TUGAS AKHIR
Oleh:
YOHANIS
1822010069
i
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
Oleh:
YOHANIS
1822010069
Mengetahui :
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
Nim : 1822010069
Mengetahui,
Ketua Program Studi,
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yohanis
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan
Kesempatan kali ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
memberiakan doa, semangat dan dukungan kepda saya sehingga tugas akhir ini
2. Kepada bapak Ir. Alimuddin, M.Si selaku pembimbing pertama dan bapak Dr.
5. Kepada pegawai dan teknisi PT. Esaputlii Prakarsa Utama, Barru yang telah
6. Kepada pegawai dan teknisi PT. Sumber Laut Mitra, Jeneponto yang telah
v
7. Kepada teman-teman Mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pembaca demi kesempurnaan tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini dapat
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV METODOLOGI
4.1 Waktu dan Tempat .............................................................. 30
4.2 Alat dan Bahan .................................................................... 30
4.2.1 Alat ............................................................................ 30
4.2.2 Bahan ........................................................................ 31
4.3 Metode Pengambilan Data .................................................. 33
4.4 Prosedur Pelaksanaan .......................................................... 33
4.4.1 Persiapan Wadah Pemeliharaan Induk Udang
Vaname ................................................................... 33
4.4.2 Persiapan Bak Pemeliharan Larva Udang Vaname 37
4.4.3 Persiapan Air Bak Pemeliharan Larva Udang
Uaname ................................................................... 38
4.4.4 Penebaran Naupli .................................................... 39
4.4.5 Manajemen Pemberian Pakan pada Larva Udang
Vaname ................................................................... 39
4.4.6 Pengelolaan Kualitas Air ........................................ 42
4.4.7 Persiapan Kolam Pembesaran Udang Vaname ....... 42
4.4.8 Manajemen Pemberian Pakan Udang Vaname di
Tambak ..................................................................... 43
viii
4.4.9 Panen ........................................................................ 44
4.5 Parameter yang Diamati ...................................................... 45
4.5.1 Jumlah Induk Kawin ................................................. 45
4.5.2 Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate, SR) ... 45
4.5.3 Bobot Rata-rata (Mean Body Weight, MBW) ........... 46
4.5.4 Pertumbuhan Harian Rata-rata (Average Daily
Growth, ADG) .......................................................... 46
4.5.5 Biomassa Udang ....................................................... 46
4.5.6 Rasio Konversi Pakan (Feed Convertion
Ratio, FCR) ............................................................... 46
4.6 Analisis Data ....................................................................... 47
ix
LAMPIRAN ........................................................................................... 66
RIWAYAT HIDUP ............................................................................... 71
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Alat yang digunakan dalam Pemberian Pakan Induk dan
Larva Udang Vaname ........................................................... 30
Tabel 4.2 Alat yang Digunakan Selama Proses Budidaya Udang
Vaname di Tambak .............................................................. 31
Tabel 4.3 Bahan yang Digunakan untuk Pemberian Pakan Induk
dan Larva Udang Vaname ...................................................... 32
Tabel 4.4 Bahan yang digunakan untuk Pemberian Pakan Udang
Vaname di Tambak ................................................................ 32
Tabel 4.5 Frekuensi dan Dosis Pakan yang diberikan pada Induk ........ 35
Tabel 4.6 Komposisi Pencmpuran Pakan Buatan Larva Udang
Vaname .................................................................................. 41
Tabel 5.1 Jumlah Induk yang dipel%iharah dan Induk yang Matang
Gonad ..................................................................................... 48
Tabel 5.2 Frekuensi Pemberian Pakan Larva ......................................... 50
Tabel 5.3 Tingkat Kelangsungan Hidup Antar Stadia (SR%) ............... 51
Tabel 5.4 Pengukuran Panjang Larva .................................................... 53
Tabel 5.5 Pengukuran Kualitas Air ........................................................ 54
Tabel 5.6 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR%) .................................... 58
Tabel 5.7 Feed Convertion Ratio (FCR) ............................................... 59
Table 5.8 Pengukuran Kualitas Air pada Kolam Pembesaran .............. 50
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
RINGKASAN
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
Udang Vaname (L. vanname Boone) merupakan salah satu jenis udang
introduksi yang akhir ini banyak diminati, karena memiliki banyak keunggulan
tinggi dan permintaan pasar terus meningkat dimana proses budidaya udang
vaname tidak terlepas dari ketersediaan benur yang berkualitas (Hendrajat, 2007).
seperti budidaya secara tradisional, semi intensif, intensif dan supra intensif guna
teknologi atau metode yang diterapkan yaitu budidaya secara semi intensif,
dimana peningkatan dari budidaya secara tradisional karena budidaya secara semi
pakan alami.
vaname karena menyerap 60 – 70% dari total biaya operasional. Pemberian pakan
prinsipnya semakin padat penebaran benih udang berarti ketersediaan pakan alami
2
semakin sedikit dan ketergantungan pada pakan buatan pun semakin meningkat
(Nuhman, 2009).
Pemberian pakan buatan didasarkan pada sifat dan tingkah laku makan
suatu sistem yang dapat membuat pakan tersebut dapat optimal dimanfaatkan
seluruhnya oleh udang. Pemberian pakan dalam bentuk crumble dan pellet dapat
dimulai sejak benur ditebar hingga udang siap panen, namun ukuran dan jumlah
pakan yang diberikan harus dilakukan secara cermat dan tepat sehingga udang
tidak mengalami kekurangan pakan (under feeding) atau kelebihan pakan (over
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Manfaat tugas akhir ini ialah untuk memperluas wawasan dan kompetensi
2.1.1 Klasifikasi
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Familia : Penaeidae
2.1.2 Morfologi
diri ke dalam lumpur (burrowing), dan memiliki organ sensor, seperti pada
Udang putih vaname sama halnya seperti udang penaid lainnya, binatang
air yang ruas-ruas dimana pada tiap ruasnya terdapat sepasang anggota badan.
Anggota ini pada umumnya bercabang dua atau biramus. Tubuh udang secara
morfologis dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu cepalothorax atau bagian
kepala dan dada serta bagian abdomen atau perut. Bagian cephalothorax
terlindungi oleh kulit chitin yang tebal yang disebut carapace. Secara anatomi
(Elovaara, 2001).
Kulit kitin pada udang penaidae akan mengelupas (ganti kulit) setiap kali
dan Ranumiharjo, 1980; Tricahyo 1995; Suyanto dan Mujiman, 1990). Menurut
Martosudarmo dkk (1983), tubuh udang penaeid terdiri dari tiga bagian yaitu:
Bagian Kepala
Kepala terdiri dari enam ruas, pada ruas kepala pertama terdapat mata
majemuk yang bertangkai, beberapa ahli berpendapat bahwa mata bertangkai ini
bukan suatu anggota badan seperti pada ruas-ruas yang lain, sehingga ruas kepala
dianggap berjumlah lima buah. Pada ruas kedua terdapat antena I atau antenules
yang mempunyai dua buah flagella pendek yang berfungsi sebagai alat peraba dan
pencium. Ruas ketiga yaitu antena II atau antennae mempunyai dua buah cabang
yaitu cabang pertama (exopodite) yang berbentuk pipih dan tidak beruas
5
panjang yang berfungsi sebagai alat perasa dan peraba. Tiga ruas terakhir dari
bagian kepala mempunyai anggota badan yang berfungsi sebagai pembantu yaitu
sepasang mandibula yang bertugas menghancurkan makanan yang keras dan dua
pasang anggota badan ini letaknya berdekatan satu dengan lainnya sehingga
Bagian Dada
s/d ke-8) berfungsi sebagai kaki jalan yang disebut pereipoda. Pereipoda pertama
sampai dengan ketiga memiliki capit kecil yang merupakan ciri khas dari jenis
udang penaeid.
Bagian Perut
Bagian perut atau abdomen terdiri dari enam ruas. Ruas yang pertama
yang dinamakan pleopoda. Pleopoda berfungsi sebagai alat untuk berenang oleh
karena itu bentuknya pendek dan kedua ujungnya pipih dan berbulu (setae) pada
ruas yang keenam pleopoda berubah bentuk menjadi pipih dan melebar yang
Warna dari udang Vaname ini putih transparan dengan warna biru yang terdapat
Alat kelamin udang jantan disebut petasma, yang terletak pada pangkal
kaki renang pertama. Sedangkan alat kelamin udang betina disebut juga dengan
thelicum terbuka yang terletak diantara pangkal kaki jalan ke empat dan ke lima
Pada stadia larva, udang putih mamiliki enam stadia naupli, tiga stadia
zoea, dan tiga stadia mysis dalam daur hidupnya (Elovaara, 2001). Setelah
buahi sperma tersebut, selesai terjadi pembuahan, induk betina segera ganti kulit
(moulting). Pada pagi harinya dapat dilihat kulit-kulit dari betina yang selesai
memijah. Cara ini berbeda dengan udang windu yang merupakan close telikum,
dimana perkawinan terjadi sebelum gonad udang betina berkembang atau matang.
Udang vaname adalah jenis udang laut yang habitat aslinya di daerah dasar
lautan Pasifik mulai dari Mexico, Amerika Tengah dan Selatan. Habitat udang
vaname berbeda-beda tergantung dari jenis dan persyaratan hidup dari tingkatan-
hidup pada permukaan dasar laut. Adapun habitat yang disukai oleh udang
vaname adalah dasar laut berlumpur dan berpasir (Haliman dan Adijaya, 2006).
ditemukan di perairan lepas pantai dengan kedalaman berkisar antara 70-72 meter
(235 kaki). Udang ini menyukai daerah yang dasar perairannya berlumpur. Sifat
hidup dari udang vaname adalah katadramosatau dua lingkungan, dimana udang
dewasa akan memijah di laut terbuka. Setelah menetas, larva dan yuwana udang
vaname akan bermigrasi kedaerah pesisir pantai atau mangrove yang biasa disebut
daerah estuarine tempat nurseri groundnya, dan setelah dewasa akan bermigrasi
dewasa 9 memijah secara seksual di air laut dalam. Masuk ke stadia larva dari
stadia naupli sampai pada stadia juvenil berpindah ke perairan yang lebih dangkal
dewasa dan siklus hidup berlanjut kembali. Habitat dan siklus hidup udang
Gambar 2.2 Siklus Hidup Udang Vaname (Wyban and Sweeney, 1991)
jenis pakan yang diberikan, dosis pemberian pakan, waktu pemberian pakan,
frekuensi pemberian pakan maupun cara pemberian pakan. Jenis pakan yang
diberikan ke larva udang vaname selama proses pemeliharaan yaitu pakan alami
fitoplankton dan zooplankton serta pakan komersial atau pakan buatan. Pakan
alami fitoplankton yang berikan yaitu jenis Thallasiosira sp dan pakan alami
zooplankton yang diberikan yaitu Artemia salina. Sedangkan untuk pakan buatan
vaname dimulai sebelum naupli ditebar sampai larva stadia mysis-3 sampai post
naupli bertujuan untuk menyediakan kebutuhan pakan alami larva pada saat
9
naupli berganti stadia menjadi zoea. Pemberian pakan alami zooplankton jenis
Artemia salina dalam proses pemeliharaan larva udang vaname dimulai pada saat
larva stadia MPLhingga post larva yang diberikan sebanyak empat kali sehari
udang dapat beradaptasi dengan keadaan baru di tambak dan tidak mengakibatkan
selama 15-20 menit. Kepadatan penebaran benur vanamei yaitu 100 – 125
ekor/m2.
yang makanan alaminya berupa plankton, cacing, siput, kerang, ikan, moluska,
Protein
kebutuhan protein udang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu air, tingkat
pemberian pakan, keberadaan dan kualitas pakan alami serta kandungan energi
yang dapat dicerna pada pakan terutama protein yang lebih rendah (25 – 30%)
Lemak
sangat besar meskipun kadarnya dalam makanannya relatif kecil. Fungsi lemak
dalam tubuh udang antara lain Sumber energi. Membantu penyerapan kalsium
dan vitamin A dari makanan Asam lemak penting bagi udang adalah asam
linolenat, asam lemak ini banyak terdapat pada bagian kepala udang, di dalam
sebab udang tak mampu mensintesa nutrien tersebut dalam tubuh udang.
tubuh udang melalui makanan akan sangat berpengaruh pada kadar kolesterol,
Karbohidrat
terdapat dalam pakan dan dibutuhkan oleh tubuh. Peranan karbohidrat adalah:
Vitamin
dalam jumlah sedikit, tetapi sangat penting artinya untuk perbaikan, pertumbuhan,
reproduksi dan kesehatan udang. Beberapa jenis vitamin yang dibutuhkan udang
antara lain; vitamin A, vitamin D3, vitamin E, vitamin K, vitamin B1, vitamin
Mineral
jumlah yang sedikit, tetapi mempunyai fungsi yang sangat penting. Berbagai
proses didalam tubuh memerlukan zat-zat mineral. Fungsi utama mineral adalah
sebagai komponen utama dalam struktur gigi dan tulang eksoskeleton, menjaga
bagi udang dan ikan sangat tergantung pada konsentrasi air tempat budidaya.
Udang memerlukan mineral tertentu untuk ganti kulit karena selama ganti
Penambahan mineral dalam pakan yang berlebih justru akan berakibat negatif
kadarnya yang rendah tetapi lebih sering terjadi karena ketidakseimbangan antara
Stabilitas pakan atau ketahanan pakan dalam air mutlak dimiliki oleh suatu
pakan mengingat sifat biologis udang yang mengonsumsi makanan secara lambat
dan terus menerus. Stabilitas pakan dalam air merupakan faktor penting dalam
konversi pakan. Pakan yang tidak stabil dan cepat terurai dalam air merupakan
kualitas air dalam tambak. Sifat pakan udang yang berbeda dari udang menuntut
adanya tarik dan kestabilan pakan yang baik agar pakan dapat dimanfaatkan
secara baik dan efisien sebelum larut atau terurai dalam air. Selanjutnya
dikatakan, larutnya pakan dalam air sebelum dimanfaatkan oleh udang akan
berakibat terhadap kualitas air, namun kehilangan sebagian kecil nutrien dalam
13
udang.
Suatu pakan dengan kandungan nutrien yang cukup tinggi dan seimbang
akan menjadi tidak berarti apabila tidak dimakan oleh udang, oleh karena pakan
tidak mengalami aroma dan rasa yang disukai oleh udang (Akiyama dalam
dapat keluar dari pellet yang kemudian ditangkap melalui Chemoreceptor yang
terdapat di seluruh bagian tubuh udang. Pakan yang memiliki aroma baik akan
menarik udang untuk menghampirinya dan rasa yang disukai oleh udang sehingga
sejak benur ditebar hingga udang siap panen. Namun, ukuran dan jumlah pakan
yang diberikan harus dilakukan secara cermat dan tepat sehingga udang tidak
ukuran udang tidak seragam, tubuh tampak keropos dan timbul kanibalisme.
Sementara over feeding bisa menyebabkan kualitas air tambak menjadi jelek
(Kordi, 2010).
14
awal yang harus diperhatikan untuk menentukan jenis, ukuran, frekuensi, dan total
kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan (Adiwidjaya dkk, 2005). Nutrisi dan
hewan akuatik. Penggunaan pakan yang efisien dalam usaha budidaya sangat
penting karena pakan merupakan faktor produksi yang paling mahal (Haryanti,
2003). Menurut Tacon (1987), pengelolaan pakan harus dilakukan sebaik mugkin
dengan memperhatikan apa, berapa banyak, kapan, berapa kali, dimana udang
laku udang, serta siklus alat pencernaan guna memaksimalkan penggunaan pakan.
Menurut Suyanto dan Mujiman (1989), untuk pakan buatan pabrik diberi
nomor sesuai dengan ukuran dan besarnya udang yang diberikan pakan. Pakan
No. 1 (Starter I), ukuran panjang 0,8 mm, diameter 0,3 mm diberikan pada saat
benur ditebar sampai umur 30 hari di tambak. Pakan No. 2 (Starter II), ukuran
panjang 1,7 mm, diameter 0,5 mm diberikan setelah udang kecil umur 30 hari
dengan beratnya 4−9 gram/ekor. Pakan No. 3 (Grower I), ukuran panjang 1,5−2,5
mm, diameter 2 mm diberikan untuk udang muda setelah umur 50 hari dengan
berat badan udang 9−15 gram/ekor. Pakan No. 4 (Grower II), ukuran panjang 4−6
mm, diameter 2 mm., untuk udang setelah di tambak 70 hari dengan berat badan
15−20 gram/ekor. Pakan No. 5 (Finisher), ukuran panjang 8−10 mm, diameter
2,3−2,6 mm, untuk udang dewasa yaitu setelah di tambak 90 hari. Jumlah pakan
15
adalah porsi atau banyaknya pakan yang dibutuhkan dan harus diberikan pada
udang budidaya. Biasanya dihitung dalam persen (%) per hari berat (bobot)
keseluruhan jumlah udang dalam wadah budidaya (tambak, keramba, KJA dan
hanya terpaku pada satu patokan saja. Patokan yang ada kadang tidak terlalu tepat,
karena setiap jenis udang pada umur atau ukuran tertentu membutuhkan jumlah
Menurut Kordi (2010), udang vaname bersifat nocturnal atau aktif pada
(FCR) atau nilai konversi yang ideal. FCR merupakan perbandingan antara jumlah
pakan yang diberikan dengan berat rata-rata udang yang dihasilkan. Semakin kecil
nilai FCR maka semakin besar keuntungan yang akan diperoleh. Pakan yang
dikonsumsi udang secara normal akan diproses selama 3-4 jam setelah pakan
pemberian pakan pada udang kecil cukup 2−3 kali sehari karena masih
pelet, frekuensi pemberian pakan dapat ditambahkan menjadi 4−6 kali sehari pada
pukul 04.00, 08.00, 12.00, 16.00, 20.00 dan 24.00 dengan interval waktu tersebut
tambak yang masih bagus. Hal ini akan berpengaruh terhadap proses metabolisme
di dalam tubuh udang (Haliman dan Adijaya, 2005). Saat pemberian pakan,
sebaiknya kincir air dimatikan untuk menghindari terbawanya pakan oleh arus air.
16
Namun demikian, oleh karena kincir air berfungsi membantu ketersediaan oksigen
tidak terlalu pagi karena oksigen terlarut di dalam tambak saat itu berada dalam
kondisi sedikit. Hal ini dikarenakan proses fotosintesis yang dihasilkan oleh
bernafaspun kesulitan. Pakan yang diberikan pada feeding area supaya udang
sejak benur ditebar hingga benur siap panen. Namun ukuran dan jumlah pakan
yang harus diperhatikan secara cermat dan tepat sehingga udang tidak kekurangan
pakan atau kelebihan pakan (Haliman dan Adijaya, 2005). Jumlah pakan yang
diberikan dilakukan dengan dua cara yaitu penebaran langsung disekeliling area
tambak dan pemberian pakan yang diletakkan di dalam anco pakan (Kordi, 2010).
Pada awal pemeliharaan pemberian pakan harus dicampur dengan air agar
Pakan bisa ditebar keliling tepi tambak juga bisa memakai rakit tergantung luas .
1. Suhu air
Suhu air yang optimal dalam pembudidayaan udang adalah 28-30oC. Pada
suhu rendah metabolisme udang menjadi rendah dan secara nyata berpengaruh
2. Salinitas
osmoregulasi.Salinitas adalah total konsentrasi ion yang terlarut dalam air. Ion -
ion penyusun utama yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya salinitas adalah
3. pH Air
kimia didalam air maupun reaksi suatu biokimia di dalam air. Untuk dapat hidup
dan tumbuh dengan baik udang vaname memerlukan kisaran pH antara 6,8-8,5
(Ahmad,1991). Umumnya, pH air tambak pada sore hari lebih tinggi daripada
pagi hari. Penyebabnya yaitu adanya kegiatan fotosintesis oleh pakan alami,
CO2 melimpah sebagai pernafasan udang (Haliman dan Adijaya, 2005). Perbaikan
nilai pH yang optimal perlu dilakukan aplikasi pengapuran pada saat masa
yang melayang-layang dalam air baik berupa bahan organik seperti plankton,
jasad renik, detritus maupun berupa bahan anorganik seperti lumpur dan pasir.
dan coklat pada air. Semakin kecil kecerahan berarti semakin kecil sinar matahari
yang masuk sampai dasar tambak yang dapat mempengaruhi aktvitas biota di
daerah tersebut.
Kandungan amonia dalam tambak berasal dari sisa metabolisme hewan air
dan dari dekomposisi bahan organik dari bakteri (Boyd, 1989). Konsentrasi
amonia yang mampu ditolerir untuk kehidupan udang dewasa < 0,3 ppm, dan
dipengaruhi oleh suhu, pH dan salinitas. Jika pH dan suhu meningkat maka
organik, baik pada perairan umum maupun petakan tambak dalam jumlah yang
tinggi merupakan ancaman bagi kehidupan organisme. Hal ini akan mengalami
pengendapan dan terdekomposisi menjadi senyawa yang bersifat racun bagi udang
dan organisme lainnya, seperti hal ammonia (NH3), dan Nitrit (NO2).
3 Alkalinitas
Alkalinitas adalah kapasitas buffer air yang dinyatakan dalam mg/l dari
CaCO3. Semakin sadah air, semakin baik bagi usaha budidaya ikan maupun udang
dengan nilai optimalnya 120 mg/l dan nilai maksimumnya 200 mg/l. Kesadahan
capacity) yang rendah terhadap perubahan pH. Alkalinitas air sangat erat
tumbuhan air terutama fitoplankton. Kondisi alkalinitas yang stabil dan optimal
1. Plankton
dalam jumlah banyak juga merupakan sarang bakteri dan vibrio yang merugikan
sentra produksi perikanan budidaya bibit udang dan nener yang terletak di jalan
kota Pare-Pare dan 34 km sebelah selatan kota Barru, berada di tepi pantai Barru.
karena dpt dijangkau kendaraan umum. Demikian pula jarak sentra pertambakan
di pesisir timur Sulawesi selatan relative dekat. Lebih penting lagi adalah
ketersediaan air laut yang sesuai dengan parameter yang dibutuhkan pembenihan
udang .Adapun letak PT. Esaputlii Prakarsa Utama, Barru dapat dilihat pada
Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Letak PT. Esaputlii Prakarsa Utama (Data sekunder, 2020).
22
Keterangan :
1. Mess karyawan
2. Unit 2 pembenihan udang
3. Unit pembenihan ikan bandeng
4. Unit 1 pembenihan udang
5. IPAL (Instalasi Pengelolaan Limbah)
6. Unit 3 pembenihan udang
7. Tambak pembesaran udang
8. Pendopo
9. Mesjid
10. Tambak pembesaran udang
Lokasi PT. Esaputlii Prakarsa Utama mempunyai posisi yang strategis
pertambakan di pesisir Timur Sulawesi Selatan relatif dekat. Lebih penting lagi
adalah ketersediaan air laut yang sesuai dengan parameter yang dibutuhkan
pembenihan udang.
PT. Sumber Laut Mitra merupakan salah satu perushan yang bergerak
dibidang perikanan dalam hal ini budidaya udang vanamei. Perusahaan ini
perusahaan ini berdiri pada awal tahun 2016 yang berlokasi di kabupaten pangkep
tepatnya di wilaya kecamtan labakang, desa gantungan yang memiliki luas area-
+5 ha. PT. sumber laut mitra pada awalnya memiliki konsep kerjasama dan bagi
hasil denagan pemilik lahan. Tambak dilokasih tersebut dimana sistim budidaya
yang diterapakan yaitu masih tahap semi intense mengunakan lahan tanah. Sekitar
pda awal tahun 2018, kerjasama di kabupaten pangkep dihentikan dan PT. sumber
bungun pandan dengan luas -+ 1 ha, adapun pola yang diterapakan yaitu pola
dalam kegiatan produksi pada pembenihan yang meliputi: kantor utama , Jalan
Raya, mess karyawan, pos jaga, kendaraan, masjid, kantin, pendopo, ruang pakan,
bak pemeliharaan induk, bak karantina, bak penetasan, bak penampungan naupli,
bak kultur fitoplankton, bak fiber kultur artemia, bak pemeliharaan larva, listrik
dan biosecurity.
Tambak PT. Esaputlii Prakarsa Utama memiliki sarana pada pembesaran udang
vaname seperti kolam budidaya yang berfungsi sebagai wadah atau tempat
penampungan air dengan jumlah 2 buah tandon, kincir berfungi sebagai suplai
oksigen dengan 1 hp dan 2 hp yang digunakan dalam satu kolam 10 kincir yang
berkapasitas 1 hp, Pompa berfungsi untuk mendorong air dengan kapasitas 10 inci
dengan jumlah pompa 2 buah, listrik berfungsi untuk sumber penerangan, jala
lempar berfungsi untuk mengangkat udang pada saat panen parsial jumlah jala
lempar sebanyak 5 jala, anco berfungsi untuk mengecek kesehatan udang dan
takaran pakan dengan jumlah 8 anco, genset berfungsi untuk menghasilkan daya
produksi yang meliputi: gudang, pompa air dan pompa air tawar, tower dan
filternya, blower, laboratorium dan tandon. Tambak PT. Esaputlii Prakarsa Utama
24
dilengkapi dengan Prasarana seperti, kantor, rang piket, rumah pompa, mes
petakan kolam sebagai tempat budidaya udang vaname dan satu kolam sebagai
kolam penampungan air/tandon dan di lengkapi dengan kincir dan blower, adapun
pasilitas lainya yaitu ruamah atau mes kariwan, gudang pakan, gudang
penyimpanan alat-alat, rumah panen, genset sebagai sumber kelistrikan dan juga
kegiatan produksi benih udang vaname yang dilakukan sejak tahun 1984.
Sulawesi. Oleh karena itu, hatchery ini dapat menjadi sebagai salah satu penghasil
mutu yang ketat, dilaksanakan pada seluruh tahap kegiatan pembenihan udang
untuk menjamin produksi benur berkualitas yang konsisten per siklus produksi.
Hanya benur yang sehat dan berkualitas yang akan dikirim ke tambak budidaya.
ikan bandeng serta tambak seluas 3 ha dan fasilitas Pembenihan udang vaname
telah bersertifikat ISO 9001:2008 sejak tahun 2007 dan melakukan penyusaian ke
ISO 9001:2015 sejak tahun 2017. Untuk tambak pembesaran udang vaname juga
Kabupaten Barru terdiri dari 6 petak tandon, 4 untuk produksi dan 2 untuk petak
tandon.
dengan luas 17 ha dan dalam tahap pengerjaan 20 ha. Pada tahun 2020 PT.
tahun 2021 ini PT. Esaputlii Prakarsa Utama berencana akan menambahkan satu
PT. Sumber laut mitra memiliki luas lahan -+ 1 ha dan memiliki 5 petakan
kolam sebagai tempat budidaya udang vaname dan satu kolam sebagai kolam
pasilitas lainya yaitu ruamah atau mes kariwan, gudang pakan, gudang
penyimpanan alat-alat, rumah panen, genset sebagai sumber kelistrikan dan juga
bagian. Bagian -bagian tersebut terdiri dari bagian administrasi umum, bagian
divisi hatchery benur, bagian divisi hatchery nener, bagian tambak, bagian teknik
26
pemisah pekerjaan serta perintah pada setiap bagain. Struktur organisasi PT.
Esaputlii Prakarsa Utama yaitu struktur organisasi garis dan staff terdiri atas.
mengatur pra kalkulasi harga jual produk (benur nener dan udang ) yang akan
di pasarkan.
pemasaran wilayah.
wilayah-wilayah pemasaran.
(hatchery unit I,unit II,unit III dan unit-unit lainnya) dan bertanggung jawab
tambak.
29
Direktur
Fram manager
Tekisi Accountig
Feeder Mekanik