Anda di halaman 1dari 23

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK SILIKA CAIR (PORSIL)

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN


BAWANG MERAH
(Allium ascalonicum L)

USULAN PENELITIAN

OLEH

MARASI PELANTIKAN P.Y SILALAHI


NPM: 193010085

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SIMALUNGUN
PEMATANGSIANTAR
2022
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK SILIKA CAIR
(PORSIL)TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L)

USULAN PENELITIAN

Sebagai Salah Satu Syarat Melaksanakan Penelitian untuk Penulisan


Skripsi pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Simalungun Pematangsiantar

OLEH

MARASI PELANTIKAN P.Y SILALAHI


19 301 0085

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SIMALUNGUN
PEMATANGSIANTAR
2022
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK SILIKA CAIR
(PORSIL)TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L)

USULAN PENELITIAN

Sebagai Salah Satu Syarat Melaksanakan Penelitian untuk Penulisan


Skripsi pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Simalungun Pematangsiantar

OLEH

MARASI PELANTIKAN P.Y SILALAHI


19 301 0085
Ketua Anggota

Dr. Arvita Sihaloho, SP., MP Ir. Jonner Purba, MP


NIDN. 0109046903 NIDK. 0109046903

Mengetahui/Menyetujui :

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Pertanian USI Agroteknologi

Ir. Rosmadelina Purba,M.P. Dr. Arvita Sihaloho, S.P., MP


NIDN. 0112086001 NIDN. 0109046903

Tanggal Seminar :………


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha

Esa atas Berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal

yang berjudul “Pengaruh Pemberian Pupuk Silika Cair (Porsil) Terhadap

Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L)”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya Kepada Dr. Arvita Sihaloho SP., MP selaku Ketua Komisi Pembimbing,

selaku Anggota Komisi Pembimbing dan Ir. Jonner Purba, MP dan Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Simalungun. Beserta jajarannya khususnya Prodi

Agroteknologi.

Penulis juga berterima kasih kepada Rekan-rekan Mahasiswa/I Fakultan

Pertanian Jurusan Agoteknologi Universitas Simalungun, Orang Tua yang telah

mencurahkan kasih iaying, doa, perhatian serta dukungan baik dari segi moril,

materi demi keberhasilan penelitian dan terlaksananya Proposal ini. Seluruh pihak

yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu juga telah membantu dan

memberikan dukungan seluruhnya dalam pembuatan Proposal ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata

sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak

guna menyempurnakan Proposal ini.

Pematang Siantar, Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
1.3 Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4


2.1 Tanaman Bawang Merah ............................................................................... 4
2.2 Morfologi Tanaman Bawang Merah ............................................................. 5
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah ..................................................... 7
2.4 Pupuk Silika Cair (Porsil).............................................................................. 9

III. METODE PENELITIAN ................................................................................ 11


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 11
3.2 Bahan dan Alat ............................................................................................ 11
3.3 Rancangan Penelitian .................................................................................. 11
3.4 Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 13
3.5 Parameter Yang Diamati ............................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17


BAGAN PENELITIAN ........................................................................................ 18

ii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bawang merah (Allium ascalonicum L) adalah salah satu komoditas

hortikultura yang biasa digunakan sebagai penyedap masakan, bahan baku industri

makanan, obat-obatan dan disukai karena aroma dan rasanya yang khas. Selain itu

bawang merah merupakan sumber vitamin B, C, kalium, fosfor, dan mineral

(Priyantono dkk., 2013). Komoditas ini juga merupakan sumber pendapatan dan

kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap

perkembangan ekonomi wilayah (Balitbang Pertanian, 2005). Menurut Badan Pusat

Statistik Indonesia, produksi bawang merah di Indonesia mencapai 2 juta ton pada

2021. Jumlah itu meningkat 10,42% dari tahun 2020 yang sebesar 1,82 juta ton.

Peningkatan produksi bawang merah terlihat tiap tahunnya sejak 2017, di mana saat

itu Indonesia hanya memproduksi 1,47 juta ton.

Produksi bawang merah provinsi Sumatera Utara pada tahun 2021 menurut

Dinas Pertanian yang dikutip dari BPS (2022) adalah 53.962 ton, sedangkan

kebutuhan bawang merah mencapai 66.420 ton. Dari data tersebut, produksi

bawang merah Sumatera Utara masih jauh di bawah kebutuhan. Untuk memenuhi

kebutuhan bawang merah, maka dilakukanlah impor dari luar negeri. Rendahnya

produksi tersebut salah satunya dikarenakan belum optimalnya sistem kultur teknis

dalam budidayanya.

Dalam budidaya bawang merah diperlukan unsur hara untuk meningkatkan

pertumbuhannya. Unsur hara ini dapat berasal dari sumber organik atau anorganik.

Adapun diantaranya ialah Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisat

1
tanaman ,hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos,

baik yang berbentuk cair, maupun padat. Manfaat utama pupuk organik adalah

untuk memperbaiki kesuburan kimia, fisik, dan biologi tanah, selain sebagai

sumber unsur hara bagi tanaman. Pupuk organik atau bahan organik merupakan

sumber nitrogen tanah yang utama, dan di dalam tanah pupuk organik akan

dirombak oleh mikroorganisme menjadi humus, atau bahan organik tanah (Susanti,

2016).Perbaikan kualitas fisik, kimia, dan biologi tanah akan meningkatkan

pertumbuhan dan produksi tanaman,baik secara langsung maupun tidak .

Pemberian pupuk silika merupakan salah satu upaya untuk mengatasi

permasalahan penanaman kedelai di lahan pasir. Pemberian pupuk silika dapat

meningkatkan kandungan polisakarida pada dinding sel sehingga sel menjadi lebih

kuat dan tidak mudah mengalami kerusakan akibat cekaman kekeringan, aplikasi

pupuk silika juga mampu menginduksi ketahanan akar terhadap cekaman

kekeringan melalui mekanisme pengerasan, pemanjangan dan perluasan akar serta

stomata yang tetap membuka lebih lebar. Berbagai penelitian membuktikan bahwa

pupuk silika dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil berbagai macam tanaman.

Menurut Ghasemi et al., (2014) menyatakan bahwa pemupukan silika berpengaruh

dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman seperti jumlah klorofil tanaman dan

pembungaan pada kacang babi (Vicia faba L). Pemupukan silika juga berpengaruh

dalam 3 meningkatkan jumlah polong kacang babi (Kardoni et al.,2013) Pemberian

silika juga terbukti berpengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan nodul (jumlah

nodul, bobot basah nodul dan bobot kering nodul) pada tanaman kacang tunggak

(Mali dan Naresh, 2008). Menurut Malhotra et al., (2016) menyatakan bahwa pada

tomat yang diberi pupuk silika pada kondisi cekaman kekeringan menunjukkan

2
pengaruh nyata dalam meningkatkan jumlah cabang, tinggi tanaman dan jumlah

bunga dibandingkan kontrol.

1.2 Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh pemberian pupuk silika cair (porsil) terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah

1.3 Hipotesis Penelitian

Adanya pengaruh pemberian pupuk silika cair (porsil) terhadap pertumbuhan

dan produksi bawang merah

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Penelitian ini sebagai bahan dasar penyusunan skripsi yang merupakan salah

satu syarat menyelesaikan studi strata satu (S1) Fakultas Pertanian

Universitas Simalungun Pematangsiantar.

1.4.2 Sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Bawang Merah

Bawang merah merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput,

batang pendek dan berakar serbut, yang tidak panjang. Bentuk daun bawang merah

berbentuk pipa, yakni berbentuk memanjang antara 50-70 cm, berlubang. Bagian

ujungnya meruncing, berwarna hijau mudah sampai hijau tua dan letak daun pada

tangkai yang ukurannya relative pendek. Pangkal daunya dapat berubah fungsi

menjadi umbi lapis (Hapson dan Yaya Hasanah, 2011).Dalam dunia tumbuhan,

tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut (Rukmana, 2002).

Kingdom : Plantae

Sub Kingdom : Tracheobionta

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Liliales

Family : Liliceae

Genus : Allium

Spesies : Allium ascalonicum L.

4
2.2 Morfologi Tanaman Bawang Merah

2.2.1 Akar

Akar tanaman bawang merah tumbuh dari bagian yang dinamakan cakram

dengan perakaran berupa akar serabut yang mempunyai rambut-rambut halus dan

lunak pendek. Sehingga akar tersebut tidak terlalu dalam tertanam dalam tanah.

Oleh karena itu semua jenis tanaman bawang merah tidak tahan kekeringan

(Rukmana dan Yudirahman, 2017).

2.2.2 Umbi

Bagian pangkal umbi membentuk cakram yang merupakan batang pokok

yang tidak sempurna (rudimenter). Dari bagian bawah cakram tumbuh akar-akar

serabut. Di bagian atas cakram terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi

tanaman baru. Tunas ini dinamakan tunal lateral, yang akan membentuk cakram

baru dan kemudian dapat membentuk umbi lapis kembali (Estu et al., 2007).

2.2.3 Batang

Batang bawang merah memiliki batang sejati disebut diskus, yang memiliki

bentuk hampir menyerupai cakram, tipis dan juga pendek sebagai tempat

melekatnya akar dan juga mata tunas. Sedangkan bagian atas pada diskus ini

terdapat batang semu yang tersusun atas pelepah-pelepah daun dan batang semu

yang berada didalam tanah dan juga berguna untuk menjadi umbi lapis. (Laia, 2017)

5
2.2.4 Daun

Daun berbentuk silindris pipa. Bagian dasar daun bawang merah melebar

seperti kelopak daun sebelah dalam, sehingga selalu melintang umbi

memperhatikan lapisan-lapisan yang berbentuk cincin karena umbi-umbi bawang

merah merupakan umbi lapis. Daun berwarna hijau muda sampai hijau tua. Panjang

dan bervariasi, tergantung jenis dan varietas, kesuburan tanah, dan kondisi

pertumbuhan tanaman tersebut (Rukmana dan Yudirahman, 2017). Pada bawang

merah, ada juga daun yang membentuk setengah lingkara pada penampang

melintang daun, warna daun hijau muda. Kelopak-kelopak daun sebelah luar

melingkar dan menutup daun yang ada didalam (Anonim, 2008).

2.2.5 Bunga

Bunga bawang merah ini memiliki panjang antara 30-90 cm, dan juga

memiliki pangkal ujung kuntum bunga yang hampir menyerupai payung. Selain itu,

bunga tanaman ini terdiri dari 5-6 helai daun bunga yang bewarna putih, 6 benang

sari berwarna hijau hingga kekuning-kuningan, serta memiliki 1 putik dan bakal

buah yang memiliki bentuk segitiga. Bunga bawang merah ini juga merupakan

salah satu bunga sempurna dan juga dapat melakukan penyerbukan sendiri. (Laia,

2017).

2.2.6 Biji

Biji bawang merah berwarna putih pada saat masih mudah dan akan berubah

warna menjadi hitam pada saat tua (matang). Biji bawang merah merupakan alat

perkembang biakan secara generative yang banyak digunakan di skala penelitian.

6
Sedangkan untuk skala produksi petani lebih senang menggunakan umbi sebagai

bibit dalam budidaya pertanian bawang merah (Suriani, 2011).

2.2.7 Buah

Buah bawang merah berbentuk bulat dengan ujungnya yang tumpul

membungkus biji berjumlah 2–3 butir. Bentuk biji pipih sewaktu masih muda

berwarna bening putih, tetapi setelah tua menjadi merah (Wibowo, 2001).

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah

2.3.1 Iklim

Bawang merah tidak tahan terhadap kekeringan karena sistem perakarannya

yang pendek. Sementara itu kebutuhan air terutama selama pertumbuhan dan

pembentukan umbi cukup banyak. Sebaiknya bawang merah di tanam pada musim

kemarau atau akhir musim hujan. Dengan demikian, bawang merah selama masa

hidupnya pada musim kemarau, ini akan lebih baik apabila disertai dengan

pengairan yang baik (Suriani, 2011).

Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi bawang merah

adalah tempat terkait dengan temperatur udara, curah hujan, kelembaban, dan

radiasi matahari. Perbedaan yang mencolok dari unsur iklim tersebut antara dataran

rendah dan dataran tinggi adalah keadaan suhu udara (temperature), curah hujan

dan cahaya matahari (Rukmana dan Yudirahman, 2017). Spesifik faktor iklim yang

dominan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi bawang merah. Ketinggian

tempat bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik didataran sampai

ketinggan 800 meter diatas permukaan laut (mdpl). Pertumbuhan optimal biasanya

7
dijunpai didaerah dengan ketinggian 100 - 250 m dpl. Didaerah rendah merupakan

kondisi iklim yang cocok untuk perbanyakan, pertumbuhan, dan perkembangan

umbi bawang merah. Pertumbuhan dari produksi bawang merah yang optimal 24ºC.

Didaerah yang besuhu 22ºC, tanaman bawang merah dapat membentuk umbi, tetapi

hasil umbinya tidak sebaik didaerah yang bersuhu udara antara 25-32ºC. Bawang

merah termasuk tanaman hari panjang (long day plant). Tanaman ini menyukai

tempat yang terbuka dan cukup mendapatkan sinar matahari (±70%), terutama bila

lamanya penyinaran lama dari 112 jam pada tempat yang terlindung dari teduh atau

intensitas cahaya rendah.

2.3.2 Tanah

Tanaman bawang merah dapat ditanam sepanjang tahun (sepanjang musim)

dengan curah hujan 300 – 2500 mm/ tahun. Curah hujan yang cukup sepanjang

tahun dapat mendukung kelangsungan hidup tanaman karena ketersediaan air yang

mencukupi (Rahayu dan Berlian, 2007). Waktu tanam bawang merah yang baik

adalah pada musim kemarau dengan ketersediaan air pengairan yang cukup, yaitu

pada bulan April/Mei setelah panen padi dan pada bulan Juli/Agustus. Penanaman

bawang merah di musim kemarau biasanya dilaksanakan pada lahan bekas padi

sawah atau tebu, sedangkan penanaman di musim hujan dilakukan pada lahan

tegalan. (Sutarya dan Grubben, 1995).

8
2.4 Pupuk Silika Cair (Porsil)

Silika merupakan salah satu unsur hara yang keberadaanya sebesar 27,7%

di kerak bumi. Porsi terbesar Silika tanah dijumpai dalam bentuk kuarsa atau kristal

silikon. Silika merupakan unsur yang inert (sangat tidak larut) sehingga selama ini

silika dianggap tidak memiliki arti penting bagi prosesproses biokimia tumbuhan

padahal perannya dalam pertumbuhan tanaman sangat menguntungkan (Yukamgo

dan Yuwono dalam Yulia, 2017).

Saat ini pupuk silika hanya dianggap sebagai beneficial element atau unsur

hara yang hanya dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman

graminae saja padahal silika merupakan unsur yang dimiliki oleh semua tanaman ,

namun kadar silika dalam setiap tanaman berbeda-beda. Kebanyakan tanaman

dikotil mempunyai kadar silika yang rendah kecuali pada beberapa famili tertentu.

Menurut mcginnity (2015) menyatakan bahwa famili yang mempunyai kadar silika

tinggi antara lain dalam tanaman monokotil seperti famili graminae dan cyperaceae

sedangkan tanaman dikotil yang mempunyai kadar silika yang tinggi ada di famili

fabaceae, cucurbitaceae, rosales dan asteraceae.

Pupuk silika yang kita kenal saat ini ada yang berbentuk granule dan ada

yang berbentuk cair, Kedua bentuk pupuk ini sama-sama efektif digunakan sesuai

penggunaan masing-masing, Pupuk yang berbentuk cair lebih efektif karena mudah

dilarutkan dalam air. Dalam pemberian pupuk Silika, konsentrasi juga harus

diperhatikan. Peningkatan konsentrasi silika tentu akan dapat membangun dinding

sel yang lebih kuat, namun penggunaan konsentasi yang berlebihan akan membuat

pertumbuhan tanaman akan terhambat. Menurut Asgharipour (2016) menyatakan

bahwa pada stress berat kekeringan yang dilakukan pada tanaman adas, semakin

9
tinggi konsentrasi pupuk silika akan meningkatkan Indeks Luas Daun, namun akan

menurun jika konsentrasinya sudah berlebihan, pemberian pupuk silika berturut-

turut adalah 0 Mm, 2,5 mM, 7,5 mM meningkatkan indeks luas daun 0,66; 0,75 dan

1 sedangkan pemberian 10 mM menurunkan indeks luas daun sebesar 0,8.

Konsentrasi pupuk silika pada setiap tanaman pun tentunya berbeda-beda. Oleh

karena itu, diperlukan konsentrasi yang tepat agar konsentrasi yang diberikan pun

tidak berlebihan.

10
III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun Simpang Tiga Desa Bahal Gajah, Kec.

Sidamanik Kab. Simalungun dengan ketinggian tempat ± 650-750 mdpl. Penelitian

ini dilaksanakan dari bulan Januari – Maret 2023.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit bawang merah

varietas batu hijo, pupuk silika (porsil).

3.2.2 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah cangkul,

parang/babat, hand sprayer, garuk, meteran, tali, alat tulis, tugal dan gembor.

3.3 Rancangan Penelitian

Pemberian pupuk silika cair (porsil)

S0 = Tanpa pupuk Silika Cair

S1 = Konsentrasi 500 ml/ha

S2 = Konsentrasi 1000 ml/ha

S3 = Konsentrasi 1500 ml/ha

S4 = Konsentrasi 2000 ml/ha

11
Maka dengan demikian jumlah ulangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

5 (r-1) ≥ 15

5r-1 ≥ 15

5r-5 ≥ 15

5r ≥ 15 + 5

r ≥ 20/5

r≥4

Dimana :

t : jumlah perlakuan

r : jumlah ulangan

Jumlah Kelompok = 4 Kelompok

Jumlah Plot = 20 Plot

Luas Plot =2x2m

Jarak Tanam = 20 x 20 cm

Jarak Antar Perlakuan = 50 cm

Jarak Antar Kelompok = 50 cm

Jumlah Tanaman per Plot = 100 tanaman

Jumlah Tanaman Sampel = 10 tanaman

Jumlah Keseluruhan Tanaman = 2.000 tanaman

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan

Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial sebagai berikut :

Yijk = µ + αi + βj + εij

Dimana :

12
Yijk = Hasil pengamatan yang mendapat perlakuan Silika Cair pada taraf ke-j pada

kelompok ke-i

µ = Nilai tengah seluruh pengamatan

αi = Pengaruh kelompok ke-i

βj = Pengaruh pemberian Silika Cair ke-j

εij = Pengaruh galat Silika Cair pada taraf ke-j

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter tanaman yang

diamati perhitungan dengan model matematis dan analisis sidik ragam. Apabila dari

analisis sidik ragam terdapat pengaruh nyata (*), maka dilanjutkan ke uji Beda

Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Pengolahan Lahan

Areal lahan yang telah diukur dibersihkan dari gulma-gulma ataupun sisa-

sisa tanaman yang ada. Dimana pengolahan lahan dilakukan dua kali, Pengolahan

lahan pertama dilakukan pencangkulan sedalam ±30 cm sekaligus di bentuk sesuai

ukuran plotnya. Kemudian membiarkannya selama 2-3 minggu. Setelah itu,

pengolahan lahan kedua dilakukan beberapa hari sebelum penanaman dengan

mencangkul untuk mencacah-cacah tanah agar lebih gembur lagi.

3.4.2 Penanaman

Bibit bawang merah yang digunakan adalah bibit yang di beli dari toko

pertanian varietas batu hijo. Jarak tanam yang digunakan 20 cm x 20 cm. Sebelum

13
dilakukan penanaman tanah yang telah dibentuk bedengan dengan plot-plot tersebut

di cangkul lagi dan dilakukan penggarpuan agar rumput ataupun kotoran-kotoran

lain tidak ada didalam tanah,karena penggarpuan dapat membuka pori-pori tanah

lebih baik dan tanah lebih halus. Penamanan dilakukan dengan cara menggaris

sesuai ukuran jarak 20 cm x 20 cm, kemudian setelah itu bibit bawang di letakkan

pada titik tanam dan agak di tekan sedikit agar tanaman tidak mudah keluar dari

titik tanam jika hujan turun.

3.4.3 Pemupukan

Pemupukan bawang merah dengan perlakuan silika cair dilakukan sebanyak

tiga kali. Pemberian pupuk silika cair dilakukan pada pagi hari, pemberian pupuk

silika cair yang pertama pada saat tanaman berumur 15 HST, pemberian pupuk

silika cair yang kedua pada umur 30 HST dan pemberian pupuk silika yang ketiga

pada umur 55 HST, pengaplikasian pupuk silika cair dilakuan dengan

menyemprotkan pada daun bawang merah.

3.4.4 Pemeliharaan

a) Penyiraman

Penyiraman dilakukan tergantung cuaca di lapangan pada saat penelitian,

jikalau dalam keaadaan kemarau penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi

dan sore. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor,apabila dalam

kondisi hujan tidak perlu dilakukan penyiraman.

14
b) Penyulaman

Penyulaman di lakukan jika benih yang ditanam tidak tumbuh, Penyulaman

paling lama di lakukan 1 minggu setelah Tanam.

c) Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan dengan cara menarik tanah dari dari samping

kanan dan kiri ke arah tanaman supaya batang tanaman menjadi kokoh.

d) Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman bawang merah biasanya

dilakukan dengan menggunakan fungisida dithane M-45 dan insektisida curater 3G

dilakukan 2 cc/liter air, lalu disemprotkan secara berkala saat tanaman terserang

hama. Hama yang biasanya menyerang adalah ulat pemakan daun.

e) Pemanenan

Bawang merah dapat dipanen pada umur 70 HST dan telah memenuhi

kriteria panen. Tanda tanaman siap untuk dipanen adalah jika leher daun lemas,

daun menguning, umbi padat tersembul Sebagian ke atas permukaan tanah dan

warna kulit merah mengkilap.

3.5 Parameter Yang Diamati

3.5.1 Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi Tanaman Bawang Merah dilakukan dengan cara mengukur tinggi

tanaman mulai dari atas permukaan tanah hingga pucuk daun tanaman. Pengukuran

dilakukan 3 MST, 5 MST dan 7 MST.

15
3.5.2 Berat Umbi Kering Per Sampel

Berat umbi kering per sampel ditimbang setelah umbi bersih dan dikeringkan

selama 1 minggu.

3.5.3 Berat Umbi Kering Per Plot

Berat umbi kering per rumpun ditimbang setelah siung bersih. Dan

dikeringkan 1 minggu.

16
DAFTAR PUSTAKA

Puspita, Nadya. Pengaruh POC Eceng Gondok Dan KNO3 Terhadap Pertumbuhan
Serta Produksi Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.). Diss. Universitas
Islam Riau, 2021.Adrian, Muniarti. 2007. Pemanfaatan urine sapi pada setek
batang tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L). Jurnal Sains dan Teknologi 6
(2) : 1-8.
BPS. 2022. Statistik Lahan Pertanian 2020 – 2021. Pusat Data dan Sistem Informasi
PertanianSekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian. Jakarta.216 halaman
Adhitya, Fazriyan Wardan, Djoni Hartono, and Agni Alam Awirya. "Determinan
produktivitas lahan pertanian subsektor tanaman pangan di Indonesia." (2013).
Wasaraka, Siti Hawa, Diana S. Susanti, and Mariana L. Resubun. "Respon
Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah (Allium ascaloniacum L.)
Terhadap Pemberian Pupuk Anorganik Dan Pupuk Organik." Musamus
Journal of Agrotechnology Research 3.1 (2020): 40-47.
Aisyah, Siti, Novianti Sunarlim, and Bakhendri Solfan. "Pengaruh urine sapi
terfermentasi dengan dosis dan interval pemberian yang berbeda terhadap
pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea L.)." Jurnal Agroteknologi 2.1
(2011): 1-5.
Nopriyanto, Anang. Pengaruh Komposisi Limbah Pabrik Teh Dengan Urin Sapi
Sebagai Bahan Pupuk Organik Cair Dan Aplikasi Pada Tanaman Bawang
Merah (Allium ascalonicum L.). Diss. University of Muhammadiyah Malang,
2017.
Jano, Marsianus, Pauliz Budi Hastuti, and Candra Ginting. "Pengaruh Macam Dan
Volume Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Tanaman Pare
(Momordica charantia L.)." JURNAL AGROMAST 2.2 (2019).
Rukmana, R. 1994. Bawang Merah Budidaya Dan Pengolahan Pasca Panen.
Kanisius, Yogyakarta. Hal 15, 18, 30-31.

17
BAGAN PENELITIAN

I II III IV

S0 S2 S4 S1

S4 S0 S2 S3

S1 S3 S0 S2

S3 S1 S3 S0

S2 S4 S1 S4

Ukuran plot : 200 cm x 200 cm


Jarak antar plot : 50 cm
Jarak antar kelompok : 50 cm

18

Anda mungkin juga menyukai