PROPOSAL
Oleh:
Proposal
diajukan kepada Fakultas Pertanian
untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi
pada Jurusan/Program Studi Agroteknologi
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui;
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. La Ode Muh. Harjoni KW, S.P., M.Si. Dr. Ir. Tresjia Corina Rakian, M.P.
NIP. 19690601 199903 1 002 NIP. 19631112 198902 2 001
Mengetahui,
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah membimbing
sunnah. Adapun judul dalam penulisan proposal penelitian ini adalah “Penggunaan
Ekstrak Rumput Laut dan Urine Sapi sebagai Sumber Hara pada Budidaya Selada
(Lactuca sativa L.) dalam Sistem Hidroponik”. Proposal penelitian disusun untuk
Kilowasid, S.P., M.Si. Selaku Pembimbing I dan Dr. Ir. Tresjia Corina Rakian, M.P.
Selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan saran dan pemikiran dalam
penulisan penyusunan proposal penelitian ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari berbagai pihak dalam perbaikan penyusunan proposal penelitian
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul............................................................................................ i
Halaman Judul................................................................................................ ii
Halaman Pengesahan..................................................................................... iii
Kata Pengantar............................................................................................... iv
Daftar Isi.......................................................................................................... v
Daftar Gambar................................................................................................ vi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 4
1.3 Tujuan dan Kegunaan............................................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Teori....................................................................................... 6
2.1.1 Karakteristik Tanaman Selada........................................................... 6
2.1.2 Syarat Tumbuh Tanaman Selada....................................................... 7
2.1.3 Rumput Laut Eucheuma cottonii....................................................... 8
2.1.4 Urine Sapi.......................................................................................... 10
2.1.5 Hidroponik......................................................................................... 12
2.2 Kerangka Pikir...................................................................................... 13
2.3 Hipotesis................................................................................................ 15
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................. 16
3.2 Alat dan Bahan....................................................................................... 16
3.3 Rancangan Penelitian............................................................................. 16
3.4 Prosedur Penelitian................................................................................ 17
3.4.1 Pembuatan Sistem Hidroponik........................................................... 17
3.4.2 Persiapan Media dan Pot Tanaman.................................................... 17
3.4.3 Pembuatan Larutan Nutrisi Hidroponik............................................. 17
3.4.3.1 Pembuatan Larutan Hara.................................................................. 17
3.4.3.2 Ekstrak Rumput Laut....................................................................... 18
3.4.3.3 Urine Sapi........................................................................................ 19
3.4.4 Persiapan Bibit.................................................................................... 19
3.4.5 Pemindahan Tanaman......................................................................... 19
3.5 Variabel Penelitian................................................................................. 20
3.6 Analisis Data.......................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
vi
I. PENDAHULUAN
dan petunjuk diet dalam mencegah defisiensi mineral dan untuk mendukung
dan antioksidan dari bahan pangan yang dikonsumsi. Bahan pangan yang cukup
mengandung vitamin, mineral dan antioksidan umumnya berasal dari sayuran daun,
di antara selada (Lactuca sativa L.). Selada mengandung gizi dan vitamin antara lain
Kandungan yang terdapat dalam daun selada berperan dalam perbaikan diet karena
mengandung serat dan selulosa yang dapat melancarkan pencernaan. Selain itu, daun
selada juga berperan dalam bidang kesehatan seperti mengontrol gula darah,
akan sayuran yang mengandung vitamin dan mineral untuk melengkapi sumber
serta permintaan pasar yang cukup banyak membuat sistem budidaya tanaman selada
2
Badan Pusat Statistik yang dipublikasikan pada tahun 2017 menunjukkan bahwa
produksi daun selada di Indonesia pada tahun 2015 dan 2016 meningkat sebesar
1.004 ton sedangkan pada tahun 2016 dan 2017 pertumbuhan produksi daun selada
berbasis tanah sebagai media tumbuh. Penerapan sistem budidaya semacam ini
petani, saat ini telah berkembang teknologi budidaya selada menggunakan sistem
hidroponik, di mana larutan hara sesuai sebagai media tanam. Melalui sistem
mendayagunakan air, nutrisi, pestisida secara nyata lebih efisien (minimalis sistem)
Penggunaan sistem hidroponik tidak mengenal musim dan tidak memerlukan lahan
Larutan nutrisi menjadi salah satu faktor penentu yang paling penting dalam
menentukan hasil dan kualitas tanaman. Budidaya sayuran daun secara hidroponik
umumnya menggunakan larutan hara berupa larutan hidroponik komersial (AB mix).
Permasalahannya, saat ini penggunaan larutan hara AB mix memerlukan biaya yang
memiliki nilai ekonomi yang cukup besar dalam hal perawatan dan harga pupuk.
Untuk itu, upaya alternatif untuk mengefisienkan penggunaan larutan hara komersial
beberapa sumber hara dengan harga yang relatif lebih murah. Upaya ini dimaksudkan
dalam rangka agar petani kecil yang memiliki keterbatasan sosial dan ekonomi juga
peliharaannya, namun limbahnya seperti urine belum dikelola dengan baik dan
diantaranya harga relatif murah, mudah didapat dan diaplikasikan, serta memiliki
kandungan hara yang dibutuhkan tanaman. Kandungan urin sapi antara lain Nitrogen
(N) : 1,4 hingga 2,2%, fosfor (P) : 0,6 hingga 0,7%, dan kalium (K) 1,6 hingga 2,1%.
terhadap umur berbunga, jumlah bunga betina, umur panen dan jumlah cabang
Rumput laut telah menjadi komoditas perikanan bagi sejumlah petani rumput
laut di Sulawesi Tenggara. Rumput laut tidak hanya sebagai sumber karaginan,
namun juga dapat digunakan sebagai biofertilizer dan biostimulan pada tanaman
mg/100 g (Handayani et al., 2004). Senyawa lain yang terkandung dalam ekstrak
rumput laut adalah polisakarida (galactan, fucoidan, alginat dan laminarin), protein
(lectin), asam lemak tak jenuh, pigmen (klorofil, karatenoid dan fikobiliprotein),
lignan dan quercetin), unsur hara makro (K, Mg, Ca dan Na) serta fitohormon
Penyemprotan ekstrak rumput laut dengan kandungan unsur hara mikro (Co,
B, Mo, Zn dan Cu) maupun makro, serta hormon pemacu tumbuh (auksin, giberelin
dan sitokinin) dapat meningkatkan kemampuan akar tanaman untuk menyerap hara,
tanaman. Tidak seperti halnya pupuk kimia, ekstrak rumput laut dapat terdegradasi
secara alami, tidak beracun, tidak mengontaminasi dan aman terhadap manusia dan
hewan. Pemanfaatan rumput laut sebagai pupuk atau bahan tambahan pupuk
aman bagi mikroba tanah maupun tanaman dan juga meningkatkan nilai ekonomi
dalam rangka untuk mengetahui pengaruh penggunaan ekstrak rumput laut dan urine
sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman selada (Lactuca sativa L.) dalam
sistem hidroponik.
ini adalah :
1. Apakah penggunaan ekstrak rumput laut dan urine sapi dapat mensubtitusi larutan
hara komersial terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman selada dalam sistem
hidroponik?
2. Berapakah besar dosis larutan hara komersial yang dapat disubtitusi oleh larutan
ekstrak rumput laut dan urine sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
rumput laut dan urine sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman selada
2. Untuk memperoleh dosis larutan hara komersial yang dapat disubtitusi dengan
dosis ekstrak rumput laut dan urine sapi terhadap pertumbuhan dan produksi
Kegunaan dari penelitian ini yaitu sebagai sumber informasi bagi petani dan
peneliti selanjutnya, khususnya mengenai penggunaan ekstrak rumput laut dan urine
sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman selada dalam sistem hidroponik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2014). Selada memiliki daun yang bergerigi dan berombak, berwarna hijau segar dan
ada juga yang berwarna merah (Supriati dan Herliana, 2014). Klasifikasi tanaman
Kingdom : Plantae
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Lactuca
Spesies : Lactuca sativa L.
Selada memiliki banyak kandungan gizi yaitu serat, provitamin A
(karotenoid), kalium dan kalsium (Supriati dan Herliana, 2014). Daun selada
memiliki bentuk, ukuran dan warna yang beragam tergantung varietasnya. Tinggi
tunggang dan serabut. Akar serabut menempel pada batang dan tumbuh menyebar ke
dalam tanaman semusim (berumur pendek). Tanaman selada ada yang membentuk
krop (kumpulan daun-daun yang saling merapat membentuk kepala) dan ada varietas
yang tidak membentuk krop. Selada memiliki sistem perakaran tunggang dan
7
serabut. Akar serabut menempel pada batang dan tumbuh menyebar ke semua arah
pada kedalaman 20 – 50 cm atau lebih. Daun selada memiliki bentuk, ukuran dan
berkisar 30 – 85 hari setelah pindah tanam. Bobot tanam sangat beragam, mulai dari
100 – 400 g. Panen yang terlalu dini memberikan hasil panen yang rendah dan panen
yang terlambat dapat menurunkan kualitas. Secara umum selada yang berkualitas
bagus memiliki rasa yang tidak pahit, aromanya menyegarkan, renyah, tampilan fisik
hampir semua tanaman selada lebih baik diusahakan di dataran tinggi. Pada
penanaman di dataran tinggi selada cepat berbunga. Bila ditanam di dataran rendah
memerlukan pemeliharaan intensif dan cenderung lebih cepat berbunga dan berbiji.
selada pada ketinggian sekitar 500-2000 mdpl dan suhu optimum bagi
pertumbuhannya adalah 15 – 20°C, curah hujan antara 1000 – 1500 mm per tahun
dikerjakan. Hal penting yang harus diperhatikan yaitu suhu dalam green house. Suhu
8
udara di atas 25°C dapat mengakibatkan boalding tipburn, warna daun pucat dan
rendahnya perkecambahan. Selain itu juga, komposisi larutan hara harus tepat.
Kingdom : Plantae
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieriaceae
Genus : Kappaphycus
Spesies : Kappaphycus Alvarezii (Anggadiredja, 2011).
permukaan licin, warna hijau, kuning, abu-abu atau merah. Penampakan tallus
yang rimbun dengan ciri khusus mengarah ke arah datangnya sinar matahari (Singgih
et al., 2014).
Rumput laut secara langsung dapat digunakan sebagai pupuk organik atau
dicampur dengan pupuk lainnya seperti pupuk kompos dan kimia. Keistimewaan
rumput laut sebagai pupuk organik dikarenakan rumput laut mengandung ZPT yang
bahan pupuk organik cair karena keunggulannya yang kaya unsur hara mikro dan zat
produksi tanaman (Loppies dan Yumas, 2017). Basmal (2010) melaporkan bahwa
rumput laut mengandung hara mikro yang terdiri dari nitrogen 1,00%, fosfor 0,05 %,
kalium 10,00 %, mg 0,80 %, sulfur 3,70 %, senyawa organik 50–55 % dan Abu 45–
tanaman terhadap kekeringan dan suhu ekstrem. Kini ekstrak rumput laut telah
auksin, giberelin serta sitokinin yang berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman
spesies lain. Zat pengatur tumbuh tersebut berperan hampir pada semua proses
meristem, pembentukan bunga dan buah serta mampu mencegah gugurnya daun dan
buah partenokarpi, serta memecahkan dormansi biji dan tunas pada sejumlah
tanaman. Hormon sitokinin berperan dalam memacu pembelahan sel pada titik
tumbuh tanaman, membantu sintesis protein serta menunda proses penuaan (Bidwell,
1979).
10
bahwa ekstraksi rumput laut sebagai pupuk organik cair memberikan pengaruh nyata
ekstraksi rumput laut juga meningkatkan serapan nitrogen, fosfor dan kalium
Urine sapi mengandung unsur N, P, K dan Ca yang cukup tinggi dan dapat
Urine sapi mengandung hormone IAA (Indole Acetate Acid) yang berfungsi sebagai
hormon untuk perkembangan sel sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih cepat.
tinggi. Suhu ini dapat diturunkan dengan menurunkan kadar amoniak dalam urine
sapi dengan cara fermentasi, baik menggunakan bakteri pengurai atau dengan cara
menyimpan urine tersebut. Penggunaan urine sapi sudah mulai populer dikalangan
petani karena permintaan produk pertanian organik yang terus meningkat (Rizki et
al., 2014).
Said (2014), yang menyatakan bahwa beberapa manfaat dari unsur hara yang
terdapat dalam urine sebagai pupuk organik cair adalah sebagai berikut:
1. Nitrogen (N)
Unsur nitrogen dalam pupuk organik cair diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, akar, berperan penting
2. Fosfor (P)
Unsur hara fosfor dalam pupuk organik cair juga memiliki peranan yang
dewasa serta menaikkan persentase bunga menjadi buah atau biji, membantu
3. Kalium (K)
yang layu, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit serta
4. Magnesium (Mg)
Salah satu unsur hara yang dapat hilang ataupun berkurang adalah unsur hara
magnesium. Magnesium merupakan salah satu ion logam yang terdapat dalam
molekul klorofil dan merupakan inti klorofil. Magnesium berfungsi sebagai salah
satu bagian enzim yang disebut organik Pyrophophatase dalam proses pembentukan
buah. Tanpa magnesium maka tidak terbentuk klorofil dan tidak akan terjadi proses
5. Besi (Fe)
Besi dibutuhkan untuk sintesis klorofil dan merupakan bagian sitokron yang
esensial yang berperan sebagai pembawa elektron dalam fotosintesis dan respirasi.
Besi berperan penting dalam pembentukan karbohidrat, lemak dan protein. Peran
13
besi sangat penting dalam tumbuh kembang tanaman, jika unsur ini tidak tersedia
2.1.5. Hidroponik
Hidup sehat dengan cara kembali ke alam sedang menjadi kebiasaan baru
dan makanan di kota-kota besar adalah mencari produk dengan nilai tambah terhadap
manfaat kesehatan, berpenampilan menarik dan dengan harga yang rasional. Produk-
produk tersebut sebagian besar dapat terpenuhi oleh produk hidroponik. Hidroponik
atau hydroponics, berasal dari bahasa latin yang terdiri atas kata hydro yang berarti
air dan kata ponos yang berarti kerja, sehingga hidroponik dapat diartikan sebagai
suatu pengerjaan atau pengelolaan air sebagai media tumbuh tanaman tanpa
menggunakan media tanah sebagai media tanam dan mengambil unsur hara mineral
yang dibutuhkan dari larutan nutrisi yang dilarutkan dalam air (Prakoso, 2010).
penggunaan pupuk dan air lebih efisien, tidak tergantung musim (hasil panen dapat
kualitas cukup tinggi dan seragam, tanaman dapat dikontrol dengan baik, dapat
diusahakan di tempat yang tidak terlalu luas dan deferensiasi produk dapat dilakukan.
Larutan nutrisi yang dilarutkan di dalam air dapat dipertahankan dan dikontrol sesuai
dengan kebutuhan tanaman dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan
(Prakoso, 2010).
14
menggunakan bahan yang biasa digunakan sebagai sumber hara makro dan mikro.
Unsur hara makro meliputi kalium nitrat, kalsium nitrat, kalium fosfat dan
makro dibutuhkan dalam jumlah besar dan konsentrasinya dalam larutan relatif tinggi
sedangkan unsur hara mikro hanya diperlukan dalam konsentrasi yang rendah (Sastro
selada saat ini adalah produksi rendah yang dihasilkan belum mampu memenuhi
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan teknik
kualitas dan kuantitas yang tinggi, tanaman jarang terserang hama penyakit karena
terlindungi, pemberian air irigasi dan larutan hara lebih efisien dan efektif, dapat
15
diusahakan terus menerus tanpa tergantung oleh musim dan dapat diterapkan pada
nutrisi yang mengandung unsur hara penting bagi pertumbuhan vegetatif tanaman
yaitu Nitrogen, Fosfor dan Kalium. Bahan dasar yang dapat dimanfaatkan sebagai
nutrisi adalah ekstrak rumput laut dan urine sapi karena memiliki kandungan unsur
tanaman selada mengingat rumput laut mempunyai hormon auksin, sitokinin dan
tanaman. Selain rumput laut pemberian urine sapi yang difermentasi juga dapat
Pemberian nutrisi harus sesuai kadar yang dibutuhkan oleh tanaman selada
supaya tanaman tidak kekurangan maupun kelebihan nutrisi, maka perlu dilakukan
penelitian mengenai penggunaan ekstrak rumput laut dan urine sapi pada tanaman
selada (Lactuca sativa L.) dengan sistem hidroponik dengan konsentrasi yang
berbeda.
16
Lahan Sempit
Sistem Hidroponik
2.3. Hipotesis
laut dan urine sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman selada dalam
sistem hidroponik.
2. Memperoleh dosis larutan hara komersial yang dapat disubstitusi oleh larutan
ekstrak rumput laut dan urine sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, pada bulan September 2020 sampai
Januari 2020.
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu cutter, pH meter, TDS meter,
timbangan, neraca analitik, gelas ukur, gunting, wadah semai, instalasi hidroponik,
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih selada, urine sapi,
ekstrak rumput laut, air, biochar batok kelapa, ampas sagu halus, sekam bakar dan
kertas label.
Bak nutrisi dibuat dari mika bekas kue yang dibungkus dengan plastik hitam
kemudian bagian atas dilubangi dengan lebar lubang sesuai dengan ukuran net pot.
Net pot yang digunakan yaitu gelas plastik bekas yang telah dilubangi bagian
samping sebagai tempat pernapasan akar dan bagian bawah sebagai tempat kain
flanel.
18
Media tanam yang digunakan adalah arang batok kelapa dan ampas sagu
halus (sebagai penopang akar). Biochar dan ampas sagu halus dicampur dengan
Larutan A: Larutan B:
NaCl = 0.33 g
Larutan A
Mikro B Larutan B
Rumput laut yang digunakan yaitu rumput laut segar. Rumput laut tersebut
kemudian dicuci dengan menggunakan air bersih. Setelah dicuci, getah rumput laut
mendapatkan getah rumput laut yang diawetkan (Eswaran et al., 2005). Fitrat cair
yang diperoleh dianggap sebagai konsentrasi 100%. Ekstrak rumput laut ini dapat
disimpan dalam lemari pendingin sebagai larutan stok. Selanjutnya dapat diambil
sejumlah volume yang diperlukan dan diencerkan hingga konsentrasi 10% untuk
200 g
Rumput Laut
21
Didapatkan
Blender Disaring
Ekstrak Rumput
Laut 100%
+ Air 500 ml
Urine sapi ditampung dan dimasukkan ke dalam jerigen plastik yang tetap
tertutup, pengambilan dilakukan setiap pagi dan sore hari selama 3 hari. Urine sapi
difermentasikan selama 14 hari dan diaduk setiap hari. Setelah 14 hari fermentasi
urine terlebih dahulu disaring kemudian diaplikasikan. Larutan urine per tanaman
Wadah semai yang telah dibersihkan diisikan sekam bakar setebal ± 2 – 3 cm,
kemudian benih selada disemaikan pada media sekam bakar yang telah dilembabkan
dan diberi lubang. Simpan di tempat yang lembab dan gelap, setelah muncul
kecambah pada benih selanjutnya benih dijemur dan dikontrol kelembaban media
Tahap pemindahan bibit dilakukan ketika bibit selada telah berumur 10 hari
dan memiliki 3 – 4 daun. Proses ini dilakukan dengan mencabut bibit kemudian
menempatkan netpot pada instalasi hidroponik yang telah diisi larutan nutrisi.
kelompok (RAK). Setiap kelompok terdiri dari 8 perlakuan yang diulang sebanyak 3
larutan hara komersial (LHK), larutan ekstrak cair rumput laut (ECRL), dan larutan
urine sapi (US). Kelompok komposisi larutan media tumbuh yang diuji adalah:
Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan meteran atau penggaris. Diukur dari
pangkal batang sampai ujung daun terpanjang. Pengukuran dilakukan setiap pekan
Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan menghitung setiap daun yang sudah
Pengamatan ini dilakukan dengan cara menimbang tanaman sampel setelah panen
Tanaman selada yang telah ditimbang, selanjutnya dikeringkan pada oven listrik
hitung lebih besar dari F tabel, akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil
(BNT) pada taraf kepercayaan 95% untuk mendapatkan perlakuan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja JT, Achmad Z, Heri P, Sri I. 2011. Rumput Laut. Jakarta. Penebar
Swadaya.
Basmal J. 2009. Prospek Pemanfaatan Rumput Laut Sebagai Bahan Pupuk Organik.
Jurnal Squalen, 4(1):1-8.
Basmal J. 2010. Potensi Pemanfaatan Rumput Laut sebagai Bahan Pupuk Organik.
Jurnal Squalen, 4(1):1-8.
Bidwell RGS. 1979. Plant Physiology. Second edition. Mac Millan Publishing Co.
Inc. New York.
Gotora T, Masaka L dan Sungirai M. 2014. Effect of Cow Urinee on the Growth
Characteristics of Fusarium lateritium, an Important Coffee Fungus in
Zimbabwe. International Journal of Agonomy. 14.
Ibrahim dan Bachrul. 2011. Pemanfaatan Ekstraksi Rumput Laut Alga Merah
(Eucheuma spinosum) Sebagai Pupuk Organik dan Pengaruhnya Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Padi. Makassar. Universitas Hasanudin.
Liedl BE, Cummins M, Young A, Williams ML, Chatfield JM. 2004. Hydroponic
Lettuce Production Using Liquid Effluent from Poultry Waste
Bioremediation as a Nutrient Source. Acta Hort. 659, 721-728.
Montano NE. dan Tupas LM. 1990. Plant Growth Hormonal Activities of Aqueous
Extracts from Philipinies Seaweeds. SICEN Leaflet 2. Marine Sciense
Institute, University of Philipinies.
Novriani, 2014. Respon Tanaman Selada (Lactuca Sativa L.) terhadap Pemberian
Pupuk Organik Cair Asal Sampah Organik Pasar. Jurnal Ilmu
Agroteknologi. 9(2): 57-61.
Oliveira NLC, Mario P, Ricardo HSS, Paulo RC dan Pedro HRR. 2009. Soil and
Leaf Fertilization of Lettuce Crop with Cow Urinee. Horticultura
Brasileira 27(4): 431-437.
Pracaya R. 2002. Bertanam Sayuran di Kebun Pot dan Polibeg. Jakarta. Penebar
Swadaya.
Rizki K, A. Rasyad dan Murniati. 2014. Pengaruh Pemberian Urine Sapi yang
Difermentasi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi
(Brassicarafa). Jurnal Faperta. 1(2).
Roberforoid MB. 2002. Functional Food: Concepts and Application to Inulin and
Oligofructose. British Journal of Nutrition. 87, 139-143.
Sastro Y., dan Rokhmah NA. 2016. Hidroponik Sayuran di Perkotaan. Jakarta. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian.
Supriati Y., dan Herlina E. 2014. 15 Sayuran Organik Dalam Pot. Jakarta. Penebar
Swadaya.
Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada. Jurnal Media Litbang Sulteng.
2(2): 131-136.
Lampiran 1. Denah Penelitian
U
KELOMPOK 1 KELOMPOK II KELOMPOK III
N0 N3 N2
N7 N2 N4
N2 N5 N1
N6 N7 N5
N3 N4 N3
N5 N1 N6
N4 N6 N0
N1 N0 N7
Keterangan:
N0 = 100% LHK + 0% ECRL + 0% US
N1 = 50% LHK + 50 ECRL + 0% US
N2 = 50% LHK + 25% ECRL + 25% US
N3 = 50% LHK + 0% ECRL + 50% US
N4 = 25% LHK + 75% ECRL + 0% US
N5 = 25% LHK + 50% ECRL + 25% US
N6 = 25% LHK + 25% ECRL + 50% US
N7 = 25% LHK + 0% ECRL + 75% US