Oleh :
DYAN DENALLA
NIT: 15.3.02.047
Menyetuiui:
Sidoarjo,
Telah Dipertahankan di Hadapan Tim penguji
Uiian Akhir Program Diploma lll
Akademi Perikanan Sidoario
Dan Dinyatakan LULUS
Pada Tanggal :.........
Tim Penguii,
%4
Penguji l, Pengujill,
Mengetahui,
Ketua Junrsan Teknologi Budidaya Perikanan
Politeknik Kelautan dan Perikanan SHoarJo
Il
RINGKASAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
1. Bapak Dr. Muh Hery Riyadi A, S.Pi, M.Si selaku Direktur Politeknik
2. Bapak Mohsan Abrori, S.Pi, M.Si selaku Ketua Program Studi Teknologi
Akhir.
3. Bapak Ir. Moh Zainal Arifin, MP selaku dosen pembimbing I dan Bapak Ir.
Lapangan.
Praktek Akhir.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Ilmiah ini masih kurang
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................... 1
1.2. Maksud danTujuan ........................................................................ 1
1. 2.1. Maksud .............................................................................. 3
1.2.2. Tujuan................................................................................. 3
III. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat KPA................................................................ 29
3.2. Metode KPA.................................................................................. 29
3.3 Sumber Data................................................................................. 29
3.4. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 30
3.5. Teknik Pengolahan Data............................................................... 31
3.6. Teknik Analisis Data...................................................................... 32
v
3.6.1. Data Teknis .....................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................83
LAMPIRAN................................................................................................. 84
vi
[DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii
33. Pengukuran Amonium....................................................................... 64
34. Dinamika NH4 Petak C2 .................................................................... 65
35. Pengukuran NO2 Petak C2................................................................ 66
36. Dinamika NO2 Petak C2 .................................................................... 66
37. Pengkuran Phospat........................................................................... 67
38. Dinamika PO4 Petak C2.................................................................... 68
39. Penyiponan ....................................................................................... 70
40. Pembuangan Klekap......................................................................... 71
41. Jenis Probiotik dan Penebaran.......................................................... 72
42. Penebaran Kapur .............................................................................. 73
43. Sampling Udang Pada Anco ............................................................. 74
44. Proses Sampling ............................................................................... 75
45. ADG Petak C2................................................................................... 75
46. Hama Biawak .................................................................................... 76
47. Panen Parsial.................................................................................... 79
48. Panen Total....................................................................................... 80
49. Pasca Panen..................................................................................... 81
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
x
I. PENDAHULUAN
yang sangat besar, baik perikanan air laut, air payau, maupun air tawar. Saat ini
banyak komoditas perikanan air payau yang mulai menjadi perhatian khusus
2005).
vannamei) merupakan udang introduksi. Habitat asli udang ini adalah di perairan
pantai dan laut Amerika Latin seperti Meksiko, Nikaragua, dan Puertorico. Udang
China, India, Thailand, Bangladesh, Vietnam, dan Malaysia (Amri dan Iskandar,
2008).
penyakit bercak putih (White Spot Syndrome Virus), padat tebar tinggi,
pertumbuhan lebih cepat, memiliki kisaran suhu dan salinitas yang luas. Selain
itu udang vannamei memiliki nilai jual yang tinggi, walaupun belum setinggi
udang windu. Namun budidaya udang ini menjadi perhatian besar bagi para
pembudidaya udang dan pengusaha tamaq bak sebagai salah satu komoditas
yang menjanjikan, baik untuk pasar local maupun internasional (Rufiati 2006).
tujuan dari budidaya udang secara intensif untuk memenuhi kebutuhan pasar
akan udang. Salah satu ciri budidaya udang intensif adalah padat penebaran
kebutuhan pakan, ruang gerak, dan oksigen, yang selanjutnya akan berpengaruh
disebabkan oleh virus, bakteri, parasit maupun jamur seperti TSV, WSSV, Vibrio,
dll. Selain itu, kesalahan dalam mengelola kualitas air juga dapat menyebabkan
Dalam pemeliharaan udang vannamei parameter kualitas air harus berada pada
cukup luas, namun untuk pertumbuhannya, maka kisaran kualitas air optimum
dari komunikasi dengan pihak manager dan teknisi yang mayoritas merupakan
3
Shrimp Farm belum lama berdiri namun telah berhasil dalam mengelola budidaya
udang vannamei secara intensif dan telah mulai berkembang dengan membuka
cabang tambak baru dibeberapa wilayah seperti di Provinsi Jawa Barat dan Jawa
Tengah
1.2.1. Maksud
Maksud dari pelaksanaan Kerja Praktek Akhir ini adalah untuk mengikuti
1.2.2. Tujuan
arthropoda. Ada ribuan spesies di filum ini, namun yang mendominasi perairan
berasal dari subfilum Crustacea. Ciri-ciri crustacea yaitu memiliki tiga pasang
kaki jalan yang berfungsi untuk mencapit, terutama dari ordo Decapoda, seperti
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Panaeidae
Genus : Litopenaeus
dibentuk oleh dua cabang (biramous), yaitu exopodite dan endopodite. Vannamei
memiliki tubuh berbuku - buku dan aktivitas berganti kulit luar atau eksoskeleton
1. Kepala (thorax)
Kepala terdiri dari enam ruas, pada ruas kepala pertama terdapat mata
majemuk yang bertangkai, beberapa ahli berpendapat bahwa mata bertangkai ini
bukan suatu anggota badan seperti pada ruas - ruas yang lain, sehingga ruas
kepala dianggap berjumlah lima buah. Pada ruas kedua terdapat antena I atau
antenules yang mempunyai dua buah flagella pendek yang berfungsi sebagai
alat peraba dan pencium. Ruas ketiga yaitu antena II atau antennae mempunyai
dua buah cabang yaitu cabang pertama (exopodite) yang berbentuk pipih dan
cambuk yang panjang yang berfungsi sebagai alat perasa dan peraba. Tiga ruas
terakhir dari bagian kepala mempunyai anggota badan yang berfungsi sebagai
yang keras dan dua pasang maxilla yang berfungsi sebagai pembawa makanan
2. Dada
Bagian dada terdiri dari delapan ruas yang masing - masing ruas
(ke-5 sampai ke-8) berfungsi sebagai kaki jalan yang disebut pereipoda.
Pereipoda pertama sampai dengan ketiga memiliki capit kecil yang merupakan
3. Perut
Bagian perut atau abdomen terdiri dari enam ruas. Ruas yang pertama
sampai dengan ruas kelima masing - masing memiliki sepasang anggota badan
yang dinamakan pleopoda. Pleopoda berfungsi sebagai alat untuk berenang oleh
karena itu bentuknya pendek dan kedua ujungnya pipih dan berbulu (setae) pada
ruas yang keenam pleopoda berubah bentuk menjadi pipih dan melebar yang
35%, lebih kecil jika dibandingkan udang-udang Asia seperti Penaeus monodon
hingga 45%.
pakan udang antara lain udang kecil (rebon), fitoplankton, cocepoda, polyhaeta,
larva kerang dan lumut. Udang vannamei mencari dan mengidentifikasi pakan
menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran dengan bantuan organ sensor yang
terdiri dari bulu-bulu halus (setae). Organ sensor ini terpusat pada ujung anterior
antenula, bagian mulut, capit, antena, dan maxilliped. Dengan bantuan sinyal
kimiawi yang ditangkap, udaang akan merespon untuk mendekati atau menjauhi
sumber pakan. Bila pakan mengandung senyawa organik, seperti protein, asam
amino, dan asam lemak maka udang akan merespon dengan cara mendekati
a. Habitat
Udang vannamei adalah jenis udang laut yang habitat aslinyaa di daerah
perairan/lautan pasifik mulai dari mexicco, Amerika Tengah dan Selatan. Habitat
udang vannamei usia muda adalah air payau, seperti muara sungai dan pantai.
Semakin dewasa udang jenis ini semakin suka hidup di laut. Dalam hidupnya
udang dewasa mencapai umur 1,5 tahun. Di dalam kondisi budidaya, udang
vannamei hidup mendiami seluruh kolom air, dari dasar hingga lapisan
kebiasaan yang dilakukan oleh udang jenis ini. Dengan demikian para petambak
baik ataukah dalam keadaan kritis sehingga para petambak dapat melakukan
timbul dikemudian hari. Beberapa tingkah laku udang yang wajib diketahui oleh
1. Sifat Nokturnal
pada malam hari. Sifat nokturnal yang dimiliki oleh udang dikarenakan udang
memiliki mata yang besar dan mampu memantulkan cahaya. Selain itu, sifat
2. Kanibalisme
Sehingga udang yang lemah atau yang sedang mengalami moulting akan
semua spesies udang sebagai akibat dari pertambahan ukuran tubuhnya. Pada
udang yang muda proses pergantian kulit akan sering terjadi dibangdingkan
dengan udang yang sudah dewasa. Biasanya pada lingkungan tambak ketika
terjadi bulan purnama atau bulan mati, udang akan melakukan molting secara
9
massal. Pada keadaan tersebut patambak akan mengurangi jumlah pakan yang
karang. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk pertahanan diri sehingga udang
udang yaitu sistem budidaya ekstensif, semi intensif, dan intensif. Menurut
Mujiman dan Suyanto (2002), dari sistem budidaya udang ketiganya memiliki
pada Tabel 1.
Sistem intensif dengan padat tebar yang sangat tinggi sehingga dapat
terutama dalam bentuk butiran, pertukaran air lewat pompa dan fasilitas
pematang dari beton, batu atau tanah yang dipadatkan. Kedalaman air
dipertahankan 1 – 1,5 m dengan air laut yang telah dicampur dengan salinitas 10
10
yang terdiri dari dua atom hidrogen (H) berikatan dengan satu atom oksigen (O).
Secara simbolik air dinyatakan sebagai H2O. Air serta bahan – bahan dan energi
Pengaruhnya terhadap kehidupan yang ada di dalamnya yaitu : (1) dengan sifat
– sifat fisikanya yaitu sebagai medium tempat hidup tumbuh – tumbuhan dan
hewan, dan (2) dengan sifat – sifat kimianya sebagai pembawa zat –zat hara
tumbuhan dengan produksi primernya (Koordi dan Andi, 2005). Menurut Effendi
(2003) kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau
komponen lain didalam air. Pemantauan kualitas air pada perairan umum
1. Mengetahui nilai kualitas air dalam bentuk parameter fisika, kimia dan
biologi.
Tahun 1990.
faktor fisik, kimia dan biologi perairan, dimana parameter tersebut harus dapat
A. Parameter Fisika
secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kualitas air. Suhu air rendah
hingga kurang dari 240C, nafsu makan dan metabolisme udang menurun. udang
akan tumbuh dengan optimal apabila berada antara suhu 26°C – 32°C, jika suhu
lebih dari angka optimum maka metabolisme dalam tubuh udang akan
pergerakan dari air yang bertemperatur rendah menuju temperatur tinggi guna
akan menentukan pertumbuhan optimal apabila udang berada pada suhu rendah
Adijaya, 2005).
tambak udang secara intensif adalah 28,5 - 31,50 ⁰C. Hal ini juga dinyatakan
menurut WWF Indonesia suhu optimum untuk budidaya udang adalah 28 – 32⁰C
suatu perairaan kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan
terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan manakah yang tidak keruh, yang agak
keruh dan yang paling keruh. Air yang tidak terlampaui keruh dan tidak pula
terlampau jernih baik untuk kehidupan biota budidaya. Kekeruhan yang baik
adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad renik atau plankton. Kecerahan
12
yang baik untuk budidaya ikan dan udang adalah 30-40 cm yang diukur dengan
2007).
tambak tersebut. Umumnya tambak yang memiliki warna hijau sudah dapat
pakan alami untuk udang yang dipelihara didalam tambak tersebut. berikut
beberapa jenis warna air tambak yang kemungkinan timbul selama proses
a. Terjadinya Warna Hijau Muda, Merupakan warna air tambak yang lebih
disukai oleh para petambak karena pada kondisi seperti ini lingkungan
tempat hidup udang vannamei lebih stabil. Pada air tambak yang berwarna
b. Warna Hijau Biru sering terjadi pada lingkungan tambak yang memiliki air
tambak dengan tingkat kelarutan bahan organik dan suhu yang tinggi diatas
ambang normal.
c. Warna Hijau Kuning, sering ditumbuhi oleh beberapa alga yang berflagela
alga hijau sehingga menimbulkan warna hijau kekuningan. Kondisi warna air
tersebut tingkat kelangsungan hidup udang sangat rendah yaitu antara 45-
55%.
pemeliharaan. Pada tambak yang memilii air yang berwarna seperti ini
nama kali banjir. Pada kondisi ini air akan dipenuhi oleh zooplankton dengan
B. Parameter Kimia
1. Salinitas, salinitas diperairan tawar < 0,5 ppt, perairan payau antara
0,5-30 ppt dan perairan laut 30-40 ppt. Salinitas air berpengaruh terhadap
tekanan osmotik air (Kordi, 2009). Pada salinitas tinggi Haliman dan Adijaya
penyeimbang tekanan osmosis antara di dalam udang dan di luar udang. Apabila
pertumbuhan.
tambak udang secara intensif adalah 15-25 g/l. Menurut WWF Indonesia salinitas
optimum untuk budidaya udang vannamei adalah 15-25 ppt dengan toleransi 0-
istilah pH. pH yaitu logaritma negatif dari kepekatan ion-ion H- yang terlepas
pada suatu cairan pH= - Log [H+]. Semakin tinggi konsentrasi ion H+, akan
semakin rendah konsentrasi ion OH- dan pH<7, perairan semacam ini bersifat
asam. Hal sebaliknya terjadi apabila konsentrasi ion OH- yang tinggi dan pH>7.
Perairan bersifat alkalis (basa). Semakin banyak CO2 yang dihasilkan dari dari
respirasi, reaksi akan bergerak kekanan dan secara bertahap melepaskan ion
Usaha budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5-9,0
dan kisaran optimal adalah 7,5-8,7 (Kordi, 2009). Sedangkan menurut SNI (01-
15
7246-2006), untuk kisaran pH air yang optimum di tambak udang secara intensif
adalah 7,5 - 8,5. Menurut WWF Indonesia optimum untuk budidaya udang adalah
dalam siklus harian. Pada waktu fajar, konsentrsi oksigen terlarut rendah dan
semakin tinggi pada siang hari yang disebabkan oleh fotosintesis, sampai
mecapai titik maksimal lewat tengah hari. Pada malam hari, saat tidak terjadi
0,2 mg oksigen setiap jam. Biasanya 60-80% dari penurunan oksigen didalam
pernapasan biota air bergantung ukuran, suhu dan tingkat aktivitasnya (Kordi,
optimum untuk budidaya udang secara intensif adalah > 3,5 ppm. Sedangkan
dikenal dengan sebutan acid neutralizing capacity (ANC) atau kuantitas anion
didalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas juga diartikan
Diantara ketiga ion tersebut, bikarbonat paling banyak terdapat pada perairan
Nilai alkalinitas di perairan alami hampir tidak pernah melebihi 50 mg/l (ppm)
CaCO3. Perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai
oleh biota akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi
atau kadar garam natrium yang tinggi. Nilai alkalinitas yang baik berkisar antara
30-500 mg/l CaCO3. Nilai alkalinitas di perairan berkisar antara 5 hingga ratusan
mg/l CaCO3. Nilai alkalinitas pada perairan alami adalah 40 mg/l CaCO3. Untuk
CaCO3. Pada kisaran total alkalinitas kurang atau melebihi dari kisaran tersebut,
pasti optimal jika total alkalinitas air cukup. Hal ini karena masih banyak
5. NO2 (Nitrit) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, lebih
sedikit daripada nitrat, karena bersifat tidah stabil dengan keberadaan oksigen.
Nitrit merupakan bentuk peralihann antara amonia dan nitrat (nitrifikasi) dan
oksigen terlarut sangat rendah (Effendi, 2003). Nitrit (NO2) juga beracun terhadap
merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen
sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari
merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang
penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi
nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter. Kedua jenis bakteri
dari proses kimiawi. Kadar nitrat nitrogen yang lebih dari 0,2 mg/liter dapat
menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat (blooming). Nitrat
amonium adalah bentuk transisi dari amonia. Amonia banyak digunakan dalam
organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat didalam tanah
dan air, yang berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota
akuatik yang telah mati) oleh mikroba dan jamur. Proses ini dikenal dengan
istilah amonifikasi. Di perairan alami, pada suhu dan tekanan normal amonia
berada dalam bentuk gas dan membentuk kesetimbangan dengan gas amonium.
amonia total (NH3 dan NH4.) Amonia bebas tidak dapat terionisasi, sedangkan
amonium (NH4) dapat terionisasi. Amonia bebas yang tidak terionisasi bersifat
18
akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, pH, dan
utama lain yang merupakan penyusunan biosfer karena unsur ini tidak terdapat
akibat proses dekomposisi dan sintesis antara bentuk organik dan bentuk
anorganik yang dilakukan oleh mikroba. Kadar fosfor pada perairan alami
9. Bahan Organik bersal dari tiga sumber utama yaitu alam, sintesis dan
itu, fiksasi karbon oleh bakteri juga merupakan sumber karbon organik di
perairan. Berbagai jenis bahan organik yang terdapat dialam ini dirombak
aerob mauspun anaerob. Produk akhior dari dekomposisi atau oksidasi bahan
produk akhir dari dekomposisi pada kondisi anaerob selain karbondioksida dan
air juga berupa senyawa-senyawa tidak stabil ddan bersifat toksik (Effendi,
19
C. Parameter Biologi
tidak dapat diabaikan. Fitoplankton yang sehat dapat berfungsi sebagai nutrien
limbah metabolisme udang dan bahan-bahan beracun seperti logam berat dan
fotosistesis. Metabolit yang diserap tentu berupa NO3 dan PO4. senyawa NO3
diketahui hasil oksidasi amonia atau nitrit sehingga bila nitrit diserap maka
toksitas NH3 dan NO2 akan berkurang dalam kondisi aerobik. Selanjutnya
2. Bakteri Jumlah total bakteri heterotropik yang hidup pada kolom air
Kandungan bakteri heterotropik pada badan air tambak sistem intensif dengan
produksi 4,9 – 5,8 ton/hektar berkisar antara 1,8×104 cfu/ml sampai 6,3×104
terionisasi menjadi NH4+, salah satu bentuk nitrogen anorganik yang paling
amonia setiap harinya akibat pemberian pakan dan metabolisme udang. Proses
ini akan menjaga amonia sehingga stabil pada level rendah dan akan mendorong
Intensif
dasar tambak sudah kering, tetapi tidak retak agar bakteri pengurai tetap mampu
dapat berfungsi.
optimal.
hidupkan kincir.
mempercepat proses penuaan tanah dan unsur hara tanah cepat habis.
tambak yang harus mendapat perhatian adalah tanggul, pintu air, dan papan
tambak yang paling rawan karena berhubungan dengan tugas utamanya sebagai
penampung air sekaligus memagari udang agar tidak lolos keluar tambak.
Karena itu, segala kebocoran dan kerusakan tanggul harus segera ditutup dan
segera diperbaiki.
Kerugian yang ditimbulkan oleh hama tambak dapat beragam, dari yang
ringan sampai yang berat, dari yang hanya menimbulkan kerugian berupa
persaingan pakan alami, pakan buatan sampai perannya sebagai karier penyakit.
Oleh sebab itu perlu dilakukan pemberantasan hama baik secara mekanis
lain :
perlahan lahan)
22
Tambak diisi dengan air yang berasal dari tambak penampungan atau
ppm. Proses homogenisasi air tambak dengan kaporit dapat dibantu dengan
aerator sebanyak 2-4 unit. Proses ini dilakukan untuk mensterilkan air tambak
dari bakteri dan virus yang masih hidup pada air tambak. Air tambak dari inlet
atau subinlet dipompakan kedalam tambak sampai ketinggian 100 cm. Tambak
penebaran CuSO4 dengan dosis 5 ppm. Proses ini dilakukan selama 2 hari
10 cm, agar pakan alami tumbuh dengan baik. Setelah satu minggu air dinaikkan
2.4.6. Pemupukan
Menurut Kordi ( 2007), pupuk ditujukan untuk memesok unsur hara yang
fitoplankton yang terkait dengan produksi oksigen dan pakan alami. Pupuk yang
23
digunakan dengan yang digunakan untuk usaha pertanian berbeda. Secara garis
besar pupuk yang digunakan dalam usaha budi daya pertanian terbagi atas
pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik seperti hijauan, pupuk kandang,
dan sisa rumah tangga. Pupuk anorganik seperti urea, KCI dan NPK.
teknis budidaya yang berupa pemberian pupuk organik maupun anorganik untuk
kualitasnya.
dapat menggunakan kincir aerator sebanyak 6-8 unit. Kincir aerator yang
secara tepat sehingga menimbulkan arus yang memusat ke daerah central drain
(Erlangga, 2012).
Penempatan kincir air diatur sedemikian rupa dan selalu diubah pada
waktu tertentu agar tidak terjadi penumpukan bahan organik di satu titik atau di
satu areal dasar tambak. Kincir air selain berfungsi sebagai penyuplai oksigen
Penebaran benur dilakukan setelah air dalam tambak siap, ditandai dengan
dalam kantong plastik secara bertahap, hingga salinitas air dalam kantong plastik
air tambak secara perlahan. Benur keluar dengan sendirinya ke air tambak. Sisa
benur yang tidak keluar dari kantong, dibantu pengeluarannya secara hati-hati.
Penebaran benur tidak dilakukan pada area tambak yang tidak terdapat arus (titik
berikut :
Pemberian pakan yang diberikan yaitu mempunyai nilai Feeding rate (FR)
yaitu 3% dari total biomassa dan pemberian pakan dilakukan secara bertingkat
tergantung dari umur udang. Frekuensi pemberian pakan yaitu 4 – 6 kali sehari
yang dimulai pada hari pertama dengan dosis disesuaikan dengan ABW dan
pakan dapat berubah – ubah tergantung pada tingkat nafsu makan udang.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat nafsu makan udang adalah :
(1) kondisi tanah dasar tambak; (2) kualitas air; dan (3) tingkat kesehatan udang.
Secara praktis, tingkat nafsu makan udang dapat diketahui dengan pengontrolan
anco yang dilakukan setiap 1 dan 2 jam setelah pemberian pakan (Ghufran,
2010). Selain itu ada hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan karena
senyawa nitrogen berasal 93% dari pakan selebihnya dari pupuk. Dengan
demikian, pada tambak intensif kualitas air cepat mengalami penurunan karena
Penggantian air diawali dengan membuang air sekitar 10% dari total air tambak,
untuk meningkatkan kadar oksigen dan menghindari naiknya bahan beracun dari
harian, tingkat kelangsungan hidup atau Survival Rate (SR), dan berat biomas
(Raharjo 2002).
(Survival Rate) dan total biomass udang di tambak. Selain itu sampling juga
Sampling dilkukan dengan menggunakan jala tebar. Luas jala setiap kali
sampling adalah 0,2% dari total luas tambak dan dilakukan pad tempat yang
sampling pertama kali dilakukan pada sat udang berumur 30 hari selama
2.6.1. Panen
100 hari.
panen.
2. Jika udang mengalami pergantian kulit lebih dari 29% maka pemanenan
3. Pergantian air dalam jumlah yang banyak harus dilakukan sebelum panen.
4. Jika yang mengalami moulting lebih dari 5% pada malam hari, kapur
sore hari atau malam hari tergantung pada air pasang. Pemanenan pada
siang hari dihindari karena udang akan cepat rusak karena terjadinya
fluktuasi suhu.
menjamin mutu udang tetap tinggi dengan pertimbangan beberapa faktor seperti
produk makanan yang mudah sekali rusak. Oleh karena itu sejak panen hingga
pasca panen harus dalam kondisi dingin. Tindakan yang perlu dilakukan pada
Penataan udang dan es batu ditata selang – seling sehingga kualitas udang
tetap terjaga.
dengan penyusunan udang pada wadah berupa sterofoam atau fiber yang kedap
Juni 2018 di tambak intensif di PT. Andulang Shrimp Farm Desa Andulang
Metode yang digunakan dalam Kerja Praktek Akhir ini adalah metode
baik tentang institusi sosial,ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun
partisipasi langsung terhadap seluruh kegiatan yang ada pada unit usaha
Data yang dikumpulkan pada Kerja Praktek Akhir ini adalah data primer
dan data sekunder. Menurut Narbuko dan Achmadi (2005), sumber data yang
a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari tempat KPA,
pengamatan yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih yang
3. Partisipasi aktif
Data yang terkumpul baik data primer ataupun data sekunder akan diolah
a. Editing
Sebelum data diolah, data tersebut perlu diedit terlebih dahulu. Dengan
perkataan lain, data atau keterangan yang telah dikumpulkan dalam buku catatan
wawancara) perlu dibaca sekali lagi dan diperbaiki, jika disana sini masih
terdapat hal-hal yang salah atau yang masih meragukan (Nazir, 2003).
b. Tabulating
tabulasi tidak lain adalah memasukkan data kedalam tabel-tabel, dan mengatur
evaluasi dan analisa mengenai letak kesalahan dalam proses pembesaran jika
pengamatan pada saat sekarang berdasarkan fakta – fakta yang tampak atau
(Suryabrata, 1997). Data ini diperoleh dari proses pembesaran udang vannamei
panen dan pasca panen maupun hasil pembesaran udang vannamei. Adapun
data- data teknis yang akan dikumpul antara lain data kualitas air yang dapat
Secara teknis ABW, ADG, SR, populasi dan biomass udang dapat
Biomass (kg) = Berat rata – rata udang (ABW) x jumlah udang yang ditebar
33
Shrimp Farm dapat dilihat pada Lampiran 1. Adapun batas- batas wilayah PT.
madura dengan ketinggian + 3 m dari permukaan air laut pada pasang tertinggi..
Luas tambak yaitu 11 ha yang terdiri dari 5,8 ha difungsikan sebagai petakan dan
sisanya digunakan untuk lahan bangunan. Kondisi tanah pada daerah sekitar
pinggir pantai adalah landai dan bertekstur liat berpasir sehingga air mudah
Jalan yang menghubungkan lokasi tambak dengan jalan utama kurang baik
dikarenakan jalan ke tambak masih terbuat dari tanah dan apabila terjadi hujan
Jarak lokasi tambak PT. Andulang Shrimp Farm dengan jalan utama
adalah ± 1 km. Sedangkan jarak lokasi dengan kota Sumenep adalah ± 21 km.
yang akan memudahkan dalam hal penyediaan tenaga kerja. Lokasi PT.
Iklim daerah Madura sangat dipengaruhi oleh adanya angin laut dari selat
Madura. Posisi pantai yang berada pada selat yang berbentuk lurus, membuat
tingkat ombak yang ditimbulkan oleh angin laut tidak begitu besar. Sepanjang
tahun terjadi pergantian musim 2 kali, yakni kemarau dan penghujan dengan
intensitas curah hujan sedang. Suhu harian di lokasi tambak yaitu sekitar 27 o -
31 oC.
Sumber air laut yang digunakan berasal dari laut Andulang. Pengambilan
air laut dilakukan pada jarak 700 meter dari tepi laut menggunakan pipa
berukuran 6 inchi. Pipa sumber air laut dapat dilihat pada Gambar 4.
Pada lokasi tidak terdapat sumber air tawar, sehigga untuk mendapatkan
air tawar membutuhkan sumur bor. Sumur bor pada lokasi memiliki kedalaman
20 meter. Air sumur bor tawar ini tersedia sepanjang tahun dan hanya
35
yang dirintis oleh Bapak Sutrisno Lauw, Bapak Johan Wijaya, dan Bapak Ge
Recta Geson.
Tambak ini resmi berproduksi setelah mendapat surat izin yaitu SIUP
(surat izin usaha perikanan) pada tahun 2016 yang diperoleh dari Dinas Kelautan
dengan jenis usaha tambak pembesaran udang intensif. Awal mula usaha ini
petak sampai saat ini telah berjumlah 35 petak budidaya udang vannamei
dengan luas sekitar 2.500 m2 dengan petakan yang berbahan plastik HDPE dan
Struktur organisasi tambak PT. Andulang Shrimp Farm yaitu terdiri dari
sementara menggantikan posisi teknisi jika teknisi tidak berada pada lokasi.
proses produksi, dan bagian administrasi akan mengurus stok barang dan
orang yang terdiri dari 1 kepala Lokasi, 1 teknisi (kepala unit produksi), 5 asisten
1 2 3
Operator Produksi Blok C 4 SMA
Operator Produksi Blok D 5 SMA
Operator Produksi Blok E 8 SD dan SMA
Operator Produksi Blok f 4 SMP dan SMA
Operator Mekanik 1 SMK
Operator Administrasi 1 S1
Operator Gudang 1 S1
Operator Kendaraan 1 SMA
Operator Dapur 3 SD dan SMA
Operator Keamanan 7 SMP dan SMA
Sumber : Data Primer (2018)
1. Fasilitas Pokok
a. Petakan Tambak
Tambak di PT. Andulang Shrimp Farm terdiri dari 2 jenis petakan yaitu
petakan full HDPE (High Density Polyethylene) yaitu petakan yang dasar dan
dindingnya dilapisi oleh plastik HDPE yang berjumlah 35 petak. Petakan Tambak
b. Sumber Listrik
Sumber listrik utama untuk tambak berasal dari PLN. Sedangkan sumber
energi cadangan yang berasal dari 2 buah genset yang berdaya 500 KVA untuk
kincir, pompa air, dan penerangan. Satu unit genset sudah dapat menggantikan
daya listrik PLN pada saat pemadaman, sedangkan 1 genset dijadikan sebagai
38
cadangan jika terjadi kerusakan. Mesin genset yang digunakan dapat dilihat pada
Gambar 6.
c. Pompa
Pompa yang ada di PT. Andulang Shrimp Farm berjumlah 8 unit dan yang
digunakan dalam kegiatan budidaya berjumlah 3 unit dengan daya 5000 watt tiap
pompa air dan pipa 6 inci berjumlah 3 buah unit berfungsi untuk mengambil air
laut yang dialirkan menuju petakan pengelolaan air yang berfungsi ganda yaitu
sebagai penampung air bersih dan tempat sterilisasi. Setelah air laut distrerilisasi
berukuran 6 inci dengan jumlah 3 buah pipa. Kemudian dari petakan pembagi,
untuk mengalirkan air laut menuju petakan budidaya menggunakan sibel dengan
daya 1500 watt dan pipa berukuran 6 inci yang berjumlah 1 buah pipa yang
bercabang ke setiap petaknya. Sibel dan pompa air laut dapat dilihat pada
Gambar 7
(a) (b)
Gambar 7. (a) Sibel (b) Pompa
Sumber: Data Primer (2018)
39
d. Kincir
whell. Jumlah total kincir yang digunakan berjumlah 400 unit dengan 16 unit tiap
petaknya. Setiap unit kincir terdiri dari 2 daun kincir, 1 dudukan reducer (gear
box), dan dynamo 1 HP. Kincir air berfungsi untuk menambah kandungan
oksigen terlarut (DO) pada tambak dan memusatkan kotoran dasar tambak ke
central drain. Selain itu kincir ini berfungsi untuk meratakan kapur maupun
probiotik yang diberikan agar dapat tersebar merata. Kincir yang digunakan di
Gambar 8. Kincir
Sumber: Data Primer (2018)
2. Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang yang ada di PT. Andulang Shrimp Farm dapat dilihat
pada Lampiran 4.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Konstruksi petakan terbuat dari tanah yang dilapisi plastik HDPE (High
kemiringan dasar tambak yang mencapai 5º. Posisi central drain terletak pada
tengah - tengah dasar tambak, terbuat dari beton membentuk kubangan dan
dihubungkan oleh pipa PVC 8 inchi yang ditanam pada dasar tambak menuju ke
arah pintu panen. Sedangkan pintu panen tersusun dari besi agar tidak bocor
pada saat pengisian air.Lebar pintu panen mencapai 1 meter dengan ketinggian
setara dengan pematang. Konstruksi petak tambak yang diamati dapat dilihat
pada Gambar 9.
kebocoran di dasar atau dinding petakan akibat plastik yang berlubang atau
41
robek, kerusakan saluran air, anco, jembatan anco dan rakit.Untuk mengatasi
potongan plastik HDPE sebagai bahan untuk menambal. Semua petakan dicek
air penembelan tidak dapat dilakukan. Tiang pancang kincir dan jembatan anco
yang rapuh diganti dengan yang baru agar tidak terjadi kendala pada saat
budidaya berlangsung. Hal ini sesuai dengan pendapat Tim Perikanan WWF-
dasar,kincir maupun jembatan anco, hal ini perlu dilakukan karena tritip bisa
menjadi carier (pembawa penyakit). Tritip dapat menjadi carier karena bakteri
patogen pada siklus sebelumnya dapat hidup pada tritip, selain itu tritip akan
yang dilarutkan dengan 50 liter air yang disiramkan secara merata pada petakan.
5.2.3. Pengeringan
timbulnya penyakit dan mengoksidasi sisa bahan organik yang ada dalam
petakan. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Haliman dan Adijaya (2005),
dampanen yang berbahan besi agar tidak bocor saat diisi air, pemasangan
saringan central drain agar benur yang baru ditebar tidak masuk ke dalam central
drain. Selain itu pembuatan rakit sebagai alat bantu penebaran pakan dan bahan
– bahan lain yang ditebar di tambak seperti probiotik, kapur. Rakit terbuat dari
potongan pipa berdiameter 6 inchi dengan panjang 1,5 meter dan ditata sejajar
probiotik, ember untuk wadah pakan, dan untuk menebar pakan.Hal ini sesuai
perlu dilakukan pemasangan rakit, pemasangan saringan pada inlet dan central
drain.
Pemasangan kincir dilakukan pada saat tambak terisi air setinggi 70 cm.
paddle whell) dengan luasan petakan rata - rata sebesar 2.500 m2 dengan
cangkupan biomas satiap kincir sebanyak 500 kg udang. Hal ini tidak sesuai
dengan pendapat Amri dan Kanna (2008) yang menyatakan bahwa tambak
banyak.
yang diberi pemberat, hal ini bertujuan agar kincir tidak bergeser saat dihidupkan.
Kincir disusun dengan pola bujur sangkar, hal ini dilakukan agar arah arus
putaran kincir mengarah ke seluruh sudut dan kotoran di dasar tambak dapat
terkumpul pada titik tengah tambak (central drain). Pemasangan kincir dan arah
(a (b
) )
Gambar 13. (a) Pemasangan Kincir Air (b) Arah Arus Air Petak C2
Sumber: Data Primer (2018)
Tabel 4. Persiapan Air Media Budidaya Tambak PT. Andulang Shrimp Farm
No H- Kegiatan Persiapan Air Media Budiadaya
1 H-17 Pengisian air ke petakan pemeliharaan dengan
tinggi 120 cm
2 H-16 Aplikasi TCCA dengan dosis 25 ppm
3 H-14 dan H-13 Aplikasi pupuk ZA dengan dosis 5 ppm
4 H- 12, H-9, dan H- 6 Aplikasi fermentasi dedak dengan dosis 25 kg
5 H- 4 Pengoprasian 4 unit Kincir 24 jam
Sumber: Data Primer (2018)
Kemudian diendapkan sampai air sudah terlihat bersih secara visual. Setelah
dari pengelolaan air akan dialiri melewati petakan pembagi. Kemudian dari
awal pengisian, air diisi setinggi 120 cm. Skema pengisian air dapat dilihat pada
Gambar 14.
45
Gambar 14. (a) Pemompaan Air Laut (b) Tandon (c) Petak Pembagi
(d) Pengisian Air Petakan
Sumber: Data Primer (2018)
Pada H-16 dilakukan treatment air, Treatment air yang dilakukan di PT.
menghidupkan kincir sebanyak 4 unit yaitu kincir yang berada pada posis ring I
menggunakan air secukupnya dan ditebar secara merata pada petakan tambak.
dilakukan pada sore hari hal ini bertujuan agar proses penguapan tidak berjalan
kandungan klorin pada air. Proses treatmen air dan pengecekan kadar chlor
(a) (b)
aplikasi fermentasi dedak dengan komposisi bahan meliput : dedak halus 25 kg,
molase (tetes tebu) sebanyak 3 liter, ragi tape sebanyak 250 gram, dan air
sebanyak 100 liter. Setelah semua bahan dicampur secara merata maka bahan –
bahan tersebut ditutup dan didiamkan selama 5 hari baru bisa ditebar. Hal ini
digunakan untuk memasok unsur hara yang sangat diperlukan seperti nitrogen,
fosfor dan kalium untuk pertumbuhan fitoplankton yang terkait dengan produksi
oksigen dan pakan alami. Plankton akan tumbuh dengan sempurna selang 3 -5
Benur yang ditebar di PT. Andulang Shrimp Farm berasal dar beberapa
hatchery seperti Ndaru Laut Situbondo, WAS ( Windu Alam Sentosa) Rembang,
KKP, Ayen. jenis benur yang digunakan merupakan keturunan pertama (F1)
benur ditebar untuk mengetahui ciri–ciri benur yang baik dilakukan pengamatan
secara visual seperti, ada tidaknya vibrio nyala yang menempel pada benur,
melawan arus jika air diputar. Hasil pengujian kualitas benur dapat dilihat pada
Dari hasil pengujian kualitas benur, benur yang digunakan di tambak PT.
Andulang Shrimp Farm dengan kualitas cukup baik berdasarkan hasil pengujian
dari standar yang ditetapkan akan tetapi kisaran penurunan tidak terlalu
pengukuran parameter kualitas air pada kantong benur yang meliputi pH, DO,
Suhu, Salinitas, NH4 hal ini bertujuan untuk mengetahui berapa lama waktu yang
48
dilihat pada Gambar 16, Hasil pengukuran parameter kualitas air pada kantong
benur dapat dilihat pada Tabel 6, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.
benur hasil yang diperoleh lebih tinggi dari standar yang ditetapkan sehingga
c. Padat Tebar
dilakukan untuk mengetahui padat tebar benur pada petakan.Padat tebar benur
sebanyak 170 – 185 ekor/m2, berbeda dengan Marindo (2008), bahwa pada
budidaya intensif benur udang vannamei dapat ditebar dengan kepadatan yang
49
tinggi, dalam petak pembesaran dapat ditebar dengan kepadatan 100 – 125
ekor/m2. Penebaran yang dilakukan pada blok C lebih tinggi didasarkan pada
pertimbangan penggunaan kincir yang lebih banyak dari pendapat Amri dan
Kanna (2008). Jumlah penebaran benur tiap petak dapat dilihat pada Tabel 7.
Penulis mengambil data – data teknis dan pada kegiatan Kerja Praktek
Akhir (KPA) dari Blok C yaitu petak C2. Dari Tabel 7 dapat diperoleh jumlah tebar
pada 4 petak produksi sebanyak 1.751.519 ekor dengan jumlah luas petakan
sebesar 9.748 m2 dan padat tebar 719 ekor/m2. Sehingga diperoleh rata – rata
tebar tiap petakan sebanyak 437.878 ekor dengan rata – rata luas petakan
50
sebesar 2.437 m2 dan padat tebar sebesar 179 ekor/m. Sedangkan padat tebar
pada petak C2 sebanyak 179 ekor/m2 dengan luas petakan 2.524 m2 sehingga
diperoleh jumlah tebar sebanyak 466.620 ekor benur yang berasal dari Ndaru
Laut Situbondo.
benur bersama dengan air kantong benur ke dalam bak fiber, setelah itu
disirkulasi dengan air petakan menggunakan pompa celup dengan debit yang
kecil hingga kondisi air (suhu dan salinitas) di wadah mendekati sama atau
menit. Setelah itu benur dapat ditebar pada petakan. Hal ini tidak sesuai dengan
dilakukan hingga suhu air dalam kemasan mendekati suhu air petakan yang
sekali untuk mengetahui suhu dan salinitas air pada kemasan dan petakan sudah
sama. Setelah suhu dan salinitas air pada bak fiber dengan di tambak sudah
oksigen murni. Penebaran dilakukan pada pagi hari yaitu pada pukul 06.00
karena pada pagi hari fluktuasi suhu tidak begitu tinggi. Proses Penebaran Benur
pertumbuhan udang yang optimal karena nutrisi yang diperlukan udang dapat
terpenuhi dari pakan tersebut. Jenis, ukuran, dan kandungan pakan dapat dilihat
pakan yaitu dengan menggunakan blind feeding dan program pakan pasca blind
feeding.
1. Blind Feeding
Progam pakan blind feeding ini digunakan pada awal tebar hingga udang
pengamatan dan pengalaman teknisi dan acuan pakan dari pabrik. Pemberian
pakan dihitung secara matematis berdasarkan jumlah benur yang ditebar dan
pakan buta 2 kg pakan untuk 100.000 ekor udang/hari. Hal ini tidak sesuai
dengan pendapat Rusmiyati (2013), bahwa selama bulan pertama takaran awal
yang diberikan ditetapkan sebanyak 1 kg per 100.000 ekor benur yang kemudian
makan udang sesuai dengan perkiraan udang yang hidup. Untuk selengkapnya
Kontrol anco adalah progam penambahan pakan dengan melihat nafsu makan
berdasarkan presentase sisa pakan pada anco, Progam ini diterapkan pada
umur udang mencapai 10 hari. Progam pakan ini adalah lanjutan dari progam
pakan blind feeding sehingga jumlah pakan perhari pada awal progam kontrol
anco ini adalah menambahkan dari jumlah pakan progam blind feeding. Untuk
selengkapnya pakan yang dihabiskan selama Pasca blind feeding dapat dilihat
Lampiran 6.
53
air. Apabila kondisi kualitas air menurun dan memburuk maka akan mengganggu
menjadi rentan terserang suatu penyakit dan menyebabkan suatu kematian pada
grafik yang menurun maka monitoring terhadap kualitas air mutlak untuk
dilakukan dengan tongkat kayu yang ujungnya diberikan botol plastik untuk
anco dengan tujuan sampel air yang diambil dapat mewakili parameter yang
akan diukur.
1. Parameter Fisika
a. Kecerahan
yang dapat dilihat secara visual. Pengukuran kecerahan dilakukan setiap hari
pada pagi hari pukul 05.30 WIB dan sore hari pukul 01.30 WIB.Alat yang
sedangkan pada sore hari berkisara antara 80 -20 cm dengan rata-rata 35 cm.
54
termasuk baik hal ini sesuai dengan standar SNI 01 -7246 - 2006 (2006) bahwa
kecerahan air yang sesuai adalah 25 – 45 cm. Adapun dinamika kecerahan air
pada petak C2 dapat dilihat pada Gambar 20 dan 21 dan untuk hasil pengukuran
Pagi
45
35 Sore
25
15
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Minggu Ke-
mengalami penurunan hal ini disebabkan oleh tingkat bahan organik yang
semakin tinggi dan blooming plankton. Pada kondisi seperti ini dapat menggagu
menanggulangii hal ini PT. Andulang Shrimp Farm melakukan penyiponan dan
b. Warna Air
terlarut atau tersuspensi dalam air dan berubah-ubah sesuai dengan kondisi
tersebut disebabkan oleh jenis – jenis plankton yang ada di dalam air
plankton yang hidup dalam lingkungan tambak tersebut. Pengamatan warna air
dilakukan pada pagi dan sore. Warna air dan penyebabnya dapat dilihat pada
c. Suhu
Nilai parameter suhu pada suatu tambak dipengaruhi oleh radiasi cahaya
matahari, suhu udara, cuaca dan lokasi. Pengukuran suhu di tambak PT.
titik mati petakan tambak yaitu pada pojok-pojok tambak yang jauh dari kincir dan
dilakukan pada pada waktu pagi (04.00 WIB) dan malam hari (19.00 WIB).Hal ini
suhu pagi hari berkisar antara 28,3 – 30,4ºC dengan rata - rata 29,1ºC dan pada
malam hari berkisar antara 28,9 – 32,2 ºC dengan rata - rata 30,1ºC. Dalam
kondisi seperti ini suhu pada petakan C2 masih dalam keadaan optimal hal ini
sesuai dengan standar SNI 01 - 7246 - 2006 bahwa suhu air optimal pada udang
Pagi
29
Malam
28
27
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Minggu Ke-
mengalami penurunan hal ini disebabkan intensitas cahaya yang masuk kedalam
2. Parameter Kimia
malam hari yaitu pukul 04.00 WIB dan 19.00 WIB menggunakan alat yang
dengan rata-rata 3,98 ppm. Sedangkan pada malam hari DO berkisar antara
3,51 – 4,42 ppm dengan DO rata-rata 3.79 ppm. Dari hasil pengukuran tersebut
DO didalam petakan masih dalam keadaan optimum hal ini sesuai dengan
minimal tambak udang vannamei adalah 3,5 ppm.Untuk lebih jelasnya Cara
grafik pengukuran DO, pada petak C2 dapat dilihat pada Gambar 24.
DINAMIKA DO PETAK C2
4.4
4.2
4
Ppm
3.8
3.6
3.4 Pagi
3.2
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Malam
Minggu Ke-
mengalami penurunan hal ini dikarenakan tingkat daya dukung lahan (cariying
mengatasi hal ini PT. Andulang Shrimp Farm melakukan pengoperasian 16 unit
b. pH ( Derajat Keasaman)
meter tipe SI Analitic, pengukuran ini dilakukan pada waktu pagi dan sore hari.
yaitu pada pagi hari berkisar antara 7,4 – 8,2 dengan rata-rata 7, 6 dan pada
sore hari 7,7 – 8,6 dengan rata-rata 8,2 dengan fluktuasi pH berkisar 0 – 0,9 ini
masih dalam keadaan optimum karena masih sesuai dengan standar SNI 01 -
7246 – 2006 bahwa pH optimal untuk udang berkisar antara 7,5 – 8,5.
DINAMIKA pH PETAK C2
9
8.75
8.5
8.25
8
pH 7.75 Pagi
7.5
7.25 Sore
7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Minggu Ke-
respirasi dan perombakan bahan organik. Hal ini sesuai dengan Boyd (1998)
Dapat diuraikan dalam reaksi kimia seperti respirasi CO2 H2O = H2CO3
menghasilkan amonium ( NH4) dan CO2 oleh sebab itu pH pada malam hari lebih
rendah sementara pada sore hari pH lebih tinggi dikarenakan adanya kegiatan
CO2 + H2O = C6H12O6 + O2. Untuk menaikan pH PT. Andulang Shrimp Farm
c. Salinitas
ppt. Dari hasil pengukuran masih dalam keadaan optimum hal ini sesuai dengan
SNI 01 - 7246 – 2006 bahwa kisaran salinitas yang baik untuk udang adalah 10 –
60
dan Gambar 28 grafik dinamika salinitas dapat dilihat pada dapat dilihat pada
lampiran 7.
30
29
28
27
26
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Minggu
meningkat. Hal ini disebabkan karena penguapan, tidak adanya penambahan air
tawar selama pemeliharaan, dan sumber air yang digunakan adalah air laut yang
bersalinitas tinggi. Untuk menangani hal ini PT. Andulang Shrimp Farm
d. Total Alkalinitas
total unsur basa-basa yang terkandung dalam air dan biasanya dinyatakan dalam
mg/l atau setara dengan CaCO3. Pengukuran alkalinitas dilakukan dengan cara
61
titrasi. Hasil dari pengukuran alkalinitas petak C2 yaitu 98 – 150 mg/l dengan
alkalinitas rata-rata 124 mg/l hal ini masih dalam keadaan optimum karena
budidaya udang vannamei adalah 100 – 150 mg/l. Pengukuran alkalinitas dapat
Gambar 30 dan data pengukuran alkali dapat dilihat pada Lampiran 7. Prosedur
120
110
100
90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Minggu Ke-
kenaikan dan penurunan hal ini disebabkan oleh pH yang tidak stabil. Alkali
mengalami kekerasan kulit. Hal ini karena terjadi peningkatan unsur Ca dan CO2
berlangsung lama sehingga udang akan menguras tenaga lebih banyak. Untuk
menggambarkan kandungan bahan organik total suatu perairan yang terdiri dari
dilakukan dengan cara titrasi. hasil dari pengukuran TOM adalah 28.51 – 89,85
mg/l dengan pengukuran rata-rata 54,68 mg/l. Tingkat kadar TOM di Tambak
Andulang Shrimp Farm masih dalam batas optimum hal ini sesuai dengan
standar SNI 01 - 7246 -2006 bahwa batas maksimal untuk jumlah kadungan
bahan organik pada tambak yaitu maksimal 90 mg/l. Pengukuran TOM dapat
dilihat pada Gambar 31 , grafik dinamika TOM C2 dapat dilihat pada Gambar 32
dan data pengukuran TOM dapat dilihat pada Lampiran 5. Prosedur pengukuran
mengalami kenaikan. Hal ini terjadi karena penumpukan bahan organik dan
Hal ini diakibatkan dari plankton mati maupun feses. Pengukuran TOM
meningkat maka juga akan menimbulkan banyak masalah seperti pH, DO, Nitrat,
Nitrit dan amonium yang juga akan meningkat. PT. Andulang Shrimp Farm
f. Amonium (NH4)
protein dari sisa – sisa pakan dan hasil metabolisme udang pada suatu tambak.
dilakukan dengan metode test kit. Hasil dari pengukuran ammonium adalah 1 –
8,5 mg/l dengan ammonium rata-rata sebesar 2,9 mg/l. Hasil ini tidak sesuai
adalah 0,3 mg/, sehingga tingkat amonium pada air didalam petakan dalam
kondisi yang tidak optimal. Pengukuran amonium dapat dilihat pada Gambar 33 ,
64
grafik dinamika ammonium petek C2 dapat dilihat pada Gambar 34 dan data
4.5
3.5
2.5
1.5
0.5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Minggu Ke-
Secara normal tingkat amoniam yang jauh melebihi standart yaitu 8,5 ppm akan
budidaya di PT. Andulang Shrimp Farm tidak menyebabkan kematian masal atau
menimbulkan masalah yang sangat besar hal ini dikarenakan kualitas benur yang
65
peningkatan amonium ini PT. Andulang Shrimp Farm melakukan penyiponan dan
pengaplikasian probiotik.
g. Nitrit ( NO2)
NO2 pada petak C2 dalah 0,10 – 9.5 mg/l denganhasil pengukuran rata-rata 2.9
NO2 pada budidaya udang vannamei adalah 0,1 mg/l. Sehingga dapat
ditentukan SNI. Pengukuran nitrit dapat dilihat pada Gambar 35 , grafik dinamika
nitrit petak C2 dapat dilihat pada Gambar 36 dan data pengukuran nitrit dapat
dilihat pada Lampiran 7. Prosedur pengukuran nitrik dapat dilihat pada lampiran
8.
bahan organik oleh bakteri meningkat dan DO turun, akhirnya udang kesulitan
h. Phospat (PO4)
pada petak C2 yaitu 0,25 – 18 mg/l dengan pengukuran rata-rata 8,5 mg/l
pada budidaya udang adalah minimal 0,1 mg/l, maka dapat disimpulkan bahwa
phospat dapat dilihat pada Gambar 37 , grafik dinamika phospat petak C2 dapat
dilihat pada Gambar 38 dan data pengukuran phospat dapat dilihat pada
10.25
8.25
6.25
4.25
2.25
0.25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Minggu Ke-
Dari Gambar 38. dinamika PO4 cenderung mengalami peningkatan hal ini
pengaplikasian probiotik.
3. Parameter Biologi
a. Analisa Plankton
melayang, sedikit berenang atau hanya mengikuti arus dalam air.Plankton terdiri
4. Monitoring Bakteri
Colone)dan TBC (Total Bacteri Colone). TVC merupakan total bakteri pathogen
ada padabudidaya. TVC terdiri dari vibrio kuning (<103), vibrio hijau (<102), dan
vibrio nyala (<101).Hasil perhitungan TVC dan TBC pada petak C2 dapat dilihat
pada lampiran 7.
Air merupakan media hidup udang dalam kegiatan budidaya pada tambak
sehingga air perlu dilakukan pengelolaan agar kualitas air tidak mengalami
budidaya. Perubahan kualitas air pada tambak dapat menyebabkan nafsu makan
a. Penyiponan
kotor atau berlumpur dan membuang pakan yang tidak termakan.Awal sipon
dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Setelah itu dilakukan rutin 3
– 4 hari sekali.Namun, penyiponan dapat dilakukan setiap hari jika dasar petakan
kotor atau udang terserang penyakit untuk menjaga kualitas air dan agar dasar
tambak tetap bersih.Penyiponan dilakukan pagi atau sore hari setelah pemberian
69
pakan selesai, hal ini bertujuan untuk mempermudah penyiponan agar udang
dengan panjang 5 m. Spiral dipasang pada pipa central drain dengan melepas
saringanyang berada pada tengah petakan. Pada saat penyiponan, bagian pipa
luar central drain dipasang jaring agar cangkang dan udang yang tersedot tidak
ujung selang spiral ke arah lumpur dan akan terbuang dengan sendirinya. Lama
lumpur dilakukan dengan melihat kekeruhan air pada saat sirkulasi. Jika air
sudah menunjukkan warna yang cukup jernih dan lumpur sudah tidak ada maka
b. Penambahan Air
dilakukan sebesar 3 – 7 cm.Penambahan air dilakukan pada pagi dan sore hari
70
terakumulasi dengan kotoran yang berada pada dasar tambak. Pada saat siang
hariplankton mati ini akan terangkat ke permukaan air karena adanya proses
oksidasi dengan bantuan sinar matahari. Plankton mati ini mengendap ke dasar
tambak akan menyebabkan rusaknya kualitas air dan apabila termakan udang
menggunakan serok untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 40.
d. Aplikasi Probiotik
ppm – 30 ppm yang ditebar pada sore hari yaitu 2 jam setelah pemberian pakan
sore dan dosis yang digunakan untuk probiotik merk Biomin sebanyak 10 ppm –
30 pmm yangditebar 2 jam setelah pakan pagi. Probiotik merk Aquazime dan
71
Biomin perlu dikultur terlebih dahulu selama 2 x 24 jam agar kepadatan bakteri
bertambah.
dapat tersebar merata dan tidak menempel pada pematang.Hal ini, tidak sesuai
dosis 1 – 3 ppm yang disebar merata ke seluruh permukaan air tambak dapat
Gambar 41. (a) Probiotik Merk Aquazime (b) Probiotik Merk Biomin
(c) Penebaran Probiotik
Sumber: Data Primer (2018)
manfaat yang berbeda sehingga perlu untuk mengetahui permasalahan yang ada
pada tambak. Jenis dan fungsi bakteri dapat dilihat pada Tabel 10.
e. Aplikasi Kapur
gamping (CaO) dan kaptan (CaCO3). Kaptan berfungsi sebagai buffer karena
dapat menaikkan alkalinitas pada air tambak, selain itu kaptan juga dapat
dengan 25 – 45 kg yang dilarutkan pada 100 liter air. Penebaran kaptan pada
pagihari berguna untuk mengikat plankton yang mati agar tidak mencemari
kapur cair bertujuan untuk menaikkan alkalinitas air petakan. Kapur cair yang
ditebar sebanyak 10 – 12 liter. Penebaran kapur dapat dilihat pada Gambar 42.
limbah di PT. Andulang Shrim Farm sendiri tidak dilakukan secara optimum,
73
limbah hasil budidaya dibuang dari pintu outlet kearah saluran air pembuangan
bebas atau laut. hal ini tidak sependapat dengan Dirjen Budidaya KKP (2017)
tambak udang harus memiliki instalasi pengolah limbah (IPAL) yang akan
pertama dilakukan pada udang yang telah berumur 10 hari, dan sampling
anco yang kemudian diambil dan dimasukkan ke dalam kantong untuk diketahui
Gambar 43.
pada satu titik menggunakan jala yang berdiameter 3 m. Hasil dari jala
berat rata-rata (ABW) dan pertumbuhan berat perhari (ADG) pada sampling
pada satu titik saja,hal ini bertujuan untuk menghindari stres pada udang.Udang
terangkat, setelah itu menghitung ABW (Average Body Weight) atau berat rata-
rata per ekor udang. Dari hasil sampling ADG udang berkisar antara 0,12 – 0,46
gram/ ekor dengan rata- rata 0,28 gram/ekor dengan berat sekian laju
berkisar 0,25 – 0,30 gram/ekor. Cara sampling jala dapat dilihat pada Gambar
44, dan grafik rata- rata laju pertumbuhan harian dapat dilihat pada Gambar 45.
75
Gambar 44. (a) Menjala Udang U (b) Memasukan Udang Pada Baskom
(c) Penimbangan (d) Penghitungan
Sumber: Data Primer (2018)
0.2
0
10 20 30 40 50 60 70
DOC
mengalami kenaikan hal ini dikarena kebutuhan pakan yang tercukupi dan
pengelolaan air yang baik secara pengontrolan parameter kualitas air yang
NO2, PO4 yang mengalami kenaikan akan tetapi penanganan yang dilakukan
a. Hama
Ditambak PT. Andulang Shrimp Farm hama yang sering ditemui adalah
kepiting, tritip, dan biawak,ular . Ular akan masuk ke dalam petakan dan
Gambar 46.
b. Penyakit
Penyakit yang menyerang udang petak C2 adalah WFD (White Feces
Disease). hal ini diawali dengan terjadinya penurunan kualitas air Udang
terserang pada saat DOC 70 saat beberapa parameter kualitas air sudah tidak
Udang yang terserang WFD mempunyai ciri-ciri muncul kotoran putih yang
melayang layang pada bagian permukaan air dan nafsu makan menurun
Masing- masih petakan memiliki fasilitas tersendiri, hal ini bertujuan agar
pemeliharaan.
Tersedia wadah untuk mensterilkan tangan yang terdiri dari wadah berisi
petakan pemeliharaan.
5.10.1. Panen
dilakukannya panen parsial adalah jika DO pada tambak <4 mg/l, ADG udang
dilakukan pada udang yang berusia 56 hari. Panen parsial dilakukan dengan
Penjalaan dilakukan pada satu titik yang berada pada salah satu sudut
petakan dan bertujuan agar udang pada petakan tidak stress. Sebelum dijala
kincir yang berada dekat dengan lokasi penjalaan dimatikan dan tali jalur rakit
pancingan pakan setiap 10 menit. Hasil yang didapatkan dari panen parsial
sebanyak 1.154 kg dengan size 84 kg/ekor. Proses panen parsial dapat dilihat
47.
Gambar 47. (a) Menjala Udang (b) Melatakan Udang Pada Blong
(c)Pengangkutan Udang (d) Pembersihan Udang
Sumber: Data Primer (2018)
dilakukan dengan membuka dam panen tambak sehingga air dapat mengalir ke
luar menuju saluran outlet tambak. Setelah pintu outlet dibuka, udang akan
masuk pada jaring yang telah dipasang di pintu outlet, sehingga udang yang
keluar akan tertampung pada jaring, selanjutnya udang yang telah terperangkap
akan diangkat dan dibawa ke tempat sortasi udang. Hasil dari panen total
ekor dari tebar awal 466.620 ekor sehingga diperoleh SR 92,60 dengan total
pakan selama pemeliharaan 7564 kg dengan FCR 1,06. Adapun panen total
pengepul untuk memisahkan udang yang bagus dan yang jelek udang yang tidak
masuk dalam kriteria penjualan seperti, tubuh udang yang keropos, lembek dan
berat tidak masuk dalam size yang ditentukan. Selanjutnya udang yang bagus
ditiriskan sebelum ditimbang dan dimasukkan ke dalam box yang berisi es.Udang
yang telah ditimbang segera dimasukkan dalam truk yang telah dilengkapi
Hal ini sesuai dengan Kordi (2007), setelah pemanenan selesai maka udang
Proses pasca panen dapat dilihat pada Gambar 49. hasil panen petak C2 dapat
6.1. Kesimpulan
produksi yang sudah baik dengan rincian tonase panen parsial 1.154
6.2. Saran
Saran yang dapat diiberikan pada PT. Andulang Shrimp Farm adalah
sebagai berikut:
terutama pada bagian parameter kualitas air yang melebihi batas optimal.
dilakukan dibeberapa titik agar lebih mewakili .dan lebih akurat dalam
harian.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Khairul dan Iskandar Kanna. 2008. Budidaya Udang Vannamei secara
Intensif, Semi Intensif, dan Tradisional. Gramedia pustaka. Jakarta.
Kordi, Ghufron dan Tancung, Andi Baso. 2005. Pengelolaan Kualitas Air Dalam
Budidaya Perairan. Rineka Cipta. Jakarta.
Pribadi, Januar dkk. 2003. Standart Operasional Dan Prosedur (SOP) Udang
Putih (Litopenaeus vannamei). Departemen Pond Operation Divisi
Aquaculture, PT. CPB Lampung.
Suyanto R. dan Takarina E.P. 2009. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya.
85
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhh
86
1 2 3 4 5
15. Blong Bakteri 5 buah 200 ltr Sebagai tempat kultur bakteri
16. Profil Tank 4 unit 1000 ltr Sebagai tempat kultur bakteri
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
Catatan
: Sumenep, 2018
Disusun :
Pemberaian
DOC Pakan Pakan/Hari Pakan Komulatif
06,00 10,00 14,00 18,00 22,00
1 4 4 8 8
2 4 4 4 3 15 23
3 4 4 4 4 16 39
4 4 5 4 4 17 56
5 4 5 5 4 18 74
6 5 5 5 4 19 93
7 5 5 5 5 20 113
8 5 6 5 5 21 134
9 5 6 5 5 21 155
10 5 6 6 5 22 177
11 6 6 6 6 24 201
12 6 7 7 6 26 227
13 7 7 7 7 28 255
14 7 7 7 7 28 283
15 7 8 8 7 30 313
16 8 8 8 8 32 345
17 8 9 9 8 34 379
18 9 10 9 9 37 416
19 10 10 10 10 40 456
20 12 12 12 12 48 519
Total 504 4266
95
Pemberaian
DOC Pakan Pakan/Hari Pakan Komulatif
06,00 10,00 14,00 18,00 22,00
1 2 3 4 5 6 7 8
21 13 13 13 12 51 570
22 13 14 14 13 54 624
23 14 15 15 14 57 681
24 15 15 15 15 60 741
25 15 16 15 15 10 71 812
26 16 17 16 15 10 74 886
27 17 18 17 15 10 77 963
28 17 18 18 16 10 79 1042
29 18 18 18 16 11 81 1123
30 19 19 19 17 11 85 1208
31 20 20 20 17 12 87 1295
32 20 21 21 17 12 91 1386
33 21 22 22 17 12 94 1480
34 22 22 22 18 12 97 1577
35 23 23 23 18 13 100 1677
36 24 24 24 18 13 103 1780
37 25 25 25 18 13 106 1886
38 26 26 26 19 13 110 1996
39 27 27 27 19 14 114 2110
40 28 28 28 20 14 118 2228
41 29 29 29 20 15 122 2350
42 30 30 30 21 15 126 2476
43 31 31 31 21 16 130 2606
44 32 32 32 22 16 134 2740
45 33 33 32 22 17 138 2878
46 34 34 34 23 17 142 3020
47 35 35 35 23 18 146 3166
48 36 36 36 24 18 150 3316
49 37 37 37 24 18 154 3470
50 38 38 38 25 19 158 3628
51 39 39 39 26 20 163 3791
52 40 40 40 28 21 167 3958
53 41 41 41 27 21 171 4129
54 38 38 38 25 139 4268
55 42 42 42 28 21 175 4443
56 42 30 20 15 107 4550
57 31 31 31 21 16 130 4680
58 32 32 32 22 17 135 4815
59 34 34 34 24 19 145 4960
96
60 36 36 36 26 21 155 5115
1 2 3 4 5 6 7 8
61 37 37 37 27 22 160 5275
62 38 38 38 28 23 165 5440
63 39 39 39 29 24 170 5610
64 40 40 40 30 24 174 5784
65 41 41 41 30 25 178 5962
66 42 42 42 31 25 182 6144
67 43 43 43 32 25 186 6330
68 44 44 44 33 26 191 6521
69 44 44 44 33 27 192 6713
70 45 45 45 34 28 197 6910
71 46 46 46 35 29 202 7112
72 46 46 46 34 172 7284
73 35 35 35 25 135 7418
74 30 30 30 25 15 130 7549
Total 7030 190476
a. Monitoring Harian
Petak
DOC
No
Pg Sr Pg Sr pH
(cm) (cm) (cm) (cm) Pg Sr Pg Sr Fluk
1 19-Mar 1 111 111 TDAW TDAW HC HC 8.4 8.5 0
2 20-Mar 2 111 110 TDAW TDAW HC HC 8.2 8.4 0.2
3 21-Mar 3 115 115 TDAW TDAW HC HC 8.2 8.7 0.5
4 22-Mar 4 114 113 TDAW TDAW HC CH 8.1 8.4 0.3
5 23-Mar 5 112 111 95 TDAW CH CH 8 8.7 0.7
6 24-Mar 6 110 110 90 85 C C 8.1 8.8 0.7
7 25-Mar 7 110 110 85 80 C C 8.3 8.9 0.6
8 26-Mar 8 109 108 70 65 C C 8.2 8.6 0.4
9 27-Mar 9 107 107 60 55 C C 8 8.6 0.6
10 28-Mar 10 107 106 65 60 C C 7.8 8.4 0.6
11 29-Mar 11 106 105 70 60 C C 7.7 8.3 0.6
12 30-Mar 12 105 109 75 70 C C 7.7 8.3 0.6
13 31-Mar 13 109 109 75 70 C C 7.8 8.3 0.5
14 1-Apr 14 108 120 75 60 C C 7.8 8.2 0.4
15 2-Apr 15 120 120 60 50 C C 7.8 8.3 0.5
16 3-Apr 16 120 120 55 40 C C 7.6 8.3 0.7
17 4-Apr 17 119 119 50 35 C C 7.8 8.3 0.5
18 5-Apr 18 118 118 40 45 C C 7.6 8.3 0.7
19 6-Apr 19 116 115 40 45 C C 7.6 8.3 0.7
20 7-Apr 20 113 112 45 40 C C 7.6 8.1 0.5
21 8-Apr 21 112 111 50 45 CH CH 7.7 8 0.3
22 9-Apr 22 110 110 40 45 CH CH 7.7 8 0.3
23 10-Apr 23 109 125 45 50 HC H 7.7 8.2 0.5
24 11-Apr 24 125 124 45 45 H HC 7.8 8.3 0.5
25 12-Apr 25 120 120 50 45 CH CH 7.9 8.3 0.4
26 13-Apr 26 120 120 50 45 CH CH 7.7 8.2 0.5
27 14-Apr 27 120 120 45 45 C CH 7.6 8.4 0.8
28 15-Apr 28 119 119 40 45 C C 7.6 8.4 0.8
29 16-Apr 29 118 118 45 40 C C 7.6 8.4 0.8
30 17-Apr 30 117 117 40 40 C C 7.6 8.4 0.8
31 18-Apr 31 117 117 40 40 C C 7.4 8.2 0.8
32 19-Apr 32 116 118 40 45 C CH 7.6 7.9 0.3
33 20-Apr 33 118 120 40 40 CH CH 7.5 7.9 0.4
34 21-Apr 34 120 120 40 45 CH CH 7.6 8 0.4
35 22-Apr 35 119 119 40 40 CH CH 7.6 8.1 0.5
36 23-Apr 36 120 120 45 45 CH HC 7.6 8.3 0.5
37 24-Apr 37 120 120 40 35 HC HC 7.7 8.3 0.6
98
-
(ppt) Saline
(ppm)NO2
(ppm)NH4
(ppm)PO4
(ppm)TOM
Vibrio
Petak
a. ALKALINITAS
Bahan
- H2SO4 0,02 N
- Indikator PP (Phenolphthalein)
Ambil 100 ml asam sulfat H2SO4 murni dan larutkan dengan aquades
- Indikator PP ((Phenolphthalein)
(merah muda), apabila terdapat warna pink titrasi dengan asam sulfat
(H2SO4) 0,02 N sampai warna sampel kembali warna aslinya. Catat hasil
titrasi
- Apabila pada saat ditetesi PP tidak berwarna pink, maka langsung ditetesi
Rumus
Contoh Perhitungan
HCO3 = 8,7 ml
b. TOM
Bahan – Bahan
- H2SO4 (1 : 4)
- H2SO4 (8 N)
- KMnO4 (0,1 N)
- KMnO4 (0,01 N)
- Natrium Oksalat (0,1 N)
- Natrium Okalat (0,01 N)
- Aquadest
Cara Pembuatan Bahan
- KMnO4 0,1 N
liter.
- KMNO4 0,01 N
- Asam sulfat 8 N
Ambil Asam Sulfat murni 55,6 ml dan larutkan dengan aquadest hingga
Standarisasi
1. Ambil 100 ml air tawar dan tuang ke dalam erlenmeyer 250 ml.
ml.
(merah muda).
Blanko
ml.
ml.
105
(merah muda).
ml.
ml.
Rumus :
(Na2C2O4)
- Perhitungan
- Diketahui :
V Na2C2O4 = 10 ml
N Na2C2O4 = 0,1 N
Catatan :
N : Normalitas (molekul/l)
Catatan :
c. AMMONIUM (NH4)
indicator
d. NITRIT (NO2)
e. PHOSPAT (PO4)
Oscillatoria sp. 1
Anabaena sp.
Microcystis sp.
Spirulina sp.
Lyngbia sp.
Gleocystis sp.
Gleocapsa sp.
Amphora sp.
Nitzchia sp.
Chaetoceros sp. 5 7 1 2
Navicula sp.
Skeletonema sp.
Streptoteca sp.
Sicklotella 2
Total Diatom (Bacillariophyta)
0 0 5 62.5 9 56.25 1 7.14286 2
Gyrodinium sp. 1 1
Gymnodinium sp.
Ochromonas sp. 1 1
Chryptomonas sp. 4 51
Gonyulax sp.
Protoperidium sp.
Peridinium sp.
Euplotes sp.
Zoothamnium sp.
Frontonia sp.
Paramecium sp.
Strombidinium sp. 1
Askensia
Total Protozoa
Euglena sp.
Amoeba
Branchionus sp.
2
46
4 4 12 2
3 16 3 1 3 8
3 2 4
1
1
17 1
1 4 2
1 1
5 36 3 21 6 2
15 1
1
0 0 0 0 0 0 0 0 0
63
1 1
76.3889 78 82.105 18 48.649 16 36.364 78 45.087 32 68.085 36
10 9 12 17 9 13
1 3 7 4 1
1
2 5 6 69 1 1
2 1 1 2 7
1 1 2
2 1 3 1 1 3
1 1
0 0 0 0 0 0 0 1 2.1277 0
56.25 30 42.857
23
21.875 23 32.857
8
3
14.063 12 17.143
1
3
1
7.8125 5 7.1429
1
1
0 0
100.0 70 100.0
109
Diketahui:
Rusak (Broken) = -
Total = 7.112,58
Size = ekor
SR Panen = 92 %
FCR = 1,06