Anda di halaman 1dari 65

TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei)

SECARA INTENSIF DI TAMBAK PAK SONI DI DESA SUAK GEUDEUBANG,


KECAMATAN SAMATIGA, KABUPATEN ACEH BARAT

PRAKTIK KERJA LAPANGAN 1 (PKL 1)


PROGRAM STUDI TEKNIK BUDIDAYA PERIKANAN (TBP)

LAPORAN

OLEH :

MAGHFIRATUL FIRDAUS
NIT. 20.3.11.087

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN PENGEMBANGAN DAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO
2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaous vannamei)


Secara intensif di Desa Suak Geudeubang, Kecamatan
Samatiga, Kabupaten Aceh barat

Nama : Maghfiratul Firdaus

NIT : 20.3.11.087

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat


Untuk melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapang 1 (PKL-1)
Program studi Teknik Budidaya Perikanan
Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Tahun Akademik 2021/2022

Menyetujui :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Annisa’ Bias Cahyanurani.MP Suprihadi, S.Pi., M.Tr.Pi.


Tanggal : Tanggal : 2 september 2022

Mengetahui :
Ketua Program Studi TBP

Lusiana BR Ritonga, S.Pi., M.P.


NIP. 19920330 201801 2 004

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapang Satu ini
tepat pada waktunya. Penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapang Satu ini dapat
dilaksanakan dengan baik berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak I Gusti Putu Gede Rumayasa Yudana, S.Pi., M.P., selaku Direktur
Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo.
2. Ibu Lusiana BR Ritonga, M.P. selaku Ketua Program Studi Teknik
Budidaya Perikanan.
3. Ibu Annisa’ Bias Cahyanurani M.P. dan Bapak Suprihadi S.Pi., M.Tr.Pi
selaku Dosen pembimbing I dan pembimbing II
4. Bapak Ibu pengelola tambak.
5. Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya proposal ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan ini masih belum


sempurna, untuk itu segala kritik dan saran penulis harapkan demi
kesempurnaan Laporan ini.

Aceh Besar, 27 juni 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2 Maksud dan Tujuan ........................................................................... 3
1.3 Manfaat .............................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 5

2.1 Klasifikasi Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) ....................... 5


2.2 Morfologi Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) ........................ 5
2.2 Habitat dan Siklus Hidup ................................................................... 6
2.3 Teknik Pembesaran Udang Vanname................................................ 6
2.3.1 Pembersihan Kolam..................................................................... 6
2.3.2 Setting Kincir................................................................................ 7
2.3.3 Pengisian Air ............................................................................... 7
2.3.4 Pembentukan Air.......................................................................... 7
2.3.5 Penebaran Benur......................................................................... 7
2.4 Manajemen Pakan ............................................................................. 7
2.4.1 Jenis dan Bentuk Pakan ............................................................ 7
2.4.2 Ukuran Pakan ............................................................................ 8
2.5 Monitoring Kualitas Air ...................................................................... 9
2.6 Monitoring kesehatan udang..............................................................
2.7 Analisa Usaha ................................................................................... 9
2.8 Panen ............................................................................................... 9

BAB III METODELOGI ................................................................................... 11


3.1 Waktu dan Tempat Pelaksaan .......................................................... 11
3.2 Metode Praktik .................................................................................. 11
3.3 Metode pengumpulan data …………………………………………….. 11

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Morfologi Udang Vaname…………………………………………… 4


Gambar 2 Siklus Hidup Udang Vaname ……………………………………….. 6
Gambar 3. Letak geografis taambak..............................................................
Gambar 4. Saluran pemasukan air (Inlet)......................................................
Gambar 5. saluran outlet
Gambar 6. Petak produksi
Gambar 7. Kincir (Paddle Wheel)
Gambar 8. Mesin Pompa
Gambar 9. Mesin genset
Gambar 10. Anco
Gambar 11. Timbangan pakan
Gambar 12. Pembersihan tambak
Gambar 13. Pemasangan kincir
Gambar 14: Aklimatisasi
Gambar 15. Fermentasi dedak padi dan ragi
Gambar 16. blooming plankton

v
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Penggunaan Pakan ................................................................ 8
Tabel 2. Kode. Jenis, Ukuran Pakan dan Udang .................................. 8
Tabel 3. Kandungan Nutrisi Pakan
Tabel 4. Jenis bangunan yang ada di tambak

Tabel 5. Program pemberian pakan

Tabel 6. Analisa Nutrisi pakan

Tabel 7. Hasil pengecekan kualitas air

Tabel 8. Alat yang digunakan dalam pembesaran udang vannamei

Tabel 9. Biaya tidak tetap

Tabel 10. Total biaya produksi

vi
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Secara geografis negara Indonesia merupakan negara maritim dengan

dua per tiga luas lautan lebih besar dibandingkan daratan. Kondisi geografis

yang merupakan negara kepulauan ini membuat negara Indonesia kaya hasil

lautnya dan membuat udang sebagai primadona ekspor komoditas dalam

perikanan, dengan volume dan nilai ekspor tertinggi. Masyarakat Akuakultur

Indonesia (MAI) menyatakan, Indonesia mempunyai potensi lahan pesisir

untuk tambak udang terluas di dunia. Indonesia bisa menjadi produsen dan

peng ekspor budidaya udang terbesar jika pemanfaatan dan penggunaannya

tepat. Oleh karena itu, budidaya udang menjadi aktivitas sebuah usaha yang

banyak diminati oleh masyarakat Indonesia karena tingginya potensi hasil

devisinya (Hanyani, 2020)

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) adalah salah satu sepesies

udang yang bernilai ekonomis tinggi, menjadi salah satu produk perikanan

yang dapat menghasilkan devisa bagi negara. Udang ini memiliki beberapa

kelebihan yaitu lebih tahan terhadap penyakit dan fluktuasi kualitas air,

pertumbuhan relatif cepat, serta hidup pada kolom perairan sehingga dapat

ditebar dengan kepadatan tinggi. Udang vaname memiliki peluang pasar dan

potensial untuk terus dikembangkan. Untuk menanggapi permintaan pasar

dunia, dilakukan intensifikasi budidaya dengan memanfaatkan perairan laut,

karena potensi kelautan yang sangat besar, oksigen terlarut air laut relatif

tinggi dan konstan, serta udang yang dibudidayakan lebih berkualitas (Effendi,

2016).

7
Produksi udang tahun 2016 tercatat sebesar 698.138 ton dan 70% dari

total produksi udang berasal dari udang vaname. Akan tetapi, pada tahun

2017, volume produksi udang mengalami penurunan yang signifikan sampai

20% menjadi 555.138 ton. Salah satu penyebabnya adalah penyakit White

Feces Syndrome (WFS), White Spot Syndrome (WSS) dan Infectious

Mionecrosis Virus (IMNV) dan data terbaru tercatat ditahun 2019 total jumlah

produksi udang vannamei mencapai angka 782,913 ton (Trubus, 2017).

Kegiatan pembesaran udang vannamei melalui budidaya pola intensif

dan super intensif di Indonesia hingga kini telah berkembang dan

menggunakan berbagai jenis tambak yaitu tambak tanah, tambak semen dan

tambak HDPE. Masing-masing jenis tambak tersebut mempunyai keunggulan

dan kelemahan secara teknis dan ekonomis. Untuk lokasi budidaya udang

dengan tingkat porositas yang tinggi dan tingkat resiko serangan penyakit

yang tinggi karena faktor lingkungan yang kurang ideal, tambak plastik

menggunakan HDPE merupakan pilihan yang tepat. (Suriawan et al., 2019).

Tingkat permintaan udang vananmei yang masih tinggi serta semakin

berkembangnya pola budidaya udang vananmei dengan sistem intensif

mendorong penulis untuk mengambil judul ‘’Teknik Pembesaran Udang

Vannamei (Litopenaeus vannamei) Secara Intensif di Desa Suak

Geudeubang, Kecamatan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat.

I.2. Maksud

Secara umum maksud dilaksanakan Praktik Kerja Lapang 1 (PKL-1)

adalah agar taruna/i dapat memahami proses sebuah budidaya sebagai

aplikasi dari teori yang diperoleh dalam perkuliahan.

I.3. Tujuan

Tujuan dari Praktik Kerja Lapang 1 (PKL-1) adalah:

8
1. Mengetahui dan teknik pembesaran Udang vannamei (litopenaeus

vannamei) secara intensif di tambak udang milik Pak Soni di Desa Suak

geudeubang Kabupaten Aceh Barat.

2. Melakukan analisis teknis pembesaran udang vannamei.

9
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)

2.1.1 Klasifikasi Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)

Menurut Wyban et al.(2000) dalam (Lama et al., 2020), klasifikasi

udang vaname sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Famili : Penaidae

Filum : Anthropoda

Genus : Litopenaeus

Kelas : Crustacea

Ordo : Decapoda

Spesies : Litopenaeus vannamei

Sifat biologis udang vaname, yaitu aktif pada kondisi gelap (nocturnal)

dan dapat hidup pada kisaran salinitas yang luas (euryhaline) yaitu 2-40 ppt.

Udang vaname akan mati jika terpapar suhu dibawah 15 ⁰C atau diatas 33 ⁰C

selama 24 jam (Lama et al., 2020).

Udang vaname bersifat kanibal, mencari makan lewat organ sensor

dan tipe yang pemakan lambat, memiliki 5 stadia naupli, 3 stadia zoea, 3

stadia mysis sebelum menjadi post larva yang merupakan siklus hidupnya.

Stadia post larva berkembang menjadi juvenil dan akhirnya menjadi dewasa.

Post larva udang vaname di perairan bebas akan bermigrasi memasuki

perairan estuaria untuk tumbuh dan kembali bermigrasi ke perairan asalnya

pada saat matang gonad (Lama et al., 2020).

10
2.1.2 Morfologi Udang Vannamei

Haliman dan Adijaya (2005) menjelaskan bahwa udang vaname

memiliki tubuh berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar (eksoskleton)

secara periodik (moulting) setiap kali tubuhnya akan membesar, setelah itu

kulitnya mengeras kembali. Udang vaname memiliki tubuh yang berwarna

putih, oleh karena itu sering disebut sebagai udang putih. Bagian tubuh udang

putih sudah mengalami modifikasi sehingga dapat digunakan untuk keperluan

makan, bergerak dan membenamkan diri kedalam lumpur (burrowing), serta

memiliki organ sensor, seperti pada antenna dan antenula. Udang putih

vaname adalah hewan avertebrata air yang memiliki ruas-ruas dimana pada

tiap ruasnya terdapat sepasang anggota badan. Anggota ini pada umumnya

bercabang dua atau biramus. Tubuh udang secara morfologis dapat

dibedakan menjadi dua bagian yaitu cepalothoraxatau bagian kepala dan

dada serta bagian abdomenatau perut. Bagian cephalothoraxterlindungi oleh

kulit chitin yang tebal yang disebut karapas. Kepala udang vaname terdiri dari

antenula, antena, mandibula, dan sepasang maxillae. Kepala udang vaname

juga dilengkapi dengan 5 pasang kaki jalan (periopod), dimana kaki jalan ini

terdiri dari 2 pasang maxillae dan 3 pasang maxilliped. Perut udang vaname

terdiri dari 6 ruas dan juga terdapat 5 pasang kaki renang (pleopod) serta

sepasang uropodyang membentuk kipas bersama-sama (Elovaara, 2001).

11
Gambar 1. Morfologi udang vaname
Sumber: Hidayat (2019)

2.1.3. Habitat dan Siklus Hidup Udang Vannamei

Habitat udang berbeda-beda tergantung dari jenis dan persyaratan

hidup dari tingkatan-tingkatan dalam daur hidupnya. Pada umumnya udang

bersifat bentis dan hidup pada permukaan air laut. Adapun habitat yang

disukai oleh udang adalah dasar laut yang lumer yang biasanya campuran

lumpur dan pasir. Lebih lanjut dijelaskan,bahwa induk udang putih ditemukan

diperairan lepas pantai dengan kedalaman berkisar antara 70-72 meter (235

kaki). Menyukai daerah yang dasar perairannya berlumpur. Sifat hidup dari

udang putih adalah catadromous atau dua lingkungan, dimana udang dewasa

akan memijah di laut terbuka. Setelah menetas,larva dan yuwana udang putih

akan bermigrasi ke daerah pesisir pantai atau mangrove yang biasa disebut

daerah estuarine tempat nurseri groundnya dan setelah dewasa akan

bermigrasi kembali ke laut untuk melakukan kegiatan pemijahan seperti

pematangan gonad (maturasi) dan perkawinan (Wyban dan Sweeney, 1991).

Hal ini sama seperti pola hidup udang penaeid lainnya, dimana mangrove

merupakan tempat berlindung dan mencari makanan setelah dewasa akan

kembali ke laut (Elovaara, 2001).

Risaldi (2012) menyatakan bahwa udang vaname adalah udang asli dari

perairan Amerika Latin yang kondisi iklimnya subtropics. Di habitat alaminya

suka hidup pada kedalaman kurang lebih 70 meter. Udang vaname bersifat

nocturnal, yaitu aktif mencari makan pada malam hari. Proses perkawinan

pada udang vaname ditandai dengan loncatan betina secara tiba-tiba. Pada

saat meloncat tersebut, betina mengeluarkan sel-sel telur. Pada saat yang

bersamaan, udang jantan mengeluarkan sperma, sehingga sel telur dan

sperma bertemu. Proses perkawinan berlangsung kira-kira satu menit.

12
Sepasang udang vaname berukuran 30-45 gram dapat menghasilkan telur

sebanyak 100.000-250.000 butir (Lusiana et al., 2021)

Siklus hidup udang vaname (Litopenaeus vannamei) dimulai ketika telur

udang menetas dan menghasilkan nauplius (nauplii) sampai dengan udang

dewasa (adult). Induk vaname (kelas induk pokok) betina melakukan

pemijahan (pengeluaran telur) sehingga menghasilkan telur sekitar 100.000 –

250.000 per ekor induk per pemijahan.Kemudian telur udang vaname ini

dibuahi secara eksternal oleh sperma induk vaname jantan.

Gambar 2. Siklus Hidup Udang Vaname


Sumber : Hidayat (2019)

Stadia nauplius adalah stadia yang pertama setelah telur menetas.

Stadia ini memiliki lima sub stadia (Williams et al., 2005). Larva berukuran

antara 0,32-0,58 mm, sistem pencernaannya belum sempurna dan masih

memiliki cadangan makanan berupa kuning telur (Tahe dan Suwoyo, 2011).

Stadia ini benih udang vaname belum membutuhkan makanan dari luar. Pada

fase Nauplii ini larva mengalami enam kali pergantian bentuk dengan tanda-

tanda sebagai berikut ;

 Nauplius I : Bentuk badan bulat telur dan mempunyai anggota badan

tiga pasang.

13
 Nauplius II : Pada ujung antena pertama terdapat seta (rambut), yang

satu panjang dan dua lainnya pendek

 Nauplius III : Furcal dua buah mulai jelas masing-masing dengan tiga

duri (spine), tunas maxilla dan maxilliped mulai tampak.

 Nauplius IV : Pada masing-masing furcal terdapat empat buah duri,

Exopoda pada antena kedua beruas-ruas.

 Nauplius V : Organ pada bagian depan sudah tampak jelas disertai

dengan tumbuhnya benjolan pada pangkal maxilla. Nauplius VI :

Perkembangan bulu-bulu semakin sempurna dari duri pada furcal

tumbuh makin panjang

Stadia zoea adalah perubahan bentuk dari nauplius menjadi zoea.

Stadia ini memerlukan waktu sekitar 40 jam setelah penetasan. Larva sudah

berukuran 1,05 – 3,30 mm. Pada stadia zoea larva berkembang dengan cepat

dan sensitif terhadap cahaya. Pada stadia ini membutuhkan pakan

fytoplankton sebagai pakan alami, pada stadia akhir zoea membutuhkan

zooplankton. Pada stadia ini, benih udang mengalami moulting sebanyak 3

kali, yaitu stadia zoea 1, zoea 2, dan zoea 3. lama waktu proses pergantian

kulit sebelum memasuki stadia berikutnya (mysis) sekitar 4-5 hari. Pada stadia

ini, benih sudah dapat diberi pakan alami, seperti artemia. Fase zoea terdiri

dari tingkatan-tingkatan yang mempunyai tanda-tanda yang berbeda sesuai

dengan perkembangan dari tingkatannya, seperti diuraikan berikut ini :

 Zoea I : Bentuk badan pipih, carapace dan badan mulai nampak,

maxilla pertama dan kedua serta maxilliped pertama dan kedua 10

mulai berfungsi. Proses mulai sempurna dan alat pencernaan

makanan nampak jelas.

14
 Zoea II : Mata bertangkai, pada carapace sudah terlihat rostrum dan

duri supra orbital yang bercabang

 Zoea III : Sepasang uropoda yang bercabang dua (Biramus) mulai

berkembang duri pada ruas-ruas perut mulai tumbuh.

Stadia ini, larva sudah dapat makan plankton yang mengapung dalam

kolom air. Tubuh akan semakin memanjang dan mempunyai karapas. Dua

mata majemuk dan uropods juga akan muncul. Lama waktu dari stadia ini

menuju stadia berikutnya berkisar antara 4-5 hari (Williams et al., 2005).

Pada stadia ini, benih sudah menyerupai bentuk udang yang dicirikan

dengan sudah terlihat ekor kipas (uropod) dan ekor (telson). Benih pada

stadia ini sudah mampu menyantap pakan fitoplankton dan zooplankton.

Ukuran larva berkisar 3,50 – 4,80 mm. Stadia ini memiliki 3 sub stadia, yaitu

mysis 1, mysis 2 dan mysis 3 yang berlangsung selama 3-4 hari sebelum

masuk pada stadia postlarva (PL). Fase ini mengalami tiga perubahan dengan

tanda-tanda sebagai berikut :

 Mysis I : Bentuk badan sudah seperti udang dewasa, tetapi kaki

renang (Pleopoda) masih belum nampak.

 Mysis II : Tunas kaki renang mulai nampak nyata, belum beruasruas.

 Mysis III : Kaki renang bertambah panjang dan beruas-ruas

Perkembangan tubuhnya dicirikan dengan semakin menyerupai udang

dewasa serta terbentuk telson dan pleopods. Benih pada stadia ini sudah

mampu berenang dan mencari makanan, baik fitoplankton maupun

zooplankton (Utojo dan Tangko, 2008).

Saat stadia post larva (PL), benih udang sudah tampak seperti udang

dewasa. Umumnya, perkembangan dari telur menjadi stadia post larva

dibutuhkan waktu berkisar antara 12-15 hari, namun semua itu tergantung dari

15
ketersediaan makanan dan suhu (Kaligis et al., 2009). Hitungan stadia yang

digunakan sudah berdasarkan hari. PL I berarti post larva berumur satu hari.

Saat stadia ini, udang sudah mulai aktif bergerak lurus ke depan dan sifatnya

cenderung karnivora. Umumnya, petambak akan melakukan tebar dengan

menggunakan udang yang sudah masuk dalam stadia antara PL10-PL15

yang sudah berukuran rata-rata sepuluh millimeter (Karimah et al., 2018).

2.3 Teknik Pembesaran Udang Vaname

2.3.1. Pembersihan Kolam

Pembersihan kolam adalah tahap pembersihan dan mengambil

benda-benda yang masih ada dalam kolam, sisa-sisa pakan, lumpur atau

kotoran udang setelah panen dengan cara menyikat dan menyiram kolam,

proses perbaikan dimulai dari memastikan, menandai dan menambal plastik

HDPE di kolam, dilanjutkan dengan mengelilingi kolam untuk mencari plastik

HDPE yang berlubang. Memberi tanda pada plastik HDPE yang berlubang

menggunakan batang lidi atau benda yang dapat digunakan sebagai

penanda. Setelah proses penandaan dilakukan penambalan plastik HDPE

yang berlubang. Penambalan plastik HDPE di kolam menggunakan plastik

HDPE yang ukurannya di sesuaikan dengan kondisi lubang, dengan uap

panas (Hidayat et al., 2019)

2.3.2. Setting Kincir

Pemasangan kincir ditempatkan didisesuaikan dengan kondisi tambak

yang biasa dilakukan adalah dibagian sudut-sudut kolam dan berbentuk segi

empat sesuai. Pengoperasian kincir dilakukan sepanjang hari (Hidayat et al.,

2019).

2.3.3. Pengisian Air

16
Pengisian air yaitu memasukan air ke dalam kolam pemeliharaan,

setelah pengisian air dilakukan sterilisasi air yang bertujuan untuk membunuh

mikroorganisme yang berada di dalam air dengan menggunakan

disinfektan. (Hidayat et al., 2019).

2.3.4. Pembentukan Air

Pembentukan air dalam hal ini adalah proses menumbuhkan plankton,

bakteri dan meningkatkan mineral. Dimulai dari pemupukan selanjutnya

dilakukan pemberian cairan fermentasi, selain fermentasi untuk

meningkatkan bakteri baik, juga dilakukan aplikasi probiotik, yang diharapkan

memberikan efek positif bagi udang baik itu pertumbuhan, sintasan maupun

FCR (Hidayat et al., 2019).

2.3.5 Penebaran Benur

Penebaran benur dilakukan dalam tiga tahap yaitu pengecekan kualitas

air, perhitungan benur, dan aklimatisasi. Benur ditebar pada pagi atau

sore hari, pengecekan kualitas air yang diukur adalah air kolam dan air

paking benur dengan parameter antara lain suhu, DO, pH dan salinitas.

(Hidayat et al., 2019).

2.4 Manajemen Pakan

2.4.1 Jenis dan Bentuk Pakan

Penggunaan pakan yang berkualitas diharapkan dapat memberikan

pertumbuhan udang yang optimal karena nutrisi yang diperlukan udang dapat

terpenuhi. Jenis pakan yang digunakan dalam budidaya udang yaitu jenis

pakan buatan bentuk crumble dan pellet. Hal ini sudah sesuai dengan SNI

(2009), bahwa jenis pakan udang vannamei yang biasanya digunakan berupa

crumble dan pellet. Penggunaan pakan dapat dilihat pada Tabel 1.

17
Tabel 1. Penggunaan Pakan

No Bentuk Keterangan

1 Crumble butiran kecil Diberikan untuk benur DOC 1-30

2 Pellet Diberikan untuk udang DOC 31-Panen

2.4.2 Ukuran Pakan

Ukuran pakan yang digunakan pada pembesaran udang berkisar

antara 0,1 - 1,4 mm. yang sesuai dengan lebar bukaan mulut udang. Untuk

lebih jelasnya kode, jenis pakan dan ukuran pakan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kode. Jenis, Ukuran Pakan dan Udang

Ukuran pakan Ukuran


No Kode Jenis
(mm) udang (gr)

1 SI-00 Crumble <0,4 PL 12,0-1

2 SI-01 Crumble 0,4-1,0 0,1-1,0

3 SI02S Crumble 1,0-2,0 1,0-2,0

4 SI-02SP Pellet 2,0-3,5 2,0-3,5

5 SA-02SP Pellet 1,2x2,0 3,5-8,0

6 SA-02P Pellet 1,4x2,0 8,0-15,0

7 SA-03 Pellet 1,4x2,5 15,0-20,0

2.4.3 Nutrisi Pakan

Kandungan nutrisi pada pakan harus sesuai dengan kebutuhan udang

seperti mengandung mineral, vitamin, protein, karbohidrat, lemak, dan asam

amino esensial. Pakan dengan rasio Ca/P berbeda menentukan kandungan

18
kalsium karapas dan efisiensi pakan udang serta kebutuhan protein juga

mempengaruhi pertumbuhan udang. Komposisi pakan buatan yang digunakan

pada pembesaran udang vannamei dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan Nutrisi Pakan

No Kode Protein % Lemak % Serat % Abu % Kadar air

1 SI-00 30 6 35 13 11

2 SI-01 30 6 35 13 11

3 SI02S 30 6 35 13 11

4 SI-02SP 30 6 35 13 11

5 SA-02SP 32 6 35 13 11

6 SA-02P 32 6 35 13 11

7 SA-03 32 6 35 13 11

2.4.4.Dosis dan Program Pakan

a. Pakan Blind Feeding

Pemberian pakan untuk udang DOC 1-25 hari dilakukan dengan

teknik blind feeding yaitu pakan buta. Pemberian pakan untuk 100.000 ekor

adalah 2 kg pakan dengan penambahan pakan per hari sebanyak 0,2 kg pada

umur 2-10 hari, 0,4 kg dari umur 11-20 hari, dan 0,6 kg pada umur 21-30 hari.

Hal ini sesuai dengan pendapat Adiwijaya (2004), selama 1 bulan pertama

peliharaan, cara perhitungan pakan adalah 100.000 ekor udang diberi pakan

sebanyak 1-2 kg pakan.

b. Pemberian Pakan Berdasarkan FCR

Penentuan pakan harian pasca blind feeding di dimulai pada umur 26

hingga panen, Dalam menentukan kebutuhan pakan perlu dilakukan

19
pengecekan silang antara kebutuhan pakan berdasarkan perhitungan dari

SOP dengan hasil pengecekan anco (Departemen Kelautan dan Perikanan

2004). Pada umur 31 hari penambahan pakan per hari dapat dihitung Setiap

10 hari, yaitu umur 31-40 hari, umur 41-50 hari, dan seterusnya.

2.5 Monitoring Kualitas Air

Kualitas air memegang peranan penting dalam kegiatan budidaya karena

dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan kecepatan pertumbuhan udang

untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal (Ghufron et al., 2018).

Monitoring kualitas air meliputi:

 Salinitas

Udang vaname membutuhkan salinitas 15-25 ppt (Malik, 2014).

 pH

Menurut Malik (2014), pH air tambak yang ideal untuk pembesaran udang

vaname yaitu 7,5-8,5.

 Alkalinitas

Menurut Kilawati dan Yunita (2014), nilai alkalinitas yang optimal untuk

pemeliharaan udang vaname yaitu 100-150 ppm.

 Suhu

pernyataan Kharisma dan Manan (2012) bahwa suhu optimal yang

diperlukan oleh udang vaname yaitu berkisar antara 28-32 °C.

 Kecerahan

Menurut Malik (2014), kecerahan optimal air tambak yaitu sekitar 20-

40 cm.

2.6 Analisa Usaha

2.6.1 Biaya Investasi

20
Investasi (modal) adalah sesuatu yang digunakan untuk

mendirikan dan menjalankan usaha budidaya udang vaname.Modal

dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan sumbernya yaitu modal sendiri

dan modal luar. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pendiri

usaha dan tidak terdapat bunga pinjaman, sedangkan modal luar atau

disebut modal pinjaman adalah modal yang bersumber dari luar usaha,

misalnya bank, koperasi, dan sebagainya. Modal yang bersumber dari

luar tersebut memiliki bunga pinjaman terutama bank, pendiri usaha

harus mengembalikan modal tersebut dalam jangka waktu yang sudah

ditentukan sesuai dengan perjanjian awal peminjaman (Ulumiah et al., 2020).

2.6.2 Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang tidak berpengaruh terhadap volume

produksi yang dihasilkan, dikarenakan biaya tersebut sudah dilakukan

pembayaran di awal produksi. Biaya tetap rata-rata dapat diketahui

dengan cara membagikan antara biaya tetap total dengan total produksi

yang dihasilkan. Biaya tetap adalah hasil dari perkalian antara biaya

tetap dengan banyaknya input (Ulumiah et al., 2020).

2.6.3 Biaya tetap

Biaya variabel adalah biaya yang berubah sesuai dengan jumlah

produksi yang dihasilkan, apabila jumlah produksi meningkat maka biaya

variabel juga akan meningkat dikarenakan biaya tersebut sangat erat

kaitannya dengan jumlah produksi yang dihasilkan oleh suatu usaha,

dapat dirumuskan jumlah biaya variabel diperoleh dari biayavariabel

dikalikan banyaknya unit (Ulumiah et al., 2020).

2.7 Panen

21
Panen adalah suatu kegiatan pengambilan hasil yang dilakukan setelah

proses pemeliharaan udang.. Panen parsial bertujuan untuk mengurangi

populasi udang pada petakan, sehingga diharapkan udang yang belum

dipanen akan memiliki produktifitas yang lebih baik. Panen parsial pada pada

DOC 63 dan pada DOC 62. Panen dilakukan menggunakan jala, tanpa

mengurangi volume air petakan (Lusiana et al., 2021).

Pemanenan udang terutama udang vannamei dilakukan dengan 2 cara,

yakni panen parsial dan panen total.

1. Panen parsial yaitu Panen parsial adalah metode panen sebagian

biomassa udang pada saat kegiatan operasional budidaya sedang

berlangsung.

2. Panen total adalah panen keseluruhan. Panen ini biasanya dilakukan

setelah kegiatan pembesaran selesai. panen normal biasanya akan

dilakukan pada saat umur sudah mencapai 100 hari keatas atau dengan

berat tertentu.

2.8 Pasca Panen

Udang hasil panen dilakukan penanganan dengan baik, dimana udang dari

tambak dilakuakn pencucian dan kemudian ditempatkan dalam palkah yang

sudah ada es batu, sehingga mutu udang tetap terjaga.

2.8.1 Pemasaran

Pemasaran dilakukan setelah pemanenan dilakukan. Pemasaran ini bisa

dilakukan dengan cara menjual langsung ke konsumen (masyarakat), atau

bias juga dilakukan dengan cara melakukan kerja sama dengan instansi

udang, seperti perusahan atau pasar yang menampung udang vannamei.

22
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktik kerja lapang ini dilaksanakan di tambak milik Pak Soni di Desa

Suak geudeubang Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh barat. Praktik ini

dilaksanakan pada tanggal 03 Juni sampai dengan 30 Juni 2022

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei

dengan mengambil ilmu pelajaran dari pengalaman-pengalaman para

pimpinan disana serta dapat mengaplikasikan nya dikemudian hari.

Penentuan lokasi pada penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive).

Neuman W Lawrence (2003) menyatakan penelitian survei adalah penelitian

kuantiatif. Dalam penelitian survei, peneliti menanyakan ke beberapa orang

(responden) tentang keyakinan, pendapat, karakteristik suatu obyek dan

perilaku yang telah lalu atau sekarang. Metode Penelitian survei berkenan

dengan pertanyaan tentang keyakinan dan perilaku dirinya sendiri.

3.3 Metode pengumpulan data

Berdasarkan dari hasil penelitian yang penulis teliti, maka jenis dan

teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data, yang diperoleh dari hasil wawancara

langsung dengan petani tambak udang vanamei yang ditetapkan

sebagai responden dengan menggunakan instrumen penelitian berupa

23
kuesioner dan hasil pengamatan langsung kelapangan.

2. Data sekunder

Data Sekunder adalah sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya kondisi geografis

lokasi penelitian, keadaan demografi, keadaan sosial ekonomi

masyarakat, dan literatur-literatur studi pustaka melalui dokumen,

publikasi dari instansi terkait serta data-data lain yang berkaitan

dengan penelitian yang diteliti tersebut agar sesuai dengan tujuan

yang di harapkan dalam penelitian.

3.3 Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan dalam kegiatan pembesaran di tambak udang

cot paya adalah sebagai berikut :

 Persiapan Lahan

 Persiapan Air

 Penebaran Benur

 Manajemen Kualitas Air

 Manajemen Pakan

 Pencegahan Hama dan Penyakit

 Panen

24
IV. TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL

4.1 Letak Geografis

Tambak Udang Vannamei milik Bapak Soni berlokasi di desa Suak

Geudeubang Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Yang berada pada

posisi 4°15'37.2"N 95°58'33.3"E Tambak ini berdiri diatas lahan seluas 800 m.

Yang berbatasan langsung dengan :

Utara : rumah makan sederhana suak geudeubang

Timur : pantai suak geudeubang

Selatan : tambak pembesrana udang milik bupati Aceh Barat

Barat : jalan lintas calang-meulaboh

Tambak milik Bapak Soni ini terdiri dari 8 petak produksi, 2 petak

tandon,, 1 rumah, 1 gudang pakan, dan 1 gudang peralatan. Suhu yang

berada pada lokasi tambak Bapak Soni berkisar antara 25-30℃. Air yang

dimanfaatkan adalah air yang berasal dari air laut lepas pantai Suak

Geudeubang yang di endapkan di petak di tandon area kolam.

Gambar 3. Letak geografis tambak

25
4.2 Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja

Berikut merupakan struktur organisasi yang ada pada tambak

udang Vannamei milik Bapak Soni yang berada di desa Suak Geudebang,

kecamatan Samatiga, kabupaten Aceh Barat.

PEMILIK USAHA
SONI

PENANGGUNG MEKANIK
JAWAB
VOVAL QADAFI
ABI PRIMA

ANGGOTA:
1) Muslim
2) Noris
3) Riski
4) Firdaus

3.4 Visi Misi Usaha

1. Visi tambak

Visi tambak budidaya udang vannamei milik Bapak Soni adalah dapat

memajukan tambak udang vannamei tersebut dengan teknik terbaik

dan dapat berdaya saing yang tinggi.

2. Misi tambak

Misi berdirinya tambak antara lain:

1. Dapat meningkatkan hasil panen dan dapat meminimalisisr

penggunaan pakan.

2. Lebih mengutamakan mutu serta kualitas yang baik.

26
V. SARANA PEMBESARAN UDANG VANNAMEI

5.1 Sarana Pokok

Sarana pokok adalah sarana yang wajib tersedia dalam proses

budidaya, jika sarana pokok tidak terpenuhi maka proses kegiatan budidaya

tidak akan terjalan dengan efisien. Berikut beberapa sarana pokok yang harus

tersedia dalam proses pembesaran Udang Vannamei di tambak milik Bapak

Soni :

a. Saluran pemasukan air (Inlet)

Di tambak intensif udang vannamei udang vannamei milik Bapak Soni,

saluran pemasukan air berasal dari laut pantai Suak Geudebang yang di

endapkan di bak tandon dengan menggunakan pipa 4 inchi. Adapun saluran

pemasukan (inlet) dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4. Saluran pemasukan air (Inlet)

27
b. Saluran pembuangan air (Outlet)

Saluran pembuangan air berfungsi untuk pengeluaran air pada saat

pemanenan dan pada saat pergantian air. Sarana pembuangan ini

menggunakan pipa 4 inchi dan dilengkapi dengan saringan. Adapun saluran

pembuangan (Outlet) dapat di lihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 5. saluran outlet

c. Petak Pembesaran Udang

Petak pembesaran Udang Vannamei di tambak Bapak Soni berjumlah 8

(delapan) petak produksi, dan secara keseluruhan merupakan tambak

intensif. Yang masing masing berisikan benur sejumlah 187.500 ekor

28
Gambar 6. Petak produksi

d. Pematang

Pematang kolam dibuat untuk menahan massa air yangada di dalam

kolam agar tidak keluar dari dalam kolam. Oleh Karena itu jenis tanah yang

digunakanuntuk membuat pematangkolam harus kompakdan kedap air

sertatidak mudah bocor.

e. Fasilitas Tambak

Fasilitas tambak merupakan sarana pokok yang harus tersedia di tambak.

Adapun beberapa fasilitas tambak yang ada di lokasi Tambak Budidaya

Udang Vannamei Bapak Soni adalah sebagai berikut:

1. Kincir

Pada budidaya udang vannamei secara intensin keadaan kincir sangat

diperlukan. Adapun fungsi-fungsi kincir sebagai berikut:

 Membantu difusi oksigen

 Mengumpulkan sedimen limbah tambak di tempat tertentu

 Membantu perlakuan dalam kolam lebih merata

 Mencegah terjadinya statifikasi di peairan

 Mengumpulkan kotoran udang dan sisa-sisa pakan

ketengah dasar kolam

29
Gambar 7. Kincir (Paddle Wheel)

2. Mesin Pompa

Pompa adalah alat yang berfungsi untuk membantu pemasukkan air

dan pengeluaran air pada saat pemeliharaan udang Vannamei maupun

pada saat pemanenan udang dilakukan.

Gambar 8. Mesin Pompa

3. Mesin Genset

Genset merupakan alat bantu untuk pembesaran udang vannamei,

fungsi utama genset adalah untuk menggantikan listrik PLN yang mati,

30
dengan adanya genset ini maka dapat membantu sebagai alat

pembangkit tenaga listrik. Jumlah genset yang terdapat pada tambak

milik Bapak Soni berjumlah 1 unit.

Gambar 9. Mesin genset

4. Anco

Anco adalah alat yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya udang

yang memiliki fungsi untuk mengecek kesehatan dan tingkat

pertumbuhan udang, serta dapat mengontrol pakan udang yang di

berikan melalui cek anco. Anco yang digunakan di tambak Bapak Soni

berbentuk bulat yang terbuat dari jaring dengan mata jaring 1mm.

Anco yang digunakan dalam satu petak produksi berjumlah 2 (dua) unit

yang di pasang pada setiap sudut tambak.

31
Gambar 10. Anco

5. Timbangan

Timbangan berfungsi sebagai alat ukur berat pakan yang akan

ditebar pada petak produksi. Serta dapat menimbang pakan anco yang

akan ditebar. Timbangan yang di gunakan di tambak milik Bapak Soni

yaitu timbangan digital.

Gambar 11. Timbangan pakan

4.2 Sarana Penunjang

Sarana penunjang adalah sarana yang dibuhkan dalam menunjang

kegiatan budidaya udang. Berikut beberapa contoh sarana penunjang yang

terdapat di tambak budidaya udang vannamei milik Bapak Soni adalah

sebagai berikut : seser, serok, minyak solar, pipa, bahan fermentasi, jaring

jala, jaring panen, bahan kultur probiotik, oil, kabel listrik, tali, cangkul, selang,

dan lainnya.

4.3 Sarana Pelengkap

32
Sarana pelengkap adalah sarana yang dibutuhkan untuk melengkapi

suatu kegiatan budidaua udang vannamei. Berikut ini beberapa contoh sarana

pelengkap yang terdapat di tambak budidaya Udang Vannamei milik Bapak

Soni.

Tabel 4. Jenis bangunan yang ada di tambak

No Jenis Bangunan Ukuran Jumlah

1 Rumah 7m x 6m 2 unit

2 Kamar mandi dan WC 2m x 2m 1 unit

3 Gudang peralatan 8m x 6m 1 unit

4 Gudang Pakan dan pupuk 8m x 6m 1 unit

33
VI. KEGIATAN PEMBESARAN UDANG VANNAMEI

6.1 Persiapan Tambak

6.1.1 Pembersihan dan Pengeringan Tambak

Pembersihan tambak dilakukan untuk membersihkan sisa-sisa

produksi udang vannamei sebelumnya, dan membersihkan kotoran.

Pembersihan dilakukan dengan menyikat terpal kolam dengan menggunakan

sikat. Pengeringan dilakukan untuk menguapkan zat-zat beracun NH 3 dan H 2

S. Apabila pengeringan tambak tidak dilakukan maka akan berdampak fatal

untuk siklus selanjutnya. Waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan dasar

tambak tergantung panas dari sinar matahari.

34
Gambar 12. Pembersihan tambak

6.1.2 Pengisian Air Tambak

Pemasukan air dilakukan setelah persiapan lahan siap. Air yang

dimasukkan berasal dari air laut yang di pompa kemudian di endapkan pada

petak tandon dengan menggunakan pipa 4 inchi. Waktu yang tepat untuk

memasukkan air ke dalam petak produksi pada pagi hari, dengan ketinggian

air berkisar 80-120 cm. Setelah pemasukan air barulah air mulai dilakukan

berbagai tritment untuk memberantas hama dan penyakit dan juga untuk

menumbuhkan plankton. Beberapa bahan probiotik yang digunakan untuk

perlakuan air pada tambak udang vannamei milik Bapak Soni adalah sebagai

berikut:

1. Kaporit

Penebaran kaporit dilakukan untuk menetralisasikan air dari virus

dengan dosis yang digunakan 4-6 ppm dengan ketinggian air 120 cm dengan

luas tambak 1600m². Setelah penebaran kaporit selang waktu 2 hari maka

dilakukan penebaran fermentasi dari campuran dedak dan ragi sebanyak 2 kg

35
yang ditebar pada petak produksi guna untuk menumbuhkan plankton di

dalam petak tambak.

6.1.4 Pemasangan kincir

Pemasangan kincir pada tambak Udang Vannamei sangatlah penting

guna untu membantu difusi oksigen pada udang vannamei. Penempatan

kincir juga harus disesuaikan pada titik-titik yang telah disesuaikan. Pada

tambak Udang Vannamei milik Bapak Soni kincir di pasang 6 buah dengan

jarak kincir 5-10m² dengan luas petak produksi 1000m².

Gambar 13. Pemasangan kincir

6.2 Penebaran Benur Udang

1. Sumber Benur

Sumber benur yang akan di tebar ditambak udaang Vannamei milik

Bapak Soni adalah benur dari Hatchery yang berasal dari Bireun dengan

ukuran benur PL 10. Benur yang ditebar adalah benur yang meiliki kualitas

yang baik dengan ciri-ciri benur antar lain:

- Antena lengkap

- Usus penuh dengan makanan

36
- Sirip ekor (uropoda) membuka

- Otot ekor bewarna jernih

- Berenang aktif

- Ukuran benur seragam

- Benur berenang menyebar dan tidak bergerombolan.

2. Padat tebar benur

Padat tebar benur dapat dilakukan pada tambak milik Bapak Soni dapat

di tentukan melalui luas petak tambak dan jumlah benur yang akan ditebar.

Adapun rumus untuk perhitungan padat tebar benur ialah sebagai beriku:

Jumlah benur yang diebar (ekor)

Padat tebar benur = Luas tambak (m2)

(ekor/m2)

200.000 (ekor)

Padat tebar benur = 1000 (m2)

= 200 ekor/m2

Pada petak tambak 3 milik Bapak Soni benur yang ditebar sebanyak

200 ekor/m² dengan luas petak kolam 1000 m2 Benur yang ditebar berasal

dari Bireun dengan kualitas benur top.

3. Aklimatisasi

37
Sebelum penebaran benur dilakukan terlebih dahulu dilakukan proses

aklimatisasi pada benur udang. Aklimatisasi adalah suatu proses penyesuaian

benur terhadap lingkungan hidup yang baru. Tujuan dilakukannya aklimatisasi

pada benur udang agar udang tidak stress dan mengakibatkan kematian pada

saat dipindahkan ke lokasi hidup yang baru. Aklimatisasi dilakukan dengan 2

tahap yaitu:

 Tahap 1 (Aklimatisasi suhu) : Dilakukan dengan cara menempatkan

kantong benur di atas permukaan air selamat 10-15 menit atau sampai

suhu dalam kantong plastik benur dengan suhu air pada tambak sama.

Hal ini ditandai dengan adanya gelembung (embun) air menempel pada

bagian atas packing.

 Tahap 2 (Aklimatisasi salinitas dan parameter) : Dilakukan dengan cara

membuka ikatan kantong (packing) satu persatu, kemudian memasukkan

air tambak sedikit demi sedikit kedalam plastik packing sampai parameter

air nya sama. Hal ini ditandai dengan keluarnya benur dengan sendirinya

saat kantong plastik dimiringkan.

Gambar 14: Aklimatisasi

38
6.3 Pemberian pakan

Pakan merupakan unsur terpenting yang sangat berpengaruh

secara langsung bagi pertumbuhan udang. Dalam budidaya udang vannamei

biaya untuk pengadaan pakan adalah biaya terbesar dari total biaya produksi.

Pemberian pakan pada udang vannamei dilakukan 3 (tiga) kali dalam sehari

yaitu dipagi hari pada pukul 06:00 disiang hari pada pukul 12:00, disore hari

pada pukul 17:00. Namun jumlah pemberian pakan ini masih dapat bertambah

hingga total pemberian pakan mencapai angka 10 ( sepuluh ) kali dalam

sehari di jam-jam yang telah di tentukan di majemen pakan tambak Bapak

Soni dengan Pakan yang digunakan adalah pakan merek ARGOKING

(OGEN/AMFI) (0,1,3A,3B,3C,4).

Tabel 5. Program pemberian pakan

Kode pakan Pemberian pakan


Ukuran pakan
(%berat tubuh)

OGEN 1 Crumble 0.5 x 1.0 mm 0.1 -1.0

OGEN2 Crumble 1.0 – 1.5 mm 1.0 – 3.0

OGEN3A Pellet 1.2 x 2.5 mm 3.0 – 6.0

OGEN3B Pellet 1.8 x 2.5 mm 6.0 – 14.0

OGEN3C Pellet 2.0 x 3.0 mm 14.0 -20.0

OGEN 4 Pellet 2.0 x 4.0 mm > 20.0

Tabel 6. Analisa Nutrisi pakan

Kandungan Kadar Jumlah

Protein - 34-36%

Lemak Min 5%

Serat Maks 3%

39
Abu Maks 12%

Kadar air Maks 12%

6.4 Sampling

Sampling adalah metode yang dilakukan untuk mengamati pertumbuhan

udang serta mengetahui nilai ABW, ADG, Biomassa, Populasi, SR, MR, dan

Size. Pada tambak budidaya udang vannamei milik Bapak Soni sampling

pertama dilakukan pada umur udang 40 hari dan sampling kedua dilakukan

7(tujuh) hari kedepan setelah sampling pertama. Kegiatan ini dilakukan agar

dapat mengetahui pertumbuhan udang pada setiap harinya. Pada saat

melakukan sampling sebaiknya dilakukan pada saat suhu masih rendah yaitu

di pagi hari atau sore hari agar udang tidak terjadi keram atau stress. Alat

yang digunakan pada saat sampling berupa jala, timbangan, ember, dan

keranjang.

Adapun rumus serta perhitungan untuk mengetahui

ABW,ADG,Biomassa, Populasi, SR, MR, dan Size adalah sebagai

berikut:

jumlah berat udang yang tertangkap( gram)


ABW =
jumlah udang yang tertangkap ( ekor )

ABW II – ABW I ( Gram )


ADG=
selisih waktu antara sampling I dengan sampling II ( Hari )

¿ jumlah udang yang tertangkap (ekor )


x 1000
jumlah berat udang yang tertangkap(gram)

F / D ( Kg)
Biomass= x 100
FR

40
Populasi = biomass

ABW

Populasi(ekor)
SR= x 100 %
jumlah udang yang ditebar (ekor)

jumlah udang yang ditebar −populasi (ekor)


MR= x 100 %
jumlah udang yang ditebar (ekor )

6.5 Pengelolaan kualitas air

Pengelolaan kualitas air adalah proses untuk menjaga keadaan air agar

tetap stabil. Dalam pengelolaan kualitas air di tambak milik Bapak Soni

dengan menggunakan super NB, fermentasi, serta dilakukannya proses

penyiponan pada dasar tambak guna untuk membuang sisa pakan serta sisa

feses/kotoran udang didasar kolam yang bertujuan agar tidak terjadi gas

beracun pada area central tambak.

a. Kultur probiotik

Kultur probiotik adalah suatu proses menumbuhkan atau memperbanyak

jenis bakteri yang menguntungkan bagi udang. Berikut beberapa kultur

probiotik yang digunakan pada tambak udang vannamei milik Bapak Soni

yaitu:

1. Fermentasi dedak padi

Fermentasi adalah metode dalam pertumbuhan bakteri pada udang.

Dapat membantuk dalam proses moulting pada udang dikarenakan didalam

fermentasi dengan menggunakan dedak padi dan ragi juga memiliki

41
kandungan bakteri berupa bacilus sp, thobacilus sp, aerobakteri, lactobacilus

achidophilus, latobacilus faraginis, dan lactobacilus ferment.

Gambar 15. Fermentasi dedak padi dan ragi

6.6 Monitoring pertumbuhan dan kesehatan udang

Pengamatan kesehatan udang sangat perlu dilakkan untuk mengetahui

kondisi kesehatan udang setiap harinya. Pada tambak Budidaya Udang

Vannamei milik bapak Soni salah satu pengamatan pertumbuhan udang

dilakukan dengan pengontrolan pakan udang di anco, Pengecekan ini di

anggap bisa mewakili kondisi pertumbuhan keseluruhan udang di dalam petak

tambak. Selain itu, Pertumbuhan udang vannamei di Tambak milik Bapak

Soni juga rutin dilakukan monitoring penyakit yang didatangkan langsung dari

pihak Laboratorium, Dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya penyakit

yang menyerang udang vannamei seperti penyakit TSV(Tauma Sydrome

Virus), WSSV(White Spot Syndrom Virus), IMNV(Infectious Myonecrosis

Virus), Dan EHP(Entorocytozoon Hepatopenaei).

Tabel 7. Hasil pengecekan kualitas air

Jenis Pengecekan Jumlah

42
Alkalinitas 72

Salinitas 27

Suhu 25,9℃

pH 7,5

6.7 Penanganan hama dan penyakit

 Hama

Hama adalah organisme yang bisa merusak kelangsungan hidup bagi

udang yang dipelihara, hama dalam budidaya perikanan terbagi menjadi 3

bagian yaitu sebagai berikut:

1. Hama penyaing (kompetitor)

Hama penyaing adalah hama yang bersifat menyaingi seperti Do,

pakan, dan ruang lingkup, contoh hama penyaing seperti udang liar, siput,

ikan-ikan liar, dan lainnya. Untuk mengatasi hama penyaing dapat dilakukan

memberantas hama tersebut sebelum di lakukan penebaran seperti

penebaran kapur sulfat dan saponin. Dan tidak lupa pula pada saat

pemasukkan air sebaiknya pipa pemasukan air diberi saringan dengan mata

jaring 1 mm.

2. Hama pemangsa (predator)

Hama pemangsa adalah hama yang bersifat memangsa biota yang

dipelihara dan juga membawa virus-virus. Contoh hama pemangsa seperyi

burung, ikan-ikan karnivora, dan biawak.Untuk mengatasi hama pemangsa ini

dengan cara pemasangan biosecurity seperti CPD (Crab Protection Device)

untuk didarat, Bsd (Birrd Scaring Device) dan saringan yang dipasang pada

pipa pemasukan air.

43
3. Hama perusak

Hama perusak adalah hama yang bersifat merusak aera tambak pada

bagian pematang, anjungan anco, anjungan tebar, anjungan sampling/panen.

Contoh hama perusak adalah kepiting.

 Penyakit

Penyakit merupakan salah satu kendala dala produksi udang vannamei,

sumber datanya penyakit bisa dari mana saja seperti dari pakan, manusia,

udara, dan air. Adapun penyakit yang sering menyerang udang vannamei

seperti WSS (White spot syndrome virus), TSV (Taura syndrome virus), IMNV

(Infectious myonecrosis virus), EHP (Entrocyozoon hepatopenaei). Untuk itu

perlu dilakukannya penanganan pada udang agar terhindar penyakit tersebut,

dengan cara melakukan pengecekan pada udang di Laboratorium untu

mengetahui ada tidaknya penyakit yang terdeteksi pada udang.

6.7 Permasalahan budidaya udang vannamei

Permasalahan yang dihadapi pada budidaya udang vannamei di tambak

milik Bapak Soni adalah sebagai berikut :

1. Cuaca

Faktor cuaca yang tidak bisa diprediksikan menjadi masalah dalam

proses budidaya, cuaca yang mendung dan hujan terus menerus tidak baik

bagi pembesaran udang, dikarenakan pertumbuhan plankton tidak stabil

sehingga udang kekurangan pakan alami. Namun jika cuaca panas dalam

berkepanjangan maka akan mengakibatkan blooming plankton pada dasar

kolam dan menyebabkan air berubah warna dan dapat mengeluarkan bau

yang tak sedap. Selama ini untuk mengatasi permasalahan tersebut para

pekerja hanya menggunakan kapur dolomite di saat hujan dan pembuangan

44
buih plankton mati guna untuk meminimalisir tumbuhnya beberapa jenis

penyakit akibat dari terjadinya blooming plankton.

Gambar 16. blooming plankton

2. Kurangnya fasilitas penunjang pada tambak Budidaya Udang Vannamei

milik Bapak Soni seperti alat pengecekan kualitas air dan alam

pengangkutan pada udang. Sehingga hal ini dapat menghambat dalam

proses monitoring pertumbuhan udang Vannamei.

6.9 Panen

Panen merupakan tahap akhir dari rangkaian proses budidaya udang

vannamei di tambak. Setelah masa pemeliharaan udang selama 120 hari

maka udang siap untuk dipanen. Waktu yang tepat untuk proses pemanenan

udang adalah di pagi hari. Proses pemanenan udang vannamei di bagi

menjadi 4 yaitu:

1. Panen parsial

Panen parsial adalah panen yang dilakukan dengan tujuan

mengurangi jumlah kepadatan udang dalam suatu tambak. Panen ini juga

45
bertujuan untuk menaikan size dan ABW pada udang. Panen parsial

sebaiknya dilakukan pada udang saat berumur 60 ke atas sebanyak 25-30%

dari biomassa udang. Panen parsial dilakukan minimal 1 kali, panen partial

ulang dilakukan tergantung pada peningkatan biomassa udang di kolam.

2. Panen total

Panen total adalah panen yang dilakukan jika umur ABW, Biomassa,

dan Size pada udang sudah mencapai target yang diinginkan. Panen ini

menghabiskan seluruh udang yang ada didalam tembak untuk dipasarkan.

3. Panen abnormal

Panen abnormal adalah panen yang hampir menyerupai panen

normal, akan tetapi panen abnormal dilakukan karena terjadi kematian

(mortalitas) di atas 100 ekor/hari selama tiga hari berturut-turut menjelang

waktu panen.

4. Panen emergency

Panen emergency adalah panen yang tidak direncanakan karena udang

terinfeksi virus dan terjadi kematian setiap harinya yang disebabkan oleh

tanggul bocor, listrik padam, dan kincir mati lebih dari 1 jam. Apabila udang

tidak dipanen maka akan terjadi kematian massal.

6.8 Pemasaran

Proses pemasaran dilakukan setelah proses penyortiran,

penimbangan, dan pengemasan. Pada tambak budidaya udang vannamei

milik Bapak Soni biasanya untuk proses pemasaran dilakukan dengan

mengangkut udang yang telah dipanen dan dijual langsung dengan

pagen/pembeli tetap yang datang dari sumatera utara dengan menggunakann

truk pengangkut.

46
VII. ANALISA USAHA

6.1. Biaya Investasi

Dalam menjalankan suatu usaha yang sangat penting diperlukan adalah

modal. Modal merupakan dana awal dalam pembentukan suatu usaha. Untuk

itu biaya investasi dikeluarkan di tambak budidaya udang vannamei milik

Bapak Soni yang berlokasi di Desa Suak Geudeubang Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat adalah sebagai berikut :

6.1.1 Biaya Tetap

Tabel 8. Alat yang digunakan dalam pembesaran udang vannamei

47
NNo Alat Jumlah Harga Total Umur Biaya
satuan harga(Rp) ekonomis penyusuta
(Rp) ( tahun) n (Rp)
Volume Satuan
1. Mess tempat Unit 10 15.000.000
tinggal+ Gudang 2 75.000.000 150.000.000
pakan
2. Unit 10 3.800.000
1 38.000.000 38.000.000
Genset
3. 2 Unit 11.000.000 22.000.000 10 2.200.000
pompa celup
4. Kincir 6 Unit 6.500.000 39..000.000 5 7.800.000

5. terpal HDPE 1000 Meter 22.000 22.000.000 8 2.750.000


6. Timbangan digital 1 Unit 1.200.000 1.200.000 1 1.200.000
7. Refraktometer 1 Unit 1.000.000 1.000.000 5 200.000
8. Jala 1 Buah 800.000 800.000 2 400.000
9. Ember 2 Buah 95.000 190.000 1 190.000
10. Gayung 2 Buah 10.000 20.000 1 20.000
11. Anco 2 Buah 45.000 90.000 2 45.000
12. pipa 4 inchi 2 Buah 325.000 650.000 5 130.000
13. Buah 1 500.000
pH meter 1 500.000 500.000
Total Biaya Investasi 274.450.000 34.055.000

Biaya Tidak Tetap

Tabel 9. Biaya tidak tetap

No. Bahan Jumlah Harga Total Harga


satuan
Volume Satuan (Rp)
(Rp)
200.000 Ekor 75 15.000.000
1 Benur
Pakan 4000 Kg 15.000 60.000.000
2
3 Dedak 50 Kg 4.000 200.000
4 Ragi 2 Kg 50.000 100.000

48
5 Kapur kaptan 200 Kg 3.800 760.000
6 Kapur HDL 200 Kg 4.000 800.000
7 Kapur active 100 Kg 4.000 400.000
8 Probac 1 Kg 150.000 150.000
9 Lactobac 1 Kg 215.000 215.000
10 Nitrobac 1 Kg 300.000 300.000
11 Thiobac 1 Kg 300.000 300.000
12 Vitamineral 1 Kg 205.000 205.000
13. Biovit 1 Kg 360.000 360.000
14. San 02 1 Kg 75.000 75.000
15. KaporitCTCA 90% 25 Kg 37.000 925.000
16. Molase 25 Liter 11.000 275.000
17. Suemegs/mineral 1 Karung 250.000 250.000
18. Alsit Tom 1 Karung 250.000 250.000
19. Anti Vibrio 1 Bungkus 300.000 300.000
20. Saponin 1 Karung 450.000 450.000
21. Cupri Sulfat 1 Kg 130.000 130.000
Total Biaya produksi 81.445.000

6.3. Total biaya produksi

Tabel 10. Total biaya produksi

No Jenis Jumlah Harga Total


satuan
Volume Satuan Harga (Rp)
(Rp)
1. Penyusutan / biaya - - - 34.055.000
tetap
2. Listrik 120 Hari 218.000 26.250.000

3. Uang Makan 4 Bulan 4.500.000 18.000.000

4. Gaji Karyawan 4 Bulan 10.000.000 40.000.000

5. Biaya tidak tetap - - - 81.445.000

Total Biaya produksi 199.750.000

49
6.4. Total biaya

 Biaya produksi

Toatal biaya produksi = Biaya tetap + Biaya tidak tetap

= Rp.34.055.000 + Rp.81.445.000

= Rp.115.500.000

 Biaya operasional = Biaya produksi + Biaya penyusutan

= Rp.115.500.000 + Rp. 34.055.000

= Rp.149.555.000

6.5 Pendapatan/Penerimaan

Hasil Penjualan Persiklus

Hasil penjualan persiklus = Produksi persiklus x rata-rata harga jual

persiklus

= 1 x (85.000 x 3000 kg)

= 1 x 255,000,000

= Rp 255.000.000

Total hasil penjualan persiklus usaha pembesaran udang Vannamei

adalah

50
Rp.255.000.000

6.6 Hasil Analisis

 Keuntungan bersih

Keuntungan bersih = Pendapatan – Biaya opersional

= Rp.255.000.000 – Rp.149.555.000

= Rp. 105.445.000

 Keuntungan kotor

Operatin profit adlah keuntungan usaha budiday ikan yang merupakan

selisih antara pendapatan kotor dengan biaya tidak tetap.

Keuntungan kotor = Pendapatan – Biaya tidak tetap

= Rp.255.000.000 - Rp.81.445.000

= Rp.173.555.000

6.7. Benefit Cost Ratio (B/C Ration)

(B/C Ratio) yaitu perkiraan manfaat yang diharapkan pda waktu

mendatangatau ratio penerimaan dengan seluruh pengeluaran.

B/C Ration = Pendapatan


Total biaya produksi

= Rp 255.000.000
Rp.115.500.000

= 2,20

51
Benefit Cost Ration usaha tambak budidaya udang vannamei milik Bapak

Soni >2 Dengan demikian usaha ini LAYAK untuk di teruskan.

 Break Event Point (BEP) Penjualan

BEP Harga = Total biaya : Jumlah produksi

= Rp 165.695.000 : 3000 Kg

= Rp.55.231.000

= Rp.55.000/kg

 Break Event Point (BEP) Satuan

BEP Satuan = Total biaya : Harga jual perkilogram

= Rp. 165.695.000 : Rp.55.000,

= 3,012.63 = 3 Ton

 Payback Periode (PP)

Payback priode (tahun) = Biaya investasi (Rp) x 1 tahun


Keuntungan (Rp)

= Rp. 274.450.000 x 1 tahun


Rp. 105.445.000

= 2,6 Tahun

52
Jadi lama waktu yang diperlukan untuk kembali modal (payback periode)

adalah 2,6 tahun.

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di tambak milik Bapak Soni

yang berlokasi di Desa Suak Geudeubang Kecamatan Samatiga Kabupaten

Aceh Barat, dapat disimpulkan:

53
1. pemeliharaan udang vannamei dengan sistem intensif dimulai dari taahap

penjemuran kolam, pencucian kolam, pemberian kaporit, pemberian

probiotik, proses pemeliharaan, pemberian pakan, sampai proses

pemanenan yang dilakukan secara bertahap.

2. Metode pembesaran yang diterapkan pada tambak adalah secaara intensif

yang memiliki perlakuan rutin dan dengan padta tebar ang cukup tinggi.

3. Proses penjualan udang vannamei sendiri dilakukan dengan menjual hasil

budidaya udang vannamei kepada agen tetap yang didatangkan langsung

dari sumatera utara dengan harga yang sudah disepakati bersama.

7.2 Saran

Dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di tambak Bapak Soni

diharapkan agar usaha budidaya pembesaran udang vannamei ini temoat

penyimpanan / gudang yang lebih besar guna tempat penyimpanan pakan

dan segala jenis pupuk dan kapur agar tidak terkena air hujan saat hujan

turun.. Serta diharapkan agar alat dan bahan yang dibutuhkan lebih terpenuhi

guna untuk penunjang proses keberhasilan dalam usaha budidaya udang

vannamei tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Khairul dan Iskandar Kanna (2008). Budidaya Udang Vannamei secara
intensif ,Semi intensif, dan Tradisional, Gramedia Pustaka Jakarta.
Dahlia, D., Hartinah, H., Muslimin, M., Darmawan, D., & Rusli, A. (2021).
Kondisi pengelolaan tambak udang windu di Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan. Agrokompleks, 21(1), 8–17.
HANDAYANI, F. (2020). SISTEM MONITORING DAN KONTROL KUALITAS
AIR PADA BUDIDAYA TAMBAK UDANG VANAME BERBASIS
INTERNET OF THINGS (IoT) DI KOTA REMBANG. Universitas Islam

54
Sultan Agung Semarang.
Hidayat, K. W., Nabilah, I. A., Nurazizah, S., & Gunawan, B. I. (2019).
Pembesaran udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di PT. Dewi Laut
Aquaculture Garut Jawa Barat. Journal of Aquaculture and Fish Health,
8(3), 123–128.
Lama, A. W. H., Darmawati, D., & Wahyu, F. (2020). OPTIMASI PADAT
TEBAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP
UDANG VANAME (Litopenaus Vannamei) DENGAN SISTEM
RESIRKULASI. OCTOPUS: JURNAL ILMU PERIKANAN, 9(1), 48–52.
Lusiana, R., Sudrajat, M. A., & Arifin, M. Z. (2021). MANAJEMEN PAKAN
PADA PEMBESARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI
TAMBAK INTENSIF CV. BILANGAN SEJAHTERA BERSAMA. Chanos
Chanos, 19(2), 187–197.
Mutakin, M., Supono, S., & Adiputra, Y. T. (2019). Kelayakan Usaha Budidaya
Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Di Desa Purworejo,
Kecamatan Pasir SsaktiI Kabupaten Lampung Timur .
Suriawan, A., Efendi, S., Asmoro, S., & Wiyana, J. (2019). Sistem budidaya
udang vaname Litopenaeus vannamei pada tambak hdpe dengan
sumber air bawah tanah salinitas tinggi di kabupaten Pasuruan. Jurnal
Perekayasaan Budidaya Air Payau Dan Laut, 14, 6–14.
Aisyah, Agus M dan Iskandar Kanna, 2008. Budidaya Udang Vannamei
secara intensif, semi intesif dan tradisional, Gramedia Pustaka, Jakarta.
Direktorat Jendral Perikana Budi Daya. 2014. Usaha Pembenihan Udang
Vanname ( Lito Penaeus Vanname) Skripsi Universutas Riau.
Harianto, 1998. Pembersihan Tambak, Pengeringan Tambak, dan Pengisian
Air
Kaligis. 2009, 2018. Tahe dan Suwoyo, 2011. Utojo dan Tangko, 2008.
Williams.2005. Siklus Hidup Udang Vannamei
Adipu, (2019), Andi Sahrijana & Early Septiningsih, (2017), Suwarsih et
al., (2016), Zaqiyah, 2015. Suhu Air Tambak Untuk Budidaya
Udang Vaname.
Adipu (2019), Farchan (2006). Pengelolaan Kualitas Air Pada Budidaya
Udang Vaname
Dzakiy et al., (2017), Liu dkk, (2004). Pengendalian Hama dan Penyakit

Effendie (2000). Budidaya Udang Putih. Penebar Swadaya Jakarta.

Haliman dan Adijaya (2005), Hartina (2017) . Morfologi Udang Vanammei

55
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan di Lokasi Tambak

56
Saluran inlet Peletakan packing benur ke dlm air

Penyiponan Pemberian pakan

Penimbangan pakan Penebaran pakan


Lampiran 3. Perhitungan manajemen pemberian pakan

Luas tambak = 1000 m²


Padat tebar benur = 200.000 ekor

57
DOC = 40 – 47 hari
ABW = I. 4 gram
II. 5;4 gram

SR = Populasi
Jumlah tebar awal
= 170.000
200.000 x100%

= 85%

Biomassa = Jumlah tebar benur x SR x ABW


1000
= 200.000 x 85% x 4 gram
1000
= 680 Kg

Biomassa = Jumlah tebar benur x SR x ABW


1000
= 200.000 x 85% x 5,4 gram
1000
= 918 Kg

Padat tebar = Populasi


Luas kolam

= 170.000 ekor
1000 m2
= 1700 ekor/m²

ADG = ABW II – ABW I


T(hari)
= 5,4 gram – 4 gram
7 hari

58
= 0,20 gram/hari

Biomassa DOC 40 = Populasi x ABW


= 170.000 x 4 gram/ekor
= 680 kg

DOC 47 = Populasi x ABW


= 170.000 x 5,4 gram/ekor
= 918 kg

Populasi DOC 40 = Tebar awal x 85%


= 200.000 x 85%
= 170.000 ekor
DOC 47 = Tebar awal x 85%
= 200.000 x 85%
= 170.000 ekor

Mortalitas DOC 40 = 200.000 – 17.000


= 30.000 ekor = 15%
DOC 47 = 200.000 – 170.000
= 30.000 ekor = 15%

Feeding Rate DOC 40 (3,6%) = biomassa x FR


100
= 680 x 3,6
100
= 24,48 kg/hari

59
Feeding Rate DOC 47 (3,7 %) = Biomassa x FR
100
= 918 kg x 3,7
100
=33,966 kg/hari

Frekuaensi pakan
DOC 40 (F/D 24,48 kg)
Pagi 20% Siang 30% Sore 30% Malam 20%
4,896 kg 7,344 kg 7,344 kg 4,896 kg
Anco Anco Anco -
480 gram 730 gram 730 gram -

DOC47 (F/D 33,966kg)


Pagi 20% Siang 30% Sore 30% Malam 20%
6,7932 kg 10,1898 kg 10,1898 kg 6,7932 kg
Anco Anco Anco -
670 gram 1.100 gram 1.100 gram -

Lampiran 3. Kusioner kegiatan PKL 1

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJODI
ACEH
PROGRAM STUDI TEKNIK BUDIDAYA PERIKANAN

60
SEMESTER 4 (GENAP) T.A. 2021/2022

LAPORAN REALISASI PRAKTIK KERJA LAPANG 1 (PKL-1)

:
Nama Maghfiratul Firdaus
:
NIT 20.3.11.087
:
Perusahaan/instansi Tambak udang milik pak Soni
: Pembesaran udang vannamei secara
intensif di Tambak udang milik bapak
Judul Soni di Desa Suak Geudeubang,
kecamatan Samatiga, Kabupaten Aceh
Barat.

: 1. Annisa'Bias Cahyanurani. MP
Pembimbing
2. Suprihadi S. Pi M. Tr. Pi

Tanda
Hari/
tangan/paraf
No Tanggal Kegiatan
pembimbing
waktu
lapangan
1 2 2 3
Kedatangan ke lokasi PKL 1 di tambak milik pak soni
di Desa Suak Geudeubang, Kecamatan samatiga,
Kabupaten Aceh Barat.

Sabtu/5
1
juni 2022

61
 08:00 - pembersihan bak tandon

 12:00 - istirahat

 14:00 - kembali pembersihan bak tandon


Minggu/6
2  18:00 - penebaran fermentasi dedak
juni 2022
 21:00 - membongkar pakan dari mobil kedalam
gudang pakan sebanyak 8 ton.

 08:30 - Pembersihan bak tandon

 10:00 - Pengapuran bak tandon menggunakan


kapur api dan kapur kaptan
Senin / 7
3
juni 2022  13:00 - Istirahat

 14:30 - pembersihan kolam menggunakan sikat


dari lumut dan kerak sisa penebaran fermentasi
dedak.
 07:00 - Menyipon kolam

 11:00 - Pemasukan air ke dalam bak tandon

 13:00 - Istirahat
Selasa / 8
4  14:00 - Perbaikan pagar agar tidak masuk
juni 2022
binatang ke dalam pekarangan tambak

 16:00 - Pembuatan jaringan serok

 17:00 - Kembali menyipon kolam

5 Rabu / 9  07:00 - Menyipon kotoran di dasar kolam


juni 2022
 09:00 - Menjahit jaringan serok

 10:00 - Pembuatan tali ancho

 12:00 - Istirahat

 13:00 - pembuatan pipa untuk sekat kemasan benur


di atas permukaan

 17:00 - Menyipon kotoran di dasar kolam

 18:00 - Menabur fermentasi dedak ke kolam

62
 20:00 - Mematikan mesin pipa air ke tandon

 09:00 - Pembersihan pematang kolam dari sisa


fermentasi dedak.
Kamis 10
6  12:00 - Istirahat
juni 2022
 14:30 - lanjut pembersihan pematang kolam.

 09:00 - Menyipon kolam

Jum'at 11  12:00 - Istirahat


7
juni 2022
 16:00 - menyipon kolam

 09:00 - Menyipon kolam

 11:00 - Membuat fermentasi dedak


Sabtu/ 12
8
juni 2022  12:00 - istirahat

 16:30 - menyipon kolam

 09:30 - Merebus mulase

 10:00 - Membuat fermentasi


mulase+dedak+ragi+bakteri vibrio+
Minggu /13
9  12:00 - Istirahat
juni 2022
 16:00 - Menabur obat bakteri vibrio

 18:00 - Menabur fermentasi dedak

 09:00 - Menambahkan air laut ke dalam fermentasi


mulase dengan dedak

Senin / 14  10:30 - Perbaikan pagar jaring


10
juni 2022
 13:00 - Istirahat

 14:30 - Lanjut perbaikan pagar

 17:00 - Menabur fermentasi mulase dengan dedak


Rabu / 15 ke kolam sebanyak 5 ember satu kolam
11
juni 2022

63
 10:00 - Pemasangan jaringan ancho

 14:30 - Pembersihan gudang


Kamis / 16
12
juni 2022 16 :00 - Pemasangan ancho ke papan pengecekan
ancho

 09:00 - Pembersihan dasar pematang kolam


Jum'at/ 17
13
juni 2022  15:00 - Pembuatan jaring inlet berisikan arang

 09:00 - Menyipon kolam

 11:00 - Perbaikan pagar yang di rusak binatang


Sabtu / 18
14
juni 2022  14:00 - Menggosok pematang kolam

 17:00 - Menyipon kolam

 09:00 - Menyipon kolam

 11:00 - Merebus molase


Minggu / 19
15
juni 2022  12:00 - Membuat fermentasi molase

 17:00 - Menyipon kolam

 09:00 - menyipon kolam

Senin 20  11:00 - penambahan air ke dalam kolam


16
juni 2022
 17:00 - Menebar fermentasi molase

Selasa /21  10:00 - menghidupkan pompa air


17
juni 2022
 12:00 - Mematikan pompa air
Rabu / 22
18
juni 2022
 16:00 - Pembersihan lingkungan mess, gudang
Kamis / 23  14:00 - perbaikan pagar
19
juni 2022
20 Jum'at/ 24  07:00 - Kedatangan benur top udang vannamei
juni 2022 dari hatcery bireuen

 08:00 - menghitung benur

 10:00 - Menebar benur kedalam kolam

64
 18:00 - Menebar pakan benur berupa pakan alami
jenis Artemia.

 06:00 - pemberian panak benur ukuran Crumble

Sabtu / 25  12:00 - pemberian pakan benur ukuran Crumble


21
juni 2022
 18:00 - pemberian pakan benur ukuranh crumble

Mengetahui Yangbersangkutan
Ketua Prodi TBP taruna/i PKL-1,

Lusiana BR Ritonga, S.Pi., M.P Maghfiratul firdaus


NIP. 19920330 201801 2 004 NIT. 20.3.11.087

65

Anda mungkin juga menyukai