Anda di halaman 1dari 29

APLIKASI PUPUK FOLIAR DAN PADAT TEBAR LELE

BERBEDA PADA KANGKUNG RATUN SISTEM


AKUAPONIK BUDIKDAMBER

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh
MIRANTI NURHASANAH
2011811035

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
BALUNIJUK
2021

1
APLIKASI PUPUK FOLIAR DAN PADAT TEBAR LELE
BERBEDA PADA KANGKUNG RATUN SISTEM
AKUAPONIK BUDIKDAMBER

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH
MIRANTI NURHASANAH
2011811035

Proposal Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian di Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
BALUNIJUK
2021

ii
APLIKASI PUPUK FOLIAR DAN PADAT TEBAR LELE
BERBEDA PADA KANGKUNG RATUN SISTEM
AKUAPONIK BUDIKDAMBER

Oleh
MIRANTI NURHASANAH
2011811035

Proposal penelitian
Telah diterima sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian di
program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi.

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Nyayu Siti Khodijah, M.Si Dr. Ratna Santi, M.Si

Balunijuk, Desember 2021

Ketua Program Studi Agroteknologi

Dr. Eries Dyah Mustikarini, S.P., M.Si

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala Rahmat dan
Karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian ini dengan judul “Aplikasi Pupuk Foliar Dan Padat Tebar Lele
Berbeda Pada Kangkung Ratun Sistem Akuaponik Budikdamber”. Penelitian
ini merupakan bagian dari penelitian dosen skema Akselerasi tahun 2021 dengan
ketua tim peneliti Dr. Nyayu Siti Khodijah dan anggota peneliti Dr. Ratna Santi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua beserta keluarga yang terus memberikan semangat
serta dukungan kepada penulis.
2. Pembimbing utama Ibu Dr. Nyayu Siti Khodijah, M.Si dan pembimbing
pendamping Ibu Dr.Ratna Santi, M.Si yang telah mendukung dan
memberi semangat untuk penulis saat pengerjaan proposal penelitian.
3. Serta teman-teman Agroteknologi angkatan 2018 dan sahabat penulis
yang selalu memberikan semangat, dukungan dan motivasi untuk
penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar selanjutnya
penulis dapat menyelesaikan tugas dengan lebih baik lagi. Penulis juga
mengharapkan tulisan ini akan berguna di kemudian hari.

Balunijuk, Desember 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN.......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 3
1.3 Tujuan...................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 4
II.1 Klasifikasi dan Morfologi Kangkung.................................... 4
II.2 Syarat Tumbuh Kangkung..................................................... 4
II.3 Sistem Aquaponik.................................................................. 5
II.4 Sistem Ratun.......................................................................... 6
II.5 Pupuk Foliar........................................................................... 7
II.6 Hipotesis............................................................................... 8
III. METODE PENELITIAN............................................................... 9
III.1 Waktu dan Tempat................................................................. 9
III.2 Alat dan Bahan...................................................................... 9
III.3 Metode Penelitian.................................................................. 9
III.4 Cara Kerja.............................................................................. 10
III.5 Parameter Pengamatan........................................................... 12
III.6 Analisis Data.......................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 16
LAMPIRAN........................................................................................................ 17

v
vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Alir Penelitian................................................................... 20


Lampiran 2. Tabel Analisa Pemberian Pakan Lele Per Satu Musim................ 21
Lampiran 3. Layout Penelitian.......................................................................... 22

vi
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Akuaponik merupakan salah satu sistem budidaya alternatif untuk
meningkatkan produksi dan kualitas sayuran dengan menggabungkan
budidaya tanah dan ikan (Rahmadhani et al. 2020). Sistem hidroponik dan
akuaponik memiliki perbedaan satu sama lain, dimana sistem hidroponik
menggunakan nutrisi kimia, sedangkan akuaponik tidak memerlukan nutrisi
kimia. Nutrisi kimia cair digantikan dengan nutrisi yang terkandung di dalam
air kolam yang berasal dari kotoran ikan dan sisa makanan ikan. Salah satu
sistem budidaya akuaponik yang populer adalah Budikdamber (budidaya ikan
dalam ember) lele kangkung. Budikdamber memiliki sistem kerja yaitu
membudidayakan ikan dan sayuran dalam satu ember yang merupakan sistem
akuaponik (polikultur ikan dan sayuran). Akuaponik budik damber dalam
prinsip kerjanya tidak membutuhkan aliran listrik untuk suplai oksigen
maupun sirkulasi air kolam (Febri et al. 2019). Pemanfaatan limbah kotoran
ikan lele menjadi faktor penting dalam budikdamber ini. Menurut Andriyeni
et al.(2017), limbah kotoran ikan lele mengandung hara makro yaitu, nitrogen
total 1,32 %, fosfor total 2,64% dan kalium total 0,35%. Teknologi ini sangat
sederhana dan murah, penggunaan ember tentunya menjadi pengganti kolam
untuk menghemat keterbatasan tempat. Kelemahan dari teknologi ini yaitu
hanya memanfaatkan kandungan hara dari air limbah kotoran dan pakan ikan
lele sebagai nutrisi, sehingga pertumbuhan cenderung terhambat karena
kekurangan nutrisi.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan
produksi kangkung akuaponik dapat dilakukan antara lain dengan perlakuan
ratun. Ratun merupakan kegiatan pemangkasan bagian batang setelah panen
untuk memunculkan tunas atau anakan baru (Triani & Syahrullah 2020).
Pemangkasan batang dilakukan pada saat panen tanaman utama. Menurut
Mareza et al. (2016), perbedaan tinggi pemangkasan batang mempengaruhi
jumlah tunas-tunas yang akan muncul nantinya. Herlinda et al. (2015)
menyatakan, keunggulan dari budidaya ratun yaitu penghematan air, biaya,
2

waktu persiapan tanam , panen dan tenaga kerja. Dibandingkan dengan


tanaman utama, produksi tanaman ratun masih cenderung rendah, oleh karena
itu pemberian nutrisi dari luar seperti pupuk perlu dilakukan untuk
menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman ratun. Pemberian pupuk
bokashi feses sapi dengan dosis 12 kg pada ratun sorgum memberikan
pengaruh yang baik terhadap jumlah tunas, tinggi tanaman dan berat malai
(Wantania et al. 2018). Salah satu upaya untuk mendukung pertumbuhan
ratun kangkung yaitu dengan pemberian pupuk foliar sebagai input hara
tambahan.
Pupuk foliar merupakan jenis pupuk yang diberikan pada tanaman
terutama bagian daun melalui penyemprotan langsung pada daun. Umumnya
pupuk foliar sering disebut pupuk daun. Menurut Suryani et al. (2021)
penggunaan pupuk foliar setiap hari dengan konsentrasi yang tepat dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman . Jenis pupuk foliar yang sering
dgunakan untuk membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman yaitu
Gandasil D dan Growmore. Anam (2017), menyatakan perlakuan kombinasi
pupuk gandasil D 10 ml dengan EM4 3 g/l memberikan hasil yang terbaik
tehadap pertumbuhan kangkung. Pemberian pupuk growmore pada tanaman
perkebunan seperti kopi, sangat berpengaruh terhadap penambahan jumlah
daun dengan dosis pemberian 3g/liter air (Muksalmina et al. 2020). Selain
pada tanaman perkebunan, pemberian pupuk gandasil D dan Growmore juga
berpengaruh pada tanaman hias seperti anggrek, dengan penambahan hormon
NAA (Sumiati & Astutik 2019).
Padat tebar ikan merupakan salah satu faktor penting dalam budidaya
tanaman secara akuaponik budikdamber. Menurut (Zalukhu et al. 2018),
semakin tinggi jumlah padat tebar ikan akan menurunkan pertumbuhan ikan
tersebut. Tingginya jumlah padat tebar ikan akan menyebabkan nilai
ammonia meningkat akibat mengendapnya sisa feses ikan di dalam air.
Ammonia merupakan hasil utama dari protein, pada ikan ammonia bersifat
racun (Prayogo 2019). Ammonia dengan kadar 1,5 mg/l dapat beracun bagi
ikan yang dibudidayakan secara komersil, namun dalam kadar yang normal
ammonia dapat membantu dalam membentuk protein dan energi karena
3

mengandung nitrogen (Wahyuningsih & Gitarama 2020). Zalukhu et al.


(2016) menyatakan padat tebar ikan nila yang memiliki nilai kelangsungan
hidup yang tinggi yaitu pada tebar 150 ekor dan nilai pertumbuhan mutlak
tertinggi pada tebar 100 ekor ikan. Padat tebar ikan lele yang baik menurut
Prakosa et al. (2021), adalah padat tebar ikan lele 100 ekor dengan ukuran
benih.
Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai
pengaruh pertumbuhan dan hasil kangkung setelah ratun pada sistem
akuaponik budikdamber dengan pemberian berbagai jenis pupuk foliar dan
padat tebar lele untuk mengetahui jenis pupuk foliar dan padat tebar lele
terbaik yang dapat meningkatkan pertumbuhan ratun kangkung.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jenis pupuk foliar manakah yang lebih meningkatkan pertumbuhan
kangkung ratun budikdamber lele ?
2. Padat tebar lele manakah yang terbaik untuk pertumbuhan kangkung ratun
budikdamber lele?
3. Bagaimana interaksi antara jenis pupuk foliar dan padat tebar lele terhadap
pertumbuhan kangkung ratun budikdamber lele?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui jenis pupuk terbaik yang lebih meningkatkan pertumbuhan
ratun kangkung budikdamber lele.
2. Mengetahui padat tebar lele terbaik untuk pertumbuhan kangkung ratun
budikdamber lele.
3. Mengetahui interaksi antara jenis pupuk foliar dan padat tebar lele
terhadap pertumbuhan kangkung ratun budikdamber lele.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kangkung


Kangkung (Ipomoea aquatica Forks) merupakan tanaman hortikultura
yang berumur pendek dan bisa berumur panjang (Edi 2014). Kangkung
termasuk dalam family Convolvulaceae, tanaman yang dapat tumbuh lebih
dari satu tahun (Wibowo et al. 2017). Klasifikasi dan identifikasi tanaman
kangkung sebagai berikut :
Kingdom : Plantae ( Tumbuhan)
Sub kingdom : Tracheobionta ( Tumbuhan Berpembuluh)
Super divisi : Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji)
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea aquatica forks.

Tanaman kangkung memiliki bentuk batang yang bulat dan panjang


serta berbuku-buku dan dari buku-buku ini seringkali muncul akar. Batang
tanaman kangkung mengandung air (Herbacioeus) dan berlubang. Kangkung
memiliki sistem perakaran tunggang dan bercabang yang tersebar ke semua
arah serta dapat menembus kedalaman 100-150 cm atau lebih. Kangkung
memiliki bentuk bunga menyerupai terompet dengan daun mahkota bunga
berwarna putih (Nadila et al. 2020) . Daun kangkung berwarna hijau
berbentuk panjang dan runcing dengan lebar dan panjang daun yang
bervariasi 8-12 cm (Kusandriyani & Luthfy 2016).

2.2 Syarat Tumbuh Kangkung


Kangkung merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada daerah yang
beriklim panas maupun dingin. Menurut Sutan et al. (2018), kangkung
5

memiliki daya penyesuain hidup yang baik meskipun tumbuh di lingkungan


yang suboptimal. Kangkung tumbuh dengan baik pada ketinggian 5-1200
mdpl, dengan suhu 20-32ºC. Tanaman kangkung menghendaki tanah yang
bertekstur gembur dan banyak mengandung bahan organik. Nilai pH tanah
yang dibutuhkan pada budidaya kangkung berkisar antara 5,6-6,5. Dalam
budidaya kangkung, air merupakan syarat penting untuk pertumbuhan
kangkung, karena apabila kekurangan air pertumbuhan kangkung terhambat,
selain itu kandungan hara pada media tanam juga perlu diperhatikan
(Wibowo et al. 2017).

2.3 Sistem Akuaponik.


Akuaponik merupakan salah satu budidaya tanaman dengan
hidroponik bersamaan dengan budidaya ikan. Sistem akuaponik tidak
memerlukan nutrisi AB mix untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman, unsur
hara pada sistem akuaponik diperoleh dari air kolam ikan yang berasal dari
sisa-sisa makanan ataupum kotoran ikan (Sapto 2021). Kualitas air pada
sistem aquaponik menjadi salah satu faktor penting yang harus diperhatikan,
karena parameter air yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi ammonia.
Ammonia merupakan limbah yang berasal dari sisa metabolisme ikan berupa
feses dan sisa makanan yang mengendap di dasar kolam dan dapat
menyebabkan kematian pada ikan apabila konsentrasinya tinggi. (Darmawan
et al. 2020) menyatakan bahwa kualitas air sangat mempengaruhi proses
ekologi pada tanaman maupun ikan dalam sistem akuaponik.
Prinsip dasar akuaponik ialah memanfaatkan sisa pakan dan kotoran
ikan yang berpotensi memperburuk kualitas air menjadi nutrisi pada budidaya
akuaponik. Selain itu sistem akuaponik dikatakan sebagai suatu metode
resirkulasi alami yang memanfaatkan kembali air budidaya ikan dengan
menggunakan filter biologi tanaman (Primashita et al. 2017). Selain itu, pada
sistem akuaponik kepadatan tebar ikan harus diperhatikan. Kepadatan tebar
ikan yang semakin tinggi akan menurunkan pertumbuhan ikan, dan dapat
menyebabkan kematian akibat tingginya kandungan ammonia dalam air
(Nugroho et al. 2012). Dalam budidaya akuaponik, kualitas air menjadi aspek
6

penting, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kualitas air yaitu, pH,
suhu, dan kandungan oksigen. pH air yang baik tehadap kelangsungan hidup
ikan lele berkisar 6,5-8. Suhu yang baik bagi pertumbuhan ikan lele berkisar
antara 23-32ºC, kenaikan suhu akan membuat ikan mengalami stress dan
berkurangnya kandungan oksigen. Kekurangan kandungan oksigen terlarut
akan menyebabkan kematian pada ikan (Nursandi 2018).
Padat tebar ikan dalam akuaponik merupakan salah satu faktor penting
lainnya, yang mana berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Padat tebar yang terlalu tinggi menyebabkan ruang gerak ikan semakin
sedikit sehingga kompetisi untuk mendapatkan makanan semakin meningkat,
selain itu pertumbuhan ikan juga akan terhambat (Atmajaya et al. 2017).
Kualitas air kolam yang mengandung padat tebar ikan yang tinggi akan
semakin memburuk dikarenakan kandungan ammonia yang terus meningkat
sehingga cenderung memicu gangguan pada ikan. (Prayogo et al. 2019)
menyatakan, stress pada ikan mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh
dan nafsu makan ikan sehingga menyebabkan kematian. Penentuan padat
tebar yang tepat perlu dilakukan untuk menghindari kematian ikan dan
pertumbuhan tanaman. Padat tebar lele menurut Prakosa et al. (2021),yang
memiliki nilai kelangsungan hidup yang tinggi ialah padat tebar ikan lele 100
ekor. Sedangkan menurut Prayogo et al. (2019), padat tebar lele 300 ekor
memiliki nilai kelangsungan hidup yang paling tinggi dan kualitas air yang
baik dibandingkan perlakuan yang lainnya.

2.4 Sistem Ratun


Ratun merupakan suatu kegiatan pemangkasan bagian batang setelah
panen untuk memunculkan tunas atau anakan baru (Triani & Syahrullah
2020). Tanaman ratun umumnya memiliki waktu panen yang relatif lebih
cepat dibanding tanaman induknya. Hal ini dipengaruhi oleh tinggi
pemotongan. Semakin tinggi pemotongan tunggul maka umur berbunga dan
umur panen semakin cepat (Nuzul et al. 2018). Salah satu faktor penting
untuk mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman ratun yaitu pemupukan
(Ambarita et al. 2017). Efendi et al. (2013) menyatakan bahwa daya tumbuh
7

ratun dipengaruhi faktor genetik tanaman induknya. Sistem budidaya ratun


dapat diterapkan pada beberapa tanaman seperti padi, sorgum, tebu dan juga
kangkung. Pemotongan ratun yang semakin tinggi akan menyisakan banyak
ruas dan buku sehingga akan memunculkan tunas lateral yang nantinya
menghasilkan tunas ratun , dan akan mempengaruhi jumlah anakan. Sesuai
dengan hasil penelitian Mareza et al. (2016), pemotongan singgang yang
semakin tinggi akan meningkatkan jumlah anakan , luas daun, bobot kering,
persentase gabah hampa, bobot gabah total dan persentase produksi.
Kelebihan dari ratun ialah hemat biaya dan waktu penanaman serta
tenaga kerja. Kelemahan tanaman ratun yaitu hasil produksi yang didapatkan
lebih sedikit jika dibandingkan dengan tanaman utama.

2.5 Pupuk Foliar


Pupuk foliar merupakan jenis pupuk yang diaplikasikan pada tanaman
terutama bagian daun dengan cara disemprotkan. Umumnya pupuk foliar
lebih dikenal dengan sebutan pupuk daun. Menurut Suryani et al. (2021),
penggunaan pupuk foliar setiap hari dengan konsentrasi yang tinggi akan
meningkatkan tinggi tanaman. Pupuk daun mengandung salah satu unsur hara
yang penting yaitu nitrogen. Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang
berperan penting dalam pembentukan daun pada tanaman (Manurung et al.
2020).
Pupuk daun merupakan pupuk yang mengandung hara makro dan
mikro baik dalam bentuk padat maupun cair yang mudah diserap oleh daun
tanaman. Pengaplikasian pupuk daun pada tanaman sayuran seperti selada
mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman selada, hal ini
dikarenakan pada pupuk daun yang digunakan telah tersedia N dalam jumlah
yang cukup sehingga membantu dalam pertumbuhan tanaman selada
(Syahputra et al. 2014). Sedangkan penggunaan pupuk daun pada tanaman
pakchoy memberikan pengaruh terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman,
pupuk daun yang digunakan mengandung 32% nitrogen yang mana
memegang peran penting dalam fisiologis dan biokimia tanaman (Sembiring
& Maghfoer 2018)
8

Gandasil D dan Growmore merupakan salah satu jenis pupuk daun


yang mengandung hara makro atau mikro. Menurut Annam (2017)
pemberian pupuk gandasil D pada tanaman menyebabkan ketersedian hara
meningkat dan dapat mempercepat pertumbuhan tanaman muda sehingga
menguntungkan pertumbuhan kangkung. Pemberian pupuk growmore pada
tanaman perkebunan seperti kopi, sangat berpengaruh terhadap penambahan
jumlah daun dengan dosis pemberian 3g/liter air (Muksalmina et al. 2020).
Selain pada tanaman perkebunan, pemberian pupuk gandasil D dan
Growmore juga berpengaruh pada tanaman hias seperti anggrek, dengan
penambahan hormon NAA (Sumiati & Astutik 2019).
Kelebihan dari penggunaan pupuk foliar yaitu kandungan hara lebih
lengkap, hara yang mudah dan cepat diserap oleh tanaman serta dapat
mengurangi kerusakan pada tanah. Pupuk foliar seperti gandasil D dan
growmore biasanya hanya digunakan sebagai alternatif tambahan dalam
meningkatkan pertumbuhan tanaman.

2.6 Hipotesis
1. Terdapat minimal satu perlakuan jenis pupuk foliar yang lebih
meningkatkan pertumbuhan kangkung ratun budikdamber lele.
2. Terdapat minimal satu taraf padat tebar lele yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan kangkung ratun budikdamber lele.
3. Terdapat interaksi antara jenis pupuk foliar dan padat tebar lele terhadap
pertumbuhan ratun kangkung budikdamber lele.
9

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2021.
Kegiatan penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Dan Penelitian ,
Fakultas Pertanian, Perikanan Dan Biologi Universitas Bangka Belitung.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ember ukuran 60
liter, gelas plastik, TDS meter, kawat, sprayer, thermohygrmeter,
luxmeter, tang dan solder. Bahan yang digunakan adalah benih lele jenis
sangkuriang berukuran 15-20 cm, benih kangkung, pellet ikan, arang
sekam, EM 4, AB Mix, Gandasil D dan Growmore.

3.3 Metode penelitian


Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan
acak kelompok (RAK) faktorial split plot dengan dua faktor. Faktor
pertama adalah jenis pupuk foliar (J) yang terdiri dari 3 taraf perlakuan,
yaitu:
J0 : Tanpa pupuk foliar (Kontrol)
J1 : Gandasil D
J2 : Growmore (32-10-10)
Faktor kedua yaitu padat tebar lele (P) yang terdiri dari 3 taraf
perlakuan, yaitu :
P1 : 5 Ekor
P2 : 10 Ekor
P3 : 15 Ekor
Total keseluruhan terdapat 9 kombinasi tiap faktor perlakuan
dengan pengulangan sebanyak 3 kali sehingga terdapat 27 unit percobaan.
Setiap unit percobaan memiliki 5 tanaman kangkung, sehingga total
keseluruhan terdapat 135 populasi tanaman. 5 tanaman kangkung setiap
unit percobaan merupakan sampel.
10

3.4 Cara Kerja


3.4.1 Pembuatan Green House
Green house yang digunakan memiliki tipe tunnel dengan
ukuran panjang 15 m, lebar 3 m dan tinggi 3 m. Bahan yang digunakan
untuk membuat Green house berasal dari kanal baja ringan berukuran
75/75 dan pipa ukuran ¾ cm dengan bagian atap yang dilapisi oleh
plastik. Atap Green house dibuat dengan bentuk melengkung, tujuannya
agar air hujan tidak tertampung.

3.4.2 Penyiapan Media Budikdamber Lele


Media budikdamber lele yang digunakan pada penelitian
yaitu ember dengan ukuran 60 L dan gelas plastik sebagai pot untuk
meletakkan tanaman kangkung. Lubangi bagian bawah gelas plastik
menggunakan solder dan dililit dengan kawat untuk mengaitkan ke
ember. Ember yang kosong, diisi dengan air sebanyak 50 L serta
tambahkan EM4 (probiotik) dan didiamkan selama 4 hari.

3.4.3 Persiapan dan Penebaran Benih Lele


Benih lele yang digunakan memiliki ukuran 10-12 cm. Benih
lele yang digunakan harus dalam kondisi sehat, untuk mengurangi
kematian pada saat ditebar dalam budikdamber. Sebelum ditebar,
benih lele melewati proses aklimitasi terlebih dahulu untuk
menyesuaikan diri dengan kondisi air dalam budikdamber. Benih lele
ditebar mengikuti jumlah perlakuan padat tebar lele dalam ember dan
dibiarkan dulu selama 2 hari, sebelum menempatkan pot kangkung
pada pinggiran ember.

3.4.4 Persiapan Tanaman Kangkung


Benih kangkung yang digunakan dalam penelitian harus dalam
kondisi bebas dari hama dan penyakit. Benih kangkung disemai dalam
11

wadah dengan media nutrisi AB mix dengan konsentrasi 800 ppm.


Persemaian kangkung dilakukan selama 14 hari, setelah itu baru
dipindah tanam ke media budikdamber.

3.4.5 Pemindahan Tanaman Kangkung


Tanaman kangkung yang telah disemai selama 14 hari,
dipindahkan ke media pot gelas plastik yang telah diisi dengan arang
sekam. Arang sekam yang digunakan adalah arang sekam yang
memiliki bentuk granula. Sebelum digunakan arang sekam disaring
dengan ayakan terlebih dahulu untuk memilih arang sekam yang
berbentuk granula. Kemudian tanaman kangkung disisipkan di antara
media arang sekam agar dapat berdiri tegak. Tanaman kangkung
diletakkan di pinggiran ember dengan menggunakan kawat yang telah
dililitkan pada gelas plastik.

3.4.6 Pemeliharaan Lele


Pemeliharaan ikan lele dilakukan dengan memberikan pakan
secara rutin setiap hari, 2 kali dalam sehari waktu pagi dan sore
menggunakan pellet ikan. Pengisian air dilakukan jika air didalam
ember berkurang sebanyak 20% atau setara dengan 10 L.

3.4.7 Aplikasi Pupuk Foliar Pada Tanaman Kangkung


Penyemprotan pupuk foliar dilakukan setelah tanaman
kangkung dipindahkan ke media budikdamber. Aplikasi pupuk foliar
digunakan dengan cara melakukan penyemprotan sebanyak 2 kali,
yaitu pada umur 7 hari setelah ratun pertama dan 7 hari setelah ratun
kedua. Dosis yang digunakan sebanyak 3g/l air setiap pupuk foliar.
Penyemprotan pupuk foliar dilakukan sebanyak 8 kali atau sampai
daun tanaman kangkung basah.
12

3.4.8 Perlakuan ratun 1


Setelah diperlihara selama 28 hari, dilakukan perlakuan ratun
dengan memotong tanaman kangkung setinggi 7 cm dari batas leher
akar. Selanjutnya dipelihara sampai umur 14 hari setelah ratun.

3.4.9 Penyemprotan pupuk foliar ke 1


Perlakuan penyemprotan 1 dilakukan setelah tanaman berumur 7
hari setelah pangkas pertama. Perlakuan penyemprotan dilakukan
sesuai dengan perlakuan jenis pupuk foliar.

3.4.10 Perlakuan ratun ke 2


Perlakuan ratun ke 2 dilakukan setelah perlakuan ratun satu
berumur 14 hari. Tanaman kangkung dipangkas setinggi 7 cm dari
batas leher akar. Selanjutnya tanaman dipelihara kembali sampai umur
14 hari untuk dipanen sebagai hasil panen ratun ke 2,dan panen ratun
ke 2 merupakan akhir penelitian.

3.4.11 Penyemprotan pupuk foliar ke 2


Perlakuan penyemprotan pupuk foliar ke 2 dilakukan saat ratun
kangkung yang ke 2 berumur 7 hari setelah pangkas. Perlakuan
penyemprotan dilakukan sesuai dengan perlakuan jenis pupuk foliar.

3.5 Parameter Pengamatan


3.5.1 Pengamatan Mikroklimat
Pengamatan mikroklimat terdiri dari pengamatan suhu,
kelembaban dan intensitas cahaya. Pengamatan suhu dan
kelembaban lingkungan di ukur menggunakan
thermohygrometer.. Pengamatan mikroklimat ini dilakukan
setiap hari.
13

3.5.2 Tinggi Tanaman (cm)


Pengukuran tinggi tanaman mulai dari pangkal batang
hingga ujung titik tumbuh menggunakan penggaris.
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan 7 hari sekali.

3.5.3 Jumlah Daun (Helai)


Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan cara
menghitung jumlah helai daun yang telah terbuka
sempurna. Pengamatan jumlah daun dilakukan setiap 7 hari
sekali.

3.5.4 Berat Basah Tanaman (g)


Pengukuran berat basah tanaman dilakukan dengan
cara meletakkan seluruh bagian tanaman di atas timbangan
digital. Pengukuran berat basah tanaman dilakukan pada
saat tanaman kangkung berumur 30 hari.

3.5.5 Berat Panen (g)


Pengukuran bobot panen kangkung menggunakan
timbangan digital. Bagian yang rusak dipisahkan terlebih
dahulu, kemudian bagian yang layak jual ditimbang
menggunakan timbangan digital. Pengukuran berat panen
dilakukan pada saat tanaman berumur 30 hari.

3.5.6 Berat Basah Tajuk (g)


Pengukuran berat basah tajuk dilakukan dengan cara
meletakkan seluruh bagian tanaman di atas timbangan
digital. Pengukuran berat basah tajuk dilakukan pada saat
tanaman berumur 30 hari.

3.5.7 Berat Basah Akar (g)


14

Pengukuran berat basah akar dilakukan dengan


meletakkan seluruh bagian tanaman di atas timbangan
digital. Pengukuran berat basah akar dilakukan saat
tanaman berumur 30 hari.

3.5.8 Berat Kering Tajuk (g)


Berat kering tajuk diukur menggunakan timbangan
digital. Sebelum ditimbang, tajuk kangkung melalui proses
pengeringan terlebih dahulu menggunakan oven.
Pengeringan dilakukan selama 24 jam atau lebih sampai
berat kering stabil dengan suhu 80 ºC. Pengukuran berat
kering tajuk dilakukan pada akhir penelitian.

3.5.9 Berat Kering Akar (g)


Berat kering akar diukur menggunakan timbangan
digital. Sebelum ditimbang, akar kangkung melalui proses
pengeringan terlebih dahulu menggunakan oven.
Pengeringan dilakukan pengeringan menggunakan
matahari, dilakukan sampai tercapai berat kontan.
Pengukuran berat kering akar dilakukan pada akhir
penelitian.

3.5.10 Volume Akar


Pengukuran volume akar dilakukan dengan cara
mengukur selisih jumlah air akhir dan jumlah air awal. Air
dengan volume tertentu dimasukkan kedalam wadah,
kemudian akar dimasukkan ke dalam wadah tersebut,
sehingga akan terjadi penambahan volume. Pengukuran
volume akar dilakukan pada umur 30 hari. Volume akar
dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Volume akar = Volume air akhir – Volume air awal.
15

3.5.11 Luas Daun


Pengukuran luas daun tanaman kangkung
menggunakan millimeter block. Daun yang digunakan
untuk pengukuran luas daun yaitu daun keempat dari bagian
atas tanaman.Pengukuran luas daun dilakukan di akhir
penelitian.

3.5.12 Warna Daun


Pengamatan warna daun dapat dilihat dengan
menggunakan buku Munsell plant Colour Chart . Daun
yang digunakan untuk pengamatan warna daun yaitu daun
kelima dari bagian atas tanaman. Pengamatan warna daun
pada setiap tanaman sampel dialakukan pada akhir
penelitian.

3.6 Analisis Data


Analisis data menggunakan uji statistik yaitu analisis sidik ragam
atau uji F (ANOVA) pada taraf kepercayaan 95 %. Analisis ini dilakukan
apabila data yang didapatkan berdistribusi normal. Penggunaan uji F
dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan berpengaruh terhadap
peubah yang diamati. Apabila terdapat pengaruh antara perlakuan dan
peubah yang diamati, maka dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple
Range Test). Analisis data dilakukan menggunakan aplikasi SAS.
16

DAFTAR PUSTAKA

Ambarita, Y., Hariyono, D., & Aini, N. 2017. Aplikasi Pupuk NPK dan Urea Pada
Padi (Oryza Sativa L.) Sistem Ratun. Jurnal Produksi Tanaman. 5(7) : 1228–
1234.

Andriyeni, Firman, Nurseha, & Zulkhasyni. 2017. Studi Potensi Hara Makro Air
Limbah Budidaya Lele sebagai Bahan Baku Pupuk Organik. Jurnal
Agroqua. 15(1) : 71–75.

Anam, C. 2017. Pengaruh Em- 4 Dan Pupuk Gandasil D Terhadap Pertumbuhan


Dan Produksi Kangkung ( Ipomoea Reptana L. ). Agroradix. 4(1) : 17–32.

Darmawan, M., Irawati, & Asmuliani, R. 2020. Pertumbuhan dan produksi


tanaman selada (Lactuca sativa) dan ikan lele (Clarias) dengan sistem
akuaponik. Agrium. 22(3) : 157–161.

Edi, S. 2014. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan


Hasil Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptans poir). Agroekoteknologi.
3(1) : 17-24.

Efendi, R., Aqil, M., & Pabendon, M. 2013. Evaluasi Genotipe Sorgum Manis
(Sorghum Bicolor (L.) Moench) Produksi Biomas Dan Daya Ratun Tinggi.
penelitian pertanian tanaman pangan. 32(2) : 116–125.

Febri, S. P., Alham, F., & Afriani, A. 2019. Pelatihan BUDIKDAMBER


(Budidaya Ikan Dalam Ember) di Desa Tanah Terban Kecamatan Karang
Baru Kabupaten Aceh Tamiang. Prosiding Seminar Nasional Politeknik
Negeri Lhokseumawe. 3(1) : 112–117.

Halim, A., & Pratamaningtyas, S. 2020. Pada Unit Usaha Pondok Pesantren Kota
Malang ( Application Of Aquaponic And Catfish Cultivation Development
In Islamic Boarding Business Unit Malang City ) Jurusan Teknik Sipil ,
Universitas Widyagama , , Mort. 4(1): 1–7.

Herlinda, S., Kusuma, A.,S., & Wijaya, A. 2015. Perbandingan Efek Pemberian
Bioinsektisida dan Ekstrak Kompos terhadap Produksi Padi Ratun dan
Populasi Serangga Hama. Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal
of Agronomy), 43(1), 23.

Kusandriyani, Y., & Luthfy, N. 2016. Karakterisasi Plasma Nutfah Kangkung.


Buletin Plasma Nutfah. 12(1) : 30.

Manurung, F. S., Nurchayati, Y., & Setiari, N. 2020. Pengaruh Pupuk Daun
Gandasil D terhadap Pertumbuhan, Kandungan Klorofil dan Karotenoid
Tanaman Bayam Merah (Alternanthera amoena Voss.). Jurnal Biologi
Tropika. 3(1), 24–32.
17

Mareza, E., Djafar, Z. R., Suwignyo, R. A., & Wijaya, D. A. 2016. Morfofisiologi
Ratun Padi Sistem Tanam Benih Langsung di Lahan Pasang Surut. Jurnal
Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy). 44(3) : 228.

Muksalmina, K. R. F. 2020. Pengaruh Pemberian Pupuk Guano Dan Pupuk


Growmore Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi Robusta (Coffea robusta L.).
Jurnal Agroristek. 3(1), 13–20.

Nadila, et al. 2020. Study of Morphological Variations of the Genus Ipomoea In


Tarakan City. Borneo Journal of Biology Education. 2(1), 33–41.

Nugroho, R. A., Pambudi, L. T., Chilmawati, D., & Condro, H. 2012. Aplikasi
Teknologi Aquaponic Pada Budidaya Ikan Air Tawar Untuk Optimalisasi
Kapasitas Produksi. SAINTEK PERIKANAN : Indonesian Journal of
Fisheries Science and Technology. 8(1) : 46–51.

Nursandi, J. 2018. Budidaya Ikan Dalam Ember “Budikdamber” dengan


Aquaponik di Lahan Sempit. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan
Teknologi Pertanian. 7(13):129–136.

Nuzul, V. S., Indradewa, D., & Kastono, D. 2018. Pengaruh Waktu dan Tinggi
Pemotongan Tunggul terhadap Komponen Hasil dan Hasil Padi (Oryza
sativa L.) Ratun. Vegetalika. 7(2) : 54.

Prakosa, D. G., Studi, P., Perikanan, B., & Ibrahimy, U. 2021. Pemanfaatan limbah kolam
lele ( clarias sp .) Sebagai pupuk organik dalam penerapan akuaponik. Jurnal Ilmu
Perikanan. 12(2) : 170–174.

Prayogo, O. W. B. S. R. 2019. Pengaruh Padat Tebar Ikan Lele Terhadap Laju


Pertumbuhan Dan Survival Rate Pada Sistem Akuaponik. Jurnal Ilmiah
Perikanan Dan Kelautan. 6(1) : 55.

Primashita, A. H., Rahardja, B. S., . 2017. Pengaruh Pemberian Probiotik Berbeda


dalam Sistem Akuaponik terhadap Laju Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan
Lele (Clarias sp.). Journal of Aquaculture Science. 1(1), 1–9.

Rahmadhani, L. E., Widuri, L. I., & Dewanti, P. 2020. Kualitas Mutu Sayur
Kasepak (Kangkung, Selada, Dan Pakcoy) Dengan Sistem Budidaya
Akuaponik Dan Hidroponik. Jurnal Agroteknologi. 14(01) : 33.

Rasyid R., Siswoyo & Azhar. 2020. Penggunaan Asam Humat Untuk
Meningkatkan Produktivitas Tanaman Kangkung Darat Di Kecamatan
Ciamis. Jurnal Inovasi Pertanian. 1 (3) : 171-186.

Salsabila et al. 2020. Utilization Of Tea And Used Bottles As A Medium To


Grow Kangkung Vegetables Hydroponics In Bulakamba Village.
Indonesian Journal of Devotion an Empowerment. 2(1) : 35–37.
18

Sembiring, G., & Maghfoer, M. D. 2018. Pengaruh Komposisi Nutrisi Dan Pupuk
Daun Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica Rapa L.Var.
Chinensis) Sistem Hidroponik Rakit Apung. Plantaropica: Journal of
Agricultural Science. 3(2) : 103–109.

Sumiati A, & Astutik. 2019. Pengaruh Pemberian Hormon NAA, Pupuk Gandasil
Dan Pupuk Growmore Pada Pertumbuhan Tanaman Anggrek. Buana
Sains.19(2) : 13-22.

Suryani, E., Galingging, R. Y., Widodo, W., & Marlin, M. 2021. Aplikasi Pupuk
Daun Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Dayak
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr). Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia,
23(1) : 66–71.

Sutan, S. M., Prasetyo, J., & Mahbudi, I. 2018. Pengaruh Paparan Frekuensi
Gelombang Bunyi terhadap Fase Vegetatif Pertumbuhan Tanaman
Kangkung Darat ( Ipomea Reptans Poir ). Jurnal Keteknikan Pertanian
Tropis Dan Biosistem. 6(1) : 72–78.

Syahputra, E., Rahmawati, M., & Imran, S. 2014. Pengaruh komposisi media
tanam dan konsentrasi pupuk daun terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
selada (Lactuca sativa l.). Jurnal Floratek. 9(1) : 39–45.

Triani, A., & Syahrullah. 2020. Seleksi Varietas Padi Potensi Teknologi Ratun
untuk Peningkatan Indeks Panen (IP). Jurnal Ilmiah Agrotani. 2(1) : 9–19.

Wantania, D. I., Rumambi, A., & Kaunang, W. B. 2018. Kadar Hara Daun
Bendera Beberapa Genotipe Sorgum (Sorghum Bicolor (L.) Moench)Yang
Ditanam Secara Tumpangsari Dengan Ubikayu (Manihot Esculenta Crantz)
Pada Dua Lokasi Berbeda Dan Korelasinya Dengan Hasil Biji. Jurnal Zootek
(“Zootek” Journal ). 38(1) : 9–16.

Wibowo, H. Y et al. 2017. Respon Tanaman Kangkung Darat ( Ipomoea Reptans


Poir ) Dengan Interval Penyiraman Pada Pipa Vertikal. Journal of
Agricultural Science. 2(2) : 148–154.

Wibowo, S. 2021. Aplikasi Sistem Aquaponik Dengan Hidroponik Dft Pada


Budidaya Tanaman Selada (Lactuca Sativa L.). Jurnal Penelitian Dan
Pengabdian Kepada Masyarakat UNSIQ. 8(2) : 125–133.

Zalukhu, J., Fitrani, M., & Sasanti, A. D. 2018. Pemeliharaan Ikan Nila dengan
Padat Tebar Berbeda pada Budidaya Sistem Akuaponik. Jurnal Akuakultur
Rawa Indonesia. 4(1) : 80–90.
19

LAMPIRAN
20

Lampiran 1. Bagan alir penelitian.

Pembuatan Green House

Penyiapan media budikdamber

Persiapan dan penebaran benih lele

Persiapan tanaman kangkung

Pemindahan kangkung ke media


budikdamber

Aplikasi pupuk foliar Pemeliharaan lele


dilakukan dengan cara
disemprotkan pada
tanaman kangkung Aplikasi pupuk foliar pada tanaman
melalui daun sebanyak 5 kangkung
kali spray. Aplikasi
pupuk foliar dilakukan
sebanyak 2 kali, yaitu Perlakuan ratun 1
pada saat tanaman
berumur 19 dan 24 hari
setelah semai.
Perlakuan penyemprotan 1

Perlakuan ratun 2 1. Pengamatan mikroklimat


2. Tinggi tanaman (cm)
3. Jumlah daun (helai)
4. Berat basah tanaman (g)
Perlakuan penyemprotan 2
5. Berat panen (g)
6. Berat basah tajuk (g)
7. Berat basah akar (g)
Pengamatan 8. Berat kering tajuk (g)
9. Berat kering akar (g)
10. Volume akar
Analisis Data 11. Luas daun
12. Warna daun
21

Lampiran 2. Tabel Analisa Pemberian Pakan Lele Per Satu Musim

Berat Kebutuhan Pakan/Jumlah


Umur Panjan Estimasi Ikan (g)
Badan Pakan Ukuran Pakan
(Hari) g (Cm) g/ekor
(g/Ekor) (g)/ekor 1000
1 - 10 <1,5 <1 1.5 0.735 735 Tepung
11 - 20 1,5 - 3,5 1-3 2.5 1.75 1,750 0.8
21 - 30 3,5 - 4,5 3 -5 4 2 2,000 1
31 - 40 4,5 - 7,5 5-7 6 3 3,000 2,0 - 2,3 (781-1)
41 - 60 7,5 - 12,5 7-9 10 10 10,000 2,3 - 3,0 (781-2)
61- 70 12,5 - 16,5 9 - 11 14.5 4.35 4,350 2,3 - 3,0 (781-2)
71 - 80 16 - 25 12 - 15 20.5 6.15 6,150 3,2 - 4,0 (781-3/781)
81 - 90 25 - 66 15 - 20 45.5 13.65 13,650 3,2 - 4,0 (781-3/781)
91 - 100 66 - 100 20 - 25 83 24.9 24,900 3,2 - 4,0 (781-3/781)
101-120 100 - 120 25 - 30 110 44 44,000 3,2 - 4,0 (781-3/781)
Total Kebutuhan Pakan 110,535 110,535
22

Lampiran 3. Layout Penelitian

U Blok 1

J1(1)
J0(4)
P2
J1(6)
J0(2) J2(1)

J0(5) J0(3)

P1 Blok 1
J2(4)

J1(2
P2 J0(1)

J1(3

)
J2(5)
J1(4)
P3 J2(6)
J0(6)

J2(3)
J1(5) J2(2)`

J1(1)
P2 J2(4)
J1(2)
J0(1)

J1(3)
J2(3)

P1
J2(3)
J0(2)
P3 Blok II J2(3)
J2(3)
J2(3) J2(2)
J0(4)

P1 J0(3)

J2(1)

J1(4)

P1 J1(2)
J0(3)
J1(4)
J2(4)

J2(1)
J1(1)

P3 Blok III
J0(2)

P3
P2 J0(1)
J2(2)
S J1(3) J0(4)
J2(3)
23

Blok II Blok III

J1(1) J2(1) J1(2)


J0(4)
J0(1)
J0(2) J1(1)
J2(1)
J1(3)

J0(3)
J0(4)

P2 P1
J0(2)
J0(1) J2(4)

J0(3)
J1(3) J1(2)

J1(4) J2(4)
J1(4)

J2(3) J2(2)
J2(2) J2(3)

J1(2) J0(4) J2(1)


J1(4) J0(3)
J2(4)

J1(1)
J2(1) J1(3)

P3
J0(2)

P3 J0(1)
J1(1)

J0(3)
J0(1)

P2
J2(3)
J2(2) J0(2)

J1(2)
J1(3) J1(4)
J2(4) J2(2)
J2(3) J0(4)

J1(2)
J2(4)
J2(3) J1(2) J0(1)
J1(1)
J2(4)
J0(1) J2(3)

P2
J1(1)

P1
J1(3) J0(4)

J2(2)
J0(2) J0(3)
J1(4)

J1(3)
J2(2) J2(1)
J0(3)
J2(1)

J1(4) J0(4)
J0(2)

KET :
P1 : Padat tebar lele 5 ekor J0 : Tanpa pupuk foliar (kontrol)
P2 : Padat tebar lele 10 ekor J1 : Gandasil D
P3 : Padat tebar lele 15 ekor J2 : Growmore (32-10-10)

Anda mungkin juga menyukai