Anda di halaman 1dari 15

PERTANIAN ORGANIK SEBAGAI SALAH SATU KONSEP PERTANIAN

BERKELANJUTAN

DISUSUN OLEH
TASYA UZDAH SYAHIRA
194110098

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis Ucapkan atas Kehadiran Tuhan Yang Maha Esa Yang
Telah Melimpahkan Rahmat, Karunia serta Hidayah-Nya kepada Penulis, sehingga
Penulis dapat Menyelesaikan Pembuatan Makalah Ekologi tanaman yang berjudul : “
Pertanian Organik Sebagai Salah Satu Konsep Pertanian Berkelanjutan”.
Pada Kesempatan ini tak lupa Pula Penulis ucapkan Terima Kasih Kepada Ibu
Dr. Prima Wahyu Titisari MS.i selaku dosen Pengampu yang telah meluangkan
waktunya dalam mengarahkan Penulisan Makalah ini. Terima kasih juga Kepada
Orang Tua yang telah membantu baik dari segi moril maupun materil sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan Tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh
karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik dari pembaca yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah berikutnya. Penulis berharap makalah ini
dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai referensi dalam mengerjakan tugas
Ekologi Tanaman.

Pekanbaru, 31 Oktober 2023

Penulis.
i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................i

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................ii

I. PENDAHULUAN..............................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

II. PEMBAHASAN.............................................................................................................4

A. Kualitass Tanah dari Pemberian Bahan Organik............................................................4

B. Standar, Tantangan, dan Peluang Pertanian Organik......................................................6

C. Persepsi Masyarakat Terhadap Pertanian Organik.........................................................7

D. Konsep Pengembangan dan Gambaran Pertanian Organik............................................7

III. PENUTUP...................................................................................................................9

A. Kesimpulan.....................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10
ii

DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman

1. Perkembangan luas lahan organik di Indonesia periode 2009-2015(Aliansi Organis


Indonesia,2016).........................................................................................................2
2. Kandungan hara pupuk kandang sapi, kambing dan ayam pada penelitian.............4
1

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian mempunyai arti penting terhadap sumbangan


perekonomian negara melalui penyediaan bahan baku industri, lapangan
pekerjaan, dan kontribusi terhadap devisa. Sektor pertanian di Indonesia telah
menjadi sumber mata pencaharian lebih dari 32 juta jiwa penduduk dan
memberikan sumbangan sebesar 8,39% dari total Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia pada tahun 2016 (Badan Pusat Statistik, 2017). Memperhatikan
besarnya peran sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia, maka sektor
tersebut perlu dikembangkan dengan visi besar yakni pembangunan yang
berwawasan lingkungan agar apat berkelanjutan pada masa mendatang.

Konsep pembangunan di sektor pertanian semestinya tidak hanya berfokus


untuk meningkatkan produktivitas produk, tetapi juga memperhatikan
keseimbangan alam, kualitas, dan keamanan produk (Rivai & Anugrah, 2011).
Prinsip budidaya berbasis pengendalian hama, penggunaan pupuk kompos,
pengelolaan sumberdaya yang terpadu, dan memperhatikan kelestarian lingkungan
perlu diterapkan dalam konsep pembangunan sektor pertanian. Hal tersebut
bertujuan agar pembangunan sektor pertanian dapat layak secara ekonomi, sosial,
dan berkelanjutan pada masa mendatang (Wihardjaka, 2018).

Konsep budidaya tersebut sesuai dengan prinsip pertanian organik yang dapat
menjadi salah satu solusi dari berbagai potensi permasalahan jangka panjang
akibat penerapan sistem pertanian konvensional dengan mengandalkan
penggunaan pupuk kimia anorganik dan pestisida secara berlebihan
(Mayrowani,2012). Permasalahan yang berpotensi ditimbulkan dapat berupa
pencemaran air, penurunan kesuburan tanah, resistensi hama terhadap pestisida,
dan terancamnya kesehatan manusia maupun hewan akibat adanya residu
pestisida pada produk pangan yang dikonsumsi (Winangun,2005).

Adanya perubahan gaya hidup dan cara pandang masyarakat Indonesia


terhadap produk pertanian yang semakin mempedulikan nilai gizi, cita rasa, dan
keamanan produk dapat meningkatkan prospek pertanian organik pada masa
depan (Awami,2008). Hal tersebut dikarenakan sistem pertanian organik dapat
menyediakan produk yang bebas dari residu kimia anorganik yang bersumber dari
2

penggunaan pestisida dan pupuk kimia. Kementerian Pertanian Republik


Indonesiatelah memberikan dukungan dan perhatian terhadap perkembangan
sistem pertanian organik dengan dicanangkannya program 1000 desa pertanian
organik sebagai kelanjutan dari program Go Organicpada tahun 2010 yang lalu.
Pemerintah telah membuat sistem peraturan seperti Peraturan Menteri Pertanian
Republik IndonesiaNo. 64 tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik agar
penerapan sistem pertanian organik dapat memberikan jaminan dan perlindungan
kepada konsumen bahwa produk yang dihasilkan memiliki atribut aman
dikonsumsi (foodsafety attributes), bernutrisi tinggi (nutritionalattributes), dan
ramah lingkungan (eco-labellingattributes).

Aliansi Organis Indonesia telah menghimpun data terkait tingkat produksi


komoditas sayuran dan beras organik di Indonesia mulai tahun 2013 hingga
2015.Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa perkembangan produksi
komoditas sayuran dan beras organik di Indonesia dari tahun 2013 hingga 2015
masih fluktuatif. Aliansi Organis Indonesia juga menghimpun data terkait luas
lahan pertanian organik di Indonesia dari tahun 2009 hingga 2015 seperti pada
Gambar 1. Data tersebut menunjukkan bahwa sistem pertanian organik di
Indonesia belum berkembang secara optimal, meskipun prospek pertanian organik
terus mengalami peningkatan tiap tahunnya (Aliansi Organis Indonesia 2016).

Gambar 1Perkembangan luas lahan organik di Indonesia periode 2009-


2015(Aliansi Organis Indonesia,2016)

B. Rumusan Masalah
3

1. Bagaimana Kualitass Tanah dari Pemberian Bahan Organik


2. Bagaimana Standar, Tantangan, dan Peluang Pertanian Organik
3. Bagaimana Persepsi Masyarakat Terhadap Pertanian Organik
4. Bagaimana Konsep Pengembangan dan Gambaran Pertanian Organik
4

II. PEMBAHASAN
A. Kualitass Tanah dari Pemberian Bahan Organik

Abdurachman et al. (2005) melaporkan, pemberian beberapa jenis pupuk


organik berasal dari pupuk sapi, kambing, dan ayam dengan takaran 5 ton/ha pada
Ultisol Jambi meningkatkan kadar C-organik tanah, hasil jagung dan kedelai.
Kandungan hara pupuk kandang yang digunakan dalam kajian penelitian ini
disajikan pada Tabel 1. Pupuk kandang ayam mengandung hara Ca dan P yang
lebih tinggi dari pada pupuk kandang sapi dan pupuk kambing yaitu sebesar 6,09
dan 1,5 %, sedangkan pupuk kandang kambing mengandung C-organik, K dan Cu
lebih tinggi dari pada pupuk sapi dan pupuk ayam masing-masing sebesar 12,46
%, 0,47 % dan 135 %.

Gambar 2. Kandungan hara pupuk kandang sapi, kambing dan ayam pada
penelitian
Pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah yang semula padat menjadi
gembur sehingga mempermudah pengolahan tanah. Tanah berpasir menjadi lebih
kompak dan tanah lempung menjadi lebih gembur. Penyebab kompak dan
gemburnya tanah adalah senyawa-senyawa polisakarida yang dihasilkan oleh
mikroorganisme pengurai serta miselium atau hipa jamur yang berfungsi sebagai
perekat partikel tanah. Dengan struktur tanah yang baik berarti aerasi tanah akan
lebih baik sehingga proses fisiologis di dalam akar tanaman akan baik. Perbaikan
agregat tanah menjadi lebih remah akan mempermudah penyerapan air ke dalam
tanah sehingga sehingga proses erosi tanah dapat dicegah. Kadar pupuk organik
5

yang tinggi di dalam tanah memberikan warna tanah yang lebih gelap (warna
humus coklat kehitaman), sehingga penyerapan energi sinar matahari lebih
banyak dan fluktuasi suhu di dalam tanah dapat dihindarkan. Instititu Petanian
Bogor (IPB) melaporkan takaran kompos/ pupuk organik sebanyak 5 ton/ha dapat
meningkatkan kandungan air tanah pada tanah-tanah yang subur ( CPIS, 1991).

Pupuk organik merupakan sumber hara makro dan mikro mineral secara
lengkap meskipun dalam jumlah yang relatif kecil ( N, P, K, Ca, Mg, Zn, Cu, S,
Zn, Mo, dan Si). Dalam jangka panjang, pemberian pupuk organik dapat
meningkatkan pH dan meningkatkan hasil tanaman pertanian pada tanah-tanah
masam. Pada tanah-tanah yang kandungan P-tersedia rendah bentuk fosfat
organik bepranan penting dalam penyediaan hara tanaman karena hampir
sebagian besar P yang diperlukan tanaman terdapat pada senyawa P-organik.
Sebagian besar P-organik dalam organ tanaman terdapat sebagai fitin, fotolipid,
dan asam nukleat.

Asam nukleat hanya sedikit tersedia dalam pupuk organik tanah karena
senyawa tersebut mudah digunakan oleh jasad renik tanah. Pada tanah alkalin,
dapat terbentuk fosfat dengan Ca atau Mg, sedangkan pada tanah masam dengan
Al dan atau Fe P- anorganik dalam bentuk Al-Fe, Ca. Fosfor yang tidak tersedia
bagi tanaman, akan dirombak oleh organisme pelarut P menjadi P-anorganik yang
larut atau tersedia bagi tanaman. Selain itu pupuk organik juga mengandung
humus (bunga tanah) yang sangat dibutuhkan untuk peningkatan hara makro dan
mikro dan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Peranan pupuk organik
sangat penting pada tanah yaitu untuk mejaga kemampuan tanah bereaksi dengan
ion logam untuk membentuk senyawa kompleks. Dengan demikian ion logam
yang bersifat meracuni tanaman serta merugikan penyediaan hara pada tanah
seperti Al, Fe, dan Mn dapat diperkecil dengan adanya pupuk organik.
Penggunaan pupuk organik sebagai pembenah tanah dapat memperbaiki sifat
fisika, kimia dan pH, kegiatan aktivitas berbagai mikroorganisme dan
meningkatkan hasil tanaman pertanian.

Pupuk organik banyak mengandung mikroorganisme (fungi, aktinomisites,


bakteri dan alga). Dengan ditambahkanya pupuk organik ke dalam tanah, maka
mikro orgnisme dalam tanah akan berpacu untuk berkembang. Proses
6

dekomposisi lanjut oleh mikro-organisme akan tetap terus berlangsung dan tidak
akan mengganggu proses pertumbuhan tanaman. Gas C yang dihasilkan mikro-
organisme tanah akan dipergunakan untuk fotosistesis tanaman, sehingga
pertumbuhan tanaman akan lebih cepat. Amonifikasi, nitrifikasi dan fiksasi
nitrogen juga akan meningkat karena pemberian pupuk organik sebagai sumber
karbon yang terkandung di dalam pupuk organik. Aktivitas berbagai mikro-
organisme didalam pupuk organik menghasilkan hormon-hormon pertumbuhan,
seperti auksin, giberelin, dan sitokinin yang memacu pertumbuhan dan
perkembangan akar-akar tanaman sehingga daerah pencaraian nutrien lebih luas.

Pemberian pupuk organik pada lahan sawah akan membantu mengendalikan


atau mengurangi populasi nematode, karena cendawan dan bakteri dapat
memberikan kondisi yang kurang menguntugkan bagi perkembangan nematode.
Pupuk organik memberikan efek positif pada aktivitas berbagai enzim hidrolase
yang kemungkinan disebabkan oleh meningkatnya biomassa mikroba (Garciaet
al,1994). Setelah 10 tahun penambahan pupuk organik, siklus biokimia N,
aktivitas (Urease protease-BBA), P (Phosphatase) dan karbon (B-glucosidase)
dapat di reaktivasi, sehingga kesuburan tanah meningkat

B. Standar, Tantangan, dan Peluang Pertanian Organik


Pertanian organik merupakan sistem pertanian terpadu dengan
mengoptimalkan produktivitas agro-ekosistem secara alami yang mampu
menghasilkan bahan pangan berkualitas dan berkelanjutan (Sulaeman,2008).
Prinsip-prinsip dasar yang harus dilakukan dalam pengelolaan pertanian organik
antara lain (1) Menjaga ekosistem tetap sehat melalui (a) optimasi penggunaan
sumberdaya alami, (b) memaksimalkan penggunaan bahan-bahan ramah
lingkungan, (c) meningkatkan deversitas ekosistem; (d) dan melakukan pergiliran
tanaman. (2) Penerapan asas efisiensi pada sistem budidaya seperti(a) minimum
tillage (pengolahan tanah minimum), dan (b) mengurangi penggunaan bahan baku
dari luar luar ekosistem (low external input), (3) Melakukan kegiatan produksi
dengan konsep pertanian berkelanjutan, (4) Menghasilkan produk bebas pestisida,
(5) Melakukan kegiatan produksi berdasarkan hasil analisis agroekosistem dan
sesuai dengan permintaan pasar, dan (6) Menjaga kelestarian lingkungan.
Berbagai manfaat positif dari penerapan sistem pertanian organik menyebabkan
7

tren mengonsumsi produk organik di sektor usaha rumah makan, hotel, restoran,
dan katering mengalami peningkatan tiap tahunnya.

Tingkat konsumsi produk organik dibeberapa daerah juga dilaporkan semakin


meningkat (Aliansi Organis Indonesia 2016). Riset tersebut menunjukkan bahwa
kesadaran masyarakat terhadap bahan makanan yang sehat semakin meningkat.
Konsumen organik umumnya tidak keberatan harga produk yang lebih mahal
dibanding dengan produk non organik. Ketersediaan pasokan produk organik
masih sangat terbatas dan informasi tentang produk tersebut masih sangat minim.
Masyarakat masih banyak yang kesulitan untuk menemukan produk-produk
organik yang dibutuhkan (Sutarni et al., 2017).

C. Persepsi Masyarakat Terhadap Pertanian Organik


Pertanian organik saat ini sedang menjadi topik pembicaraan di kalangan
praktisi maupun akedemisi pertanian. Terdapat tiga persepsi yang berkembang
terkait pertanian organik. Pertama adanya keraguan untuk menerapkan sistem
pertanian organik saat ini, karena masih dipandang sebagai konsep primordial
yang akan berbenturan dengan kebiasaan petani saat ini. Kedua yakin bahwa
sistem pertanian itu dapat diterapkan walaupun secara selektif. Persepsi kedua
lebih optimis terhadap pengembangan pertanian organik karena akan menciptakan
kestabilan agroekologi yang berkesinambungan pada masa depan. Pandangan
ketiga setuju dengan penerapan SPO, namun dilakukan secara bertahap mengingat
kegiatan pertanian konvensional masih sangat dominan untuk mengatasi
permasalahan pangan saat ini. Fakta terjadinya kerusakan alam, menurunnya
kesuburanlahan, dan produktivitas produk pertanian yang sudah leveling off telah
menyadarkan kita semua untuk lebih bijak dalam mengelola sumber daya alam
agar lestari(Imani et al., 2018).
D. Konsep Pengembangan dan Gambaran Pertanian Organik

Sistem pertanian organik yang berkembang saat ini mengacu pada konsep
(1)Pendekatan sistem pertanian tradisional yang hanya bertumpu pada teknologi
sederhana termasuk bahan-bahan organik, (2)Sistem pertanian yang masukannya
berasal dari bahan organik seperti pupuk organik, pestisida organik dan bahan-
bahan organik lainnya, serta (3)Sistem pertanian campuran yang melibatkan
berbagai sistem usaha tani yang memproduksi bahan organik seperti peternakan,
8

perikanan, dan mikroorganisme pengurai untuk menghasilkan pupuk guna


mendukung sistem produksinya secara berkelanjutan.

Konsep dirancang untuk membentuk unit agroindustri organik dengan pasar


yang jelas. Pengembangan usaha akan dilakukan menggunakan pendekatan
konsep pertanian berkelanjutan sepertipengaturan sistem pertanaman,
pemanfaatan bahan organik lokal,dan pengendalian hama terpadu. Sebagai sebuah
unit usaha intelektual, maka produk yang dihasilkan juga harus berkualitas
sehingga memenuhi harapan konsumen.

Konsep pertanian organik dalam makna yang sempit diartikan sebagai suatu
proses produksi yang didasarkan pada komponen-komponen organik antara lain :
bahan-bahan organik berasal dari tanaman dalam bentuk segar atau lapuk,
mikroorganisme, atau bahan nonsintetis lainnya(Mayrowani,2012). Komponen
produksi yang akan digunakan harus merupakan bahan-bahan yang dapat
diperbaharui (renewableresources), sehingga sistem produksi dapat dipertahankan
secara berkelanjutan.

Sistem pertanian organik menghendaki keragaman komponen di dalam


ekosistem untuk menghasilkan produksi. Keragaman yang dimaksud adalah
berbagai komponen biotik dan abiotik yang berinteraksi satu dengan lainnya untuk
memberikan kontribusi secara fungsional dan proforsional terhadap ekosistem
yang dikelola. Sistem pertanian organik mengharuskan adanya kemantapan
ekologis untuk menjamin berlangsungnya kehidupan semua komponen secara
seimbang dan berkelanjutan.

Kemantapan ekonomi menjamin pemenuhan kebutuhan dan keberlanjutan


usaha tani yang dikembangkan, kemantapan sosial untuk menjamin konsistensi
dan kemapanan usaha yang berbasis pada pola organik, dan kemantapan konsep
yang mampu meyakinkan pihak terkait untuk memberi dukungan yang kuat
terhadap pengembangan pertanian organik. Harmonisasi yang tercipta akan
menciptakan hubungan mutualisme yang saling menguntungkan dan
berkesinambungan. Oleh karena itu, pertanian organik dapat dijadikan pilihan
sebagai salah satu konsep pertanian berkelanjutan
9
10

III. PENUTUP
A. Kesimpulan

Sistem pertanian organik yang dikembangkan mengacu kepada konsep


pertanian berkelanjutan antara lain penerapan sistem pengolahan tanah secara
yang berwawasan lingkungan, penerapan sistem pergiliran tanaman dan sistem
tanam tumpang sari, pengolahan dan pemanfaatan bahan organik lokal, penerapan
sistem pengendalian hama terpadu, dan pemilihan komoditas yang mempunyai
nilai ekonomis dan kesehatan.
11

DAFTAR PUSTAKA
Aliansi Organis Indonesia. 2016. Statistik Pertanian Organik Indonesia. Bogor:
Aliansi Organis Indonesia.
Awami, S.N. 2008. Pertanian Organik; Menuju Peningkatan Keamanan Dan Ketahanan
Pangan Masyarakat.Mediagro: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. 4(2):13-24
Badan Pusat Statistik. 2017. Indikator Pertanian 2016. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Hermanto. 2009. Reorientasi Kebijakan Pertanian Dalam Perspektif Pembangunan
BerwawasanLingkungan Dan Otonomi Daerah.Analisis Kebijakan Pertanian.
7(4):369-383.
Imani, F., Charina, A., Karyani, T., Mukti, G.W. 2018. Penerapan Sistem Pertanian
Organik Di Kelompok Tani MekarTani Jaya Desa Cibodas Kabupaten Bandung
Barat. Mimbar Agribisnis: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan
Agribisnis. 4(2):139-152.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2018. Statistik Ketenaga Kerjaan Sektor
Pertanian tahun 2017-2018 (Februari 2018). Jakarta: Kementerian Pertanian
Republik Indonesia.
Mayrowani, H. 2012. Pengembangan Pertanian Organik Di Indonesia.Forum Penelitian
Agro Ekonomi.30(2):91-108.
Rivai, R.S., Anugrah, I.S. 2011. Konsep Dan Implementasi Pembangunan
PertanianBerkelanjutan Di Indonesia.Forum Penelitian Agro Ekonomi.29(1):13-25.
Sulaeman, D. 2008. Mengenal Sistem Pangan Organik di Indonesia. Jakarta:
Perhimpunan Cendikiawan Lingkungan Indonesia.
Sutarni, S., Trisnanto, T.B., Unteawati, B. 2017. Preferensi Konsumen Terhadap Atribut
Produk Sayuran Organik di Kota Bandar Lampung. Jurnal Penelitian Pertanian
Terapan. 17(3):203-211.

Anda mungkin juga menyukai