentukan oleh keadaan fisika, kimia dan biologi tanah sebagai
berikut :

a. Kesuburan Fisika
Sifat fisik tanah yang terpenting adalah solum, tekstur, struktur, kadar air
tanah, drainase dan porisitas tanah. Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap
pertumbuhan tanaman terjadi secara langsugung. Struktur tanah yang remah
(ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan
produksi persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah
yang padat.
Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak yang tumbuh
pada tanah remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman

vii
makanan ternak yang tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan
perkembangan akar pada tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat per satuan
waktu dibandingkan akar tanaman pada tanah kompak, sebagai akibat mudahnya
intersepsi akar pada setiap pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada
tanah remah. Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara
maksimal pada tanah yang berpori, dibandiangkan pada tanah yang padat.
Sebaliknya bagi tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah yang
bertekstur halus seperti tanah berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya
karena sulit bagi akar untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar
tanaman akan mengalami kesulitan untuk menembus struktur tanah yang padat,
sehingga perakaran tidak berkembang dengan baik.
Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah merupakan salah satu faktor
utama pembentuk agregat tanah (Anonim, 2010) Tekstur tanah ditentukan di
lapangan dengan cara melihat gejala konsistensi dan rasa perabaan menurut
bagan alir dan di laboratorium dengan menguunakan metode-metode. Metode
tersebut adalah metode pipet atau metode hidrometer (Elisa, 2002).
Warna adalah petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Biasanya perbedaan
warna permukaan tanah disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organik.
Semakin gelap warna tanah semakin tinggi kandungan bahan organiknya. Warna
tanah dilapisan bawah yang kandungan bahan organiknya rendah lebih banyak
dipengaruhi oleh jumlah kandungan dan bentuk senyawa besi (Fe). Di daerah
yang mempunyai sistem drainase (serapan air) buruk, warnah tanahnya abu-abu
karena ion besi yang terdapat di dalam tanah berbentuk Fe2+.
Komponen mineral dalam tanah terdiri dari campuran partikel-partikel
yang secara individu berbeda ukurannya. Menurut ukuran partikelnya,
komponen mineral dalam tanah dapat dibedakan menjadi tiga yaitu; Pasir,
berukuran 50 mikron – 2 mm; Debu, berukuran 2 – 50 mikron dan Liat,
berukuran dibawah 2 mikron. Tanah bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah
jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik,
namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga
kemampuan menyimpan airnya sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering.
Tekstur tanah sangat berpengaruh pada proses pemupukan, terutama jika
pupuk diberikan lewat tanah. Pemupukan pada tanah bertekstur pasir tentunya

viii
berbeda dengan tanah bertekstur lempung atau liat. Tanah bertekstur pasir
memerlukan pupuk lebih besar.
karena unsur hara yang tersedia pada tanah berpasir lebih rendah.
Disamping itu aplikasi pemupukannya juga berbeda karena pada tanah berpasir
pupuk tidak bisa diberikan sekaligus karena akan segera hilang terbawa air atau
menguap.
b. Kesuburan Kimia
Sifat kimia tanah berhubungan erat dengan kegiatan pemupukan. Dengan
mengetahui sifat kimia tanah akan didapat gambaran jenis dan jumlah pupuk
yang dibutuhkan. Pengetahuan tentang sifat kimia tanah juga dapat membantu
memberikan gambaran reaksi pupuk setelah ditebarkan ke tanah. Sifat kimia
tanah meliputi kadar unsur hara tanah, reaksi tanah (pH), kapasitas tukar kation
tanah (KTK), kejenuhan basa (KB), dan kemasaman.
Salah satu sifat kimia tanah adalah keasaman atau pH (potensial of
hidrogen), pH adalah nilai pada skala 0-14, yang menggambarkan jumlah relatif
ion H+ terhadap ion OH- didalam larutan tanah. Larutan tanah disebut bereaksi
asam jika nilai pH berada pada kisaran 0-6, artinya larutan tanah mengandung
ion H+ lebih besar daripada ion OH-, sebaliknya jika jumlah ion H+ dalam
larutan tanah lebih kecil dari pada ion OH- larutan tanah disebut bereaksi basa
(alkali) atau miliki pH 8-14.
Tanah bersifat asam karena berkurangnya kation Kalsium, Magnesium,
Kalium dan Natrium. Unsur-unsur tersebut terbawa oleh aliran air kelapisan
tanah yang lebih bawah atau hilang diserap oleh tanaman. Kemasaman tanah
merupakan hal yang biasa terjadi di wilayah-wilayah bercurah hujan tinggi yang
menyebabkan tercucinya basa-basa dari kompleks jerapan dan hilang melalui air
drainase. Pada keadaan basabasa habis tercuci, tinggallah kation Al dan H
sebagai kation dominant yang menyebaabkan tanah bereaksi masam (Coleman
dan Thomas, 1970).
Di Indonesia pH tanah umumnya berkisar 3-9 tetapi untuk daerah rawa
seeperti tanah gambut ditemukan pH dibawah 3 karena banyak mengandung
asam sulfat sedangakan di daerah kering atau daerah dekat pantai pH tanah dapat
mencapai di atas 9 karena banyak mengandung garam natrium. Menentukan
mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman, pada umumnya unsur
hara mudah diserap oleh akar tanaman pada pH tanah netral 6-7, karena pada pH

ix
tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air. pH tanah juga
menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman.
Pada tanah asam banyak ditemukan unsur alumunium yang selain bersifat
racun juga mengikat phosphor, sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Pada
tanah asam unsur-unsur mikro menjadi mudah larut sehingga ditemukan unsur
mikro seperti Fe, Zn, Mn dan Cu dalam jumlah yang terlalu besar, akibatnya
juga menjadi racun bagi tanaman. pH tanah sangat mempengaruhi
perkembangan mikroorganisme di dalam tanah. Pada pH 5.5 - 7 bakteri jamur
pengurai organik dapat berkembang dengan baik Tindakan pemupukan tidak
akan efektif apabila pH tanah diluar batas optimal.
Pupuk yang telah ditebarkan tidak akan mampu diserap tanaman dalam
jumlah yang diharapkan, karenanya pH tanah sangat penting untuk diketahui jika
efisiensi pemupukan ingin dicapai. Pemilihan jenis pupuk tanpa
mempertimbangkan pH tanah juga dapat memperburuk pH tanah. Derajat
keasaman (pH) tanah sangat rendah dapat ditingkatkan dengan menebarkan
kapur pertanian, sedangkan pH tanah yang terlalu tinggi dapat diturunkan
dengan penambahan sulfur. Dapat disimpulkan, secara umum pH yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah mendekati 6.5-7. Namun kenyataannya setiap jenis
tanaman memiliki kesesuaian pH yang berbeda.
c. Kesuburan Biologi
Sifat biologi tanah meliputi bahan organik tanah, flora dan fauna tanah
(khususnya mikroorganisme penting seperti bakteri, fungi dan Algae), interaksi
mikroorganisme tanah dengan tanaman (simbiosa) dan polusi tanah. Tanah
dikatakan subur bila mempunyai kandungan dan keragaman biologi yang tinggi.
Berikut merupakan tabel jumlah maksimum biomassa dari organisme tanah pada
tanah subur yang berada pada padang rumput :

Jenis – jenis Kelipatan Massa


organisme (no/m2) (g/m2)
Bakteri 3 x 1014 300
Fungi 5 x 108 400
Protozoa 107 38
Nematodes 105 12
From: B.N. Richards (1974) Introduction to the Soil Ecosystem
Organisme (Mikroorganisme) tanah penting dalam kesuburan tanah, karena:
 berperan dalam siklus energy.
x
 berperan dalam siklus hara.
 berperan dalam pembentukan agregat tanah.
 menentukan kesehatan tanah (suppressive / conducive terhadap munculnya
penyakit terutama penyakit tular tanah-soil borne pathogen).
2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesuburan Tanah

Sumber: Kirillov Alexey

a. Faktor Alami
Kesuburan tanah alami adalah kesuburan tanah yang tergantung dari jumlah dan
jenis mineral mudah lapuk yang terdapat di dalam tanah atau cadangan mineralnya
( Van Der Plas,1966).
1. Bahan Induk Tanah
Menurut Jenny (1980) yang dimaksud dengan bahan induk tanah adalah
kondisi tanah sejak ia diendapkan. Bahan induk yang sejenis dapat membentuk
tanah yang berbeda apabila iklim dan vegetasi berbeda. Bahan induk adalah faktor
pasif. Bahan induk dengan tektur halus membentuk tanah dengan bahan organik
yang lebih tinggi dari pada bahan bahan induk bertekstur kasar, karena
ketersediaan air lebih tinggi dan tanaman tumbuh dengan baik. Dengan
keberadaan bahan organik itu dapat berperan sebagai tangan tanah. Tangan ini
memegang bagi unsur-unsur tanah. Sehingga unsur-unsur tersebut dapat
digunakan dan tersedia bagi tanaman. Contoh tanah yang terbentuk dari bahan
induk yang berasal dari batuan masam (kandungan SiO2 tinggi dan kandungan

xi
mineral kelam rendah), pada umumnya akan mempunyai cadangan mineral yang
rendah.
2. Topografi
Topografi dipandang oleh Hale (1976) dalam Gerrard (1981) adalah sebagai
sekelompok tanah yang berkembang dari bahan yang pada awalnya sama dan
tidak menutup kemungkinan berbeda pada singkapan berlereng tunggal karena
perbedaan geologi. Sedangkan Arsyad (2010) menuliskan bahwa topografi adalah
faktor pasif pembentuk tanah yang mendorong proses erosi dan perpindahan
materian dari satu tempat ke tempat lain. Topografi mempengaruhi proses
hidrologi. Semakin besar kemiringan lereng maka limpasan permukaan juga
semakin besar. Pengaruh topografi terhadap kesuburan tanah yaitu semakin besar
limpasan yang dihasilkan akan membuat tanah banyak terkikis unsur-unsur dan
humusnya. Contoh kasus pada lahan yang berada pada kelerangan yang tinggi
serta memilki sedikit tutupan di permukaan tanahnya, akan lebih rentan terjadi
erosi. Hal ini membuat tanah kurang subur dan produktivitas tanaman juga akan
berkurang.
3. Iklim
Curah hujan dan suhu udara adalah faktor iklim yang menurut Buckman
dan Brady (1982) paling berpengaruh terhadap pembentukan tanah. Jika curah
hujan yang tinggi akan membuat bermacam dampak. Beberapa dampak itu antara
lain, besarnya infiltrasi dilanjutkan dengan perkolasi akan mampu mengangkut
unsur-unsur hara serta adanya proses Leaching atau pencucian. Peningkatan
konsentrasi H+ di dalam larutan air tanah yang berarti membuat tanah menjadi
asam. Kondisi ini tidak terlalu baik bagi tanaman, selaras dengan Hakim dkk.
(1986), yang mengatakan bahwa pada daerah yang memiliki curah hujan tinggi,
koloid tanah akan lebih banyak didominasi oleh ion H+, sedangkan kation-kation
basa terjerap lemah dan berada pada larutan bebas. Sedangkan Winarso (2005),
menambahkan, tingginya curah hujan mengakibatkan kandungan basa-basa yang
dapat dipertukarkan semakin rendah karena proses pencucian berjalan intesif.
Contoh kasus pada lahan yang sering terbuka, seperti pada lahan pertanaman ubi
kayu, juga akan menambah pemicu terjadinya leaching. Hal ini akan dapat
menyebabkan penurunan kandungan kation basa di dalam tanah.
Suhu udara mempengaruhi jenis tanah dengan mempengaruhi suhu badan
tanah. Tanah bersifat konduktor. Akibatnya tanah lebih panas dibandingkan

xii
udara di atasnya. Variasi suhu juga berpengaruh pada proses pelapukan.
Selain itu Purnomo (2006), juga menjelaskan bahwa suhu merupakan salah satu
faktor penyebab penurunan bahan organik tanah yang mana suhu di Indonesia
yang hangat juga akan menambah tingginya laju dekomposisi bahan organik
sehingga bahan organik akan cepat terkuras. Masalah ini jika dikaitkan dengan
kesuburan tanah tentu akan menjadi faktor yang kurang menguntungkan. Hal ini
dikarenakan tanah yang berkurang bahan organiknya maka unsur-unsur yang
dipegang semakin sedikit tersedia bagi tanaman.Sehingga akan membuat tanah
kurang subur dan tanaman mungkin akan defisiensi baik itu berupa unsur makro
ataupun mikro.
b. Faktor Buatan
1. Pola penggunaan lahan
Untuk menunjang kesuburan tanah berbeda kondisi dengan pola
penggunaan sebagai lahan kebun campuran yang merupakan sistem polikultur,
yaitu menanami suatu lahan dengan berbagai macam tanaman. Keragaman
vegetasi tanaman tahunan pada lahan kebun campuran akan menciptakan
konfigurasi tajuk yang berlapis.
Menurut Banuwa (2013), tajuk yang berlapis akan memberikan
perlindungan yang efektif terhadap proses erosi yang disebabkan oleh pukulan
langsung butir-butir air hujan. Arsyad (2010) juga menambahkan, keragaman
vegetasi yang tinggi mampu berperan dalam usaha konservasi tanah dan air
melalui intersepsi air hujan dan mengurangi daya pukul air hujan. Contoh
dalam penggunaan lahan sebagai lahan pertanaman ubi kayu, harus di selingi
oleh tanaman yang bertajuk strata seperti pohon pepaya.
2. Bahan kimia beracun
Unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah yang relatif sedikit sehingga
pada pH kisaran 7,0 untuk menghindari toksisitas. Menurut Hidayah (2011),
pada reaksi tanah (pH) di bawah 6,5 akan terjadi defisiensi P, Ca, Mg dan
toksisitas B, Mn, Cu dan Fe. Sementara itu pada pH 7,5 akan terjadi defisiensi
P, B, Fe, Mn, Cu, Zn, Ca, Mg dan toksisitas B juga Mo. Contoh terbukanya
lahan menyebabkan penurunan kandungan bahan organik tanah dan
intensifnya pencucian hara oleh air hujan. Hal ini mengakibatkan leaching
kation-kation basa, sehingga akan menurunkan kejenuhan basa yang
menyebabkan pH tanah menurun.

xiii
3. Pemupukan
Pengertian pemupukan menurut Daud (2008) adalah proses
menambahkan bahan untuk menambah hara bagi tanah. Pemberian ini
bertujuan untuk memperbaik berbagai sifat, seperti sifat fisika, kimia dan
biologi tanah. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk hijau dari tanaman
legum atau berupa pupuk organik. Keberadaan input pupuk ini mampu
memperbaiki keadaan lingkungan tanaman untuk menyerap hara pupuk dan
meningkatkan kesuburan tanah .Contohnya pemberian pupuk kandang pada
lahan sawah akan menjadikan tanaman padi akan lebih baik dalam menyerap
unsur hara pada pupuk itu. Hal ini dikarenakan pupuk hijau atau pupuk
kandang mampu berfungsi ganda yaitu sebagai menambah hara dan sekaligus
mengamandemenkan tanah. Bahan amandemen ini mampu melepaskan ion
hara dari komplek mineral organik dan melancarkan pertukaran ion.
4. Genangan air /Aerasi Tanah
Pengertian aerasi menurut Hakim (2005) yaitu istilah yang
mengindikasikan kondisi tata udara dalam tanah. Aerasi baik berarti keluar-
masuknya udara dari dan kedalam tanah terjadi tanpa hambatan, sedangkan
aerasi buruk berarti sebaliknya pada tanah bereaksi buruk. Yuwono (2002)
mengemukakan akan terjadi penghambatan terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman akibat tertekannya sehingga menghambat pertumbuhannya
perakaran, respirasi akar dan proses absorsi atau penyerapan air dan hara.
Contoh permasalahn pada tanah rawa yang mengandung banyak genangan air.
Tingkat kesuburan tanah yang tergenang air akan mampu menurunkan pH,
sehingga cenderung bersifat lebih asam. Sehingga diperlukan untuk membuat
aliran drainase yang baik agar mengatasi kelebihan air saat musim hujan tiba.
2.3 Metode Penyuburan Tanah

Dengan adanya campur tangan manusia, tanah kering dan tandus dapat diperbaiki
dan ditingkatkan kesuburannya. Dapat kita lihat contoh nyata di Gunung Kidul,
Yogyakarta dan bahkan di Dubai, Uni Emirat Arab di mana tanah gurun yang kering dan
tandus kini disulap menjadi kebun dan taman-taman cantik. Secara umum, metode
penaggulangan tanah kering dan tandus dapat dibagi melalui pendekatan mekanik, non-
biologis, dan biologis.

xiv
Berikut adalah penjelasan mengenai beberapa metode Cara Menyuburkan Tanah
Kering dan Tandus:

a. Metode Pendekatan Mekanik

Metode penyuburan tanah berdasarkan pendekatan mekanik menitik


beratkan metode pada pengolahan lahan dengan tujuan mengubah struktur
tanah. Contoh dari metode ini adalah sebagai berikut.

1. Menyiram dengan air


Tanah yang kering tentu saja kekurangan air. Apabila cuaca dan iklim
tidak mendukung memiliki manfaat curah hujan yang tinggi, maka
penyiraman buatan dapat dilakukan. Air dapat disalurkan dengan
pemencar (sprinkle) untuk membuat air tersebar secara merata.

2. Membuat jalur irigasi


Salah satu metode pengairan yang sangat luas dipakai di dunia adalah
dengan irigasi air dari jalur sungai. Pada metode ini, sodetan dapat dibuat
di sungai sehingga air mengalir secara otomatis ke lahan. Letak lahan
harus diperhatikan yaitu di bawah aliran atau sejajar dengan aliran agar air
dapat mengalir. Bila letak astronomis dan geografis sungai tidak
memenuhi syarat, maka pompa dapat menaikan air secara buatan. Namun
demikian, maka ada energi yang dibutuhkan. Air akan membasahi lahan
dan akan terinkorporasi dengan molekul tanah.

xv
3. Membuat jalur pengairan limbah
Jalur irigasi biasanya berasal dari sungai dan sumber air lainnya yang
mengandung sedikit materi organik (oligotrofik). Sebenarnya, materi
organik ini dapat ditambahkan ke dalam tanah bersamaan dengan jalur
irigasi apabila air yang digunakan kaya akan nutrisi (eutrofik). Salah satu
contoh air eutrofik adalah air limbah domestik yang berasal dari
pemukiman warga.
Air limbah domestik baik untuk digunakan dalam sistem ini. Hal ini
karena limbah domestik mengandung materi organik yang dibutuhkan
tanaman untuk tumbuh dan dapat terdeposisi di tanah sebagai topsoil.
Namun demikian, perlu diperhatikan kualitas dari air limbah domestik ini.
Apabila limbah terkontaminasi senyawa kimia berbahaya maka air
menjadi tidak layak untuk digunakan.

4. Membajak lahan
Pembajakan berguna untuk membolak-balikan lahan terutama daerah
yang berada di zona topsoil (0 – 20cm dari permukaan tanah). Dahulu
pembajakan tanah dilakukan secara manual dengan cangkul atau bantuan
hewan seperti kerbau. Kini pembajakan biasanya dilakukan dengan mesin
traktor. Tanah yang telah dibajak akan terangkat dan menjadi gembur.

xvi
Jenis-jenis tanah seperti tanah gembur berarti tanah memiliki rongga
dalam strukturnya (tidak padat) sehingga organisme tanah seperti cacing
dan mikroorganisme bisa hidup di dalamnya. Akar tanaman pun akan lebih
mudah mendapatkan oksigen dengan struktur tanah yang berongga ini.
5. Memperkokoh tanah
Tanah tandus seringkali tidak kokoh dan mudah sekali mengalami
erosi tanah. Hal ini diperparah apabila secara topografi, tanah memiliki
kemiringan yang cukup tinggi. Pada kondisi ini, sengkedan atau terasering
dapat dibuat sehingga tanah akan kokoh pada tempatnya untuk menerima
irigasi. Batuan dan jaring buatan pun dapat digunakan untuk
mempertahankan posisi tanah.
6. Menaikan porositas
Porositas tanah bergantung dari komposisi tanah. Tanah yang memiliki
porositas tinggi memiliki kandungan partikel besar (sand) yang sedikit
dibandingkan partikel yang lebih kecil (silt dan clay). Porositas yang tinggi
berguna untuk menahan air dan nutrisi di dalam tanah dan tak terbawa air.
Dengan demikian pada tanah dengan porositas rendah dapat ditambahkan
partikel clay untuk selanjutnya dibajak agar tanah tercampur.
b. Metode Non Biologis
Metode non-biologis secara umum memiliki pendekatan dengan mengubah kondisi
kimiawi tanah. Kondisi ini dapat diubah dengan memasukkan sejumlah materi
tertentu ke dalam tanah. Contoh dari metode ini adalah sebagai berikut.
1. Menambahkan pupuk kimia
Kurangnya materi esensial (nitrogen, fosfor, dan kalium) pada tanah dapat
membuat tanah menjadi tandus. Untuk itulah pupuk kimia dapat ditambahkan
pada tanah. Jenis pupuk ini dengan segera dapat menutrisi tanaman karena
senyawa kimia yang tersedia dapat diserap langsung oleh tanaman. Di antara
pupuk kimia yang banyak digunakan adalah NPK, ZA, dan area.
Penggunaan pupuk kimia tidak boleh diberikan dalam dosis yang berlebihan.
Hal ini dikarenakan senyawa yang tidak terserap tanaman dan terdeposisi dalam
tanah akan tercuci oleh air dan masuk ke dalam air tanah. Hasilnya adalah air
tanah menjadi tercemar dengan senyawa kimia yang berasal dari pupuk.

xvii
2. Menambahkan mineral
Selain materi esensial, tanah tandus pun dikenali dengan kurangnya mineral
yang terkandung di dalamnya. Mineral ini terdiri dari Boron, Klorin, Tembaga,
Kobalt, Besi, Mangan, Magnesium, Molibdenum, Belerang, dan Seng. Karena
mineral biasanya berasal dari batuan yang mengalami pelapukan, maka
penambahan mineral dilakukan dengan menambahkan beberapa batuan ke lapisan
atmosfer tanah.
3. Menambahkan batuan halus
Beberapa senyawa dapat ditambahkan ke dalam tanah melalui penambahan
batuan halus, contohnya adalah batuan fosfat. Batuan fosfat ini tidak hanya
mengandung fosfor saja namun juga karbon, kalsium, dan materi mineral
tambahan seperti yang disebutkan sebelumnya. Namun sayangnya, batuan fosfat
juga memilki kandungan logam berat yang signifikan.
Untuk menggunakan batuan secara efektif, batuan dihaluskan hingga
ukurannya cukup kecil kemudian ditambahkan bersamaan dengan pupuk kandang.
Asam dari pupuk kandang akan melarutkan fosfat. Di lain pihak, fosfat akan
menstabilkan nitrogen yang berasal dari pupuk kandang.
4. Menambahkan debu granit
Debu granit dan mineral glaukonit dapat digunakan untuk menambah
kandungan kalium tanah. Debu granit mengandung sekitar 1-5% kalium
sedangkan sisanya merupakan mineral tambahan. Sayangnya debu granit kurang
dapat larut dalam air sehingga tidak banyak kalium yang dapat larut dalam waktu
cepat. Namun demikian, dampak positifnya adalah debu granit merupakan slow
release fertiliser yang membuat penambahan debu granit tidak perlu sesering
senyawa non-organik lainnya. Hal yang sama juga berlaku untuk glaukonit
(greensand).
5. Menambahkan batuan kapur
Batuan kapur dapat menambahkan kandungan kalsium dalam tanah. Selain itu,
batuan kapur dapat memperbaiki kondisi pH tanah yang terlalu rendah yang akan
membuat tanah menjadi subur dan tidak tandus seperti yang akan dijelaskan
selanjutnya.
6. Menambahkan debu basal
Salah satu sumber mikronutrien lainnya yang banyak digunakan adalah debu
basal. Debu ini berasal dari pelapukan batuan basal dan mengandung mineral-

xviii
mineral penting yang berguna dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Debu ini secara alami ada di daerah dengan gunung berapi yang aktif, misalnya
saja daftar gunung di Jawa Barat, di daerah yang tidak memiliki gunung berapi
aktif, debu basal didapatkan dengan penambahan secara buatan. Untungnya
dengan sifat low release dan harga yang tidak terlalu mahal, penggunaan debu
basal merupakan pilihan yang tepat dalam meningkatkan kandungan mineral
tanah.
7. Mengatur pH
pH tanah dapat bervariasi dari asam, netral, hingga alkalis. pH tanah yang
subur berada di kisaran 6.0 hingga 6.8 dengan batas toleransi. Bila tanah terlalu
asam (pH kurang dari 6), maka batuan kapur dapat ditambahkan. Ion karbonat
dalam batuan kapur akan berikatan dengan ion hidroksil sehingga menaikkan pH.
Sebaliknya, bila tanah terlalu alkalis, maka batuan gipsum dapat ditambahkan. Ion
sulfat dalam gipsum akan berikatan dengan ion hidronium sehingga menurunkan
pH. Baik kapur dan gipsum yang akan digunakan harus melalui proses pabrikasi
yang baik sehingga tidak mengandung kontaminan yang malah mengganggu
kesuburan tanah.
8. Menghambat laju buang nitrogen
Nitrogen dapat lepas dari tanah melalui siklus nitrogen ke udara. Lepasnya
nitrogen dari dalam tanah ini dapat dihambat dengan menambahkan suatu
senyawa inhibitor. Inhibitor ini dapat membuat nitrogen dapat bertahan lebih lama
di dalam tanah dan telah diuji di Brasil pada tanaman tebu dengan hasil yang
memuaskan. Nitrogen yang berada di dalam tanah lebih lama akan membuat tanah
menjadi subur dan jauh dari kondisi tandus.
c. Metode Biologis
Penanggulangan tanah kering dan tandus dengan metode biologis memiliki arti
manipulasi tanaman, makhluk hidup tanah, dan menggunakan produk yang berasal
dari makhluk hidup untuk diaplikasikan pada tanah. Contoh dari metode ini adalah
sebagai berikut:
1. Menambahkan materi dan pupuk organic
Faktor utama yang menentukan bahwa tanah termasuk tanah tandus adalah
tidak tersedianya materi organik tanah yang tidak mencukupi. Materi organik
memiliki kapasitas pertukaran ion yang sangat tinggi sehingga dapat mengikat air

xix
dengan kuat. Hal ini yang membuat tanah kering berarti kekurangan materi
organik tanah.
Penambahan materi organik berbeda dengan pupuk kimia karena materi
organik tidak dapat secara langsung diserap tanaman dan tersedia di tanah. Materi
organik akan mengaktifkan mikroorganisme untuk mendegradasi materi organik
itu sendiri. Sama dengan batuan basal, materi organik merupakan slow release
fertiliser. Namun demikian materi organik ini tidak terlalu kaya dengan nutrisi
sehingga penambahannya harus dibarengi dengan pupuk seperti kompos.
2. Materi hewani
Darah, tulang, dan bulu hewan dapat digunakan sebagai pupuk organik. Darah
mengandung sekitar 12-13% nitrogen sedangkan bulu mengandung 7-10%
nitrogen. Namun yang harus diperhatikan adalah bahwa kandungan nitrogen yang
sangat tinggi dapat membuat tanaman keracunan ammonia dan mengundang
munculnya patogen.
Meski mengandung nitrogen yang tinggi namun bulu hewan tidak efisien
untuk dijadikan pupuk organik karena pelepasan nutrisinya sangatlah lama.
Tulang hewan dapat meningkatkan kadar fosfor tanah lebih cepat dibandingkan
batuan. Ketiga bahan tersebut sangat baik untuk menanggulangi tanah tandus dan
cara mencegah tanah longsor, namun untuk lahan yang besar, penggunaanya tidak
tepat mengingat harganya yang relatif mahal.
3. Serabut dan abu gergaji
Bahan ini mengandung sekitar 3% nitrogen dan cocok untuk menambah
nitrogen tanah dengan lebih efisien dibandingkan materi hewani. Selain itu abu
gergaji dapat digunakan untuk mengoreksi pH, yaitu menaikan pH pada tanah
yang pH-nya termasuk asam.
4. Lamun
Lamun mengandung mineral yang merupakan unsur hara penting bagi tanah,
terutama kalium. Lamun dapat membantu lepasnya mineral tanah bagi tanaman
dan dapat menambah laju pertumbuhan tanaman serta membuatnya tahan terhadap
gangguan hama dan penyakit.
5. Materi ikan
Materi organik yang berasal dari ikan dan lebih cepat menutrisi tanah yang
akan memnbuat tanah menjadi lebih subur dan tidak tandus sehingga akan mudah

xx
untuk di tanami oleh tumbuhan atau tanaman pada tanah tersebut yang
dibandingkan materi hewani dan nabati.
6. Kascing
Kascing atau kotoran cacing merupakan materi organik yang cepat diserap
sangat baik bagi kegemburan tanah. Hal ini karena selain memberikan materi
organik tanah berupa kascing, cacing juga turut membentuk struktur tanah secara
mekanik serta mempercepat penyerapan nutrisi ke dalam tanah dan pada tanaman
dengan mengubah bahan organik menjadi kascing.
7. Pupuk kendang
Pupuk kandang berasal dari kotoran ternak dan unggas. Pupuk ini kaya akan
nitrogen, fosfor, dan kalium setelah melalui proses pematangan dan fermentasi.
Pupuk kandang mudah diserap tanah dan tanaman serta mengandung mikroba
aktif yang memperbaiki kondisi tanah (seperti pupuk hayati). Namun demikian,
ada kemungkinan pupuk kandang mengandung bakteri patogen seperti
Escherichia coli yang dapat menimbulkan masalah kesehatan pada manusia.
8. Kompos
Kompos adalah hasil fermentasi aerobik dari bahan-bahan hijau (daun, ilalang)
dan bahan-bahan coklat (sisa dapur). Kompos sangat baik untuk digunakan di
tanah karena mengandung rasio C/N yang sesuai untuk menyuburkan tanah.
Kompos memiliki kelebihan dibandingkan pupuk kandang yaitu dapat dibuat
dalam skala rumahan dan steril dari bakteri patogen.
9. Membuat tutupan hijau (green manure)
Ketika tanah tandus akan digemburkan maka tanaman seperti ilalang dan
tanaman sederhana yang memiliki ketahanan tinggi ditanam. Ketika tanaman mati
maka tanaman akan menjadi materi organik yang menyuburkan tanaman.
10. Mengganti tanaman secara periodic
Pergantian tanaman secara periodik sudah mejadi suatu metode yang umum
dilakukan. Pergantian tanaman ini dilakukan agar tanah menjadi tidak jenuh atau
tandus dan untuk mengisi kembali tanah dengan nutrisi terutama nitrogen.
Biasanya tanaman yang digunakan adalah tanaman kacang-kacangan yang dapat
bersimbiosis dengan bakteri pemfiksasi nitrogen untuk menambah kandungan
nitrogen tanah dalam bentuk ammonium dan nitrat.
11. Mengintegrasikan ternak

xxi
Ternak yang dipelihara di dekat lahan pertanian dapat memberikan
keuntungan untuk kesuburan lahan. Hal ini dikarenakan buangan dari peternakan
dapat langsung digunakan di lahan pertanian sebagai pupuk kandang ataupun
materi organik seperti yang dijelaskan sebelumnya.
12. Menambahkan pupuk hayati
Pupuk hayati berbeda dari pupuk organik maupun pupuk non-organik. Hal ini
dikarenakan pada pupuk hayati tidak hanya terdapat senyawa yang mampu
meningkatkan kesuburan tanah tetapi juga tergantung suatu konsorsium mikroba
tertentu. Konsorsium mikroba ini akan tinggal di tanah dan memproses bahan-
bahan organik menjadi materi organik tanah.
Selain itu beberapa mikroba dapat bersimbiosis dengan tanaman. Mikroba
jenis Rhizobium dapat berikatan dengan akar tanaman dan membentuk struktur
nodul akar yang dapat berfungsi sebagai tempat pembentukan dan penyimpanan
nitrogen. Bakteri lainnya, semisal bakteri endofit, diketahui dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman.
Namun demikian, penggunaan pupuk serta perekayasaan lahan yang
berlebihan justru akan merusak kondisi lahan. Nutrisi tanah akan menjadi tidak
seimbang dan berimbas misalnya pada pH. Zat hara inorganik akan menggantikan
materi organik pada topsoil sehingga membuat materi esensial untuk jalannya
ekosistem tanah terganggu. Perlu diperhatikan juga tanah yang terlalu banyak
materi organiknya tidak sesuai untuk semua tanaman untuk berkembang.

xxii
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Rendahnya tersediaan unsur hara dalam tanah menyebabkan rendahnya tingkat
kesuburan tanah sehingga menjadikan / aktor pembatas dari hasil produksita tanaman
kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah yang dapat menghasilkan dari bahan
tanaman sudah yang dipanen. Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah
adalah dengan melakukan pemupukan menggunakan pupuk organik. Penambahan dari
bahan organik, kedalam tanah lebih kuat dapat pengaruh kearah perbaikan dapt sifat –
sifat tanah. Pemupukan dengan menggabungkan antara pupuk anorganik dan organik
lebih meningkatkan produksi tanaman.
3.2 Saran
Untuk penulis, pembuatan makalah sebaiknya dilakukan jauh hari sehingga materi
yang disajikan lebih luas dan lebih maksimal. Dengan penyusunan makalah ini,
diharapkan bagi mahasiswa dapat mengkajinya dan dibaca sehingga mengerti apa yang
dimaksud didalamnya mengenali kesuburan tanah dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari – hari.

xxiii
DAFTAR PUSTAKA
anonim. 2008. Kesuburan Tanah. Diambil dari www.http://www.goldenagro.net63.net
pada hari Jumat, 4 Maret 2011 Dian Kusumanto. 2009. Memahami Konsep Kesuburan
Tanah. Diambil dari http://kebunaren.blogspot.com/ pada hari Jumat, 4 Maret 2011.
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Edisi Kedua. IPB Press. Bogor. 472 hal.
Banuwa, I.S. 2013. Erosi. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 206 hal.
Buckman, H.O. dan N.C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara. Jakarta 778
hal.

Daud, N. M., 2008. Pengaruh Penggunaan Pupuk Bokashi Pada Pertumbuhan dan Produksi
Padi, Palawija dan Sayuran. Dalam http://www.deptan.go.id, 19/02/2010
Foth, H. D., 1994. Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan: Adisoemarto. Jakarta: Erlangga.
Hardjowigeno. 1995.

Gerrard, J. 1981. Soil And Landform. An Integration Of Geomorphology And Pedology.


London: G. Allan & Uwin
Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S.G. Nugroho, M. R.Saul, M. A. Diha, B. H. Go, dan
H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung University. 485 hlm.
Hidayah, N. 2011. Klasifikasi Kesesuaian Lahan Tanaman Singkong (Manihot utilissima)
Berbasis Produksi dan Kadar Pati Daerah Bogor, Sukabumi dan Karawang dalam
Rangka
https://rapafm.pakpakbharatkab.go.id/index.php/rapafm/read/269/26-cara-menyuburkan-
tanah-kering-dan-tandus

Ilmu Tanah. Diperoleh dari http://acehpedia.org/Mengevaluasi_Status_Kesuburan_Tanah


pada hari Jumat, 4 Maret 2011 Ida Nursanti dan Abdul Madjid Rohim. 2009. Makalah
Pengelolaan Kesuburan Tanah. Program Studi Ilmu Tanaman. Universitas Sriwijaya.

Jenny, H., 1980. The Soil Resource, Origin and Behaviour, Springer-Verlag, New York.
Purnomo, E. 2006. Peranan Bahan Organik untuk Menyuburkan Tanah. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (Info Teknologi Pertanian No.7), dalam
www.Jatim.litbag.deptan.go.id/penyuluhan/pertanian organik.pdf.

xxiv
Purwono dan Heni Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta:
Penebar Swadaya. 140 Hlm
Winarso,S., 2005. Kesuburan Tanah, Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Penerbit Gava
Media, Yogyakarta. Pengembangan Bioenergi. Skripsi.69 hal.
Yuwono. N.W., dan Rosmarkan, A., 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta

xxv

Anda mungkin juga menyukai