Anda di halaman 1dari 23

PENGARUH ABU SEKAM PADI DAN PUPUK KANDANG AYAM

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BAWANG


DAUN
(Allium fistulosum L.)

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :


Dr. MARLINA BAKRI, S.Pd.M.Pd.

DI SUSUN OLEH :
AUDY
2102405036

FAKULTAS PERTANIAN
PRODI AGRIBISNIS
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Proposal
yang berjudul “Pengaruh Abu Sekam Padi dan Pupuk Kandang Ayam terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Bawang daun (Allium fistulosum L.)”.

Adapun penyusunan proposal ini di lakukan sebagai salah satu syarat


penyusunan skripsi pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Cokroaminoto Palopo dan selanjutnya proposal ini sebagaipertimbangan pihak
terkait untuk di lanjutkan dalam bentuk skripsi.

Palopo,14 Juli 2022

Audy

II
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori............................................................................................4

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan................................................................9

2.3 Kerangka Pikir........................................................................................9

2.4 Hipotesis...............................................................................................11

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian..............................................................12

3.2 Bahan dan Alat.....................................................................................12

3.3 Metode Percobaan................................................................................12

3.4 Metode Pelaksanaan.............................................................................12

3.5 Parameter Pengamatan.........................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

III
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman bawang daun (Allium fistulosum L.) merupakan salah satu
komoditas hortikultura yang berasal dari kawasan Asia tenggara. Di Indonesia,
tanaman yang dikenal dengan nama “loncang” atau “muncang” ini biasa
digunakan masyarakat sebagai bahan untuk memasak karena memberikan aroma
yang harum dan rasa yang enak. Bawang daun potensial dan layak dikembangkan
secara intensif dalam skala agribisnis. Peluang bisnis bawang daun cukup baik
dan cerah karena banyak dibutuhkan oleh masyarakat, terutama sebagai bahan
sayuran, bumbu penyedap masakan serta sebagai obat. Bawang daun bermanfaat
untuk peningkatan kesehatan kulit, rambut, pencernaan, dan kesehatan lainnya.
Manfaat lain dari bawang daun untuk kesehatan adalah sebagai sumber zat besi,
tinggi akan kalium, baik untuk kesehatan jantung, rendah kalori, serta mampu
mengobati infeksi dan luka dalam tubuh (Maisa & Yetti., 2018).
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan, bawang
daun pada tahun 2018 jumlah produksi 24611,00 ton, tahun 2019 jumlah produksi
27327,00 ton, dan pada tahun 2020 jumlah produksi bawang daun sebanyak
29743,00 ton. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa produksi bawang daun
mengalami peningkatan yang singnifikan (BPS, 2021)
Bawang daun termasuk salah satu jenis tanaman sayuran genus Allium
yang banyak dibudidayakan di Indonesia (Lupita, 2019). Bawang daun juga
merupakan salah satu tanaman yang sering digunakan sebagai tambahan rempah
pada masakan. Tanaman ini dapat dikonsumsi dalam bentuk segar atau dengan
kata lain bisa langsung dimakan bersama dengan sayuran lainnya (Fitriadi dkk.,
2017). Selain menambahkan aroma yang khas, bawang daun juga memberi rasa
sedap pada masakan karena memiliki aroma yang khas dan biasa digunakan
sebagai pengharum masakan (Fitriadi dkk., 2017).
Dengan demikian, bawang daun cukup diminati masyarakat di seluruh
dunia dan mudah ditemukan (Fitriadi dkk., 2017). Bahkan, bawang daun termasuk
sayur unggulan di daerah Kalimantan (Marsary dkk., 2020). Hal tersebut karena
2

bawang daun memiliki daya adaptasi yang relatif luas terhadap daerah lingkungan
tempat tumbuhnya (Alfiana, 2018).
Media tumbuh dapat menunjang pertumbuhan tanaman karena sebagian
besar unsur hara yang dibtuhkan tanaman dipasok melalui media tumbuh,
kemudian diserap akar tanaman (Syam dkk., 217). Campuran beberapa bahan
untuk media tanam harus menghasilkan struktur yang sesuai karena setiap jenis
media mempunyai pengaruh yang berbeda bagi tanaman (Augustien dan
Suhardjono, 2016). Penggunaan pupuk organik ini dapat meningkatkan efesiensi
pemakain pupuk anorganik dan juga memanfaatkan bahan-bahan organik yang
ada disekitar lingkungan tempat tinggal. Media tanam dari bahan organik yang
dapat digunakan yaitu abu sekam padi dan pupuk kandang ayam.
Abu hasil pembakaran limbah pertanian berpotensi untuk digunakan
sebagai sumber pupuk alternatif yang murah sehingga dapat mengurangi biaya
produksi dan menguntungkan petani. Abu sekam padi mengandung unsur hara N
1 % dan K 2 %. Abu sekam padi banyak mengandung unsur hara kalium yang
dibutuhkan oleh tanaman (Mulyono, 2014).
Abu sekam padi bakar memiliki kandungan silika yang cukup tinggi, yaitu
sebesar 87-97% berat kering setelah mengalami pembakaran sempurna
(Handayani dkk, 2014). Pemberian bahan silika memberikan peran yang sangat
nyata terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini diduga karena silika mampu
menguatkan batang dan daun lebih tegak serta resistensi terhadap serangan hama
dan penyakit (Yohana dkk, 2013).
Pupuk kandang ayam memiliki kandungan hara yang lengkap, menambah
kadar humus tanah, dan dapat mendorong kehidupan mikroba pengurai tanah,
serta mengandung unsur N tiga kali lebih banyak dibandingkan pupuk kandang
lainnya (Sitanggang dkk, 2015). Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang
ayam paling tinggi karena bagian cair (urin) tercampur dengan bagian padat
(Kartina dkk., 2017). Selain itu, pupuk kandang ayam mempunyai kemampuan
mengubah sifat fisik, kima, dan biologi tanah sehingga menjadi faktor yang
menjamin kesuburan tanah (Sitanggang dkk., 2015).
Pupuk kandang ayam dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi
tanah, meningkatkan ketersediaan unsur hara tanah, mengikat air dan dapat
3

mengurangi sifat racun Al yang terkandung di dalam tanah ultisol. Pemberian


beberapa dosis pupuk kotoran ayam mampu meningkat-kan N di dalam tanah
karena bahan organik dari pupuk kotoran ayam merupakan makanan bagi
mikroorganisme tanah yang sebagian terdapat mikroorganisme pengikat N.
Pemberian pupuk kotoran ayam pada tanah masam dapat menurunkan fiksasi P
oleh kation asam di dalam tanah, sehingga ketersediaan P dalam tanah meningkat
(Tufaila dkk., 2014).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pemberian abu sekam padi dan pupuk kandang ayam
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang daun?
2. Berapa komposisi pemberian abu sekam padi dan pupuk kandang ayam
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang daun yang terbaik ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan masalah dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian abu sekam padi dan pupuk kandang
ayam terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang daun.
2. Untuk mengetahui komposisi terbaik pemberian abu sekam padi dan pupuk
kandang ayam terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang
daun.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yaitu sebagai bahan kajian peneliti


selanjutnya dan diharapkan untuk untuk menambah pengetahuan bagi petani
dalam membudidayakan tanaman bawang daun serta menjadi sumber pembanding
bagi peneliti yang lain pada bidang yang sama namun pada aspek yang yang
berbeda
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


1. Tanaman Bawang daun
Bawang daun adalah salah satu jenis tanaman sayuran yang berpotensi
dikembangkan secara intensif dan komersil. Pemasaran produk bawang daun
segar tidak hanya untuk pasar dalam negeri melainkan juga pasar luar negeri.
Permintaan bawang daun akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
laju pertumbuhan penduduk. Peningkatan permintaan terutama berasal dari
perusahaan mie instan yang menggunakan bawang daun sebagai bumbu bahan
penyedap (Jumadi., 2014)
Bawang daun merupakan salah satu tanaman yang dimanfaatkan sebagai
bahan bumbu penyedap sekaligus pengharum masakan dan campuran berbagai
masakan, bawang daun memiliki aroma yang spesifik sehingga masakan yang
diberi bawang daun memiliki aroma harum dan memberikan cita rasa lebih enak
dan lezat pada masakan nilai gizi yang dikandung oleh bawang daun juga tinggi,
sehingga disukai oleh hampir setiap orang (Qibtia & Astuti, 2016).
2. Klasifikasi Tanaman Bawang daun
Bawang daun Diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas :Monocotyledoneae
Ordo : Liliflorae
Famili : Liliaceae

Genus : Allium

Spesies : Allium fistulosum L.

Bawang daun termasuk jenis tanaman sayuran daun semusim (berumur


pendek). Tanaman ini berbentuk rumput atau rumpun dengan tinggi tanaman
mencapai 60 cm atau lebih. Bawang daun selalu menghasilkan anakan-anakan
baru sehingga membentuk rumpun (Jumadi, 2014)
5

3. Morfologi Tanaman Bawang daun


a. Akar
Bawang daun berakar serabut pendek yang tumbuh dan berkembang ke
semua arah di sekitar permukaan tanah. Tanaman ini tidak mempunyai akar
tunggang. Perakaran Bawang daun cukup dangkal, antara 8-20 cm. Perakaran
bawang daun dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang
gembur, subur, dan mudah menyerap air. Akar tanaman berfungsi sebagai,
penopang tegaknya tanaman dan alat untuk menyerap zat-zat hara dan air
(Jumadi, 2014).
b. Batang
Bawang daun memiliki dua macam batang, yaitu batang sejati dan batang
semu. Batang sejati berukuran sangat pendek, berbentuk cakram, dan terletak pada
bagian dasar yang berada di dalam tanah. Batang yang tampak di permukaan
tanah merupakan batang semu, terbentuk dari pelepah-pelepah daun yang saling
membungkus dengan kelopak daun yang lebih muda sehingga kelihatan seperti
batang. Batang semu berwarna putih atau hijau keputih-putihan dan berdiameter
antara 1-5 cm, tergantung pada varietasnya. Batang sejati dan batang semu
bawang daun bersifat lunak. Fungsi batang bawang daun, selain sebagai tempat
tumbuh juga sebagai jalan mengangkut zat hara (makanan) dari akar ke daun dan
menyalurkan zat-zat hasil asimilasi ke seluruh bagian tanaman (Jumadi, 2014).
c. Daun
Tanaman bawang daun berbentuk bulat, memanjang, berlubang
menyerupai pipa, dan bagian ujungnya meruncing. Bawang daun memiliki daun
berbentuk pipih memanjang, tidak membentuk rongga (seperti pita) dan bagian
ujungnya meruncing. Ukuran panjang daun sangat bervariasi antara 18-40 cm,
tergantung pada varietasnya. Daun berwarna hijau muda sampai hijau tua dan
permukaannya halus (Jumadi, 2014).
d. Bunga
Secara keseluruhan berbentuk payung majemuk atau payung berganda dan
berwarna putih. Tangkai tandan bunga keluar dari dasar cakram, merupakan tunas
inti yang pertama kali muncul seperti halnya daun biasa, namun lebih ramping,
bulat bagian ujungnya membentuk kepala yang meruncing seperti tombak, dan
6

terbungkus oleh lapisan daun (seludang). Bila seludang telah membuka, akan
tampak kuncup-kuncup bunga beserta tangkainya. Dalam setiap tandan bunga
terdapat 68-83 kuntum bunga. (Jumadi., 2014). Panjang tangkai tandan bunga
dapat mencapai 50 cm atau lebih, sedangkan panjang tangkai bunga berkisar
antara 0,8-1,8 cm. Kuntum-kuntum bunga terletak pada bidang lengkung yang
karena tangkai-tangkai bunga hampir sama panjangnya.
Bunga bawang daun mekar dari luar kearah pusat. Bunga bawang daun
terdiri atas 6 buah mahkota bunga, 6 buah benang sari, 1 buah plasenta, tangkai
bunga, kelopak bunga, dan bakal buah. Bakal buah terdiri atas 3 daun buah
(carpel) yang membentuk 3 buah ruang (ovarium) dan tiap ruang mengandung 2
bakal biji (Jumadi., 2014). Mahkota bunga bawang daun berwarna putih. Benang
sari memiliki tangkai yang panjangnya 0,5 cm. Penyerbukan antar bunga dalam
satu tandan atau antar bunga dari tandan yang berbeda (penyerbukan silang) dan
berlangsung dengan bantuan lebah atau lalat hijau ataupun manusia. Bunga
bawang daun juga dapat menyerbuk sendiri. Bunga yang telah mengalami
penyerbukan akan menghasilkan buah dan biji-biji yang berukuran sangat kecil
(Jumadi, 2014).
e. Buah
Buah bawang daun berbentuk bulat, terbagi atas tiga ruang, berukuran
kecil berwarna hijau muda. Satu buah bawang daun mengandung 6 biji yang
berukuran sangat kecil. Dalam satu tandan terdapat sekitar 61-74 buah (Jumadi,
2014)
f. Biji
Bawang daun yang masih muda berwarna putih dan setelah tua berwarna
hitam, berukuran sangat kecil, berbentuk bulat agak pipih, dan berkeping satu. Biji
Bawang daun tersebut dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman
secara generatif. Bawang daun tidak memiliki masa dormansi terhadap panjang
hari seperti bawang bombay, sehingga pertumbuhan vegetatif bawang daun
berlangsung secara terus menerus dan tidak membentuk umbi nyata (Jumadi.,
2014). Bawang daun yang telah umum dibudidayakan terdiri atas dua jenis, yaitu:
bawang bakung atau bawang semprong atau sibolatau. Dengan ciri-ciri daunnya
berbentuk bulat panjang dan berongga menyerupai pipa,daun berwarna hijau tua
7

dan berukuran lebar 1-2 cm, tanaman dapat membentuk umbi ukuran kecil, dan
dapat tumbuh baik di dataran rendah sampai tinggi, dan bawang Prei atau “leek”
atau Allium porum L. dengan ciri-ciri bentuk daun panjang-pipih, berpelepah
panjang dan liat serta tidak berumbi.
Sedangkan menurut Jumadi (2014), ada 3 jenis bawang daun yaitu:
bawang bakung, bawang kucai, dan bawang sop atau prei. Bawang bakung
dengan ciri-ciri daunnya berbentuk bulat panjang dan berongga menyerupai pipa,
daun berwarna hijau tua dan berukuran lebar 1-2 cm, tanaman dapat membentuk
umbi, membentuk sedikit anakan, dan dapat tumbuh baik di dataran rendah
sampai tinggi. Bawang kucai dengan ciri-ciri daun berbentuk seperti jarum dan
memipih, tidak berongga menyerupai rumput, berukuran kecil seperti rumput teki
dengan tinggi tanaman 28 cm, dan diameter batang sebesar 4 mm, ukuran panjang
16-23 dan lebar 3- mm, tanaman membentuk umbi dan siung berangkai-rangkai.
Bawang sop atau prei dengan ciri-ciri batang semu berukuran besar berwarna
putih, daun berbentuk panjang tidak berongga seperti pita, berpelepah panjang,
liat, warna daun hijau, daun lebih besar dari pada bawang merah, aroma cukup
harum dan sedap, pertumbuhan tanaman lambat sehingga umur panen mencapai
enam bulan, dan tanaman tidak membentuk umbi.
4. Syarat Tumbuh Bawang daun
Syarat tumbuh tanaman bawang daun menurut (Cahyono, 2005 dalam
Jumadi, 2014) harus memperhatikan keadaan iklim dan tanahnya, yaitu :
1. Keadaan Iklim
Keadaan iklim yang harus diperhatikan adalah suhu udara, kelembaban udara,
curah hujan dan penyinaran cahaya matahari. Suhu udara Bawang daun berkisar
antara 190 C-240 C. Suhu udara yang melebihi batas maksimal menyebabkan
proses fotosintesis tidak dapat berjalan sempurna atau bahkan terhenti. Suhu udara
yang rendah dapat menimbulkan kematian. Kelembaban udara yang optimal bagi
pertumbuhan bawang daun berkisar antara 80%-90% dan curah hujan yang cocok
bagi bawang daun adalah sekitar 1.500 mm/tahun-2.000 mm/tahun.
2. Keadaan Tanah
Keadaan tanah yang harus diperhatikan adalah sifat fisik tanah, sifat kimia
tanah, sifat biologis, dan ketinggian tempat. Sifat fisik tanah yang paling baik
8

untuk tanaman bawang daun adalah tanah yang subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik, tata air dan udara dalam tanah (drainase dan aerasi)
baik. Di daerah produsen bawang daun, jenis tanah yang relatif baik untuk
pertumbuhan tanaman ini adalah Andosol, Latosol, Regosol dan sebagian kecil
pada tanah Mediteran dan Aluvial.
Kondisi kimia tanah yang cocok untuk bawang daun adalah tanah dengan pH
6,5-7,5 dan sifat biologis tanah yang baik adalah tanah yang banyak mengandung
bahan organik (humus), unsur-unsur hara dan organisme tanah yang menguraikan
bahan organik tanah. Daerah dataran tinggi (pegunungan) dengan ketinggian 900
m dpl-1.700 m dpl sangat cocok (ideal) untuk penanaman bawang daun. Dan juga
tanaman ini tumbuh di daerah dengan ketinggian 250-1500 mdpl yang mana bisa
dikatakan bahwa tanaman ini bisa hidup di dataran rendah maupun dataran tinggi,
serta curah hujannya 150- 200 mm/tahun (Lestari, 2017).
5. Media Tanam
a. Abu Sekam Padi
Abu sekam padi mengandung Si yang cukup tinggi yaitu diatas 60%.
Selain itu dalam redaksi yang sama, selain mengandung Si yang berperan sebagai
unsur hara mikro bagi tanaman, pemberian abu sekam padi diketahui dapat
menurunkan ion Al dan meningkatkan pH di tanah ultisol. Unsur Si memiliki
keterkaitan erat terhadap ketahanan tanaman dengan berperan meningkatkan
penyerapan unsur hara nitrogen dan fosfor sehingga pertumbuhan tanaman akan
meningkat (Nurlaili dkk., 2020).
Peningkatan pH tanah menurut Rachman (2021) dapat meningkatkan
ketersediaan unsur hara makro di dalam tanah dan meningkatkan pertumbuhan
tanaman. Dan abu sekam padi banyak mengandung unsur hara kalium yang
dibutuhkan oleh tanaman (Mulyono, 2014).
Jerami padi yang melalui proses pembakaran akan menghasilkan abu
organik, abu organik kaya akan mineral alkali terutama kalium dan narium, bila
dimanfaatkan akan dapat menggantikan senyawa alkali anorganik. Abu sekam
bakar juga mengandung alkali yang cukup besar guna mempermudah dalam
penyerapan mineral. Dan senyawa nirogen sangat penting bagi pertumbuhan
9

tanaman yang bisa didapatkan dari pupuk organik seperti abu sekam padi
(Hernaman dkk., 2017).
Abu sekam padi merupakan sumber alkali yang cukup banyak tersedia di
lingkungan pertanian, hal ini menunjukkan adanya potensial mineral kalium pada
tanaman padi (Kriskenda dkk, 2016). Abu sekam padi mengandung mineral K
0,58-2,5%; Na 0-1,75%; Ca 0,2-1,5% dan Mg 0,12-1,96% (Hernaman dkk, 2018).
b. Pupuk Kandang Ayam
Di lingkungan kita banyak terdapat kotoran ayam, untuk mendapatkan
kotoran tersebut sangat mudah dan murah. Kotoran ayam memiliki unsur hara
yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Pupuk kandang ayam memiliki kandungan
fosfor lebih tinggi. Namun, manfaat utama pupuk kandang ayam adalah
mempertahankan struktur fisik tanah sehingga akar tanaman dapat tumbuh secara
baik. Pupuk kandang bermanfaat untuk menyediakan unsur hara makro dan mikro
dan mempunyai daya ikat ion yang lebih tinggi sehingga akan mengefektifkan
bahan-bahan anorganik di dalam tanah, termasuk pupuk anorganik. Selain itu
pupuk kandang bisa memperbaiki struktur tanah, sehingga pertumbuhan tanaman
bisa optimal (Helmi, 2017). Dibawah ini kandungan unsur hara makro dan mikro
pada pupuk kandang ayam terdiri dari : N (1,72%), P (1,82%), K (2,18%), Ca
(9,23%), Mg (0,86%), Mn (610%), Fe (3475%), Cu (160%), Zn (501%) (Helmi,
2017).

Pupuk kandang ayam membantu menetralkan pH tanah, mempertinggi


porositas tanah dan secara langsung meningkatkan ketersediaan air tanah dan
membantu penyerapan hara dari pupuk kimia yang ditambahkan. Pupuk kandang
ayam merupakan sumber hara yang penting karena mempunyai kandungan
nitrogen dan fosfat yang lebih tinggi dibandingkan pupuk kandang lainya seperti
dilaporkan (Arif, 2016).

2.2 Penelitian yang Relevan


Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Maisa & Yetti, (2018) dalam penelitiannya “Pemberian Berbagai Dosis Pupuk
Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang daun (
Allium fistulosum L.)”. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
Pemberian berbagai dosis pupuk kandang ayam nyata meningkatkan tinggi
10

tanaman, jumlah anakan, berat segar, dan berat per rumpun tetapi tidak untuk
berat layak konsumsi dan volume akar.
2. Lorensius, dkk. (2018) “Pengaruh Pupuk Kandang Ayam Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium ascolanicum L.) pada
Tanah Gambut”. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan, pemberian pupuk
kandang ayam memberikan pertumbuhan dan hasil yang baik terhadap
tanaman bawang merah pada tanah gambut. Dan pemberian pupuk kotoran
ayam sebanyak 120 g/polybag memberikan hasil terbaik pada pertumbuhan
dan hasil tanaman bawang merah
3. Hasnia, dkk. (2017) “Pengaruh Pemberian Abu Sekam Padi Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum
L.)”. Berdasarkan hasil penelitiannya dapat dismpulkan bahwa Konsentrasi abu
sekam padi yang tetinggi untuk mempercepat fase vegetatif dan fase generatif
adalah konsentrasi 60 gram tanaman tomat.

2.3 Kerangka Pikir


Bawang daun juga merupakan salah satu tanaman yang sering digunakan
sebagai tambahan rempah pada masakan. Dengan demikian bawang daun ini
banyak diminati atau dibutuhkan oleh Masyarakat didunia termasuk di Indonesia.
Salah satu penunjang tumbuh dan berkembangnya daun untuk
menghasilkan pertumbuhan yang bagus yaitu penggunaan media yang efektif.
Keberhasilan dalam budidaya dapat ditunjang dengan penggunaan media tanam
abu sekam padi dan pupuk kandang ayam yang dapat mempertahankan struktur
fisik tanah sehingga akar dapat tumbuh secara baik. Pemberian dosis yang
diberikan beda-beda pada setia tanamandengan dosis P0: control (tanpa
perlakuan) , P1: abu sekam padi 40 gram dan pupuk kandang ayam 40gram , P2:
abu sekam padi 50gram dan pupuk kandang ayam 80 gram, P3: abu sekam padi
60 gram dan pupuk kandang ayam 120 gram, P4: abu sekam padi 70 gram dan
pupuk kandang ayam 160 gram, P5: abu sekam padi 80 gram dan pupuk kandang
ayam 200 gram. Kombinasi dari kedua penggunaan media dan konsentrasi yang
tepat dapat meningkatkan pertumbuhan bawang daun. Berikut adalah kerangka
pikir dalam penelitian ini
11

Bawang daun
(Allium fistulosum L.)

Permintaan Tinggi

Media Tanam yang Efektif

Abu Sekam Padi Pupuk Kandang Ayam

P0: P1: P2: P3: P4: P5:


Kontrol Abu Abu Abu Abu Abu
sekam sekam sekam sekam sekam
padi 40 padi 50 padi 60 padi 70 padi 80
gram/ gram/ gram/ gram/ gram/
polybag polybag polybag polybag polybag
Pupuk Pupuk Pupuk Pupuk Pupuk
kandang kandang kandang kandang kandang
ayam 40 ayam 80 ayam ayam ayam
gram/ gram/ 120 160 200
polybag polybag gram/ gram/ gram/
polybag polybag polybag

Menigkatkan Pertumbuhan Bawang daun

Gambar 1.Skema Kerangka pikir

2.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah pada latar belakang maka :

1. Terdapat pengaruh pemberian abu sekam padi dan pupuk kandang ayam
terhadap pertumbuhan dan perkembangan bawang daun.
2. Tidak terdapat pengaruh pemberian abu sekam padi dan pupuk kandang ayam
terhadap pertumbuhan dan perkembangan bawang daun.
12

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Kampus 2
Universitas Cokroaminoto Palopo, Jalan Lamaranginang, Kelurahan Batupasi,
Kecamatan Wara Utara, Kota Palopo. Pada bulan juni sampai juli 2021.

3.2 Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah bibit tanaman
bawang daun, abu sekam padi, dan pupuk kandang ayam.
Alat yang digunakan adalah polybag ukuran 30 cm x 30 cm, penggaris 30
cm, alat tulis, gembor, cangkul, spidol, kamera, ember, palu, timbangan, kertas
label perlakuan, papan nama penelitian.

3.3 Metode Percobaan


Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK), yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 ulangan, sehingga terdapat 24 unit
percobaan.
P0 : (kontrol) tanpa pemberian abu sekam padi dan pupuk kandang ayam
P1 : Abu sekam Padi 40 gr/polybag dan Pupuk kandang ayam 40
gr/polybag P2 : Abu sekam padi 50 gr/polybag dan Pupuk kandang ayam 80
gr/polybag
P3 : Abu sekam padi 60 gr/polybag dan Pupuk kandang ayam 120
gr/polybag P4 : Abu sekam padi 70 gr/polybag dan Pupuk kandang ayam
160 gr/polybag P5 : Abu sekam padi 80 gr/polybag dan Pupuk kandang
ayam 200 gr/polybag
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan sidik
ragam (Analisis Sidik Ragam). Apabila analisis menunjukkan pengaruh nyata,
maka dilakukan uji beda nilai tengah dengan beda nyata jujur (BNJ) pada taraf
5%.
3.4 Metode Pelaksanaan
1. Persiapan Bibit
13

Diawali dengan bibit yang diambil dari petani, dengan ketentuan bibit
sehat dan segar, tidak ada gejala adanya hama dan penyakit. Bibit bawang daun
13

diperoleh dengan cara perbanyakan vegetatif yaitu dengan memecah anakan.


Rumpun tanaman bawang daun yang dijadikan bibit dipilih yang sudah berumur 2
bulan setelah tanam. Rumpun induk dipisahkan menjadi beberapa bagian sebagai
bakal bibit. Tiap bagian terdiri atas 1 batang tanaman (anakan) kemudian dipotong
sebagian daunnya.
2. Pembuatan Tempat Media Tanam
Metode penelitian yang pertama dilakukan yaitu menyiapkan pollybag
yang berukuran 30 cm x 30 cm yang digunakan sebagai tempat media tanam
bawang daun.
3. Penyiapan Media Tanam Polybag
Pengolahan tanah dilakukan satu minggu sebelum tanam. dimana tanah
yang digunakan setiap poybag 400 gram. Proses penanaman bawang daun dimulai
dari meyiapkan media tanam yaitu tanah, abu sekam padi dan pupuk kandang
ayam. Media tanam dicampur sesuai dosis masing-masing perlakuan dengan
menggunakan diameter pollybag 30 cm x 30 cm.
4. Naungan Jaring Paranet
Jaring paranet ukuran 3x7 meter. Fungsinya dapat mengontrol serta juga
mengurangi sinar matahari ke lahan atau tumbuhan dan membantu menahan air
hujan serta terpaan angin dengan beragam kerapatannya.
5. Penanaman
Diawali dengan menyiapkan bibit yang diambil dari petani, dengan
ketentuan bibit sehat dan segar, tidak ada gejala adanya hama dan penyakit.
Penanaman bawang daun ditanam ke dalam polybag. Sebelum dilakukan
penanaman terlebih dahulu dibuat lubang tanam dengan kedalaman 5 cm,
penanaman dilakukan dengan cara memasukkan bibit satu per polybag. Waktu
penanaman dimulai pada sore hari sehingga tanaman bawang daun tidak layu.
Masukkan bibit yang sudah disiapkan kedalam lubang, dalam setiap polybag di isi
satu bibit. Timbun bibit dengan media tanam dan usahakan tanam bawang daun
dalam posisi tegak.
6. Pemupukan
Abu sekam yang sudah disiapkan diambil disekitar lingkungan tempat
tinggal yaitu pada pabrik gabah. Sedangkan pupuk kandang ayam diambil dari
14

tempat peternakan ayam atau kantor UPTD dinas pertanian kota palopo. Pupuk
kandang ayam sudah siap untuk digunakan sebagai media tanam karena sudah
dikomposkan, dimana kotoran ayam yang digunakan yaitu ayam golden, ayam
kapas, ayam arab, ayam marawang dan ayam kub dan campurannya sekam padi.
Aplikasi pupuk dilakukan dengan interval pemberian 2 minggu sekali
yaitu pada umur 14 HST, HST, 28 HST, 42 HST, 56 HST dengan cara
menaburkan abu sekam padi dan pupuk kandang ayam kedalam polybag yang
telah berisi tanah sesuai dengan dosis perlakuan.
7. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman bawang daun dilakukan dengan melihat kondisi
tanaman terlebih dahulu, pemeliharaan tanaman meliputi :
a) Penyiraman
Penyiraman tanaman dilakukan dua kali sehari yakni pagi dan sore hari.
Penyiraman disesuaikan dengan kondisi cuaca. Jika tanah sudah lembab, tanaman
tidak perlu disiram. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor, ketika
penyiraman harus dengan hati-hati agar tanaman tidak roboh.
b) Penyiangan

Penyiangan dilakukan apabila terdapat gulma yang tumbuh di dalam


maupun di luar polybag disekitar tanaman bawang daun. Penyiangan gulma
dilakukan secara manual yaitu mencabut gulma dengan tangan. Penggemburan
tanah dilakukan bersama dengan penyiangan apabila tanah sudah mulai memadat.
c). Penyulaman
Penyulaman dilakukan dengan cara mengganti bibit yang mati dengan
tanaman yang baru yang umurnya sama, selesai menyulam bibit disiram sampai
tanahnya cukup lembab.
8. Panen
Tanaman bawang daun dipanen pada umur 58 hari setelah tanam yang
ditandai dengan beberapa helai bawang daun telah menguning atau mengering.
Pemanenan dilakukan dengan mencabut seluruh bagian tanaman termasuk akar,
membuang akar dan daun yang busuk atau layu.

3.5 Parameter Pengamatan


Parameter pengamatan yang diamati dalam penelitian ini adalah :
15

a). Tinggi Tanaman (cm)


Tinggi tanaman diukur dari atas permukaan tanah (pangkal batang) sampai
bagian tertinggi tanaman (ujung daun tertinggi) menggunakan penggaris (mistar).
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan seminggu sekali setelah penanaman hingga
ahir penelitian/panen.
b). Panjang Daun (cm)
Panjang daun terpanjang diukur dari bagian pangkal daun sampai ujung
daun tertinggi menggunakan penggaris (mistar). Pengamatan panjang daun
terpanjang dilakukan seminggu sekali setelah penanaman sampai ahir
penelitian/panen.
c). Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun merupakan rata-rata jumlah daun tiap tanaman, contoh yang
dihitung dari daun yang sudah terpisah dari ujung batang sampai dengan daun
yang masih berwarna hijau. Pengamatan jumlah daun dilakukan seminggu sekali
setelah penanaman sampai ahir penelitian/panen.
d). Bobot Basah pertanaman
Dilakukan pada umur 58 HST dengan cara menimbang masing-masing tanaman
sampel, setelah bawang daun dicabut dan dibersihkan dengan air kemudian ditiriskan.
Penimbang tanaman dilakukan dengan akarnya
16

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] . 2021. Data Panen Daun Bawang Provinsi Sulawesi Selatan.

[BPS] . 2020. Data panen tanaman palawija dan sayuran Dusun Cemangal
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. 2020. Perkembangan Luas
Panen, Produksi dan Produktivitas bawang daun. Jawa Tengah.
Semarang.

Alfiana, I. (2018). Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan


dan Hasil Daun Bawang Asal Biji. (Skripsi Dipublikasikan). Universitas
Mercu Buana Yogyakarta.

Anni, I. A., Saptiningsih, E., & Haryanti, S. (2013). Pengaruh Naungan Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Daun Bawang (Allium Fistulosum
L.) Di Bandungan, Jawa Tengah. Jurnal Akademika Biologi, 2(3), 31–40.

Ariani, E., Yoseva, S., F., Rau, M. J., Pertanian, F., Riau, U., Agroteknologi, J.,
Pertanian, F., Riau, U., Percobaan, K., Pertanian, F., Riau, U., Rimbo, D.,
& Kecamatan, P (2017). Pengaruh Pemberian Arang Sekam Padi dan
Kompos Trichoazolla Terhadap Pertumbuhan Hasil Tanaman Padi Gogo
(Oryza Sativa L.) Dilahan Gambut The Effect Of Rice Husk Charcoal And
Trchazolla Compost Growth And Rice Producton Gogo Rice ( Oryza Sat.
5, 1-15).

Augustien, N., Surhardjono, H. 2016. Peranan Berbagai Komposisi Media


Tanam Organik Terhadap Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) di Polybag.
Jurnal Agritop Ilmu-ilmu Pertanian, 14(1): 54-58.

Fajri, M., Agroteknologi, P.S., Pertanian, F., Teuku, U., 7 Barat, A. (2014)
Meulaboh, Aceh Barat.

Fera, A.R, Sumartono, G., 7 Tini, E. W. (2019). Pertumbuhan Hasil Tanaman


Daun bawang (Allium fistulosum L.) Pada Jarak Tanaman dan
Pemotongan Bibit Yang Berbeda. Jurnal Penelitian Terapan, 19 (1) 11.

Fitriadi, S., Triatmoko, E., & Putri, R. A. S. (2017). Kontribusi Tenaga Kerja
dalam Keluarga Terhadap Pendapatan Usahatani Daun Bawang (Allium
fistulosum L.) di Kelurahan Landasan Ulin Utara Kota Banjarbaru.
ZIRAA’AH, 42 (3), 193-199.

Handayani, A.P., N. Eko., dan P.R. Wara Dyah. 2015. Pemanfaatan Limbah
Sekam Padi Menjadi Silika Gel. Jurnal Bahan Alam Terbarukan (JBAT),
4(2) : 55-59.

Helmi, S. 2017. Pupuk Organik untuk Pertanian Berkelanjutan. BPTP Aceh.


4pupukorganikuntukpertanianberkelanjutan. Diakses tanggal 05 Januari
2020.

Heriman, A. 2016. Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk Kandang


Ayamdan Variasi Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). Fakultas Pertanian. Universitas
Andalas.
17

Hernaman, I., B. Ayuningsih, D. Ramdani, dan R.Z. Al-Islami. 2017. Pengaruh


Perendaman dengan Filtrat Abu Sekam Jerami Padi (FAJP) Terhadap
Lignin dan Serat Kasar Tongkol Jagung. Agipet, 17(2) : 139-143.

Hernaman, I., B. Ayuningsih, D. Ramdani, dan R.Z. Al-Islami. 2018.


Pemanfaatan Filtrat Abu Sekam Padi untuk Mengurangi Lignin Tongkol
Jagung. Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal
Science), 20 (1): 37-41.

Ira, M., Zuraida, T,M., & Ahmad, K. (2020). Pengaruh Pemberian Kapur
Dolomit dan pupuk daun terhadap pertumbuhan daun bawang (Allium
fistulosum L.) pada tanah gambut. Agroekotek View, 3(1). 45-54.

Jumadi. 2014. Pengembangan Budidaya Daun bawang (Allium fistulosom L.) di


Lahan Gambut Menggunakan Pupuk Organik Cair Pekanbaru: Fakultas
Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau.

Kartina, AM., Hermita, N., Agustin, E. C. 2017. Pengaruh Ukuran Bibit dan Jenis
Pupuk Organik terhadap Hasil Umbi Tanaman Talas Beneng
(Xanthosoma undipes K. Koch). Jurnal Agroekotek, 9 (21): 171- 180.

Kriskenda, Y., Heriyadi, D., dan Hernaman, I. 2016. Pengaruh Perendaman


Tongkol Jagung berbagai Konsentrasi Filtrat Abu Sekam Padi terhadap
Kadar Lignin dan Serat Kasar. Majalah Ilmiah Peternakan. 19 (1) : 24-27.

Kusuma, A., Izzati, M., Septianingsih, E. 2013. Pengaruh Penambahan Arang dan
Abu Sekam dengan Proporsi yang Berbeda terhadap Permeabilitas dan
Porositas Tanah Liat serta Pertumbuhan Kacang Hijau (Vigna radiata L.).
Buletin Anatomi dan Fisiologi, XXI (1): 1-9.

Maisa. H. Y. (2018) Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Kandang Ayam Terhadap


Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Daun Bawang (Allium Fistulosum
L.). Jurnal UNRI Edisi 1 Januari s/d Juni 2018

Manik, S. E. (2020). Pengaruh Pemberian Pupuk Abu Sekam Padi Dan Kalium
(KCL) Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Bawang Merah
(Allium Ascolanicum L.) AGRILAND.8(2), 251-260

Meltin, L. (2009). Budidaya Tanaman Daun bawang (Allium fistulosum L.) Di


Kebun Benih Hortikultura (Kbh) Tawangmangu. Igarss 2014, 1, 1–59.

Mulyono, 2014. Membuat Mol dan Kompos dari Sampah Rumah Tangga.
Jakarta: Agro Media Pustaka.

Pantie, F. A. S., Atikah, A. T., dan Widiastut, L. (2017). Pengaruh Pemberian


Pupuk Kotoran Ayam Dan Ureaterhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Bawang Daun Pada Tanah Gambut Pedalaman.
2609d018.4(1),29-37.

Pauly, D. (2015, April 30). Alberta, agriculture and foresty. Retrieved Oktober
11, 2015, from Anhydrous Ammonia and Urea fertilization: Myths and
Facts-Frequently Asked Questions.
18

Qibtiah, M., Pertanian, F., & Pertanian, D. F. (2016). Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Bawang Daun ( Allium fistulosum L.) pada Pemotongan Bibit
Anakan dan Pemberian Pupuk Kandang Sapi dengan Sistem Vertikultur.
Jurnal AGRIFOR, XV, 249–258.

Sitanggang, A., Islan., Saputra, S. I. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang


Ayam dan Zat Pengatur Tumbuh Giberelin terhadap Pertumbuhan Bibit
Kopi Arabika (Coffea Arabica L.). JOM FAPERTA, 2 (1).

Studi, P., & Orene, B. (2013). Artikel Ilmiah Jurusan Budidaya Pertanian
Universitas Tanjungpura Pontianak. 1–12.

Subkhi, M., Jaenuddin, A., Setya, L., Atmaja, W., & Pendahuluan, A. (2021).
Respon Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Kultivar Tanaman Bawang
Merah (Allium Ascalonicum L.) Akibata Pemberian Pupuk Kandang
Ayam. 9 (1), 36-46.

Thebroma, L., & Halid, E (2015). Agroplantae. 4(1), 34-39

Triatmoko , B. (2020). Kandungan Fraksi Serat Pucuk Tebu ( Saccharum


Officinarum) Hasil Dengan Filtrat Abu Sekam Padi (Fasp)

Tufaila, M., Laksana, D. D., dan Alam, S. 2014. Aplikasi Kompos Kotoran Ayam
Untuk Meningkatkan Hasil Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Di
Tanah Masam. Jurnal Agroteknos. 4(2) : 120-127.

20 Yohana, O, 2013. Pemberian Bahan Silika pada Tanah Sawah Berkadar P


Total Tinggi Untuk memperbaiki ketersediaan Pdan Si Tanah,
Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza Sativa L.) Fakultas Pertanian,
IPB. Bogor.
19

Anda mungkin juga menyukai